"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Rabu, 30 Desember 2009

URUSAN PIDANA (4)

Dari Abu Juhaifah r.a. ia berkata; “Saya bertanya kepada ‘Ali : “Adakah pada kalian wahyu selain Qur’an?” Ia berkata : “Tidak, demi yang membelah biji dan menjadikan jiwa, kecuali pengertian tentang Qur’an yang diberikan oleh Allah kepada seseorang, dan apa-apa yang ada dalam lembaran ini”. Saya bertanya : “Apakah yang ada pada lembaran itu?” Ia berkata : “Akal (diyat = denda) dan melepaskan tawanan, dan seorang Islam tidak boleh dibunuh karena (membunuh) seorang kafir”. Diriwayatkan oleh Bukhary.

Dari hadits ini diriwayatkan pula oleh Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i dari jalan lain dari ‘Ali r.a. dan pada hadits itu ia berkata : “Orang-orang mu’min itu sama saja darahnya tentang hukuman (pembalasan), dan orang yang berdekatan pada orang mu’min itu dapat bertindak berbuat dengan janji mereka, dan orang mu’min itu bersatu melawan golongan-golongan lain, dan tidak boleh seorang Islam dibunuh dikarenakan membunuh seorang kafir, dan tidak boleh pula (dibunuh) orang yang punya perjanjian di dalam perjanjiannya.” Disahkan oleh Hakim.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jinayat, halaman 429-430.

Senin, 28 Desember 2009

URUSAN PIDANA (3)

Dari Samurah r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang membunuh budaknya, maka aku akan membunuhnya, dan barangsiapa yang memotong anggota badan budaknya, maka aku akan memotong anggota badan orang itu.” Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i) dan dihasankan oleh Tirmidzy. Dan ini dari riwayat Hasan Basry dari Samurah, dan diperselisihkan tentang ia mendengar hadits ini dari padanya. Dan pada riwayat Abu Daud dan Nasa’i dengan tambahan : “Dan barangsiapa yang mengkebiri budaknya, maka aku akan mengkebiri orang itu”. Dan disahkan oleh Hakim akan tambahan ini.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jinayat, halaman 428.

Sabtu, 26 Desember 2009

URUSAN PIDANA (2)

Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Mula-mula yang diadili di antara manusia di hari kiamat ialah tentang darah (pembunuhan)”. Muttafaq ‘alaih.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jinayat, halaman 428.

Kamis, 24 Desember 2009

URUSAN PIDANA (1)

Dari Ibnu Mas’ud r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Tidak dihalalkan darahnya seseorang Muslim yang mengakui bahwasannya tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku ini adalah utusan-Nya, kecuali disebabkan oleh salah satu dari yang tiga macam : 1. Duda/ janda, yang berzina, 2. yang (dihukum mati karena) membunuh orang, 3. orang yang meninggalkan agamanya, serta memisahkan diri dari jama’ah (murtad)”. Muttafaq ‘alaih.

Dari ‘Aisyah r.a. dari Rasulullah s.a.w., beliau bersabda : “Tidak halal membunuh orang Islam kecuali disebabkan salah satu dan tiga perkara : 1. Yang sudah berumahtangga berzina, lalu dirajam, 2. Orang yang membunuh orang Islam dan 3. Melawan pada Allah dan Rasul-Nya, ia dihukum mati, atau disalib, atau dibuang.” Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Nasai dan disahkan oleh Hakim.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jinayat, halaman 427.

Selasa, 22 Desember 2009

PEMELIHARAAN (6)

Dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi s.a.w., beliau bersabda : “Seorang wanita disiksa karena seekor kucing, karena ia mengurungnya sampai mati, karenanya perempuan itu masuk neraka. Ia tidak memberinya makan dan minum tatkala mengurungnya itu, dan ia tidak melepaskannya supaya ia dapat makan dari binatang-binatang kecil”. Muttafaq ‘alaih.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 426.

Minggu, 20 Desember 2009

PEMELIHARAAN (5)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Apabila pelayan seseorang di antara kalian datang membawakan makanan (ajaklah ia makan bersama), dan apabila tidak diajak duduk makan bersama, berilah ia sekedar sesuap atau dua suap dari makanan itu”. Muttafaq ‘alaih, dan lafadh ini pada Bukhary.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 425.

Jumat, 18 Desember 2009

PEMELIHARAAN (4)

Dari Barra bin Azib r.a.; Bahwasannya Nabi s.a.w. memutus tentang anak perempuan Hamzah bagi saudara ibunya (bibinya), dan beliau bersabda : “Saudara ibu itu setingkat dengan ibu”. Dikeluarkan oleh Bukhary, dan Ahmad pun meriwayatkannya dari hadits ‘Ali, dan beliau bersabda : “Anak perempuarm itu bagi saudara ibunya, dan saudara ibu itu seperti ibu”.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 425.

Rabu, 16 Desember 2009

PEMELIHARAAN (3)

Dari Nafi bin Sinan r.a.; Bahwasannya ia masuk Islam sedangkan istrinya tidak mau masuk Islam, lalu Nabi s.a.w. mendudukkan si ibu di satu pihak dan si ayah di satu fihak, kemudian beliau mendudukkan anaknya di antara suami-istri itu, dan si anak itu cenderung kepada ibunya, lalu Nabi s.a.w. berdo’a : “Ya Allah, berilah anak ini petunjuk”. Maka anak itu cenderung kepada ayahnya, kemudian ayahnya memungut anak itu. Dikeluarkan oleh Abu Daud, Nasa’i dan disahkan oleh Hakim.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 424-425.

Senin, 14 Desember 2009

PEMELIHARAAN (2)

Dari Abu Hurairah r.a.; Bahwasannya seorang wanita berkata : “Ya Rasulullah, sesungguhnya suami saya ingin pergi membawa anakku, sedangkan dia berguna sekali bagi saya, ia suka mengambilkan air buat saya dari sumur Abu Inabah”. Kemudian datanglah suaminya. Maka Nabi s.a.w. bersabda : “Hai buyung, ini ayahmu dan itu ibumu, peganglah tangannya salah satu dari kedua orang tuamu itu mana yang kau sukai”. Maka ia memegang tangan ibunya, lalu wanita itu pergi dengan anaknya”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), dan disahkan oleh Tirmidzy.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 424.

Sabtu, 12 Desember 2009

PEMELIHARAAN (1)

Dari Abdullah bin Amr r.a.; Bahwasanya seorang wanita berkata : “Ya Rasulullah, sesungguhnya anak saya ini perut sayalah yang mengandungnya, dan susu sayalah minumannya, dan pangkuan sayalah jadi penjaganya; sedangkan ayahnya telah mencerai saya, dan ia bermaksud hendak memisahkan dia daripada saya”. Maka Rasulullah saw. bersabda kepadanya;” “Engkau lebih berhak pada anakmu selama engkau belum kawin”. Diriwayatkan oleh Abu Daud, Ahmad dan disahkan oleh Hakim.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 423-424.

Kamis, 10 Desember 2009

NAFAKAH / BELANJA (12)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata : Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi s.a.w., ia berkata : “Ya Rasulullah, saya punya satu dinar?” Beliau bersabda : “Belanjakanlah buat dirimu”. Ia berkata lagi : “Kalau saya punya satu dinar lagi?” Beliau bersabda : “Belanjakanlah buat anakmu”. Ia berkata : “Kalau saya punya satu dinar lagi?” Sabdanya : “Belanjakanlah buat istrimu”. Ia berkata pula : “Kalau saya punya satu dinar lagi?” Beliau bersabda : “Kamu lebih tahu menggunakannya”. Dikeluarkan oleh Syafi’i, Abu Daud, dan lafadh ini baginya, Nasa’i dan Hakim meriwayatkan pula hadits ini dengan mendahulukan “istri” sebelum “anak”.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 423.

Selasa, 08 Desember 2009

NAFAKAH / BELANJA (11)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata : Telah datang seorang laki-laki kepada Nabi s.a.w., ia berkata : “Ya Rasulullah, saya punya satu dinar?” Beliau bersabda : “Belanjakanlah buat dirimu”. Ia berkata lagi : “Kalau saya punya satu dinar lagi?” Beliau bersabda : “Belanjakanlah buat anakmu”. Ia berkata : “Kalau saya punya satu dinar lagi?” Sabdanya : “Belanjakanlah buat istrimu”. Ia berkata pula : “Kalau saya punya satu dinar lagi?” Beliau bersabda : “Kamu lebih tahu menggunakannya”. Dikeluarkan oleh Syafi’i, Abu Daud, dan lafadh ini baginya, Nasa’i dan Hakim meriwayatkan pula hadits ini dengan mendahulukan “istri” sebelum “anak”.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 422.

Minggu, 06 Desember 2009

NAFAKAH / BELANJA (10)

Dari Umar r.a.. bahwasanya ia memerintahkan kepada permimpin-pemimpin tentara tentang orang-orang yang meninggalkan istri mereka, supaya disuruh memberi belanja atau mencerainya; apabila mereka mencerai, ia harus mengirimkan belanja selama istrinya itu jadi tanggungannya”. Dikeluarkan oleh Syafi’i, Baihaqy dengan sanad yang hasan
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 422.

Jumat, 04 Desember 2009

NAFAKAH / BELANJA (9)

Dari Sa’id bin Musayyab r.a. tentang laki-laki yang tidak mendapatkan sesuatu untuk membelanjai istrinya, ia berkata : “Diceraikan antara suami-istri itu”. Dikeluarkan oleh Sa’id bin Mansur dari Sufyan dari Abu Zinad r.a., ia berkata; Saya berkata kepada Sa’id bin Musayyab r.a. : “Apakah ini sunnah?” Ia menjawab : “Sunnah”. Dan hadits ini mursal (hadits yang langsung dari Nabi s.a.w.) yang kuat.
-----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 422.

Rabu, 02 Desember 2009

NAFAKAH / BELANJA (8)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Tangan yang atas lebih baik dari tangan yang bawah (memberi itu lebih baik daripada menerima), hendaklah seseorang di antara kamu mendahulukan memberi orang yang jadi tanggungannya; wanita itu berkata : “Berilah aku makan atau cerailah aku”. Diriwayatkan oleh Darukutny, dan sanadnya hasan.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 421-422.

Senin, 30 November 2009

NAFAKAH / BELANJA (7)

Dari Jabir r.a., ia menganggap hadits ini marfu’, tentang perempuan yang sedang hamil ditinggalkan mati oleh suaminya, ia berkata : “Tiada nafakah baginya”. Dikeluarkan oleh Baihaqy dan rawi-rawinya dapat dipercaya, tapi ia berkata : “Yang mahfudh ialah mauqufnya. Dan tetap hilangnya nafakah pada hadits Fatimah bin Qais seperti yang telah lalu”. Diriwayatkan oleh Muslim.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 421.

Sabtu, 28 November 2009

NAFAKAH / BELANJA (6)

Dari Abdullah bin Umar r.a, ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Cukup orang berdosa apabila menghilangkan (tidak memperdulikan) orang yang mesti dapat makan dari padanya.” Diriwayatkan oleh Nasa’i, dan hadits ini pada riwayat Muslim dengan lafadh : “Menahan (menghalang-halangi) dari orang yang mesti dapat makan dari padanya.”
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 421.

Kamis, 26 November 2009

NAFAKAH / BELANJA (5)

Dari Jabir r.a., dari Nabi s.a.w. dalam hadits Haji yang panjang beliau bersabda tentang menyebutkan wanita: “Kalian wajib memberi nafakah pada mereka dan memberi pakaian dengan cara yang baik”. Dikeluarkan oleh Muslim.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 420.

Selasa, 24 November 2009

NAFAKAH / BELANJA (4)

Dari Hakim bin Muawiyah Alqusyairy dari ayahnya r.a., ia bertanya; Saya bertanya : “Ya Rasulullah, apakah hak kewajiban seseorang di antara kami terhadap istrinya?” Beliau bersabda; “Hendaklah engkau memberinya makan apabila engkau makan, dan memberinya pakaian apabila engkau berpakaian dan jangan memukul muka dan jangan memburuk-burukkannya (mencela).” Alhadits.
------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 420.

Minggu, 22 November 2009

NAFAKAH / BELANJA (3)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata : Rasulillah s.a.w. bersabda; “Hamba sahaya itu menerima makan dan pakaian dan tidak dikerjakan kecuali pada pekerjaan yang ia mampu”. Diriwayatkan oleh Muslim.
-----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 420.

Jumat, 20 November 2009

NAFAKAH / BELANJA (2)

Dari Thariq Almuhariby r.a., ia berkata; ”Kami datang di Madinah, kebetulan Rasulullah s.a.w. sedang berdiri diatas mimbar berkhotbah di muka orang-orang, beliau bersabda : “Tangan orang yang memberi itu adalah tinggi, mulailah dari orang-orang yang kamu tanggung: Ibumu, ayahmu, saudaramu yang perempuan, saudaramu yang laki-laki, kemudian orang yang di bawahmu, terus orang yang di bawahmu”. Diriwayatkan oleh Nasa’i, dan disahkan oleh Ibnu Hibban dan Darukutny.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 419-420.

Rabu, 18 November 2009

NAFAKAH / BELANJA (1)

Dari ‘Aisyah r.a., ia berkata; “Hindun bin Utbah istri Abu Sufyan telah menghadap kepada Rasulullah s.a.w. dan ia berkata : “Ya Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan itu adalah orang yang kikir, ia tidak suka memberi belanja yang cukup buat saya dan anak-anak saya, melainkan dengan hartanya yang saya ambil tanpa setahu dia, apakah itu dosa bagi saya”. Maka beliau bersabda : “Ambillah dari hartanya yang cukup buatmu dan anak-anakmu dengan cara yang baik”. Muttafaq ‘alaih.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 419.

Senin, 16 November 2009

MENYUSUI (6)

Dari ‘Uqbah bin Harits r.a.; ”Bahwasannya ia telah mengawini Ummu Yahya binti Abu Ihab, kemudian datang seorang wanita dan ia berkata : “Saya telah menyusui kalian berdua”. Kemudian ‘Uqbah bertanya kepada Nabi s.a.w., dan beliau bersabda : “Bagaimana dan itu sudah dikatakan”. Lalu ‘Uqbah mencerainya kemudian Ummu Yahya kawin lagi dengan suami lainnya’. Dikeluarkan oleh Bukhary.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 418.

Sabtu, 14 November 2009

MENYUSUI (5)

Dari Ibnu Mas’ud r.a., ia berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda; “Tidak disebut susuan kecuali yang menjadikan tulang dan yang menumbuhkan daging”. Diriwayatkan oleh Abu Daud.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 418.

Kamis, 12 November 2009

MENYUSUI (4)

Dari Ibnu Abbas r.a., Ia berkata; “Tidak disebut susuan melainkan dalam dua tahun (di bawah umur dua tahun)”. Diriwayatkan oleh Darukutny dan Ibnu ‘Adi marfu (sanadnya sampai kepada Nabi s.a.w.), dan mauquf (sanadnya hanya sampai sahabat), dan mereka memberatkan mauquf.
---------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 418.

Selasa, 10 November 2009

MENYUSUI (3)

Dari Ummu Salamah r.a.. ia berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : “Tidak haram susuan melainkan yang sampai di usus (yang membesarkan anak), dan adalah sebelum disapih”. Diriwayatkan oleh Tirmidzy, dan disahkan olehnya dan oleh Hakim.
----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 417-418.

Minggu, 08 November 2009

MENYUSUI (2)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a.; Bahwasannya Nabi s.a.w. dikehendaki supaya kawin dengan anak Hamzah, maka beliau bersabda : “Sesungguhnya ia tidak halal buat saya, sebab ia adalah anak saudaraku sesusu; yang haram karena susuan itu seperti haramnya karena nasab (turunan).” Muttafaq ‘alaih.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 417.

Jumat, 06 November 2009

MENYUSUI (1)

Dari ‘Aisyah r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda: “Satu kali dan dua kali isapan itu tidak diharamkan”. Diriwayatkan oleh Muslim.

Dari padanya r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda ; “Hendaklah kalian lihat, siapakah saudara-saudara kalian? Sebab susuan itu karena lapar”. Muttafaq ‘alaih.

Dari padanya r.a., ia berkata, Sahlah binti Suhail menghadap dan berkata : “Ya Rasulullah, sesungguhnya Salim budaknya Abu Hudzaifah bersama kami di rumah kami, sedangkan ia telah baligh sebagaimana balighnya orang laki-laki”. Beliau bersabda : “Susuilah ia engkau jadi haram untuknya.” Diriwayatkan oleh Muslim.

Dari padanya r.a., bahwasanya Aflah saudaranya Abul Qu’ais telah datang minta izin kepadanya (kepada ‘Aisyah) setelah turun undang-undang hijab (tabir), ‘Aisyah berkata : “Saya tidak mau memberi izin kepadanya” Maka ketika Rasulullah s.a.w. datang, saya memberitahukan kepada beliau apa yang telah saya lakukan, dan beliau menyuruh supaya saya memberi izin pada Aflah untuk datang kepada saya, dan beliau bersabda : “Ia itu adalah pamanmu”. Muttafaq ‘alaih.

Dari padanya r.a., ia berkata; “Adalah dalam apa yang telah diturunkan dari Qur’an : Diharamkan sepuluh susuan yang tertentu, kemudian dihapus (ditukar) dengan lima susuan yang tertentu. Kemudian Rasulullah s.a.w. wafat dan ia pada apa-apa yang dibaca dari Qur’an”. Diriwayatkan oleh Muslim.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 416-417.

Rabu, 04 November 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (13)

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “Anak itu bagi firosy (perempuan), dan bagi yang zina adalah batu (ranjam)”. Muttataq ‘alaih dari haditsnya. dan dari hadits ‘Aisyah pada suatu kisah, dan daripada Ibnu Mas’ud dalam riwayat Nasa’i. dan dari Utsman pada riwayat Abu Daud.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 415.

Senin, 02 November 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (12)

Dari Abu Said Alkhudriyyi r.a., bahwasannya Nabi s.a.w. bersabda tentang tawanan-tawanan perang Authas : “Perempuan yang hamil tidak boleh disetubuhi sehingga melahirkan dan perempuan yang tidak hamilpun jangan disetubuhi sehingga ia haidl satu kali”. Dikeluarkan oleh Abu Daud, dan disahkan oleh Hakim, dan hadits ini mempunyai syahid dari Ibnu Abbas r.a. dalam riwayat Darukutny.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 415.

Sabtu, 31 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (11)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. dari Nabi s.a.w., beliau bersabda ; Janganlah seorang laki-laki bersembunyi bersama seorang perempuan, melainkan dengan muhrimnya.” Diriwayatkan oleh Bukhary.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 415.

Kamis, 29 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (10)

Dari Jabir r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Tidak boleh seorang laki-laki bermalam pada seorang perempuan, kecuali kalau ia nikah atau mahramnya”. Diriwayatkan oleh Muslim.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 414.

Selasa, 27 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (9)

Dari Ruwaifa’ bin Tsabit r.a. dari Nabi s.a.w., beliau bersabda : “Tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat menyiramkan air-(mani)-nya pada tanaman orang lain (Tidak boleh menyetubuhi perempuan yang bunting oleh laki-laki lain)”. Diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzy, dan disahkan oleh Ibnu Hibban dan dihasankan oleh Albazzar.
----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 413-414.

Minggu, 25 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (8)

Dari ‘Aisyah r.a.. ia berkata; “Sesungguhnya quru’ itu (yang dimaksud dengan quru’ itu) ialah suci.” Diriwayatkan oleh Malik pada sebuah kisah dengan sanad yang shahih.
-----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 413.

Jumat, 23 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (7)

Dari Fatimah binti Qais r.a., ia berkata; “Saya berkata : “Ya Rasulullah, sesungguhnya suami saya telah mentalak saya tiga kali, dan saya kuatir ada orang yang menyerang saya”. Maka beliau menyuruhnya pindah, lalu ia pindah tempat”. Diriwayatkan oleh Muslim.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 412.

Rabu, 21 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (6)

Dari Furai’ah binti Malik r.a.; “Bahwasanya suaminya telah pergi mencari hamba-hamba sahaya kepunyaannya, dan hamba-hamba itu membunuhnya; Furai’ah berkata : “Lalu saya bertanya kepada Rasulullah s.a.w., bolehkah saya kembali kepada keluarga saya karena suami saya tidak meninggalkan belanja dan tempat-tinggal kepunyaannya”. Beliau bersabda : “Ya, boleh”. Maka setelah saya berada di kamar, beliau memanggil saya dan bersabda : “Tinggallah di rumahmu sehingga datang waktunya (habis ‘iddah)”. Ia berkata : “Kemudian saya ber’iddah empat bulan sepuluh hari”. Ia berkata : “Dan Utsman pun memutuskan demikian”. Dikeluarkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), dan disahkan oleh Tirmidzy, Dzuhaly, Ibnu Hibban, Hakim.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 411-412.

Senin, 19 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (5)

Dari Jabir r.a. ia berkata : “Saudara ibu saya telah dicerai oleh suaminya, dan ia ingin memetik kurma kepunyaannya, maka seorang laki-laki menegurnya karena ia keluar rumah; lalu ia menghadap kepada Nabi s.a.w. dan beliau bersabda : “Bolehlah petik kurmamu, siapa tau engkau akan bersidkah atau berbuat kebajikan”. Diriwayatkan oleh Muslim.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 411.

Sabtu, 17 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (4)

Dari Ummu Salamah r.a., ia berkata; “Saya memakai obat yang pahit pada mata saya setelah Abu Salamah meninggal dunia” : maka Rasulullah s.a.w. bersabda : “Obat itu memudakan (menyegarkan) muka, janganlah engkau memakainya kecuali di waktu malam, dan hilangkanlah ia di waktu siang, janganlah menyisir rambut dengan wangi-wangian, dengan henna (celupan berwarna merah), sebab hinna itu adalah celupan”. Saya bertanya : “Dengan apa saya harus menyisir rambut?” Beliau bersabda : “Dengan cendana”, diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasa’i dan sanad-sanadnya hasan.

Dari padanya r.a, bahwasannya seorang wanita bertanya : “Ya Rasulullah, sesungguhnya suami anak saya meninggal dunia, dan mata anak saya itu sakit, apakah boleh saya memberi celak untuk matanya?” Beliau bersabda : “Jangan.”. Muttafaq ‘alaih.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 410-411.

Kamis, 15 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (3)

Dari Ummi Athiyah r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Tidak boleh perempuan berkabung atas mayat lebih dari tiga hari, kecuali atas suami (ia berkabung) empat bulan sepuluh hari, ia tidak boleh memakai kain yang di soga, melainkan kain yang diikatkan saja, dan tidak boleh bercelak, tidak boleh memakai wangi-wangian, kecuali sesudah ia mencuci haidlnya dengan sedikit qust atau adzfar (dua macam benda yang wangi)”. Muttafaq ‘alaih, dan ini lafadh Muslim, dan pada riwayat Abu Daud, Nasa’i ada tambahan : “Dan jangan meminyaki (menyemir) rambut”. Dan pada riwayat Nasa’i : “Dan jangan menyisir rambut”.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 410.

Selasa, 13 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (2)

Dari Sya’by dari Fatimah binti Qais r.a. dari Nabi s.aw. tentang wanita yang ditalak tiga : “Baginya tidak ada hak tempat-tinggal dan nafakah (belanja)”. Diriwayatkan oleh Muslim.
------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 409.

Minggu, 11 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (1)

Dari Miswar bin Makhramah; “Bahwasannya Subaiah Aslamiyah r.a. bernifas (melahirkan) setelah suaminya meninggal dunia beberapa malam, lalu ia menghadap kepada Nabi s.a.w. dan minta izin untuk kawin, maka Nabi s.a.w. mengizinkannya, kemudian ia kawin.” Diriwayatkan oleh Bukhary, dan asalnya dalam Bukhary dan Muslim. Dan pada suatu lafadh : “Sesungguhnya ia melahirkan setelah suaminya meninggal dunia empat puluh hari.” Dan pada suatu lafadh ada riwayat Muslim, Zuhry berkata : “Saya beranggapan tidak apa-apa ia kawin sedang berdarah nifas, hanya suaminya jangan menyetubuhi sebelum ia suci.”
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 408-409.

Jumat, 09 Oktober 2009

LA’NAT-MELA’NAT (8)


Dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya seorang laki-laki berkata; “Ya Rasulullah, Sesungguhnya istri saya telah melahirkan seorang anak yang hitam?” Beliau bertanya : “Apakah engkau punya unta?” Jawabnya : “Ya”. Beliau bertanya lagi : “Bagaimana warnanya?” Jawabnya : “Merah” Beliau bertanya lagi : “Apakah ada yang warnanya abu-abu” Jawabnya : “Ya”. Beliau bersabda : “Mengapa begitu?” Jawabnya lagi : “Barangkali karena urat darah campuran” Beliau bersabda : “Bisa jadi anakmu pun karena urat darah campuran.” Muttafaq‘alaih. Dan pada sebuah riwayat Muslim “Dan ia bermaksud akan tidak mengakuinya.” Dan Abu Hurairah berkata di akhir hadits itu : “Dan beliau tidak mengijinkan mengasingkan (tidak mengakui) anak itu”.
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 408.

Rabu, 07 Oktober 2009

LA’NAT-MELA’NAT (7)


Dari Umar r.a., ia berkata; “Barangsiapa yang telah mengakui anaknya walau hanya dengan sudut matanya, maka ia tidak akan dapat menjadakan (tidak mengakui) anak itu”. Diriwayatkan oleh Baihaqy, dan hadits ini hasan mauquf.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 407-408.

Senin, 05 Oktober 2009

LA’NAT-MELA’NAT (6)


Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda tatkala turun ayat mengenai suami istri yang saling laknat : “Perempuan yang mana saja yang masuk kepada suatu kaum orang yang bukan dari golongan mereka (bukan keluarga), maka di hadirat Allah ia bukan apa-apa, dan Allah tidak akan memasukkan perempuan itu ke syurga; dan laki-laki yang mana saja yang tidak mengakui anaknya padahal ia mengetahui bahwa anak itu adalah anaknya. maka Allah tidak mau melihat laki-laki itu, dan Allah akan bukakan kejahatannya itu pada orang-orang terdahulu dan orang-orang yang akan datang.” Diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah dan disahkan oleh Ibnu Hibban.
--------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 407.

Sabtu, 03 Oktober 2009

LA’NAT-MELA’NAT (5)


Dari Ibnu ‘Abbas r.a. : “Bahwasanya seorang laki-laki datang kepada Nabi s.a.w. dan ia berkata : “Sesungguhnya istri saya tdak suka menolak tangan orang yang merabanya.” Beliau bersabda : “Ceraikanlah ia” Ia berkata : “Saya kuatir kalau hati saya mengikutinya.” Beliau bersabda lagi : “Bersenang-senanglah dengan dia”. Diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzy, Albazzar, dan rawi-rawinya dapat dpercaya. Dan Nasa’i meriwayatkannya dengan sanad lain dari Ibnu ‘Abbas r.a. dengan lafadh; Beliau bersabda : ‘Talaklah ia.” Ia berkata : “Saya tidak tahan jauh dengan dia.” Beiau bersabda : “Tahanlah dia”.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 406-407.

Kamis, 01 Oktober 2009

LA’NAT-MELA’NAT (4)


Dari Sahal bin Sa’d r.a. pada kisah suami-istri yang saling laknat ia berkata : “Saya berdusta ya Rasulullah apabila saya menahan istri saya; dan ia mencerainya dengan tiga talak, sebelum Rasulullah s.a.w. menyuruhnya.” Muttafaq ‘alaih.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 406.

Selasa, 29 September 2009

LA’NAT-MELA’NAT (3)


Dari Ibnu ‘Abbaa r.a. “Bahwasannya Rasulullah s.aw. menyuruh seorang laki-laki supaya menutup mulutnya dengan tangan pada shahadat yang kelima, beliau bersabda : “Yang kelima itulah yang mustajab (menentukan penceraian, dan siksa bagi yang dusta).” Diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasa’i dan rawi-rawinya dapat dipercaya.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 406.

Minggu, 27 September 2009

LA’NAT-MELA’NAT (2)


Dari Anas r.a., bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda : “Lihatlah perempuan itu, apabila ia datang membawa anaknya berwarna putih, rambutnya tidak keriting, maka anak itu bagi suaminya, dan apabila anaknya itu hitam pelupuk matanya, dan keriting, maka anak itu untuk orang yang menuduh.” Muttafaq’alaih
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 405-406.

Jumat, 25 September 2009

LA’NAT-MELA’NAT (1)


Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata ; Si Fulan bertanya, katanya : “Ya Rasulullah sebagaimana pendapat engkau apabila seseorang di antara kami mendapatkan istrinya dalam perbuatan mesum apa yang harus ia lakukan?” “Kalau harus berbicara maka ini adalah perkara yang besar, dan kalau diam saja, maka dia diam dalam perkara yang besar pula”. Beliau tidak menjawab Setelah itu ia datang lagi menghadap, lalu berkata; “Sesungguhnya yang saya tanyakan pada tuan itu sungguh saya sendiri telah kena coba dengan perkara itu”. Maka turunlah beberapa ayat dalam surat Nun, kemudian beliau membacakannya dan menasehatinya dan memberitahukan bahwa siksa dunia adalah lebih ringan daripada siksa akhirat. Orang itu berkata : “Tidak, demi yang mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak berdusta tentang istri saya itu”. Kemudjan Rasulullah s.a.w. memanggil istri si Fulan itu, dan beliau menasehatinya pula seperti nasihat kepada suaminya. Ia berkata : “Tidak, demi yang mengutus tuan dengan kebenaran sesungguhnya suami saya itu adalah dusta”. Kemudian beliau mulai pada laki-laki itu, lalu ia disuruh sumpah atas nama Allah empat kali; kemudian pada perempuan itu, lalu beliau menceraikan mereka itu”. Diriwayatkan oleh Muslim.

Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Nun ayat 6 sampai dengan 9 : “Dan orang-orang yang menuduh isterinya berzina sedangkan tidak ada saksi kecuali dirinya sendiri, maka saksinya ialah empat kali bersumpah kepada Allah bahwa ia adalah benar. Dan pada kali yang kelima : “sesungguhnya laknat Allah itu baginya kalau ia berdusta Dan hukuman dapat dihindarkan dari isterinya. Kalau isterinya itu bersumpah kepada Allah empat kali, bahwa siaminya itu berdusta. Dan pada kaji kelima: Sesungguhnya murka Allah iu untuknya kalau suaminya itu benar”.

Dari padanya r.a., ia berkata; Bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda kepada suami-istri yang saling melaknat : “Hisab kalian berdua itu di hadirat Allah, salah seorang di antara kalian berdua itu berdusta, untukmu tidak ada jalan untuk bersatu lagi dengan istrimu”. Ia berkata : “Ya Rasulullah, bagaimana dengan harta saya (maskawin yang telah diberikan kepadanya)?” Beliau bersabda : “Kalau tuduhanmu itu benar, maka hartamu itu untuk menghalalkan kemaluannya bagimu. dan apabila kamu berdusta, maka hartamu itu lebih menjauhkan kamu lagi dari padanya”. Muttafaq ‘alaih.

Tidak ada jalan untuk “ruju” bagi perceraian dengan saling laknat. Dan maskawin tidak usah dikembalikan.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 405.

Rabu, 23 September 2009

ILA’, DHIHAR DAN KIFARAT (5)

Ila’ ialah si suami bersumpah tidak akan mencampuri isterinya.
Dhihar ialah si suami menganggap bahwa isterinya itu seperti ibunya.
Kifarat ialah menebus dosa.

Dari Salamah bin Sokhr r.a., ia berkata ; “Tibalah bulan Ramadlan, dan saya takut kalau-kalau saya mencampuri istri saya lalu saya mendhiharnya. Pada suatu malam tersingkaplah sesuatu (anggota badannya) pada saya dan saya mencampurinya”. Maka Rasulullah s.aw. bersabda kepada saya : “Kamu harus memerdekakan seorang hamba sahaya” Kata saya : “Saya tidak punya kecuali jiwa saya”, beliau bersabda : “Berpuasalah dua bulan terus-menerus”. Kata saya pula : “Adakah sesuatu yang dapat saya kerjakan selain puasa?” Beliau bersabda : “Berilah makan 60 fakir miskin dengan kurma satu farq (‘arq). Dikeluarkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), kecuali Nasa’i disahkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Jarudi.

“Farq (‘Arg) itu ialah 15 sho’”. Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Mujadalah ayat 2 sampai dengan 5 : “Orang-orang yang mendhihar istrinya (yaitu dengan katanya : “Engkau seperti punggung ibuku”), tiadalah isterinya itu jadi ibunya, tidak ada yang menjadi ibunya melainkan perempuan yang telah melahirkannya, mereka itu mengucapkan perkataan yang munkar dan dusta, sesungguhnya Allah itu pemaaf dan pengampun.” Dan orang-orang yang mendhihar isterinya, lalu mereka surut kembali kepada perkataannya, maka hendaklah mereka memerdekakan seorang hamba sahaya sebelum mereka bercampur (bersetubuh), dengan itu kamu diberi pelajaran, dan Allah mengetahui akan apa-apa yang kamu kerjakan”. Dan barangsiapa yang tidak memperoleh hamba itu, hendaklah ia berpuasa dua bulan terus-menerus sebelum mereka bersetubuh ; dan barangsiapa yang tidak kuat hendaklah ia memberi makan 60 orang miskin, demikian itu supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan itulah batas-batas Allah, dan untuk orang yang menyangkalnya diberi siksa yang pedih.”
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 403.

Senin, 21 September 2009

ILA’, DHIHAR DAN KIFARAT (4)

Ila’ ialah si suami bersumpah tidak akan mencampuri isterinya.
Dhihar ialah si suami menganggap bahwa isterinya itu seperti ibunya.
Kifarat ialah menebus dosa.

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata : “Adalah ila’ itu lamanya satu tahun dan dua tahun, kemudian Allah menetapkan lamanya itu empat bulan: dan apabila kurang dari empat bulan itu bukan ila’.” Dikeluarkan oleh Baihaqy.

Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 226 : “Bagi orang-orang yang ber-ila’ dengan isterinya, mereka diberi tempo 4 bulan, dan apabila mereka kembali maka Allah Maha Pengampun dan Penyayang.

Dari padanya r.a. ; “Sesungguhnya sering laki-laki mendhihar istrinya, kemudian ia  mencampurnya, lalu ia menghadap Nabi s.a.w., dan ia berkata : ”Saya mencampur istri saya sebelum saya berkifarat”. Beliau bersabda : “Janganlah, engkau mendekati istrimu sebelum kamu lakukan apa-apa yang diperintahkan Allah padamu.” Diriwayatkan oleh Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), dan disahkan oleh Tirmidzy dan Nasa’i menguatkan mursalnya. Dan Albazzar meriwayatkannya dengan jalan lain dari Ibnu ‘Abbas r.a pada riwayat itu ia menambah : “Berkifaratlah, dan jangan kamu mengulanginya.”
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 402.

Sabtu, 19 September 2009

ILA’, DHIHAR DAN KIFARAT (3)

Ila’ ialah si suami bersumpah tidak akan mencampuri isterinya.
Dhihar ialah si suami menganggap bahwa isterinya itu seperti ibunya.
Kifarat ialah menebus dosa.

Dari Sulaiman bin Yasar r.a. ia berkata : “Saya mendapatkan lebih dari sepuluh laki-laki dari shahabat Rasulullah s.a.w. semuanya menghentikan orang-orang yang berila’.” Diriwayatkan oleh Syafi’i.
----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 401.

Kamis, 17 September 2009

ILA’, DHIHAR DAN KIFARAT (2)

Ila’ ialah si suami bersumpah tidak akan mencampuri isterinya.
Dhihar ialah si suami menganggap bahwa isterinya itu seperti ibunya.
Kifarat ialah menebus dosa.

Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata Apabila lewat empat bulan yang berila’ itu berhenti. sehingga mencerai dan tidak akan jatuh talak sehingga ia mentalak’.” Dikeluarkan oleh Bukhary.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 401.

Selasa, 15 September 2009

ILA’, DHIHAR DAN KIFARAT (1)

Ila’ ialah si suami bersumpah tidak akan mencampuri isterinya.
Dhihar ialah si suami menganggap bahwa isterinya itu seperti ibunya.
Kifarat ialah menebus dosa.

Dari ‘Aisyah r.a. ia berkata : “Rasulullah s.a.w. pernah bersumpah ila’ dari istri-istrinya dan beliau mengharamkan kemudian beliau jadikan yang haram jadi halal, dan menjadikan kifarat itu bagi yang bersumpah.” Diriwayatkan oleh Tirmidzy dan rawi-rawinya dapat dipercaya.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 401.

Minggu, 13 September 2009

RUJU’(3)

Dari Ibnu Umar ra. ; Bahwasanya ia tatkala mencerai istrinya, Nabi s.a.w. bersabda kepada Umar : “Suruhlah ia, agar meruju’ istrinya”. Muttafaq ‘alaih.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 400.

Jumat, 11 September 2009

RUJU’(2)

Dari Baihaqy meriwayatkannya dengan lafadh; Bahwasanya Imran bin Hushain r.a. ditanya dari hal yang meruju’ istrinya dengan tanpa saksi, ia berkata : “Ia tidak menurut sunnah, maka sekarang ia harus bersaksi.” Dan dalam sebuah riwayat, Thabrany menambah : “Dan hendaklah ia minta ampun kepada Allah”.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 400.

Rabu, 09 September 2009

RUJU’(1)

Dari ‘Imran bin Hushain r.a; Bahwasannya ia ditanya tentang laki-laki yang mencerai istrinya kemudian meruju’nya dengan tanpa saksi. Ia berkata : “Hendaklah engkau saksikan pada talaknya dan pada ruju’nya”. Demikianlah diriwayatkan oleh Abu Daud mauquf dan sanadnya shahih.
------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 400.

Senin, 07 September 2009

THALAQ / PERCERAIAN (13)

Dari ‘Aisyah r.a dari Nabi s.a.w., beliau berkata, “Dibebaskan hukum dari tiga golongan. 1). Dari yang tidur sehingga ia bangun, 2). Dari anak kecil hingga ia dewasa 3). Dari yang gila sehingga ia ingat atau sadar”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), kecuali Tirmidzy, dan disahkan oleh Hakim, dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Hibban.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 399.

Sabtu, 05 September 2009

THALAQ / PERCERAIAN (12)

Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Bagi anak Adam tidak ada nadzar pada perkara yang tidak ia miliki, dan tidak ada talak baginya pada yang bukan miliknya.” Diriwayatkan dan disahkan oleh Abu Daud dan Tirmidzy. Dan dinukil dari Bukhary bahwa hadits ini adalah paling sah dari hadits-hadits tentang hal ini.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 399.

Kamis, 03 September 2009

THALAQ / PERCERAIAN (11)

Dari ‘Aisyah r.a.; Bahwasanya Binti Jaun tatkala dihadapkan kepada Rasulullah s.a.w., dan beliau mendekatinya, ia berkata : “Saya berlindung kepada Allah dari gangguanmu”. Maka beliau bersabda : “Sungguh engkau telah berlindung kepada Yang Maha Agung, kembalilah kepada keluargamu”. Diriwayatkan oleh Bukhary.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 398.

Selasa, 01 September 2009

THALAQ / PERCERAIAN (10)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata ; “Apabila seorang laki-laki mengharamkan istrinya bukan dengan talak. Dan Ibnu ‘Abbas berkata : “Sungguh telah ada pada Rasulullah s.a.w. suatu contoh yang baik bagi kamu”. Diriwayatkan oleh Bukhary.

Dan dalam riwayat Muslim dari Ibnu ‘Abbas r.a.; “Apabila seorang laki-laki mengharamkan istrinya, maka itu adalah sumpah yang harus dikifaratinya.”
------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 398.

Minggu, 30 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (9)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala memberi ampun kepada ummatku daripada kekeliruan dan kelupaan, dan atas perkara-perkara yang terpaksa.” Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Hakim. Abu Hatim berkata : “Tidak tetap (tidak kuat)”.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 397-398.

Jumat, 28 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (8)

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah ta’ala mema’afkan ummatku pada apa-apa yang dibujukkan oleh hatinya, selama ia belum melakukannya dan tidak membicarakannya”. Muttafaq ‘alaih.
-----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 397.

Rabu, 26 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (7)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Ada tiga perkara yang sungguh-sungguhnya jadi sungguh, dan main-mainnyapun jadi sungguh-sungguh, ialah : nikah, talak dan ruju”. Diriwayatkan oleh Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i) kecuali Nasa’i dan disahkan oleh Hakim.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 396-397.

Senin, 24 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (6)

Dari Abu Daud telah meriwayatkannya dari jalan lain yang lebih baik dari padanya : “Sesungguhnya Abu Rukanah telah mentalak istrinya Suhaimah samasekali tiga talak sekaligus, dan ia berkata : “Demi Allah aku tidak bermaksud dengan talak itu, kecuali satu kali”. Maka Nabi s.a.w. mengembalikan istrinya kepadanya”.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 396.

Sabtu, 22 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (5)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata; Abu Rukanah telah mentalak Ummu Rukanah, maka Rasulullah s.a.w. bersabda kepadanya : “Ruju’lah istrimu itu”. Ia berkata : ‘Saya telah mentalaknya tiga kali”. Beliau bersabda : “Memang aku tahu, ruju’lah ia”. Diriwayatkan oleh Abu Daud.
---------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 395-396.

Kamis, 20 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (4)

Dari Mahmud bin Labid r.a. ia berkata; “Rasulullah s.a.w. diberitahukan tentang seorang laki-laki yang mentalak istrinya dengan tiga talak semuanya (sekaligus), maka beliau berdiri sambil marah, kemudian bersabda : “Apakah ia mempermainkan kitab Allah, padahal aku ada di kalangan kalian?”. Sehingga berdirilah seorang shahabat dan berkata : “Bolehkah saya membunuhnya?” Diriwayatkan oleh Nasa’i dan rawi-rawinya dapat dipercaya.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 395.

Selasa, 18 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (3)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata : “Adalah talak di zaman Nabi s.a.w. dan zaman Abubakar dan dua tahun di zaman kekhalifahan Umar, tiga talak (sekaligus) itu adalah satu”, dan Umar berkata : “Orang-orang itu sungguh tergesa-gesa dalam perkara yang padanya ada tempo banyak, kalaulah kami lanjutkan keadaan itu pada mereka, tentu dilanjutkan atas mereka” (tetap jatuh tiga talak). Diriwayatkan oleh Muslim.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 395.

Minggu, 16 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (2)

Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata; Bahwasanya ia mentalak istrinya yang sedang haidl di zaman Rasulullah s.a.w., lalu Umar bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang kejadian itu. Maka beliau menjawab : “Suruhlah ia merujunya, lalu hendaklah ia menahan istrinya sampai bersih, kemudian haidl lalu bersih lagi, kamudian kalau ia mau tahanlah istrinya itu, atau mentalaknya sebelum dicampuri; dan itu adalah ‘iddah yang Allah perintahkan apabila perempuan ditalak”. Muttafaq ‘alaih.

Dan pada sebuah riwayat Muslim; “Suruhlah ia meruju’nya, kemudian mentalaknya dalam keadaan bersih atau sedang hamil”. Dan dalam riwayat lain dalam Bukhary : “Dan dihitung satu talak”.

Dan pada sebuah riwayat Muslim, Ibnu Umar berkata; (Seseorang berkata kepadanya) : “Engkau mentalaknya sekali atau dua kali. Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. menyuruh saya supaya saya meruju’nya, kemudian saya menahannya sehingga bersih, lalu saya mentalaknya sebelum saya mencampurinya. Tapi apabila engkau telah mentalaknya tiga kali sungguh engkau telah durhaka kepada Tuhanmu pada perkara yang diperintahkan kepadamu mengenai talak istrimu itu”.

Jadi kalau engkau meruju’nya kembali padahal sudah jatuh talak tiga kali, maka engkau telah durhaka kepada Tuhan: sebab talak yang masih dapat meruju’ itu hanya dua kali, sebagaimana Firnan Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 229 : “Talak itu tanya dua kali, kalau ia mau, boleh menahannya cara suka sama suka, atau melepaskannya secara baik”.

Dan dalam sebuah riwayat lainnya; Abdullah bin Umar berkata : “Maka Rasulullah s.a.w. mengembalikan istri saya itu kepada saya dan beliau tidak menganggap apa-apa, dan beiau bersabda : “Apabila istrinya itu sudah bersih, hendaklah ía mentalaknya atau menahannya”.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 393-394.

Jumat, 14 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (1)

Dari Ibnu Umar r.a.,ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Diantara barang-barang yang halal yang dibenci oleh Allah, adalah talak”. Diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah, dan disahkan oleh Hakim, dan Abu Hatim menguatkan kemursalannya.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 393.

Rabu, 12 Agustus 2009

KHULU’ (Wanita Melepaskan Ikatan Perkawinan)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a.; “Sesungguhnya istri Tsabit bin Qais telah menghadap kepada Nabi s.a.w. ia berkata : “Ya Rasulullah, saya tidak mencela akan kelakuan Tsabit bin Qais dan tidak pula mencela agamanya, akan tetapi saya tidak mau kufur dalam Islam” (Tsabit bin Qais Itu bangsa Khazraj kulitnya hitam, perawakannya pendek, muka buruk, isterinya tidak suka kepadanya; yang dimaksud dengan kata “Aku tidak mau kufur dalam Islam” itu ialah “nusyuz” (durhaka pada suami sebagaimana yang tersebut dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 34)). Maka Rasulullah s.a.w. bersabda : “Maukah anda mengembalikan kebunnya?” (Tsabit bin Qais kawin dengan wanita itu dengan maskawin berupa kebun. Jadi perempuan yang melakukan khulu’ itu harus mengembalikan maskawinnya.) Ia menjawab : “Ya”. Maka Rasulullah s.a.w. bersabda (kepada Tsabit): “Terimalah kebun itu, dan talaklah istrimu itu satu kali”. Diriwayatkan oleh Bukhary. Dan dalam sebuah riwayat : “Dan beliau menyuruhnya agar mentalak istrinya”.

Dan menurut riwayat Abu Daud dan Tirmidzy dan dihasankannya ; ”Bahwasanya istri Tsabit bin Qais mengajukan permohonan agar tali perkawinan dengan suaminya itu. lepas, maka Nabi s.aw. memutuskan ‘iddahnya itu satu kali haid”.

Dan pada riwayat ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya r.a. dalam riwayat Ibnu Majah; Sesungguhnya Tsabit bin Qais itu adalah orang yang buruk rupa dan bentuknya, dan istrinya berkata : Kalaulah saya tidak takut pada Allah, tentu saya ludahi muka suami saya itu apabila ia mendatangi pada saya”. Dan dalam riwayat Ahmad dari hadits Sahal bin Abi Hasmah: “Dan kejadian itu adalah permulaan khulu’ dalam Islam”.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 391-393.

Senin, 10 Agustus 2009

GILIRAN DI ANTARA ISTRI-ISTRI (8)

Dari Abdullah bin Zam’ah r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Janganlah seseorang di antara kalian memukul istrinya seperti memukul abid (budak belian)”. Diriwayatkan oleh Bukhary.

Hadits ini menunjukkan bahwa suami boleh memukul isterinya, bilamana perlu, tapi jangan melebihi batas, dan jangan seperti memukul budak belian
Dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 34 : “Isteri-isteri yang durhaka kepadamu, hendaklah kalian menasihatinya, dan tinggalkanlah mereka di tempat tidurnya sendirian, dan boleh kalian memukul mereka bila mereka tetap durhaka”.
-----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 391.

Sabtu, 08 Agustus 2009

GILIRAN DI ANTARA ISTRI-ISTRI (7)

Dari ‘Aisyah r.a.; “Bahwasannya Rasulullah s.a.w. pernah bertanya di kala sakitnya yang menyebabkan kematiannya Dimanakah besok saya harus bergilir?”; beliau maksudkan giliran ‘Aisyah; dan istri-istrinya mengizinkan bergilir di mana saja beliau mau, maka beliau tinggal di rumah ‘Aisyah”. Muttafaq ‘alaih.

Dari padanya r.a., ia berkata; “Adalah Rasulullah s.a.w. apabila hendak bepergian, beliau mengundi istri-istrinya, dan mana saja yang menang dalam giliran itu, beliau bepergian dengannya”. Muttafaq ‘alaih.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 390-391.

Kamis, 06 Agustus 2009

GILIRAN DI ANTARA ISTRI-ISTRI (6)

Dari Urwah r.a. ia berkata : ‘Aisyah berkata : “Hai anak saudaraku, keadaan Rasulullah s.a.w. tidak melebihkan sebahagian dari kami dan dari sebahagaiannya di tentang giliran diam(tinggal)nya pada kami; dan beliau punya sedikit waktu pada satu hari untuk keliling pada kami semuanya, beliau mendekati tiap-tiap istrinya tanpa campur, kecuali kalau sudah sampai pada giliran istrinya yang mendapat gulirannya, beliau bermalam padanya”. Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud dan lafadh ini dalam riwayatnya, disahkan oleh Hakim.

Dan pada riwayat Muslim dari ‘Aisyah r.a., ia berkata ; “Adalah Rasulullah s.a.w. apabila beliau telah sholat Ashar, lalu berkeliling pada istri-istrinya, dan beliau mendekat, mereka”. Alhadits.
--------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 389-390.

Selasa, 04 Agustus 2009

GILIRAN DI ANTARA ISTRI-ISTRI (5)

Dari ‘Aisyah r.a.;”Bahwasannya Saudah binti Zam’ah telah memberikan gilirannya kepada ‘Aisyah, jadi Nabi s.a.w. menggilir untuk ‘Aisyah, dengan gilirannya dan giliran Saudah”. Muttafaq ‘alaih.
--------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 389.

Minggu, 02 Agustus 2009

GILIRAN DI ANTARA ISTRI-ISTRI (4)

Dari Ummu Salamah r.a.; “Bahwasannya Nabi s.a.w. tatkala ia mengawininya, beliau tinggal padanya tiga hari, dan beliau bersabda : “Sesungguhnya bukan penghinaan atas ahlimu dengan kamu ini, kalau kamu mau, saya genapkan tujuh hari untukmu, dan kalau saya genapkan tujuh hari padamu, niscaya sayapun harus membagi tujuh-tujuh hari pada istri-istriku”. Diriwayatkan oleh Muslim.
------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 389.

Jumat, 31 Juli 2009

GILIRAN DI ANTARA ISTRI-ISTRI (3)

Dari Anas ra., ia berkata ; “Termasuk sunnah apabila laki-laki mengawini gadis atau janda; ia tinggal pada gadis itu tujuh hari, kemudian digilir; dan apabila ia mengawini janda, ia tinggal padanya tiga hari, kemudian digilir”. Muttafaq ‘alaih, dan lafadh ini pada Bukhary.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 389.

Rabu, 29 Juli 2009

GILIRAN DI ANTARA ISTRI-ISTRI (2)

Dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang punya dua istri, kemudian ia berat sebelah terhadap istri-istrinya itu, maka di hari qiyamat ia akan datang dengan keadaan miring badannya”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), dan sanadnya shahih.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 388-389.

Senin, 27 Juli 2009

GILIRAN DI ANTARA ISTRI-ISTRI (1)

Dari ‘Aisyah r.a., ia berkata; Adalah Rasulullah s.a.w. membagi giliran di antara istri-istrinya dengan adil, dan beliau mendo’a : “Ya Allah, inilah pembahagianku pada apa-apa yang kumiliki, dan janganlah Engkau mencela hamba pada apa-apa yang Engkau miliki dan hamba tidak memilikinya”. Diriwayatkan oleh Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), disahkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim, tapi Tirmidzy menguatkan mursalnya.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 388.

Sabtu, 25 Juli 2009

WALIMAH / KENDURI (11)

Dari Abu Qatadah r.a., bahwa Nabi s.a.w., beliau bersabda : “Apabila seseorang di antara kalian minum, janganlah bernafas di dalam bejana itu”. Muttafaq ‘alaih.

Dan dalam riwayat Abu Daud dan Ibnu ‘Abbas r.a. seperti itu pula, dan ditambah : “Dan jangan meniup-niup dalam bejana itu”. Disahkan oleh Tirmidzy.
------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 387-388.

Kamis, 23 Juli 2009

WALIMAH / KENDURI (10)

Dari Jabir r.a. dari Nabi s.a.w., beliau bersabda : “Jangan kalian makan dengan tangan kiri, sebab setan makannya dengan tangan kiri”. Diriwayatkan oleh Muslim.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 387.

Selasa, 21 Juli 2009

WALIMAH / KENDURI (9)

Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata ; “Rasulullah s.a.w. samasekali tidak suka mencela makanan, apabila beliau suka dimakannya, dan apabila tidak suka, dibiarkannya”. Muttafaq ‘alaih.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 387.

Minggu, 19 Juli 2009

WALIMAH / KENDURI (8)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a.; Bahwasanya Nabi s.a.w diberi sepiring tsarid (sebangsa bubur), maka beliau bersabda : “Makanlah dari pinggirnya dan jangan makan dari tengahnya, sebab berkah itu turun di tengahnya”. Diriwayatkan oleh Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), dan ini lafadh Nasa’i dan sanadnya shahih.
--------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 387.

Jumat, 17 Juli 2009

WALIMAH / KENDURI (7)

Dari Umar bin Abu Salamah ia berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda kepada saya : “Hai anak, sebutlah nama Allah dan makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang hampir (dekat) padamu”. Muttafaq ‘alaih.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 386-387.

Rabu, 15 Juli 2009

WALIMAH / KENDURI (6)

Dari Abu Juhaifah r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Aku tidak makan sambil bersandar”. Diriwayatkan oleh Bukhary.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 386.

Senin, 13 Juli 2009

WALIMAH / KENDURI (5)

Dari Anas r.a. ia berkata ; “Nabi s.a.w. tinggal di antara Khaibar dan Medinah tiga malam, beliau kawin dengan Shafiyah; lalu saya mengundang kaum Muslimin kepada walimahnya. Dan pada walimah itu tidak ada roti tidak ada daging, dan tidak ada apa-apa kecuali beliau menyuruh membentangkan tikar kemudian diletakkan di atasnya kurma, aqit (semacam makanan) dan samin”. Muttafaq ‘alaih dan lafadh ini pada Bukhary.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 385-386.

Sabtu, 11 Juli 2009

WALIMAH / KENDURI (4)

Dari Shafiyah binti Syaibah r.a. ia berkata ; “Nabi s.a.w. berwalimah untuk sebahagian istri-istrinya dengan gandum dua mud”. Diriwayatkan oleh Bukhary.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 385.

Kamis, 09 Juli 2009

WALIMAH / KENDURI (3)

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata; Rasulullah saw. bersabda : “Sejelek-jeleknya makanan ialah makanan walimah di mana tidak diundang orang yang mau akan makanan itu (orang fakir miskin), dan yang diundang orang-orang yang tidak menyukainya (orang.orang kaya), dan barangsiapa yang tidak mengabulkan akan undangan, maka ia telah durhaka kepada Allah dan Rasulullah”. Diriwayatkan oleh Muslim.

Dari padanya r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : ”Apabila seseorang di antara kalian diundang, hendaklah ia datang, apabila ia sedang puasa hendaklah ia mendo’akan, dan apabila tidak sedang puasa hendaklah ia makan”
. Diriwayatkan oleh Muslim pula.

Dan dalam riwayat Muslim dari Jabir r.a. seperti hadits itu pula, beliau bersabda : “Kalau ia mau, makanlah dan apabila tidak, tinggalkanlah (tidak usah makan)”.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 384-385.

Selasa, 07 Juli 2009

WALIMAH / KENDURI (2)

Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda : “Apabila seseorang dari kalian diundang pada walimah, hendaklah ia mendatanginya”. Muttafaq ‘alaih. Dan dalam riwayat Muslim : “Apabila seseorang di antara kalian mengundang saudaranya untuk perkawinan atau sebagainya, hendaklah ia (yang diundang itu) mengabulkannya”.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 384.

Minggu, 05 Juli 2009

WALIMAH / KENDURI (1)

Dari Anas bin Malik r.a.; Bahwasanya Nabi s.a.w. melihat bekas kuning pada Abdurrahman bin Auf, dan beliau bertanya : “Apa ini ?“ Ia menjawab : “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya telah mengawini seorang perempuan dengan maskawin berupa emas sebesar biji kurma”. Beliau bersabda : “Semoga Allah memberkatimu, berwalimahlah walau dengan seekor kambing”. Muttafaq ‘alaih. Dan lafadh ini dalam Muslim.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 383.

Jumat, 03 Juli 2009

MASKAWIN (7)

Dari Sahal bin Sa’ad ra. ia berkata; “Nabi pernah mengawinkan seorang laki-laki kepada seorang perempuan dengan maskawin sebuah cincin besi”. Diriwayatkan oleh Hakim.

Dari Uqbah bin Amir r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda ; “Sebaik-baiknya maskawin itu adalah yang termudah”. Dikeluarkan oleh Abu Daud dan disahkan oleh Hakim.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 382-383.

Rabu, 01 Juli 2009

MASKAWIN (6)

Dari Jabir bin Abdullah r.a. bahwa Nabi sa.w. bersabda : Barangsiapa yang memberikan maskawinnya seorang wanita berupa sawik (tepung terigu) atau kurma, maka ia telah menghalalkannya”. Dikeluarkan oleh Abu Daud, dan ia isyaratkan akan mentarjih mauqufnya.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 381-382.

Senin, 29 Juni 2009

MASKAWIN (5)

Dari ‘Alqamah dan Ibnu Mas’ud ra.; “Bahwasanya ia ditanya tentang laki-laki yang mengawini seorang perempuan yang belum ditentukan maskawinnya, dan ia belum mencampurinya sehingga laki-laki itu meninggal dunia”. Ibnu Mas’ud berkata : “Ia mempunyai maskawin sebagaimana maskawinnya perempuan-perempuan lainnya tidak kurang dan tidak lebih, ia mempunyai ‘iddah, dan menerima waris.” Maka Ma’qil bin Sinan berdiri dan berkata : “Rasulullah s.a.w. telah memberi keputusan terhadap Barwa binti Wasyiq seorang wanita dari golongan kita, sebagaimana yang engkau putuskan”. Maka Ibnu Mas’ud merasa senang dengan itu”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), dan disahkan oleh Tirmidzy, dan dihasankan oleh Jamaah.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 381.

Sabtu, 27 Juni 2009

MASKAWIN (4)

Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya r.a. ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Perempuan yang dikawin dengan maskawin, atau dengan tambahan maskawin (suatu pemberian) atau barang yang dijanjikan oleh bakal suami sebelum nikah, maka barang itu kepunyaan perempuan itu, dan yang sesudah perkawinan maka barang itu untuk yang diberinya, dan yang paling hak dimuliakan oleh laki-laki itu ialah anaknya yang perempuan atau saudaranya yang perempuan”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), kecuali Tirmidzy.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 380-381.

Kamis, 25 Juni 2009

MASKAWIN (3)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. ia berkata ; Ketika ‘Ali kawin kepada Fatimah r.a. Rasulullah bersabda kepadanya : “Berilah Fatimah itu apa saja”. ‘Ali berkata ; “Saya tak punya apa-apa”. Beliau bersabda : “Mana pakaian perang Hutomiyahmu ?“ Diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasa’i dan disahkan oleh Hakim.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 380.

Selasa, 23 Juni 2009

MASKAWIN (2)

Dari Abu Salamah bin Abdurrahman r.a. ia berkata ; Saya bertanya kepada ‘Aisyah r.a. (istri Nabi s.a.w.): “Berapakah maskawinnya Rasulullah s.a.w. ?“ Jawabnya : “Adalah maskawin beliau kepada istri-istrinya ialah duabelas uqiyah dan nasy”. Ia bertanya : “Tahukah engkau berapa nasy itu ?“ Ia berkata ; Saya jawab : “Tidak”. Ia berkata lagi; Nasy itu adalah setengah uqiyah, maka maskawin itu ialah limaratus dirham; inilah maskawin Rasulullah s.a.w pada istri-istrinya”. Diriwayatkan oleh Muslim.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 379-380.

Minggu, 21 Juni 2009

MASKAWIN (1)

Dari Anas r.a. dari Nabi s,a.w.; “Bahwasanya beliau memerdekakan Shafiyah, dan beliau jadikan kemerdekaannya itu sebagai maskawin”. Muttafaq ‘alaih.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 379.

Jumat, 19 Juni 2009

MENGUMPULI ISTERI (12)

Dari Anas bin Malik r.a.; “Bahwasanya Nabi s.a.w. pernah berkeliling (bergilir) kepada istrinya dengan satu mandi saja”. Diriwayatkan oleh mereka berdua (Imam Bukhary dan Muslim), dan lafadh ini dalam riwayat Muslim.
------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 379.

Rabu, 17 Juni 2009

MENGUMPULI ISTERI (11)

Dari Jabir r.a. ia berkata; “Kami biasa melakukan ‘azal di zaman Rasulullah s.a.w., sedangkan Qur’an masih turun, kalaulah ada sesuatu yang dilarang, tentu Qur’an akan melarang kami dari perbuatan itu”. Muttafaq ‘alaih, dan dalam riwayat Muslim : “Dan perbuatan itu sampai kepada Nabi s.a.w., dan beliau tidak melarang kami berbuat itu”.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 379.

Senin, 15 Juni 2009

MENGUMPULI ISTERI (10)

Dari Abu Sa’id Alkhudriyyi r.a., bahwasanya seorang laki-laki bertanya : “Ya Rasulullah, saya punya seorang jariyah (hamba sahaya perempuan) dan saya melakukan ‘azal padanya, karena saya tidak mau ia hamil, sedangkan saya ingin kepada apa yang diinginkan tiap laki-laki, dan orang Yahudi berkata bahwa ‘azal itu adalah mengubur anak hidup-hidup”. Beliau bersabda ; “Orang-orang Yahudi berdusta, kalau ‘Allah ingin menjadikannya, maka engkau tidak akan kuasa menolaknya”. Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, dan lafadh ini adalah dalam riwayatnya, dan Nasa’i, Thahawy, dan rawi-rawinya dapat dipercaya.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 378-379.

Sabtu, 13 Juni 2009

MENGUMPULI ISTERI (9)

Dari Judzamah binti Wahab r.a. ia berkata ; Saya menghadap Rasulullah s.a.w. di antara orang banyak dan beliau sedang bersabda : “Sungguh aku bermaksud melarang melakukan ghilah (menyetubuhi istri yang sedang hamil atau sedang menyusui), tapi aku melihat orang Rum dan orang Persi melakukan ghilah terhadap anak-anak mereka, dan perbuatan ini tidak membahayakan akan anak-anak mereka”. Lalu mereka bertanya tentang azal (mengeluarkan mani di luar kemaluan perempuan supaya tidak mengandung), maka Rasulullah s.a.w. bersabda: “Demikian itu mengubur anak hidup-hidup dengan samar.” Diriwayatkan oleh Muslim.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 378.

Kamis, 11 Juni 2009

MENGUMPULI ISTERI (8)

Dari Ibnu Umar r.a.; “Sesungguhnya Nabi s.a.w. mengutuk perempuan yang memakai cemara dan yang minta dipakaikan cemara, dan perempuan yang mencecah kulit (membuat tahi lalat) dan yang minta dicecah kulitnya”. Muttafaq ‘alaih.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 377.

Selasa, 09 Juni 2009

MENGUMPULI ISTERI (7)

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w., beliau bersabda : “Apabila suami mengajak istrinya kepada kasurnya (bersetubuh) dan si istri itu menolak untuk datang, dan si suami tidur dalam keadaan marah, maka malaikat mengutuk perempuan itu sampai pagi”. Muttafaq ‘alaih, dan lafadh ini dalam Bukhany. Dan dalam riwayat Muslim : “Adalah yang dilangit marah pada waktu itu, sehingga suaminya senang kembali”.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 377.

Minggu, 07 Juni 2009

MENGUMPULI ISTERI (6)

Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Apabila seseorang di antara kalian akan menyetubuhi istrinya, hendaklah ia mengucapkan : “ALLAHUMMA JANNIBNAASYSYYTHONA WAJANNIBISYSYAYTHOONA MA ROZAQTANA” (Dengan nama Allah, ya Tuhan, jauhkanlah kami daripada syetan, dan jauhkanlah syetan itu dari apa yang telah Engkau rizkikan kepada kami (dari keturunan kami))”; dan kalau ditakdirkan suami-istni itu punya anak dari persetubuhan itu, maka setan tidak akan memadlaratkan anak itu selama-lamanya”. Muttafaq ‘alaih.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 377.

Jumat, 05 Juni 2009

MENGUMPULI ISTERI (5)

Dari Jabir bin Abdullah r.a. ia berkata; Adalah kaum Yahudi berkata : “Apabila laki -laki menyetubuhi istrinya dari belakangnya pada kemaluannya, maka kelak anaknya juling matanya.” Maka turunlah ayat (yang artinya) : “Istri-istri kalian itu adalah seperti kebun kalian (tempat menanam benih), maka tanamilah kebun kalian itu dari mana saja kalian suka”. Muttafaq ‘alaih, dan lafadh ini dalam Muslim.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 376.

Rabu, 03 Juni 2009

MENGUMPULI ISTERI (4)

Dari Hakim bin Muawiyah dari ayahnya r.a. ia berkata; Saya bertanya : “Ya Rasulullah, apakah hak istri seseorang daripada kami?” Beliau menjawab : “Engkau memberinya makan apabila engkau makan, dan memberinya pakaian kalau engkau berpakaian, janganlah engkau memukul muka, dan jangan mencela, dan jangan meninggalkan (membiarkannya) kecuali di dalam rumah”. Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Majah Bukhary menta’liknya sebahagian, dan disahkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 376.

Senin, 01 Juni 2009

MENGUMPULI ISTERI (3)

Dari Abu Sa’id Alkhudriyyi r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya seburuk-buruknya manusia di sisi Allah tempatnya di hari kiamat, ialah laki-laki yang mencurahkan kasih kepada istrinya, dan istrinyapun mencurahkan pula kepadanya, kemudian ia menyebarkan rahasianya (rahasia istrinya)”. Dikeluarkan oleh Muslim.
--------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 375-376.

Sabtu, 30 Mei 2009

MENGUMPULI ISTERI (2)

Dari Jabir r.a. ia berkata ; Kami pernah bersama Nabi s.a.w. pada suatu peperangan, maka tatkala kami sampai di Madinah, kami hendak masuk ke dalam kota, maka Nabi s.a.w. bersabda : “Nantilah, jangan tergesa-gesa. sehingga kamu masuk di waktu malam, ialah waktu ‘Isya’, supaya perempuan itu menyisir dahulu rambutnya dan mencukur apa yang perlu”. Muttafaq ‘alaih. Dan pada riwayat Bukhary : “Apabila seseorang dari kalian lama tidak nampak, janganlah ia mengetuk pintu pada ahlinya di waktu malam”.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 375.

Kamis, 28 Mei 2009

MENGUMPULI ISTERI (1)

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, janganlah ia menyakiti tetangganya. Hendaklah kalian berwasiat dengan kebaikan terhadap perempuan, karena mereka itu dijadikan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok itu ialah yang paling atas. Kalau engkau ingin meluruskannya (sekaligus), niscaya engkau mematahkannya, tapi kalau kaubiarkan, niscaya ia tetap bengkok. Hendaklah kalian berwasiat (bernasihat) dengan baik-baik terhadap perempuan”. Muttafaq ‘alaih, dan lafadh ini dalam Bukhary. Dan dalam riwayat Muslim ; “Kalau engkau ingin bersenang-senang dengannya, niscaya engkau dapat bersenang-senang, akan tetapi sifat bengkok itu tetap ada padanya; kalau engkau ingin meluruskannya, niscaya engkau mematahkannya, dan arti patah itu ialah mentalaknya”.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 374-375.

Selasa, 26 Mei 2009

KUFU (PERSESUAIAN) DAN PEMILIHAN (9)

Dan lagi dari jalan Said bin Musayyab r.a. ia berkata; “Umar telah memberi keputusan tentang orang yang lemah alat kelaminnya (sudah impotent) diberi waktu satu tahun lamanya”. Rawi-rawinya dapat dipercaya.
------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 373.

Minggu, 24 Mei 2009

KUFU (PERSESUAIAN) DAN PEMILIHAN (8)

Dan Sa’id meriwayatkan pula dari ‘Ali hadits seperti itu, dan ditambah “Dan perempuan itu berpenyakit qorn (penyakit kelamin), maka suaminya boleh pilih, dan apabila ia telah menyetubuhinya), maka perempuan itu berhak menerima maskawinnya, karena telah dihalalkan kemaluannya”.
----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 373.

Jumat, 22 Mei 2009

KUFU (PERSESUAIAN) DAN PEMILIHAN (7)

Dari Sa’id bin Almusayyab bahwasanya Umar bin Khattab berkata ; “Apabila seorang laki-laki mengawini seorang wanita, lalu menyampurinya dan terdapat perempuan itu berpenyakit kudis, atau gila, atau kusta, maka perempuan itu berhak menerima maskawjn, sebab ia telah disentuh olehnya, dan laki-laki itu berhak (berbuat sesuatu) atas orang yang telah menipu dia (tentang perkawinan)”. Dikeluarkan oleh Sa’id bin Mansur dan Malik bin Abu Syaibah dan rawi-nawinya dapat dipercaya.
-------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 373.

Rabu, 20 Mei 2009

KUFU (PERSESUAIAN) DAN PEMILIHAN (6)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. ia berkata ; Seorang perempuan masuk Islam kemudian kawin. Lantas suaminya (yang dahulu) datang dan berkata kepada Rasulullah “Ya Rasulullah, sungguh saya telah masuk Islam dan istri itupun mengetahui akan keislaman saya”. Lalu Rasulullah s.a.w. mencabut perempuan itu dari suaminya yang kedua, dan dikembalikan kepada suaminya yang pertama.” Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah dan disahkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 372.

Senin, 18 Mei 2009

KUFU (PERSESUAIAN) DAN PEMILIHAN (5)

Dari ‘Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya r.a. “Bahwasanya Nabi s.a.w. mengembalikan anaknya yang perempuan bernama Zainab kepada Abul ‘Ash dengan perkawinan yang baharu”. Tirmidzy berkata : “Hadits Ibnu ‘Abbas lebih bagus sanadnya, dan pelaksanaan dengan dasar hadits ‘Amr bin Syuaib.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 371-372.

Sabtu, 16 Mei 2009

KUFU (PERSESUAIAN) DAN PEMILIHAN (4)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. ia berkata ; “Nabi s.a.w. mengembalikan anaknya yang perempuan bernama Zainab kepada Abil ‘Ash bin Rabi’ setelah enam tahun dengan perkawinannya yang pertama (sebelum masuk Islam) dan tidak membaharui lagi perkawinannya.” Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), kecuali Nasa’i, dan disahkan oleh Ahmad dan Hakim.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 371.

Kamis, 14 Mei 2009

KUFU (PERSESUAIAN) DAN PEMILIHAN (3)

Dari ‘Aisyah r.a ia berkata; “Barirah telah disuruh memilih jodohnya ketika ia telah dimerdekakan”. Muttafaq ‘alaih dalam hadits yang panjang. Dan dalam riwayat Muslim dari padanya pula r.a.: “Bahwa suaminya itu adalah hamba sahaya”. Dan dalam sebuah riwayat dari padanya : “Suaminya itu orang merdeka”. Dan yang pertama itulah yang lebih teguh. Dan ada keterangan yang sah dari Ibnu ‘Abbas r.a. dalam riwayat Bukhary : “Bahwasanya suaminya itu adalah hamba sahaya”.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 370.

Selasa, 12 Mei 2009

KUFU (PERSESUAIAN) DAN PEMILIHAN (2)

Dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda : “Hay Bani Bayadlah, kawinkanlah Abu Hindun, dan nikahkanlah kepadanya”. Abu Hindun itu tukang bekam”. Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Hakim dengan sanad yang baik.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 369-370.

Minggu, 10 Mei 2009

KUFU (PERSESUAIAN) DAN PEMILIHAN (1)

Dari Fatimah binti Qais r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda kepadanya : “Kawinlah dengan Usamah”. Diriwayatkan oleh Muslim.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 369.

Jumat, 08 Mei 2009

URUSAN PERKAWINAN (25)

Dari ‘Aisyah r.a. ia berkata; Seorang laki-laki telah mentalak istrinya tiga kali, lalu dikawin oleh laki-laki lain dan ditalaknya sebelum dicampuri; kemudian suaminya yang dahulu ingin mengawininya lagi. dan ia bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang itu, beliau bersabda: “Jangan, sehingga laki-laki lain merasai manisnya percampuran (bersetubuh) dengan perempuan itu sebagaimana yang dirasakan oleh suaminya yang dahulu”. Muttafaq ‘alaih, dan lafadh ini dalam riwayat Muslim.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 368.

Rabu, 06 Mei 2009

URUSAN PERKAWINAN (24)

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda : “Tidak boleh kawin orang yang telah berzina telah dijilid (kena hukuman cambuk), kecuali dengan orang yang semacamnya”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud, dan rawi-rawinya dapat dipercaya.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 368.

Senin, 04 Mei 2009

URUSAN PERKAWINAN (23)

Dari Ibnu Mas’ud r.a. ia berkata ; “Rasulullah mengutuk orang yang menghalalkan dan yang dihalalkan)”. Diriwayatkan oleh Ahmad, Nasa’i, Tirmidzy, dan disahkannya. Dan dalam bab ini dan Ali diriwayatkan pula oleh Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i) kecuali Nasa’i.

(Penyelang dan yang diselang) Perempuan yang sudah ditalak tiga kali, maka suaminya tidak dapat mengawininya lagi (tak dapat diruju’) sebelum dikawin oleh laki-laki lain. Si A mentalak istrinya yang ke tiga kalinya sehingga habis ‘iddah, lalu menyuruh si B mengawini bekas istrinya itu dengan penjanjian supaya ditalak lagi, dengan demikian si A bisa kawin lagi kepada perempuan itu. Si A disebut Muhaltal dan si B disebut Muhallil, dua-duanya dikutuk Rasulullah s.a.w.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 367-368.

Sabtu, 02 Mei 2009

URUSAN PERKAWINAN (22)

Dari Rabi’ bin Saburah dari ayahnya r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya aku pernah mengizinkan kepada kalian mengawini perempuan untuk sementara waktu dan Allah telah mengharamkannya demikian itu sampai hari kiamah, Maka barangsiapa yang mempunyai sesuatu dari perempuan-perempuan itu hendaklah ia membiarkan jalannya (melepaskannya), dan janganlah kalian mengambil sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka”. Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah, Ahmad dan Ibnu Hibban.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 367.

Kamis, 30 April 2009

URUSAN PERKAWINAN (21)

Dari ‘Ali r.a. ia berkata; “Rasulullah s.a.w. melarang kawin untuk sementana waktu pada tahun Khaibar”. Muttafaq ‘alaih.

Dari padanya r.a.: “Bahwasanya Rasulullah s.a.w. melarang kawin untuk sementara waktu, dan makan keledai kampung pada perang Khaibar”. Diriwayatkan oleh Imam yang Tujuh (Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Nasa’i) kecuali Abu Daud.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 366-367.

Selasa, 28 April 2009

URUSAN PERKAWINAN (20)

Dari Salam bin Akwa’ r.a ia berkata ; “Rasulullah s.a.w. memperbolehkan kawin untuk sementara waktu pada tahun Authas selama tiga hari, kemudian beliau melarangnya”. Diriwayatkan oleh Muslim.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 366.

Minggu, 26 April 2009

URUSAN PERKAWINAN (19)

Dari Uqbah bin Amir r.a. ia berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya syarat yang paling hak dipenuhi itu ialah memenuhi apa yang buat menghalalkan farji (kemaluan)”. Muttafaq ‘alaih.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 366.

Jumat, 24 April 2009

URUSAN PERKAWINAN (18)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. ia berkata ; “Nabi s.a.w. kawin dengan Maimunah sedangkan beliau sedang ihram”. Muttafaq ‘alaih.

Dan dalam riwayat Muslim dari Maimunah sendiri r.a.; “Bahwasanya Nabi s.a.w. mengawininya dan beliau dalam keadaan halal (tahlul)”
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 365-366.

Rabu, 22 April 2009

URUSAN PERKAWINAN (17)

Dari Utsman r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Orang yang sedang ihrom tidak boleh kawin dan tidak boleh mengawinkan”. Diriwayatkan oleh Muslim”. Dan pada sebuah riwayat lagi” Dan tidak boleh meminang”. Dan ditambah oleh Ibnu Hibban. “Dan tidak boleh dipinang”.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 365.

Senin, 20 April 2009

URUSAN PERKAWINAN (16)

Dari Abu Hurairah r.a.. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Tidak boleh perempuan dikawin bersama-sama dengan saudara perempuan ayahnya, dan tidak boleh perempuan dikawin bersama-sama dengan saudara perempuan ibunya’ . Muttafaq ‘alaih.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 365.

Sabtu, 18 April 2009

URUSAN PERKAWINAN (15)

Dari Jabir r.a. ia berkata : Rasulullah s.a.w bersabda : “Hamba sahaya (budak) yang kawin tanpa seizin tuannya atau ahlinya, maka ia itu berzina” Diriwayatkan oleh Ahmad. Abu Daud, Tirmidzy, dan disahkannya, demikian pula Ibnu Hibban.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 365.

Kamis, 16 April 2009

URUSAN PERKAWINAN (14)

Dari Hasan dari Samurah r.a. dari Nabi s a.w. bèliau bersabda : “Perempuan yang dikawinkan oleh dua wali, maka ia bagi yang pertama”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), dan dihasankan oleh Tirmidzy.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 364.