"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Jumat, 31 Januari 2014

DASAR IDEAL BUAT NEGARA YANG BARU TUMBUH

Karena dasar ini pulalah maka di sini saya kutip bagian-bagian permulaan Surah At-Taubah itu secara keseluruhan. Dengan hasrat supaya dasar itu diketahui oleh semua orang Arab, Ali bukan saja membacakan ayat-ayat Bara’ah (At-Taubah) itu pada musim haji saja — menurut suatu sumber yang sudah disetujui — melainkan juga sesudah itu pun dibacakannya pula di rumah-rumah mereka — demikian sumber-sumber lain menyebutkan. Kalau orang membaca bagian-bagian permulaan Surah Bara’ah ini lalu diulang membacanya dan diteliti dengan seksama, orang akan merasakan sekali bahwa itulah dasar ideal dalam bentuk yang paling jelas bagi setiap negara yang baru tumbuh. Turunnya Surah Bara’ah ini secara keseluruhan ialah pada ekspedisi terakhir yang dilakukan Nabi. Setelah penduduk Ta’if datang menyatakan diri sebagai keluarga agama baru ini, setelah seluruh Hijaz berikut Tihama dan Najd bernaung di bawah bendera Islam, dan setelah sebagian besar kabilah-kabilah selatan semenanjung menyatakan diri tunduk kepada Muhammad dan bergabung ke dalam ajaran agamanya, ketika itulah tampak hikmah sejarah turunnya ayat-ayat yang mengatur dasar negara ideal sampai pada waktu itu. Supaya negara menjadi kuat, maka ia harus mempunyai suatu ideologi ideal yang umum sifatnva dapat dijadikan keyakinan masyarakat dan semua bersedia pula membelanya dengan segala kekuatan dan kemampuan yang ada. Dalam hal ini mana pula ada suatu ideologi yang lebih besar daripada keimanan kepada Allah Yang Mahaesa dan tidak bersekutu. Dan daripada suatu kesadaran bahwa ia merasa dirinya berhubungan dengan Alam dengan segala manifestasinya yang paling tinggi. Tak ada yang dapat menguasai dirinya selain Allah dan hanya Allah pula dapat mengawasi hati nuraninya. Apabila ada orang yang menentang ideologi umum yang harus menjadi dasar negara ini, maka mereka itu ialah orang-orang fasik, orang-orang yang mau menyebarkan benih-benih pergolakan perang saudara dan fitnah yang merusak. Oleh karena itu, terhadap orang-orang semacam itu tidak ada suatu perjanjian. Negara harus memerangi mereka. Kalau pembangkangan mereka terhadap ideologi umum itu bersifat liar dan tak terkemudikan, mereka harus diperangi sampai mereka tunduk. Kalau pembangkangannya terhadap ideologi bersitat tidak liar dan dapat dikendalikan —seperti halnya dengan Ahli Kitab— maka mereka wajib membayar jizyah dengan taat dan patuh pada peraturan yang berlaku.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 530-531.

MENGUCAPKAN SELAMAT TINGGAL DAN PESAN WASIAT PADA TEMAN YANG AKAN BEPERGIAN, MENDOAKAN DAN MINTA DIDO’AKAN (3)

Umar bin Alkhotthob r.a. berkata : Saya minta izin kepada Nabi s.a.w. untuk pergi ber-Umroh, maka ia mengizinkan kepadaku sambil bersabda : LA TANSAANA YA UKHAYYA MIN DU’AA IKA (Jangan kau lupakan kami hai saudara dari doa-doamu). Dalam lain riwayat : ASYRIKNA YA UKHAYYA FI DU’AA IKA. (Berikutkanlah kami hai saudara dalam do’amu). Berkata Umar : Itulah suatu kalimat Rasulullah yang bagi saya lebih senang daripada mendapat kekayaan dunia semuanya. (HR. Abu Dawud dan Attirmidzy).
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 581.

Pemerintahan Abu Bakr (9)

Perbedaan Kedaulatan Islam dengan Kedaulatan Lain
Kedaulatan besar yang didasarkan pada asas-asas ini tujuannya berbeda dengan tujuan kedaulatan besar (imperium) dalam pengertian bangsa Rumawi dan dalam pengertian kita dewasa ini, suatu perbedaan yang sangat mendasar. Dalam kedaulatan Islam tujuannya bukan untuk membuat orang tunduk kepada bangsa Arab atau ras itu sendiri, tetapi tujuan pertamanya supaya manusia hidup merdeka, dan menanamkan tali kasih sayang, keakraban dan keadilan di antara mereka. Hak dan kewajiban pihak yang dibebaskan sama dengan hak dan kewajiban pihak yang membebaskan. Karena pemerintahan dalam Islam berasaskan permusyawaratan, maka semua bangsa yang sudah dibebaskan oleh kaum Muslimin dasarnya harus juga musyawarah. Warga di tempat-tempat tersebut akan menikmati hak-hak yang sama dengan orang Arab. Bagi orang yang masuk Islam hak dan kewajibannya sama dengan orang Arab yang Islam. Bagi yang bukan Muslim hak dan kewajibannya dengan orang Arab yang bukan Muslim. Penduduk Irak atau penduduk Suria yang beragama Nasrani, sama dengan penduduk yang beragama Nasrani di Najran dan di tempat-tempat lain di negeri Arab itu.
Yang menjadi ikatan negeri-negeri yang beragama Islam ini ialah satu, yaitu ikatan tauhid dan ajakan kepada tauhid dengan tetap mempertahankan kebebasan berdakwah. Segala yang di luar itu, soal negeri yang tergabung dalam kedaulatan Islam sama dengan negeri Arab di masa Rasulullah. liga bangsa-bangsa yang berusaha mencapai tujuan umat manusia yang luhur, berjuang untuk itu dan bekerja untuk menjunjung firman-Nya. Dan jalan untuk mencapai tujuan itu dengan cara yang bijaksana dan pesan yang baik, dan jika berdebat hendaknya dengan cara yang terbaik.
“Barang siapa menerima petunjuk, maka inilah petunjuk untuk dirinya sendiri, dan barang siapa tersesat, maka ia menyesatkan dirinya sendiri; dan aku tidak mewakili kamu.” (Terjamahan Qur’an, 10 : 108).
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 357-358.

Menikmati Model Dari Palembang

Model Palembang
WISATA KULINER. Setelah beberapa waktu yang lalu TravelNusa (Traveler Nusantara) menikmati Tekwan di  Kedai Pempek di jalan Ngesrep Timur V/61 Semarang, kali ini TravelNusa (Traveler Nusantara) ingin menikmati makanan olahan khas Palembang yang lain dan menikmati sensasi rasa serta lezatnya  makanan khas wong kito galo ini yang katanya disukai banyak orang, MODEL.
“Model pada dasarnya dibuat dari adonan yang sama dengan Pempek kapal selam, yaitu berupa adonan dari ikan dan sagu. Bedanya, Model diisi dengan tahu putih yang lembut dan digoreng sebelum disaji. Pada waktu dihidangkan, model di campur dengan kuah model yang terbuat dari kaldu udang. Selain dicampur dengan bihun, biasanya dicampur dengan timun dan ebi.” (Warung Tenda Tekwan Si Kembar)
Berbeda dengan pempek yang memakai cuko pedas sebagai penambah cita rasa, kalau Model yang disajikan di Kedai Pempek Musi hanya disiram dengan kuah kaldu yang gurih-gurih enak. Tak ketinggalan mie sohun (mie putih), irisan bawang bombay, dan udang kering sebagai pelengkap rasa.
Porsi model yang lumayan besar dan kuahnya yang panas dengan cita rasa gurih-gurih cocok jadi menu makan malam yang dingin. Apalagi dengan tambahan kerupuk palembang yang kriuk pasti bakal makin enak.
Sepiring Model dan teh hangat, TravelNusa (Traveler Nusantara) cukup mengeluarkan uang sejumlah Rp. 9.500,- (Semangkuk Tekwan; Rp. 8.000,- dan segelas teh hangat; Rp. 1.500,-), cukup terjangkau untuk kantong TravelNusa (Traveler Nusantara).

Pencapaian ke Lokasi
TravelNusa Note mencatat bahwa akses untuk mencapai Kedai Pempek Musi sangat mudah. Jika TravelNusa (Traveler Nusantara) datang dari jalan Setyabudi temukan pertigaan Patung Diponegoro yang sedang naik kuda lalu masuk lurus jalan Ngesrep Timur V, terus perhatikan deretan warung sebelah kiri jalan kurang lebih 600 meter dari patung Diponegoro atau 100 meter setelah Warung Bebek Goreng Gendut.

PENYERAHAN, UTANG DAN BARANG JAMINAN (5)

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Punggung (binatang) yang dinaiki itu dengan nafakah (bayaran bagi yang punya) kalau ia barang jaminan (gadaian), dan susu yang diminum itu dengan nafkah (bayaran bagi yang punya) kalau ia itu barang jaminan (gadaian), dan hendaklah orang yang menaiki dan meminum itu memberi (bayaran bagi yang punya) biaya”.Diriwayatkan oleh Bukhary.

Dari padanya r.a., ia berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barang jaminan (gadaian) itu tidak tertutup bagi yang punya barang itu, dialah yang tetap punya, dan dialah yang tetap berutang (sebelum dibayar utangnya)”. Diriwayatkan oleh Darukutny dan Hakim, dan rawi-rawinya dapat dipercaya melainkan yang mahfudh menurut Abu Daud dan lainnya ialah mursalnya.
-----------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 315-316.

Kamis, 30 Januari 2014

MENGUCAPKAN SELAMAT TINGGAL DAN PESAN WASIAT PADA TEMAN YANG AKAN BEPERGIAN, MENDOAKAN DAN MINTA DIDO’AKAN (2)

Abu Sulaiman (Malik) bin Al-huwairits r.a. berkata : Kami beberapa pemuda datang kepada Rasulullah s.à.w. dan kami tinggal padanya kira-kira dua puluh hari, kemudian Rasulullah s.a:w. merasa kasihan kepada kami dan bertanya kalau-kalau kami telah rindu kembali kepada keluarga kami, dan bertanya berapakah keluarga yang kami tinggalkan, dan setelah kami jawab, ia bersabda : Pulanglah kamu kepada keluargamu, tingallah pada mereka dan ajarkan kepada mereka sholat, dan sholatlah ini pada waktu ini, dan ini pada waktu ini. Dan apabila telah tiba waktu sholat hendaklah adzan salah satu kamu, dan harus menjadi imam yang tertua di antara kamu. (HR. Buchary dan Muslim).
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 580-581.

The Turks

Dalam Final Fantasy Crisis Core Tseng, Reno dan Cissnei nama-nama yang mewakili The Turks. Turks merupakan nama sebutan untuk Investigation Sector of General Affairs Department atau Department of Administrative Research milik Shinra Company dalam Compilation of FFVII. Mereka bekeja di bawah Department of Public Safety yang dipimpin oleh Heidegger.
Aktivitas para Turks, seperti yang ditampilkan di sepanjang cerita, bisa dibilang mirip seperti intel alias mata-mata. Mereka terlibat dalam berbagai penyelidikan, pengintaian, bahkan terkadang penculikan dan pembunuhan atas nama perusahaan. Salah satu fungsi utama mereka adalah mencari dan merekrut para kandidat SOLDIER, baik tanpa atau dengan paksaan. Dalam Before Crisis, plot cerita berfokus sepenuhnya pada aktivitas para Turks yang dikendalikan oleh Player sebelum dimulainya cerita utama FFVII.
Dari segi penampilan, para Turks ditampilkan selalu mengenakan pakaian formal, yakni dengan jas biru dan kemeja berdasi. Namun demikian, dalam mayoritas penampilan mereka di Compilation of FFVII, jas biru tersebut berubah menjadi hitam. Adapun penampilan dan senjata-senjata yang mereka gunakan mirip dengan geng Yakuza Jepang, misalnya katana, shuriken, kunai, dan lain sebagainya.

Tseng
Tseng diangkat menjadi pemimpin para Turks setelah kepergian Veld dan memiliki peranan yang sangat besar hampir di semua judul Compilation of FFVII. Dari segi kepribadian, Tseng merupakan tipe orang yang tegas dan cukup keras. Pria berambut panjang ini sangat setia kepada Shinra, tetapi dalam beberapa kesempatan ia juga berani mengabaikan perintah perusahaan demi alasan-alasan pribadi, terutama bila mengangkut moral. Salah satunya adalah ketika ia hanya mengawasi dan tidak menangkap Aerith Gainsborough selama bertahun-tahun dan hanya mengawasi pertumbuhan Aerith saja. Dalam salah satu adegan di FFVII, Tseng terluka para akibat serangan Sephiroth di Temple of The Ancients dan tak terlihat di sepanjang game. Meski demikian, ia belum mati dan kembali muncul di Advent Children ketika kehadiran Remnants of Sephiroth membantai dirinya dan Elena, tetapi kemudian ia berhasil diselamatkan oleh Vincent Valentine dan kemudian muncul lagi di pertengahan cerita, menolong Rufus Shinra yang terjun dari lantai atas gedung untuk menembak Kadaj.
Reno
Reno disebut-sebut sebagai yang tercepat di antara para Turks dan dari tingkat kepemimpinan merupakan second-in-command seusai kepergian Veld. Belagu, sinis, dan cukup pemalas, penampilan Reno jauh lebih semrawut dan seenaknya dibandingkan para Turks lain yang selalu tampil rapi setiap saat. Rambutnya berwarna merah dan jabrik serta diikat ke belakang sejak akhir Crisis Core.
Dalam kesehariannya, Reno jarang sekali terlihat tanpa rekannya, Rude. Perannya di Advent Children bersama Rufus dan Turks lainnya tergolong penting dalam membantu Cloud Strife menghadapi Remnants of Sephiroth. Ia bertarung menggunakan semacam tongkat yang dapat mengalirkan energi elektromagentik.
 
Cissnei
Cissnei muncul dalam 2 judul Compilation of FFVII, yaitu Before Crisis dan Crisis Core. Dalam Before Crisis, ia merupakan salah satu playable character dengan nama Shuriken sesuai dengan senjata yang digunakannya. Sementara itu, dalam Crisis Core ia memperkenalkan diri sebagai Cissnei kepada Zack Fair. Ia merupakan wanita yang lembut dan cenderung memiliki sisi keibuan meski terkadang dapat bertingkah bossy terhadap rekan-rekannya.
Mendekati penghujung Crisis Core, Cissnei sempat mengatakan bahwa "Cissnei" bukanlah nama aslinya, tetapi hingga akhir game, nama aslinya tersebut tidak pernah diberitahukan kepada Player. Oleh sebagian 2nd dan 3rd Class SOLDIERS, Cissnei dianggap sebagai wanita tercantik di Shinra Company.

PENYERAHAN, UTANG DAN BARANG JAMINAN (4)

Dari ‘Aisyah r.a., ia berkata; Saya berkata : “Ya Rasulullah, si Fulan datang dari Syam membawa barang pakaian, utuslah seseorang untuk mengambil (mengutang) dua buah baju yang akan dibayar dalam tempo yang dekat”. lalu Rasulullah mengutus orang kepada si Fulan, tapi si Fulan menolak. Diriwayatkan oleh Hakim dan rawi-rawinya dapat dipercaya.
-----------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 315.

Rabu, 29 Januari 2014

ABU BAKR MEMIMPIN JEMAAH HAJI

Pada waktu itulah Abu Bakr memimpin 300 orang Muslimin menuju Mekah. Akan tetapi mungkin dari tahun ke tahun orang musyrik masih juga akan tetap berziarah ke Baitullah yang suci. Bukankah secana umum antara Muhammad dengan orang-orang itu sudah ada suatu penjanjian bahwa tidak boleh orang dirintangi datang ke Rumah Suci, dan orang tidak boleh merasa takut selama dalam bulan-bulan suci? Bukankah antana dia dengan kabilah-kabilah Arab sudah ada peranjian-perjanjian sampai saat-saat tertentu? Selama ada perjanjian-penjanjian demikian, selama itu pula orang-orang yang mempersekutukan Tuhan dan menyembah yang selain Tuhan itu akan tetap berziarah ke Baitullah, dan Muslimin pun akan selalu menyaksikan cara peribadatan jahiliah di bawah matanya sendiri, dilangsungkan di sekitar Ka’bah; sedang menurut perjanjian-perjanjian khusus dan penjanjian secara umum tak ada alasan mengalangi orang datang berhaji dan beribadat di tempat itu.
Kalau berhala-berhala yang disembah orang-orang Arab itu sudah banyak yang dihancurkan dan berhala-berhala yang dulu di dalam Ka’bah dan di sekitarnya sudah pula dimusnahkan, maka suatu pertemuan dalam Baitullah yang suci dengan mempersatukan orang-orang yang berontak pada kehidupan syirik dan paganisma, dengan orang-orang yang tetap dalam kehidupan syirik dan paganismanya itu adalah suatu kontradiksi yang tak dapat dimengerti. Kalau orang dapat memahami orang-orang Yahudi dan Nasrani pergi berziarah ke Bait’l-Maqdis (Yerusalem) sebab itu adalah tanah yang dijanjikan buat orang-orang Yahudi, dan tempat kelahiran Isa Almasih buat orang-orang Nasrani, maka orang tidak akan dapat memahami pertemuan dua macam peribadatan dalam sebuah tempat, di tempat itu berhala-berhala dihancurkan dan di tempat itu pula berhala-berhala yang sudah dihancurkan itu disembah. Oleh karena itu, sudah wajar sekali apabila orang-orang musyrik itu tidak boleh lagi mendekati Rumah Suci yang sudah dibersihkan dari segala kehidupan syirik dan segala macam suasana paganisma. Dalam hal inilah ayat-ayat dalam Surah Bara’ah (At-Taubah (9)) itu turun. Tetapi musim haji kini sudah dimulai dan orang-orang musyrik sudah pula ada yang datang dari pelosok-pelosok hendak menjalankan upacaranya. Baiklah pertemuan sekali ini menjadi saat menyampaikan perintah Allah kepada mereka dalam memutuskan segala perjanjian antara paganisma dengan iman kecuali buat perjanjian yang dibuat untuk waktu tertentu ia tetap berlaku sampai pada waktu yang sudah ditentukan itu.
Untuk maksud itu Nabi lalu mengutus Ali bin Abi Talib menyusul Abu Bakr, dan berkhutbah menyampaikan perintah Allah dan Rasul itu kepada orang ramai waktu musim haji di Arafat. Dalam menunaikan tugasnya Ali dapat menyusul Abu Bakr dan kaum Muslimin yang berangkat bersama-sama pergi haji itu. Begitu Abu Bakr melihatnya ia bertanya :
“Amir atau ma’mur (harfiah, yang memerintah atau yang diperintah, yakni adakah ia ditugaskan oleh Nabi memimpin jemaah haji atau ikut dalam rombongan)?”
“Ma’mur” (yakni yang ikut dalam rombongan haji di bawah pimpinan Abu Bakr), jawab Ali.
Kemudian diceritakannva maksud kedatangannya itu, dan bahwa Nabi mengutus dia kepada orang banyak karena dia termasuk keluarganya.
Bilamana orang sudah berkumpul di Mina melaksanakan upacara haji. Ali berdiri di samping Abu Huraira, dan diserukannya kepada orang banyak dengan membaca firman Allah ini :
“Suatu pernyataan pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya kepada orang-orang musyrik yang telah kamu ikat dengan perjanjian (1). Oleh karena itu, bolehlah kamu berjalan di muka bumi ini selama empat bulan dan ketahuilah, bahwa kamu tidak akan dapat melemahkan Tuhan dan Tuhan akan mencampakkan kehinaan kepada orang-orang kafir (2). Dan ini sebuah Maklumat dari Allah dan Rasul kepada ummat manusia pada Hari Haji Akbar (al-hajj’l-akbar) bahwa Allah dan Rasul lepas tangan dari orang-orang musyrik. Tetapi kalau mau bertobat, itu lebih baik buat kamu. Tetapi kalau kamu mengelak juga, ketahuilah, kamu takkan dapat melemahkan Tuhan. Beritahukanlah kepada orang-orang yang kafir itu akan adanya siksa yang pedih. (3). Kecuali mereka, yang telah kamu adakan perjanjian dengan orang-orang musyrik dan tiada pula mereka melanggar sesuatu dalam perjanjian itu, dan mereka tidak membantu seseorang dalam memusuhi kamu, maka penuhilah perjanjian itu dengan mereka sampai batas waktunya. Allah menyukai orang-orang yang teguh dalam kebenaran (4). Apabila bulan-bulan suci sudah lalu, orang-orang musyrik itu boleh diperangi di mana saja kamu jumpai mereka, tangkap dan kepunglah mereka dan intailah mereka pada setiap tempat penjagaan. Tetapi apabila mereka sudah bertobat, sudah menjalankan sholat dan mengeluarkan zakat, biarkanlah mereka bebas berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Penyayang (5). Dan apabila ada seseorang dari pihak Musyrik itu meminta perlindungan (suaka) kepadamu, lindungilah ia supaya sempat ia mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman. Demikianlah, sebab mereka orang-orang yang tidak mengetahui (6). Bagaimana mungkin di hadapan Allah dan Rasul-Nya akan ada suatu perjanjian dengan orang-orang musyrik, kecuali yang telah kamu adakan perjanjian dengan mereka di dekat Masjid’l-Haram. Maka selama mereka berlaku lurus kepada kamu, hendaklah kamu berlaku lurus juga kepada mereka; sebab Allah menyukai orang-orang yang teguh dalam kebenaran (7). Bagaimana mungkin (ada perjanjian demikian itu), padahal bilamana mereka dapat menguasai kamu, mereka tidak akan menghormati kamu, baik dalam tali kekeluargaan maupun dalam perjanjian. Mereka menyenangkan kamu dengan mulut (manis) tapi hati mereka sebaliknya. Dan kebanyakan mereka itu orang-orang fasik (8). Ayat-ayat Tuhan mereka jual dengan harga murah dan mereka mau menghalangi orang dari jalan Allah. Memang buruk sekali perbuatan mereka itu (9). Mereka tidak lagi menghormati orang beriman, baik dalam kekeluargaan maupun dalam perjanjian. Mereka itulah orang-orang yang melanggar batas (10). Akan tetapi bila mereka bertobat, menjalankan sholat dan mengeluarkan zakat, maka mereka itu saudara-saudara seagama. Ayat-ayat itu Kami uraikan kepada mereka yang mau mengerti (11). Tetapi bilamana mereka sudah melanggar sumpah mereka sendiri sesuduh perjanjian mereka itu, dan mereka memaki agamamu maka perangilah pemuka-pemuka orang kafir itu mereka orang-orang yang tak dapat menahan diri (12). Kamu tidak mau melawan golongan yang telah melanggar sumpahnya sendiri, padahal mereka sudah berkomplot hendak mengusir Rasul, dan mereka itulah yang pertama kali mulai memerangi kamu. Takutkah kamu kepada mereka? Padahal Allah yang harus lebih ditakuti, kalau kamu orang-orang beriman (13). Lawanlah mereka itu! Tuhan akan menyiksa mereka melalui tangan kamu, Allah akan menista mereka dan akan menolong kamu melawan mereka, akan melegakan hati orang-orang beriman (14). Tuhan akan menghapuskan kemarahan hati mereka, akan menerima tobat siapa saja yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana (15). Adakah kamu mengira, bahwa kamu akan dibiarkan begitu saja, padahal Allah belum membuktikan kamu yang benar berjuang dan tiada pula mengambil sebagai teman akrabnya, selain Allah, Rasul dan orang-orang beriman. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu perbuat (16). Bukanlah orang-orang musyrik itu yang akan memeriahkan mesjid-rnesjid Allah, karena mereka sudah mengakui sendiri kekufuran mereka. Perbuatan mereka itu rendah sekali, dan mereka akan kekal dalam api neraka (17). Tetapi yang akan memeriahkan mesjid-mesjid Allah ialah orang yang sudah beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta menjalankan sholat dan mengeluarkan zakat dan tidak takut kepada siapa pun selain kepada Allah. Mereka inilah yang diharapkan akan mendapat petunjuk (18). Pemberian minuman kepada jemaah haji dan mengurus Mesjid Suci adakah kamu samakan dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjuang di jalan Allah? Dalam pandangan Tuhan mereka tidak sama. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang bersalah (19). Orang-orang yang beriman, yang berhijrah dari berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa raga mereka dalam pandangan Allah lebih tinggi derajatnya; dan mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan (20). Tuhan memberikan berita gembira kepada mereka dengan rahmat, keridlaan dan surga daripada-Nya buat mereka. Di sana tempat kesenangan abadi (21). Mereka kekal selalu di sana. Padahal yang besar ada pada Tuhan (22). Orang-orang beriman! Janganlah kamu menjadikan bapa-bapa dan saudara-saudaramu itu sebagai wakil-wakil kamu kalau mereka lebih mengutamakan kekufuran daripada iman; dan barangsiapa mengambil mereka menjadi wakil, mereka itulah orang-orang yang aniaya (23). Ya, katakanlah : Kalau bapa-bapa kamu, anak-anak kamu, saudara-saudara dan istri-istri kamu serta keluarga kamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu kuatirkan akan menjadi rugi, tempat-tempat tinggal yang kamu senangi, semua itu lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta daripada berjuang dijalan Allah, maka tunggulah sampai Allah memberikan keputusan. Allah tidak memberikan bimbingan kepada orang-orang fasik (24). Allah telah menolong kamu pada beberapa tempat dan pada Peristiwa Hunain, tatkala kamu merasa bangga sekali karena jumlah kamu yang besar. Tetapi ternyata jumlah yang besar itu sedikit pun tidak menolong kamu, dan bumi yang seluas ini pun terasa amat sempit olehmu, lalu kamu berbalik mundur (25). Sesudah itu Tuhan menurunkan perasaan tenang ke dalam hati Rasul dan orang-orang beriman serta diturunkan-Nya pula balatentara yang tidak kamu lihat, dan disiksa-Nya orang-orang kafir itu dan memang itulah balasan buat orang-orang kafir (26). Sesudah itu kemudian Allah menerima tobat barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Pengampun dan Penyayang (27). Orang-orang beriman! Ingatlah, orang-orang musyrik itu kotor. Sebab itu, sesudah ini, janganlah mereka memasuki Mesjid Suci, dan kalau kamu kuatir akan menjadi miskin, maka Tuhan dengan karunia-Nya akan memberikan kekayaan kepada kamu. Jika dikehendaki, sesungguhnya Tuhan Maha Tahu dan Bijaksana (28) Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Hari Kemudian dan tidak mengharumkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan tidak pula beragama menunut agama yang benar, yaitu orang-orang yang sudah mendapat Alkitab, sampai mereka membayar jizya dengan patuh dalam keadaan tunduk (29). Orang-orang Yahudi berkata : “Uzair itu putra Allah” dan orang-orang Nasrani berkata : “Almasih itu putra Allah”. Demikianlah kata-kata mereka, menurut mulut mereka. Mereka meniru-niru perkataan orang-orang kafir masa dulu. Tuhan mengutuk mereka. Bagaimana mereka sampai dipalingkan? (30). Mereka menjadikan pendeta-pendeta dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah, dan Almasih putra Mariam (juga mereka pertuhan), padahal mereka diperintahkan hanya menyembah Tuhan Yang Mahaesa. Tiada tuhan selain Dia. Maha Suci Allah dan apa yang mereka persekutukan (31). Mereka berkehendak memadamkan Nur Ilahi dengan mulut mereka. Tetapi kehendak Tuhan hanya akan menyelesaikan pancaran cahaya-Nya itu, meskipun tidak disukai orang-orang kafir (32). Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa Petunjuk Quran dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas semua agama, meskipun tidak disukai oleh orang-orang musyrik (33). Orang-orang beriman! Banyak sekali para pendeta dan rahib-rahib memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka merintangi orang dari jalan Allah. Dan mereka yang menimbun emas dan perak dan tidak menafkahkannya di jalan Allah, beritahukanlah kepada mereka adanya siksa yang pedih (34). Tatkala semuanya dipanaskan dalam api jahanam, lalu dengan itu dahi mereka, lambung mereka dan punggung mereka dibakar. Inilah harta-bendamu yang kamu timbun untuk dirimu sendiri. Sebab itu, rasakan sekarang akibat apa yang kamu timbun itu (35) Sebenarnya bilangan bulan dalam pandangan Tuhan ialah dua belas bulan. Demikian ditentuku Allah tatkala Ia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan suci. Itulah ketentuan agama yang lurus. Oleh karena itu janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan itu. Lawanlah orang-orang musyrik itu semua, seperti mereka juga memerangi kamu semua. Ketahuilah, Allah beserta orang-orang yang teguh bertakwa (36) (QS. 9 : 1 – 36).

Ketika itu Ali berdiri di tengah-tengah orang yang sedang menunaikan upacara haji di Mina. Dibacakannya kepada mereka itu ayat-ayat Surah At-Taubah, yang di sini saya kutip secara keseluruhan, dengan maksud seperti yang akan saya terangkan kemudian. Selesai membaca ia berhenti sejenak, kemudian serunya lagi kepada orang ramai itu :
“Saudara-saudara! Orang kafir tidak akan masuk surga. Sesudah tahun ini orang musyrik tidak boleh lagi naik Haji, tidak boleh lagi bertawaf di Ka’bah dengan telanjang. Barangsiapa terikat oleh suatu perjanjian dengan Rasulullah saw. maka itu tetap berlaku sampai pada waktunya.”
Ali menyampaikan keempat perintah itu di tengah-tengah orang ramai, kemudian sesudah itu kepada mereka diberi waktu empat bulan supaya masing-masing golongan itu sempat pulang ke daerah dan negeri masing-masing. Sejak itu tiada seorang musyrik lagi mengerjakan haji, tiada lagi orang telanjang bertawaf di Ka’bah. Juga sejak itulah dasar tempat berdirinya suatu negara Islam diletakkan.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 524-530.

MENGUCAPKAN SELAMAT TINGGAL DAN PESAN WASIAT PADA TEMAN YANG AKAN BEPERGIAN, MENDOAKAN DAN MINTA DIDO’AKAN (1)

Zaid bin Arqam r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. berdiri khutbah dan setelah mengucapkan puji syukur kehadlirat Allah, kemudian memberikan nasihat, ia berkata : Perhatikanlah, sesungguhnya saya seorang manusia biasa, yang mungkin telah hampir datang kepadaku pesuruh Tuhan, maka saya harus menyambut panggilan. Dan saya meninggalkan kepada kamu dua pusaka berat, pertama yaitu kitab Allah yang mengandung petunjuk hidayat dan cahaya penerangan, maka berpeganglah pada kitab Allah, dan laksanakan benar-benar segala yang terkandung di dalamnya. Dan yang kedua : Yalah keluargaku (ahli rumahku) saya peringatkan kamu dengan nama Allah jangan sampai kau kecewakan atau meremehkan, saya peringatkan kamu dengan nama Allah supaya berlaku baik terhadap keluargaku. (HR. Muslim).
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 579-580.

PENYERAHAN, UTANG DAN BARANG JAMINAN (3)

Dari Abu Hurairah r.a. dan Nabi s.a.w., beliau bersabda : “Barangsiapa yang mengambil harta orang, lalu ia mengembalikannya (melunasinya), niscaya Allah akan memberinya jalan untuk melunasinya; dan barangsiapa yang mengambilnya untuk dirusak (dihabiskan dengan tidak dibayar), maka Allah akan merusakkannya”. Diriwayatkan oleh Bukhary.
--------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 314-315.

Selasa, 28 Januari 2014

SUNNAT MEMBERI SELAMAT TERHADAP SESUATU KEBAIKAN (4)

Abu Syumasah berkata : Saya menghadiri ketika Amru bin Al-’Ash akan wafat, ia menangis tersedu-sedu kemudian memalingkan mukanya ke arah dinding, sedang putranya memanggil YA ABATAAH, tidakkah Rasulullah s.a.w. telah memberi khabar gembira kepadamu akan mendapat ini dan itu? (pahala yang besar). Maka Amru lalu menghadapi anaknya dan berkata : Sebaik-baik yang kami sediakan yalah kalimat syahadat LA ILAHA ILLALLAII WA ANNA MUHAMMADAR RASULIJLLAH saya telah mengalami tiga tingkatan masa. Pertama saya telah membenci pada Rasulullah s.a.w. dan tiada keinginanku waktu itu melainkan mendapatkan kesempatan untuk membunuh Rasulullah s.a.w. andaikan saya mati waktu itu pasti saya ahli neraka. Kemudian setelah Allah memasukkan Islam kedalam hatiku, saya datang kepada Nabi s.a.w. berkata : Ulurkan tanganmu, saya akan berbai’at kepadamu, ketika Nabi mengulurkan tangannya saya tarik tanganku. Nabi bertanya : Mengapakah hai Amru? Jawabku : Saya minta syarat. Syarat apakah? Syarat harus diampunkan semua dosaku. Bersabda Nabi : Apakah kau tidak mengetahui bahwa Islam itu menghapuskan semua dosa yang sebelumnya. Dan hijrah itu juga menghapuskan dosa yang sebelumnya. Dan haji itu juga menghapuskan dosa yang sebelumnya. Dan pada suasana yang kedua ini tidak ada seorangpun yang lebih aku sanjung (mulyakan) atau saya kasih lebih dari Nabi s.a.w. hingga saya tidak berani mengangkat mataku di hadapannya karena hebatnya, karena itu andaikan orang bertanya kepadaku tentang sifat Nabi s.a.w. saya tidak sanggup menerangkannya, sebab saya tidak pernah berani melihat sepenuh mataku kepadanya. Andaikan saya mati ketika itu niscaya saya dapat mengharapkan sorga. Kemudian pada masa yang ketiga, kami memegang beberapa jabatan yang saya sendiri kini belum mengetahui bagaimana keadaanku. Karena itu jika saya mati jangan dilkuti oleh tangisan, dan jangan dihantar dengan api. Dan apabila kamu mengebumikan saya, maka tuangkanlah tanah kepadaku perlahan-lahan, kemudian sesudah itu kamu tinggal di sekitar kuburku sekadar seorang menyembelih ternak dan membagikan dagingnya, hingga saya dapat merasa senang dengan adanya kamu, dan sampai saya dapat mengetahui apakah jawabanku kepada pesuruh Tuhanku yang mengujiku itu. (HR. Muslim)
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 576-578.

PENYERAHAN, UTANG DAN BARANG JAMINAN (2)

Dari Abdurrahman bin Abza dan Abdullah bin Abi ‘Aufa r.a. mereka berkata ; “Kami mendapat barang-barang rampasan bersama Rasulullah s.a.w., dan segolongan dari golongan Syam datang kepada kami dan kami mengutangkan gandum, sya’ir dan kismis, (dan dalam sebuah riwayat): “Dan minyak sampai waktu yang ditentukan”. Ada orang bertanya : “Apakah mereka punya tanaman ?“ Mereka (Abdurrahman dan Abdullah) berkata : “kami tidak pernah menanyakannya kepada mereka”. Diriwayatkan oleh Bukhary.
----------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 314.

Senin, 27 Januari 2014

BERTURUT-TURUT PARA UTUSAN DATANG KE MEDINAH

Sementara para utusan itu berturut-turut datang ke Medinah, dari bulan ke bulan, akhirnya bulan Haji pun sudah pula di ambang pintu. Sampai pada waktu itu Nabi tidak menunaikan kewajiban itu seluruhnya seperti yang dilakukan kaum Muslimin dewasa ini. Adakah kita lihat ia pergi dalam tahun ini sebagai tanda syukur kepada Tuhan karena pertolongan yang diberikan-Nya dalam menghadapi Rumawi, memasukkan Taif ke dalam pangkuan Islam serta perutusan yang datang kepadanva dari segenap penjuru?
Sebenarnya di semenanjung itu masih juga ada orang-orang yang belum beriman kepada Allah dan kepada Rasul, masih juga ada orang-orang kafir dan masih juga ada orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sedang orang-orang kafir masih berpegang pada adat lembaga jahiliah. Dalam bulan-bulan suci mereka masih berziarah ke Ka’bah, sedang orang-orang kafir kotor. Jadi kalau begitu, biar dia akan tinggal saja di Medinah. sampai Tuhan menyelesaikan firman-Nya, sampai Tuhan mengizinkan ia pergi berhaji ke Baitullah. Biar Abu Bakr saja memimpin orang naik haji.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 524.

SUNNAT MEMBERI SELAMAT TERHADAP SESUATU KEBAIKAN (3)

Abu Hurairah r.a. berkata: Ketika kami duduk disekitar Nabi s.a.w. bersama Abubakar dan Umar dan beberapa orang sahabat. Tiba-tiba Rasulullah s.a.w. bangun dan pergi, lama sekali hingga kami khawatir kalau-kalau ia diculik. Maka saya bangun ke luar mencari Rasulullah s.a.w. hingga sampai di salah satu kebun seorang sahabat. Anshar dan Bani Najjar, lalu saya mencari pintu, namun hanya bertemu selokan yang masuk ke dalam kebun dan dinding yang sempit, maka saya berjalan menyelundup sehingga dapat masuk pada Rasulullah s.a.w. Rasulullahpun menegor : Abu Hurairah? Jawabku: Ya, Ya Rasulullah. Apakah urusanmu? Jawabku : Kau tadi di tengah-tengah kami lalu bangun dan lama kami menantikan hingga kami khawatir kalau kau hilang atau terkena sesuatu. Maka kami bubar dan saya orang pertama yang bangun dan pergi ke kebun ini terpaksa memperkecil diri untuk masuk, dan orang-orang masih menantikan di luar. Maka bersabda Rasulullah s.a.w. : Ya Abu Hurairah, pergilah bawa kedua sandalku ini, maka siapa yang kau dapatkan di luar kebun ini, dia percaya bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dengan yaqin dan ikhlas dalam hatinya, maka kabarkan kepadanya akan masuk sorga. (HR. Muslim)
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 575-576.

Pemerintahan Abu Bakr (8)

Kedauulatan Islam dan Dasar yang menjadi Landasannya
Pemerintahan Ahu Bakr sekarang sudah meluas sampai ke luar perbatasan kawasan Arab, dan membuka jalan untuk kedaulatan Islam yang membentang luas. Adakah itu kebetulan semata yang didorong oleh nasib baik, atau karena perkembangan seperti yang kita lukiskan di atas, dan Islam yang baru tumbuh itu telah pula memastikan kemenangan ini, dan bertambah luas ketika kedaulatan Islam sudah lebih luas?
Tanpa ragu saya dapat mengatakan bahwa perkembangan itu sudah merupakan suatu keharusan, sebab dengan sendirinya sudah terkandung dalam ajaran-ajaran Islam. Pada dasarnya Islam adalah sebuah kedaulatan besar, tetapi intinya adalah juga kebangsaan, kendati konsep kedaulatan besar itu dalam prinsip dan tujuannya berbeda dengan konsep kedaulatan besar masa kita dewasa ini. Perbedaan itu terletak pada bahwa Islam mengajak kepada kebebasan berkeyakinan, dan mewajibkan orang yang mempercayainya untuk membelanya dengan harta dan nyawa. Dengan menyerukan pada kebebasan berkeyakinan ini tidak mengharuskan orang untuk menganutnya dengan paksa, sebab tak ada paksaan dalam agama. Tetapi tujuannya ialah setiap orang bebas melihat dan menilai, sampai ia mau mendengarkan kata-kata yang baik dan mengikuti yang terbaik. Islam yakin bahwa jika manusia sudah memahami ajaran-ajarannya ia akan mengikutinya, sebab Islam mengajak orang pada apa yang dapat diterima akal, dan sesuai dengan kodrat manusia yang murni dan sehat.

Dasarnya Kebebasan Berkeyakinan
Kebebasan menganut suatu keyakinan memang masih memerlukan pembelaan dan pengorbanan demi keyakinannya itu. Manusia yang sewenang-wenang tentu tidak menyukainya, bahkan membencinya. Mereka yang ingin mengeksploitasi rakyat, segala yang buruk dan merusak dalam paham mereka digambarkan kepada rakyat sebagai yang indah. Dalam hal ini mereka adalah musuh besar orang-orang yang berpikir bebas, yang berjuang untuk mengadakan perbaikan. Yang dikehendaki Islam, ialah berusaha mengadakan perbaikan sedapat mungkin, didasarkan pada pandangan yang bebas, dan yang akan membuat orang puas dan yakin lalu menerimanya. Setelah itu ia akan mengatur sendiri kepentingannya di dunia ini sesuai dengan kehendaknya, sebab mengenai persoalan dunianya dia sendirilah yang lebih tahu. Jadi konsep kedaulatan besar dalam Islam sifatnya rohani dan kemanusiaan, dengan tujuan pertamanya membebaskan pikiran manusia dari segala tekanan dan kezaliman.
Bukti yang paling nyata mengenai hal ini kaum Muslimin tidak memaksakan agamanya ke negeri-negeri yang sudah dibebaskan itu dan tak pernah memaksa orang harus beriman. Semua orang bebas menjalankan agama menurut keyakinannya. Bagi yang sudah masuk Islam hak dan kewajibannya sama, dan kalau memilih agama di luar Islam dia hanya membayar jizyah. Jizyah pun bukanlah semacam uang Jaminan atau denda yang diwajibkan kepada setiap orang yang tak mampu. Jizyah sama dengan zakat yang diwajibkan menurut hukum agama kepada kaum Muslimin untuk pembangunan negara dan untuk membela keberadaannya. Kita sudah melihat perjanjian perdamaian yang diadakan kaum Muslimin dengan pihak Irak dan Syam, bahwa jizyah itu diadakan sebagai imbalan perlindungan terhadap harta mereka yang bukan Muslim, dan untuk kebebasan mereka melaksanakan keyakinan dan upacara-upacara keagamaan mereka. Karenanya perjanjian-perjanjian itu mencakup juga adanya perlindungan terhadap biara-biara, gereja-gereja dan tempat-tempat peribadatan serta pendeta-pendeta dan pemuka-pemuka agama mereka itu. Kalau pihak Muslimin tidak melaksanakan kewajiban yang sudah ditentukan dalam perjanjian itu, orang bukan Muslim dibebaskan dan kewajiban membayar jizyah sesuai dengan isi penjanjian yang jelas-jelas mencantumkan hal itu.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 355-357.

Minggu, 26 Januari 2014

PENYERAHAN, UTANG DAN BARANG JAMINAN (1)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. ia berkata; Nabi s.a.w. tiba di Medinah dan orang-orang meminjamkan buah-buahan satu tahun dan dua tahun, maka beliau bersabda : “Barangsiapa yang meminjamkan (mengutangkan) buah-buahan (kurma, gandum, anggur dan sebagainya), hendaklah ia mengutangkan dengan takaran yang tentu dan timbangan yang tentu, sampai batas waktu yang tentu”. Muttafaq ‘alaih. Dan dalam riwayat Bukhary: “Barangsiapa mengutangkan sesuatu”.
-----------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 314.

SUNNAT MEMBERI SELAMAT TERHADAP SESUATU KEBAIKAN (2)

Abu Musa Al-Asy’ary berwudlu’ di rumah kemudian keluar dan berkata : Saya ini hari akan tetap mendampingi dan bersama Rasulullah s.a.w. Maka ia pergi ke masjid mencari Rasulullah s.a.w. Dijawab oleh sahabat : Rasulullah ke sana. Maka saya lari ke arah yang ditunjuk itu hingga masuk ke tempat sumur Aris, maka saya berdiri di muka pintunya hingga Nabi s.a.w. selesai dari hajatnya dan berwudlu’, maka saya pergi kepadanya, tiba-tiba Nabi s.a.w. telah di atas tepi sumur Aris sambil menurunkan kakinya ke dalam sumur, maka saya memberi salam kepadanya, kemudian saya kembali kemuka pintu, dengan maksud saya akan menjadi juru kunci Nabi s.a.w. hari ini. Maka datang Abubakar mendorong pintu, saya bertanya : Siapa itu? Jawabnya : Abubakar. Saya berkata : Tunggu sebentar. Lalu saya pergi memberitahu kepada Rasulullah s,a.w. : Abubakar minta izin. Bersabda Nahi s.a.w.: Izinkan dia, dan kabarkan kepadanya ia akan masuk sorga. Maka saya kembali memberitahu kepada Abubakar : Masuklah, dan Rasulullah mengucapkan selamat kepadamu kau akan masuk sorga. Maka masuklah Abubakar dan duduk di kanan Rasulullah sambil menurunkan kakinya kedalam sumur. Kemudian saya kembali ke pintu, duduk sambil mengingati saudaraku yang saya tinggalkan sedang berwudlu’ saya berkata sendiri : Kalau Allah menghendaki kebaikan kepadanya tentu Allah mendatangkan ke mari. Tiba-tiba ada orang menggerakkan pintu, saya bertanya : Siapa itu? Jawabnya Umar. Saya berkata : Tunggu sebentar, maka saya pergi memberi salam kepada Rasulullah dan memberitahu bahwa Umar minta izin. Bersabda Nabi : Izinkan, dan beritahukan kepadanya dia akan masuk sorga, Maka saya memberitahu kepada Umar : Masuklah dan Rasulullah memberitahu kepadamu akan masuk sorga. Maka masuklah ia dan duduk dikiri Rasulullah sa,w. sambil menurunkan kakinya ke dalam sumur. Kemudian saya kembali kepintu dan setelah duduk saya berkata sendiri : Jika Allah menghendaki kebaikan kepada saudaraku tentu ia datang kemari. Tiba-tiba datang orang menggerakkan pintu. Dan ketika saya Tanya : Siapa itu? Jawabnya : Usman bin Affan. Maka saya berkata : Tunggu sebentar. Dan saya pergi kepada Nabi memberitahu : Usman minta izin. Nabi bersabda : Izinkan padanya dan beritahukan kepadanya ia akan masuk sorga, dengan sedikit bala’ yang akan menimpa padanya. Maka saya kembali memberitahu : Masuklah dan Nabi memberitahukan bahwa kau akan masuk sorga, dengan bala’ yang akan menimpa kepadamu. Maka masuklah ia. Sedang tepi sumur telah penuh, hingga ia duduk didepan Nabi s.a.w. berhadapan dengan Nabi, Abubakar dan Umar r.a. (HR. Buchary dan Muslim).

Said bin Almusajjab : Mena’wilkan cara duduk mereka itu dengan kubur mereka. Dalam lain riwayat ada tambahan : Ketika Usman diberitahukan akan terkena bala’, ia menjawab. ALLAHUL MUSTA’AN (hanya Allah yang dapat diminta bantuan pertolongannya).
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 572-575.

Sabtu, 25 Januari 2014

KELONGGARAN TENTANG ‘ARIYAH (6)

Dan Ibnu Umar r.a. dan Nabi s.a.w., beliau bersabda : “Barangsiapa yang membeli pohon kurma setelah dikawinkan, maka buahnya itu untuk yang menjual, kecuali kalau yang membeli membuat syarat”. Muttafaq ‘alaih.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju', halaman 313.

MINTA DIBEBASKAN DARI SHOLAT

Sekarang pihak Thaqif minta dibebaskan dari kewajiban menjalankan shplat. Tetapi Muhammad menolak dengan mengatakan :
“Tidak baik agama yang tidak disertai sholat.”
Kemudian tidak lagi pihak Thaqif mempertahakan Lat itu, mereka mau menerima Islam dan menjalankan sholat. Tetapi mereka masih meminta berhala-berhala itu jangan dihancurkan oleh tangan mereka sendiri. Mereka orang baru dalam mengenal iman, dan masyarakat mereka yang masih menunggu mereka kembali itu ingin mengetahui apa benar yang sudah mereka lakukan. Hendaknya Muhammad membebaskan mereka untuk tidak menghancurkan sendiri apa yang mereka sembah dan disembah nenek-moyang mereka itu. Dalam hal ini Muhammad menganggap tidak perlu berkeras. Akan sama saja, berhala itu dihancurkan oleh tangan orang-orang Thaqif atau oleh tangan orang lain. Yang penting berhala itu dibinasakan, dan pihak Thaqil hanya akan menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Kata Nahi s.a.w. :
“Kami akan membebaskan kamu menghancurkan berhala-berhalamu itu dengan tanganmu sendiri.”
Untuk mengurus mereka itu kekuasaan diberikan kepada ‘Uthman bin Abi‘l-‘Ash orang yang paling muda usianya di antara mereka. Dalam usia semuda itu ia diberi kekuasaan mengurus mereka, karena dialah yang paling sungguh-sungguh dalam memahami hukum Islam dan pendidikan Quran, dengan disaksikan oleh Abu Bakr dan orang-orang yang mula-mula dalam Islam.
Utusan Banu Thaqif itu tinggal dengan Muhammad sampai akhir bulan puasa. Mereka ikut berpuasa bersama-sama dan dikirimkannya pula makanan kepada mereka untuk sahur dan berbuka. Bilamana sudah tiba saatnya mereka akan kembali kepada golongannya. Muhammad berpesan kepada ‘Uthman bin Abi’l-‘Ash dengan mengatakan :
“Ringkaskanlah dalam sholat dan ambil orang yang lemah sebagai ukuran. Di antara mereka itu ada yang tua, ada yang masih anak-anak. ada yang lemah dan yang mempunyai keperluan.”

LAT DIBINASAKAN
Perutusan itu kemudian kembali ke negeri mereka. Untuk melaksanakan pembinasaan Lat itu. Nabi mengutus bersama mereka Abu Sufyan bin Harb dan Mughira bin Syu’ba. Kedua mereka ini memang sudah mempunyai hubungan yang baik dan akrab dengan Banu Thaqif. Bilamana Abu Sufyan dan Mughira tiba dan Mughira menghancurkan berhala itu, wanita-wanita Thaqif karena merasa sedih mereka menangis, tapi tiada seorang yang berani mendekatinya, karena memang sudah ada persetujuan antara perutusan Thaqif dengan Nabi untuk membinasakan berhala itu. Mughira mengambil semua harta Lat termasuk perhiasannya untuk dipergunakan membayar utang-utang ‘Urwa dan Aswad — atas perintah Rasul dan dengan persetujuan Abu Sufyan.
Jadi dengan runtuhnya berhala Lat dan Ta’if masuk Islam, maka seluruh Hijaz sekarang sudah menjadi Islam. Pengaruh Muhammad sekarang membentang dari wilayah Rumawi di utara sampai ke daerah Yaman dan Hadzramaut di selatan. Daerah-daerah selebihnya di bagian selatan jazirah ini semua sudah pula bersiap-siap hendak menggabungkan diri ke dalam agama baru ini. Dengan segala kekuatan yang ada semua ini sudah siap membela agama dan tanah air masing-masing. Sementara itu utusan-utusan terus berdatangan dari segenap penjuru. Mereka semua menuju Medinah untuk menyatakan kesetiaannya, untuk menyatakan diri masuk Islam.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 522-524.

SUNNAT MEMBERI SELAMAT TERHADAP SESUATU KEBAIKAN (1)

Abu Ibrahim (Abdullah) bin Abi Aufa r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. telah menyampaikan kabar baik kepada Khadijah, bahwa untuknya suatu rumah di sorga dari mutiara, tiada ada ribut dan tidak ada kesukaran. (HR. Buchary dan Muslim).
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 572.

KELONGGARAN TENTANG ‘ARIYAH (5)

Dari Jabir bin Abdullah r.a. ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Meskipun engkau menjual buah cacat itu kepada saudaramu, maka tidak halal bagimu mengambilnya dari padanya sedikitpun, sebab engkau mengambil harta saudaramu dengan tidak benar”. Diriwayatkan oleh Muslim. Dan dalam sebuah riwayatnya pula : “Bahwasanya Nabi s.a.w. menyuruh membuang buah yang cacat (kena hama)”.
-----------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju', halaman 313.

Jumat, 24 Januari 2014

MENGHORMATI TAMU (2)

Abu Syuraih (Khuwailid) bin Amru Alchuza’i r.a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian, harus menghormati tamunya bagian istimewanya. Sahabat bertanya : Apakah keistimewaannya? Jawab Nabi : Yaitu bagiannya pada hari dua malam pertama. Dan hormat tamu itu sampai tiga hari kemudian selebihnya dari itu, maka itu sedekah. (HR. Buchary dan Muslim).

Dalam riwayat Muslim : Tidak dihalalkan bagi seseorang Muslim, tinggal pada saudaranya, hingga menyebabkan ia berdosa. Sahabat bertanya : Bagaimanakah menyebabkan ia berdosa? Jawab Nabi : Tinggal padanya padahal mengetahui bahwa ia tidak mempunyai apa yang akan dihidangkan kepadanya.
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 569.

KELONGGARAN TENTANG ‘ARIYAH (4)

Dari Anas bin Malik r.a.; Bahwasanya Nabi saw. melarang menjual buah-buahan melainkan sesudah baik; ada oang bertanya : “Bagaimana baiknya?” Beliau menjawab : “Merah dan kuning”. Muttafaq ‘alaih, dan lafadh ini dalam Bukhary.

Dari padanya ra; “Bahwasanya Nabi s.a.w. melarang menjual anggur melainkan sesudah hitam, dan menjual biji melainkan sesudah tua”. Diriwayatkan oleh Imam yang Lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i) kecuali Nasa’i dan disahkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim.
---------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju', halaman 312-313.

Kamis, 23 Januari 2014

PERUTUSAN THAQIF

Akan tetapi Abd Yalail kuatir akan mengalami nasib seperti yang dialami ‘Urwa bin. Mas’ud dari masyarakatnya sendiri. Ia tidak akan berangkat menemui Muhammad kalau tidak diantar oleh lima orang lainnya. dengan keyakinan bahwa kalau ia berangkat dengan mereka lalu kembali pulang, mereka akan dapat menggarap golongannya masing-masing.
Ketika sudah mendekati Medinah dan Mughira bin Syu’ba berjumpa dengan mereka, ia pergi cepat-cepat hendak menyampaikan berita kedatangan mereka itu kepada Nabi. Abu Bakr juga melihatnya ia sedang berjalan cepat-cepat itu. Setelah ia mengetahui maksud kedatangan mereka dari Mughira, dimintanya biarlah dia yang akan meneruskan berita gembira itu kepada Rasulullah. Dan Abu Bakr pun masuk menyampaikan berita kedatangan perutusan Thaqif itu kepada Nabi.
Tetapi sebenarnya perutusan ini masih juga mau membanggakan golongannya. Mereka masih juga mau mengingat-ingat pengepungan Nabi di Ta’if yang kemudian kembali. Kendatipun Mughira sudah memberitahukan mereka bagaimana caranya memberi salam secara Islam kepada Nabi, namun mereka tidak mau juga dan akan memberi salam hanya dengan cara jahiliah itu juga.

NABI MENOLAK BERHALA
Kemudian mereka memasang sebuah qubba kemah bulat yang khas di sebelah mesjid. Mereka memasang kemah itu sebah mereka masih sangat berhati-hati sekali terhadap Muslimin, dan belum yakin. Yang menjadi perantara antara mereka dengan Rasulullah dalam perundingan itu ialah Khalid bin Sa’id bin’l-‘Ash. Mereka tidak mau merasakan makanan yang datang dari pihak Nabi sebelum dicoba dimakan terlebih dahulu oleh Khalid. Sebagai perantara orang ini menyampaikan kepada Muhammad bahwa mereka menerima Islam, dengan permintaan supaya Lat berhala mereka itu dibiarkan selama tiga tahun jangan dihancurkan, dan mereka supaya dibebaskan dari kewajiban sholat. Tetapi permintaan mereka itu samasekali ditolak oleh Muhammad. Permintaan mereka sekarang dikurangi lagi : supaya Lat dibiarkan selama dua tahun lalu berubah menjadi satu tahun, selanjutnya menjadi satu bulan saja, setelah mereka kembali kepada golongan mereka. Akan tetapi penolakannya itu sudah tegas sekali dan tidak lagi ragu-ragu atau dapat ditawar-tawar.
Bagaimana mereka mengharapkan dari Nabi, yang mengajak manusia menyembah hanya kepada Tuhan Yang Tunggal dan menghancurkan semua berhala tanpa ampun, akan sudi membiarkan soal berhala mereka itu, meskipun masyarakatnya sendiri tidak kurang pula gigihnya seperti pada pihak Thaqif di Ta’if. Buat manusia, yang ada hanyalah : dia beriman atau tidak beriman, di luar itu yang ada hanya syak (skeptis) dan serba sangsi. Sedang syak dan iman tidak bisa bertemu dalam satu jantung, sama halnya seperti iman dan kufur. Membiarkan Lat — datuknya Banu Thaqif itu berarti suatu perlambang bahwa mereka masih saling berganti ibadat antara berhala dengan Tuhan, dan ini adalah perbuatan mempersekutukan Tuhan, sedang Tuhan takkan mengampuni dosa orang yang mempersekutukan Tuhan.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 521-522.

MENGHORMATI TAMU (1)

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian, hendaknya menghormat tamunya. Dan siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian hendaknya menghubungi famili. Dan siapa yang percaya kepada Allah dan hari kemudian, harus berkata baik atau diam. (HR. Buchary dan Muslim)
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 568-569.

Pemerintahan Abu Bakr (7)

Pemerintahan Abu Bakr adalah Pemerintahan Syura
Dari pembentukannya yang pertama dengan segala kecenderungannya pemerintahan Abu Bakr adalah pemerintahan syura — pemerintah dengan dasar permusyawaratan. Abu Bakr dibaiat atas dasar pemilihan umum, yang dipilih karena sifat-sifat pribadinya serta kedudukannya di sisi Rasulullah, bukan karena keluarga atau kabilahnya. Bukan Abu Bakr sendiri yang menuntut untuk dibaiat, bahkan ia mencalonkan Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah. Kaum Muslimin diminta mencalonkan siapa saja dari keduanya yang mereka kehendaki. Ketika mereka dicalonkan kaum Ansar menentang kaum Muhajirin dan menuduh bahwa mereka ingin memaksa. Semua itu berlangsung dalam sebuah rapat umum, yaitu rapat Saqifah, dengan masing-masing telah menyampaikan pidatonya, masing-masing berusaha hendak pengaruh-mempengaruhi pemilihan itu dengan cara yang sangat mudah sekali. Setelah kemudian orang datang untuk melaksanakan baiat itu, kaum Muhajirin tidak pula mendahului kaum Ansar. Yang pertama membuka jalan ialah Umar dan Abu Ubaidah yang kemudian diteruskan sampai selesai.
Inilah pembaiatan yang diciptakan oleh musyawarah. Baik di Prancis, maupun di Amerika sekalipun, tak lebih bebas dari ini. Setelah Abu Bakr memimpin pemerintahan, pidatonya yang pertama ialah mengukuhkan dasar-dasar musyawarah. Bukankah dia yang mengatakan kepada khalayak ramai selesai pelantikannya : “Saya sudah terpilih untuk memimpin kamu sekalian, dan saya bukanlah orang yang terbaik di antara kamu. Kalau saya berlaku baik, bantulah saya, dan kalau saya salah luruskanlah.”? Bukankah dia berkata kepada mereka : “Taatilah saya selama saya taat kepada (perintah) Allah dan Rasul-Nya. Tetapi apabila saya melanggar (perintah) Allah dan Rasulullah maka gugurlah kesetiaanmu kepada saya!”
Inilah pernyataan yang sungguh tegas mengenai hak pendapat umum dan hak rakyat dalam memberikan pengawasan dan bimbingan kepadanya, jika Khalifah melanggar dan berpaling dari perintah Allah. Akibatnya yang wajar untuk menetapkan dasar pelanggaran itu ialah pernyataan bagi pelanggar untuk diturunkan dari kekuasaan. Rasanya tak ada makna yang lebih dalam dari pernyataan ini untuk menetapkan dasar-dasar musyawarah itu.
Seperti kita lihat, meskipun pada masa Abu Bakr perang masih berlanjut, pemerintahnya tetap berpegang pada musyawarah, baik dalam soal-soal besar maupun kecil. Ia tidak melaksanakan suatu pekerjaan sebelum mengadakan musyawarah. Dalam memutuskan suatu perkara ia tak pernah membeda-bedakan suatu golongan dengan golongan yang lain. Dia sendiri tidak mengenal kemegahan hidup seperti raja atau penguasa di dunia. Semua Muslim di hadapannya sama. Mereka yang masuk Islam bukan dari asal Islam, haknya sama dengan kaum Muslimin yang lain. Tetapi Abu Bakr menolak mengikutsertakan kaum murtad yang kemudian kembali kepada Islam, dalam perang dengan Persia karena ia ingin menjaga keamanan dan keselamatan negara. Sesudah bahaya itu tak ada lagi, ia berpesan kepada Umar agar membantu Musanna dengan tenaga mereka dalam perang dengan Irak.

Pemerintahan Abu Bakr Merintis Kesatuan Politik
Dengan demikian Abu Bakr telah merintis perkembangan sistem pemerintahan seperti sudah kita sebutkan, dan menyediakan segala sarana untuk kesatuan politik negeri Arab, setelah kesatuan agama dapat diselesaikannya. Sikap dan kebijaksanaan Abu Bakr yang lemah lembut merupakan faktor utama dalam merintis kesatuan politik ini. Kita lihat bagaimana ia memaafkan pemimpin-pemimpin pemberontak di Yaman dan di tempat lain yang pernah memberontak karena ingin berdiri sendiri. Ia telah memaafkan Qurrah bin Hubairah, Amr bin Ma’di Karib dan Asy’as bin Qais serta pemuka-pemuka Arab yang lain. Kepemaafannya kepada mereka itu setelah ia memperlihatkan sikap keras dan tegas sambil mengajak mereka dan golongannya untuk bersatu dengan Medinah. Sistem musyawarah yang dijalankan Abu Bakr dalam pemerintahannya itu makin memperkuat persatuan itu. Dengan pembebasan Irak dan Syam persatuan semua masyarakat Arab kini makin kuat.
Sudah wajar sekali pemerintahan masa itu akan berpegang pada dasar-dasar musyawarah. Islam lahir di tanah Arab, Kitab Sucinya dalam bahasa Arab dan Rasulullah orang Arab. Ketika itu negeri Arab hidup dalam kebebasan yang sebebas-bebasnya. Soalnya bagi seorang manusia Arab kebebasan itu merupakan sesuatu yang paling berharga, baik yang di pedalaman sahara atau yang berada daerah di pemukiman. Sejak dulu, dan sampai sekarang, cita persamaan memang sudah mendarah daging di kalangan masyarakat pedalaman. Ajaran Islam ternyata tambah memperkuat cita itu, sebab di hadapan Al-Khalik persamaan itu lebih luhur dan lebih sempurna lagi. Di hadapan-Nya tak ada perbedaan manusia kecuali dari amalnya. Kalau bukan karena ketakwaannya orang Arab tak lebih mulia dari yang bukan Arab.
Tentang persaudaraan yang dikaitkan dengan kebebasan dan persamaan sebagai simbol pemerintahan rakyat masa kita sekarang ini, dalam Islam sudah diperjelas demikian rupa seperti dalam ucapan Rasulullah : “Tak sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya.” Tidak heran, dengan ajaran-ajaran Islam yang disampaikan Rasulullah kepada umat manusia, dan sejalan dengan watak orang Arab yang paling dijunjung tinggi, persatuan mereka itu akan bertambah kuat dalam sistem yang dasar-dasarnya oleh Abu Bakr sudah diperkuat, dan akan menjurus pada perkembangan yang lebih cepat ke arah persatuan dan stabilitas.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 353-355.

KELONGGARAN TENTANG ‘ARIYAH (3)

Dari Ibnu Umar r.a. ia berkata ; “Rasulullah s.a.w. melarang menjual buah-buahan sehingga tampak baiknya, beliau melarang pada orang yang menjual dan yang membeli”. Muttafaq ‘alaih. Dan dalam sebuah riwayat : Apabila beliau ditanya tentang baiknya, beliau menjawab : “Sehingga bersih dan cacat”.
------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju', halaman 312.

Rabu, 22 Januari 2014

MENDATANGI SHOLAT DAN MAJELIS ILMU DENGAN TENANG DAN TIDAK KEBURU-BURU (2)

Ibn ‘Abbas r.a. ketika ia turun dari Arafah bersama Nabi s.a.w. mendadak Nabi s.a.w. mendengar suara orang-orang yang memukul dan membentak untanya dengan keras, maka Rasulullah s.a.w. mengisyaratkan dengan pecutnya sambil bersabda : Hendaknya kamu tenang, karena ta’at itu bukan terburu-buru. (HR. Buchary).
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 566.

Selasa, 21 Januari 2014

KELONGGARAN TENTANG ‘ARIYAH (2)

Dari Abu Hurairah ra.: “Bahwasanya Rasulullah s.aw. memberi kelonggaran menjual ‘ariyah dengan ukuran yang sama dari kurma kering, yang kurang dari lima wasaq, atau dalam lima wasaq”. Muttafaq ‘alaih.

1 wasaq = 60 sha’ atau 5 1/3 kati Baghdad. Kurang lebih 4 kg. = 21 kg.
1 wasaq = 60 x 21 kg. = 1.260 kg.
------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju', halaman 312.

ISLAMNYA ‘URWA BIN MAS’UD

Setelah kejadian Hunain, selama Nabi memimpin ekspedisi ke Ta’if, ‘Urwa bin Mas’ud salah seorang pemimpin Thaqif yang tinggal di kota tersebut — sedang tak ada di tempat. Ia sedang pergi ke Yaman. Bilamana kemudian ia kembali ke daerahnya dan melihat Nabi mendapat kemenangan di Tabuk dan sudah kembali ke Mdinah. Ia pun segera menyatakan dirinya masuk Islam serta memperlihatkan betapa besar hasratnya ingin mengajak masyarakatnya juga masuk Islam. ‘Urwa bukan tidak mengenal Muhammad dan kebesarannya. Dia termasuk salah seorang yang pernah ikut berunding mewakili Quraisy dalam perdamaian Hudaibiya. Setelah ‘Urwa masuk Islam dan Nabi mengetahui hasratnya hendak pergi mengajak golongannya menerima agama ini yang sudah juga dianutnya, Nabi yang sudah pula mengetahui betapa bangga dan kerasnya fanatik orang-orang Thaqif itu terhadap Lat berhala mereka, diingatkannya ‘Urwa dengan katanya : “Mereka akan membunuh engkau.”
Tetapi ‘Urwa yang merasa kedudukannya cukup kuat di tengah-tengah golongannya itu sebaliknya berkata :
“Rasulullah, mereka mencintai saya lebih daripada mencintai mata mereka sendiri.”
Kemudian ‘Urwa pergi hendak mengajak golongannya itu menganut Islam. Mereka berunding sesama mereka dan tidak memberikan sesuatu pendapat kepadanya. Keesokan harinya pagi-pagi ia pergi ke ruangan atas rumahnya, ia mengajak orang sholat. Tepat sekalilah firasat Rasulullah waktu itu. Masyarakatnya itu sudah tak dapat menahan hati. Ia dikepung lalu dihujani panah dari segenap penjuru, dan sebatang anak panah telah dapat pula menewaskannya. Keluarga ‘Urwa yang berada di sekelilingnya jadi gelisah. Kata ‘Urwa ketika sedang mengembuskan nafas terakhir :
“Suatu kehormatan telah diberikan Tuhan kepadaku, suatu kesaksian oleh Tuhan telah dilimpahkan kepadaku. Yang kualami ini sama seperti yang dialami para syuhada yang berjuang di samping Rasulullah s.a.w. — sebelum meninggalkan kita.”
Kemudian dimintanya supaya ia dikuburkan bersama-sama para syuhada. Oleh keluarganya ia pun dikuburkan bersama-sama mereka.
Tetapi nyatanya darah ‘Urwa tidak sia-sia mengalir. Kabilah-kabilah yang berada di sekitar Taif semuanya sudah masuk Islam. Di sini mereka menyadari bahwa apa yang telah diperbuat Thaqif terhadap pemimpin itu adalah suatu dosa besar. Akibat perbuatan itu Thaqif menyadari juga, bahwa mereka merasa tidak tenang. Setiap ada orang keluar dari kalangan mereka pasti tertangkap. Sekarang mereka yakin, bahwa bila tidak diadakan suatu perdamaian atau semacam gencatan senjata, pasti nasib mereka akan hilang tak ada artinya. Segera mereka mengadakan perundingan dengan sesama mereka. Mereka mengusulkan kepada pemimpin mereka [‘Abd Yalail] supaya ia berangkat menemui Nabi dan mengusulkan suatu perdamaian Thaqif.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 520-521.

MENDATANGI SHOLAT DAN MAJELIS ILMU DENGAN TENANG DAN TIDAK KEBURU-BURU (1)

Abu Hurairah r. a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w, bersabda : Jika telah berqamat waktu sholat, maka jangan kamu mendatanginya dengan keburu-buru (lari). Sebaliknya datangilah dengan berjalan tenang, maka yang dapat kamu kejar sholat berjama’ah, dan kekurangannya kamu cukupkan. (HR. Buchary dan Muslim)

Dalam riwayat Muslim ada tambahan : Maka sesungguhnya kamu dianggap sholat bila kamu menuju dan niat akan berjama’ah sholat.
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 566.

KELONGGARAN TENTANG ‘ARIYAH (1)

Dari Zaid bin Tsabit r.a.; “Bahwasanya Rasulullah sa.w. memberi kelonggaran tentang pohon yang diberikan buahnya saja, yakni menjual buahnya yang sama ukurannya dengan kurma kering yang diterima sebagai bayarannya”. Muttafaq ‘alaih, dan dalam riwayat Muslim : “Beliau memperbolehkan tentang ‘ariyah, yakni yang punya rumah (ahli bait Rasulullah) mengambil buahnya dengan ukuran yang sama (dengan yang mereka berikan) dari kurma kening yang mereka makan (setelah diterima) dengan kurma basah”.
-----------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju', halaman 311-312.

Senin, 20 Januari 2014

KETENANGAN DAN KEHORMATAN

‘Aisyah r.a. berkata : Belum pernah saya melihat Rasulullah s.a.w. tertawa gelak sehingga terlihat langit-langit mulutnya, tetapi selalu ia tersenyum. (HR. Buchary dan Muslim).
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 564.

Pemerintahan Abu Bakr (6)

Pemerintahan Islam Berada di Bawah Pengawasan Umat Islam
Andaikata batasan yang ada dalam Qur’an diserahkan ke tangan kelompok yang dikhususkan untuk itu seperti yang terjadi pada kelompok pendeta dalam agama tertentu dengan mengatasnamakan kehendak Tuhan tentu wajar saja bila timbul kekhawatiran bahwa kehendak rakyat akan jadi sia-sia. Tetapi karena Islam menolak adanya pengkhususan kelompok semacam itu mengingat semua orang sama dalam menjaga segala perintah dan larangan Allah serta turut mengawasi kebijaksanaan penguasa, maka konsep teokrasi dalam pemerintahan Islam jelas tak dapat diterima dan samasekali tak mendapat tempat.
Pemerintahan Islam yang konstitusional ini berada di bawah pengawasan umat Islam seluruhnya. Setiap pribadi boleh meminta pertanggungjawaban pihak penguasa. Dalam soal-soal pemerintahan tak ada suatu golongan yang lebih diistimewakan dari golongan lain. Kita sudah melihat bagaimana Abu Bakr begitu ketat berpegang pada Qur’an dan ketentuan Rasulullah dalam menahan diri dari segala godaan dunia, dengan keyakinan bahwa barang siapa memegang tanggung jawab yang berhubungan dengan urusan rakyat lalu mengambil keuntungan untuk dirinya, maka ia telah berlaku zalim terhadap dirinya dan terhadap rakyat.
Abu Bakr begitu ketat menahan diri sehingga menurut anggapan generasi kita sekarang ia sudah melampaui batas. Kedudukannya sebagai Khalifah dan sebagai pemimpin umat tak sampai mengubah cara hidupnya. Ia tidak pindah dari rumahnya sendiri ke rumah lain. Sejak mengurus kepentingan kaum Muslimin ia sudah melupakan dirinya, melupakan keluarga dan anak-anaknya. Ia hanya mau mengabdi kepada Allah secara mutlak. Ia sudah berikrar untuk ikut merasakan lemahnya kaum yang lemah dan miskinnya orang yang dalam kemiskinan, sebagai realisasi dari arti persaudaraan dalam bentuknya yang paling tinggi, yang sekaligus suatu perwujudan bahwa ia tak terdorong oleh keinginan pribadi, dan untuk itu ia ingin menegakkan keadilan yang sempurna tanpa pilih kasih. tetapi dalam batas-batas ketentuan Allah agar semua orang merasakan keadilan, hidup terhormat, aman dan tenteram.

Pemerintahan Islam bukan Aristokrasi
Pemerintahan yang demikian, yang tak kenal despotisma, tak kenal kekuasaan mutlak dan tak ada tempat untuk kaum pendeta, tak mungkin bercorak teokrasi. Pemerintahan ini juga bukan aristokrasi, pemilihan Khalifah dengan mengutamakan kalangan Muhajirin dan Ansar samasekali tak ada hubungannya dengan cara-cara aristokrasi. Mereka adalah orang-orang yang terdiri dari berbagai macam golongan. Yang mereka utamakan hanya untuk menjaga dan memelihara sistem yang sudah ada. Di samping itu mereka adalah kelompok sementara yang akan berakhir dengan meninggalnya pribadi-pribadi itu kelak. Tak ada orang yang akan mewarisi mereka, dan kedudukan mereka pun tak akan digantikan oleh kelompok lain. Bahkan seperti yang sudah kita lihat penduduk Mekah mau menyaingi mereka sebagai pihak yang sudah lebih dulu dalam Islam. Pihak Banu Umayyah, kemudian Banu Abbas yang pernah memegang pimpinan umat Islam merupakan bukti yang kuat sekali bahwa di kalangan Muslimin yang mula-mula konsep aristokrasi itu memang tak pernah ada.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 352-353.

Masjid Jami' Baitul Izzah Terboyo Wetan Semarang

Masjid Jami' Baitul Izzah Terboyo Wetan Semarang
Masjid Jami' Baitul Izzah
Jl. Raya Kaligawe Km 5,5
Terboyo Wetan - Genuk - Semarang 50112

RIBA (15)

Dari Sa’ad bin Abi Waqas r.a. ia berkata; Saya mendengar Rasulullah s.a.w. ditanya tentang membeli kurma basah dengan kurma kering, beliau bertanya : “Berkurangkah (susutkah) kurma basah itu apabila kering?” Mereka menjawab : “Ya”, maka beliau melarangnya. Diriwayatkan oleh Imam yang Lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), dan disahkan oleh Ronulmadiny dan Tirmidzy, Ibnu Hibban dan Hakim.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 310-311.

Minggu, 19 Januari 2014

KECENDERUNGAN ORANG-ORANG ARAB KEPADA ISLAM

Selama kaum Muslimin berada tidak jauh dari Yaman dan daerah-daerah Arab lainnya, bukankah sudah selayaknya apabila seluruh wilayah ini bergabung semua dalam suatu kesatuan di bawah naungan panji Muhammad, panji Islam, supaya mereka dapat diselamatkan dari kekuasaan pihak Rumawi dan Persia? Apa salahnya kalau kepala-kepala kabilah dari daerah itu berbuat begitu, selama mereka memang membuktikan Muhammad tetap mengakui kekuasaan daerah-daerah dan kabilah-kabilah mereka yang datang menyatakan keislaman dan kesetiaan mereka itu?! Ya, hendaknya tahun kesepuluh Hijrah ini memang menjadi Tahun Perutusan, manusia datang berbondong-bondong menyambut agama Allah. Hendaknya ekspedisi Tabuk dan penarikan mundur pasukan Rumawi menghadapi pihak Muslimin itu akan memberi pengaruh lebih besar daripada pembebasan Mekah, kemenangan Hunain dan pengepungan kota Ta’if selama ini.
Nasib baik yang telah membawa Ta’if — kota yang tadinya paling gigih melawan Nabi selama kota itu dalam pengepungan sehingga akhirnya ditinggalkan kaum Muslimin tanpa dapat diterobos ialah karena sesudah peristiwa Tabuk, kota inilah yang pertama-tama menyatakan kesetiaannya, meskipun sebelum itu lama sekali ia maju-mundur hendak mengumumkan pernyataan setianya itu.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 519-520.

HEMAT DALAM NASIHAT (3)

Mu’awiyah bin Alhakam Assulamy r.a. berkata : Ketika saya sedang sholat bersama Rasulullah, tiba-tiba ada orang bersin. Maka saya berkata : YARHAMUKALLAH, maka orang-orang membelalakkan mata kepada saya. Hingga saya berkata : WATSUKLA UMMAAH (alangkah kecewa ibuku), mengapakah kamu melihat kepadaku demikian? Maka mereka memukulkan tangan di paha untuk mendiamkan saya. Hingga saya diam. Kemudian setelah selesai sholat, demi ayah bundaku belum pernah saya melihat guru baik yang sebelum atau sudah Rasulullah s.a.w. yang menyamai kebaikan Rasulullah s.a.w. Demi Allah ia tidak membentak atau memukul atau memaki saya, kemudian Nabi s.a.w. bersabda : Sesungguhnva sholat ini tidak boleh bicara-bicara yang biasa. Hanya untuk tasbih, takbir dan baca Qur’an. Demikianlah sabda Rasulullah s.a .w. Kemudian saya berkata : Ya Rasulullah, saya seorang yang baru terlepas dari Jahiliyah, dan kini Allah telah mendatangkan Islam dan ada di tempat kami orang-orang yang suka mendatangi dukun. Sabda Nabi : Jangan kau mendatangi mereka. Dan ada di antara kami orang-orang yang mempercayai burung. Jawab Nabi s.a.w. : Itu hanya perasaan mereka, maka jangan sampai kepercayaan mereka itu mencegah dari suatu perbuatan yang baik. (HR. Muslim).
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 562-563.

RIBA (14)

Dari Ibnu Umar r.a. ia berkata : “Rasulullah s.a.w. melarang jual-beli secara muzabanah, ialah menjual kurma basah dengan kurma kering yang sama takarannya, menjual anggur dengan kismis yang sama takarannya, menjual tanaman dengan takaran makanan, beliau melarang demikian itu semuanya”. Muttafaq ‘alaih.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 310.

Sabtu, 18 Januari 2014

HEMAT DALAM NASIHAT (2)

Abul-Jaqdhon (Ammar) bin Yasir r.a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Sesungguhnya panjang sholat seseorang dan singkatnya khutbah itu membuktikan pengertian dalam agamanya. Maka panjangkan sholatmu, dan singkatkan khutbahmu, Panjang (lama) karena khusyu dalam sholat. (HR. Muslim)
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 562.

RIBA (13)

Dari Abdullah bin Amar bin ‘Ash r.a. ia berkata : “Rasulullah melaknat (mengutuk) orang yang menyuap dan yang minta disuap”. Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzy dan disahkannya.

Dari padanya r.a.; “Bahwa Nabi s.a.w. menyuruh supaya mempersiapkan sepasukan tentara, maka habislah unta-unta muda dan unta-unta sadaqah (zakat), beliau menyuruh : “Saya ambil seekor unta sadaqah, dan akan dibayar dengan dua ekor unta yang muda”. Diriwayatkan oleh Hakim dan Baihaqy, dan rawi-rawinya dapat dipercaya.
-----------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 309-310.

Jumat, 17 Januari 2014

PENGARUH TABUK

DENGAN berakhirnya ekspedisi ke Tabuk itu maka ajaran Islam sudah selesai tersebar ke seluruh jazirah Arab. Muhammad sudah aman dan setiap serangan yang datang dari luar. Sebenarnya, begitu Muhammad kembali ke Medinah dari perjalanan ekspedisi itu, semua penduduk jazirah yang masih berpegang pada kepercayaan syirik, sekarang sudah mulai berpikir-pikir. Meskipun kaum Muslimin yang telah ikut menemani Muhammad dalam perjalanan ke Syam itu cukup mengalami pelbagai macam kesukaran, memikul segala penderitaan karena haus dan panas musim yang begitu membakar, namun mereka kembali dengan hati kesal, sebab mereka tidak jadi berperang, tidak membawa rampasan perang, karena pihak Rumawi menarik pasukannya hendak bertahan dalam benteng-benteng di pedalaman Syam. Akan tetapi penarikan mundur ini sebenarnya telah meninggalkan kesan yang dalam sekali dalam hati kabilah-kabilah bagian selatan — di Yaman, Hadramaut dan ‘Umman (Oman). Bukankah pasukan Rumawi itu juga yang telah mengalahkan Persia, telah mengambil kembali Salib Besar, kemudian membawanya kembali ke Yerusalem dalam suatu upacara besar-besaran? Sedang Persia, waktu itu dalam waktu yang cukup lama merupakan penguasa yang perkasa atas wilayah Yaman dan daerah-daerah sekitarnya itu.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 519.

HEMAT DALAM NASIHAT (1)

Abu Wa’il (Syaqiq) bin Salamah berkata : Biasanya Ibn Mas’ud r.a. memberi ceramah kepada kami pada tiap kemis sekali, maka orang berkata kepadanya : Hai Abu Abdurrahman, saya ingin kalau kau suka memberi ceramah tiap hari. Jawab Ibn Mas’ud : Tiada halangan bagiku untuk memberikan ceramah tiap hari itu, hanya saja khawatir menjemukan kamu, Dan saya sengaja memberi ceramah dalam waktu yang jarang sebagaimana Rasulullah memberi ceramah kepada kami, khawatir jangan sampai kami jemu dari nasihat. (HR. Buchary dan Muslim)

Sebab kalau terus-menerus, maka kemungkinan nilai nasihat itu berkurang, atau orang yang tidak menghadiri, masih dapat berkata : Walau kini tidak hadir besok masih dapat hadir.
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 561-562.

RIBA (12)

Dari Abu Umamah r.a. dari Nabi s.a.w., beliau bersabda : “Barangsiapa yang memberi pertolongan kepada saudaranya, lalu saudaranya itu memberi hadiah kepadanya, maka ia telah sampai kepada sebuah pintu dari pintu-pintu riba”. Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, dengan sanadnya ada perbincangan.
------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 309.

Kamis, 16 Januari 2014

MENDENGARKAN NASIHAT

Jarir bin Abdullah r.a. berkata : Pada waktu hajjatulwada’ Rasulullah s.a.w. menyuruh saya menyerukan perhatian kepada orang-orang supaya mendengarkan keterangan wejangan Rasulullah s.a.w. Kemudian Nabi s.a.w. bersabda : Jangan sampai kamu kembali kafir sepeninggalku nanti, yaitu saling bunuh-membunuh, yang satu memenggal leher yang lain. (HR. Buchary dan Muslim)
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 560.

Pemerintahan Abu Bakr (5)

Sistem Pemerintahan dalam Islam bukan Teokrasi
Sudah kita lihat bahwa yang dikenal Mesir zaman Firaun itu bukanlah model kekuasaan agama, juga bukan yang dikenal Eropa Abad Pertengahan. Abu Bakr tidak memperoleh kekuasaan hukum itu dari Allah, tetapi dari mereka yang telah membaiatnya. Wahyu yang sudah selesai tidak turun lagi setelah Rasulullah wafat. Yang tinggal hanyalah Kitabullah sebagai petunjuk bagi umat Islam semua, dan sebagai bukti bagi mereka semua. Itulah yang menjadi ikrar bagi orang-orang beriman dan telah menerimanya dengan baik. Itulah yang menjadi undang-undang dasarnya, yang akan dijadikan pegangan oleh seorang kepala pemerintahan dalam batas-batas yang tak akan dilampauinya. Kalau itu yang dilakukan, maka ia harus ditaati kalau tidak seorang Muslim tak perlu ta’at kepadanya.

Pemerintahan Islam Terikat oleh Kehendak Rakyat dan oleh Perintah dan Larangan Allah
Inilah bentuk pemerintahan Islam yang sebenarnya, yang memang jauh berbeda dari konsep teokrasi. Sebagaimana kita lihat, pemerintahan ini konstitusional, sehingga tak mungkin orang yang menjalankannya akan bertindak sewenang-wenang. Yang sudah menjadi garis pemerintahan teokrasi ialah absolut, mutlak, tak lagi mengenal ikatan apa pun selain kemauan si penguasa dan keserakahannya hendak mempertahankan kekuasaan. Dan keserakahan inilah yang menimbulkan anggapan bahwa kehendak penguasa teokrat itu datang dari kehendak Tuhan karenanya, dia itulah undang-undang, bahkan ia di atas undang-undang. Segalanya berada di tangan pemegang kekuasaan, hukuman atau ampunan, penderitaan atau kebahagiaan, hidup atau mati. Jauh sekali bedanya dengan pemegang kekuasaan yang harus terikat dengan permusyawaratan rakyat, dan dengan apa yang telah diwahyukan Allah dalam Qur’an.
Ada kalangan yang berpendapat bahwa dengan terikat pada wahyu Allah dalam Qur’an itu berarti ia menyia-nyiakan dan menghilangkan kehendak rakyat, mencampuri perkembangan legislasi, dan dengan demikian membuat pemerintahan Islam itu pada dasarnya adalah pemerintahan teokrasi. Kritik ini sebenarnya tak beralasan. Legislasi yang terdapat dalam Qur’an tak akan melampaui dasar-dasar umum yang sudah ditentukan oleh prinsip-prinsip keadilan dalam bentuknya yang paling ideal. Adapun penjabaran beberapa dasar umum itu menyangkut soal-soal yang pada dasarnya sangat terbatas. Dasar-dasar umum yang ditentukan oleh Qur’an memang perlu sekali bagi kehidupan masyarakat merdeka. Jika yang demikian dirusak berarti kehidupan tersebut pun akan rusak. Sejarah sudah mencatat bahwa dengan meninggalkan prinsip-prinsip itu, mustahil ia dapat berjalan di negeri yang sudah terdapat keharmonisan antara kebebasan pribadi dengan sistem kemasyarakatan. dan yang mengakui pula adanya hukum keluarga, hak milik dan waris. Di samping itu ajaran sosialisma yang sifatnya gotong royong dapat dipakai seperlunya, dengan mengharuskan penerapan prinsip-prinsip kasih sayang dan kemanusiaan, yang dalam Islam sudah merupakan keharusan mendasar, bukan sekadar kelengkapan rohani saja.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 351-352.

Tifa Lockhart

Tifa Lockhart
Tifa Lockhart Sebagai salah satu karakter yang menjadi pemeran pendukung di Final Fantasy Crisis Core. Sebagai teman masa kecil Cloud Strife, Tifa juga memendam kebencian yang sama terhadap Sephiroth atas tindakannya menghancurkan kampung halaman mereka. Ia digambarkan memiliki sifat yang cukup keibuan dan perhatian, tetapi seringkali kesulitan dalam mengekspresikan perasaannya.
Latar belakang Tifa kurang lebih tidak jauh berbeda dengan Cloud. Keduanya lahir dan tumbuh besar di desa terpencil bernama Nibelheim, tetapi sementara Cloud tidak telalu suka bergaul dengan anak-anak lainnya, Tifa menjadi idola di antara teman-teman sebayanya. Ketika ibunya meninggal saat ia berusia 9 tahun, Tifa berangkat ke Mt. Nibel untuk mencari roh sang ibu yang ia percaya berangkat ke sana. Ia tidak menyadari Cloud yang mengikuti jejaknya dan berusaha menyelamatkannya ketika jembatan yang mereka seberangi runtuh, dan ia juga tidak tahu bahwa Cloud-lah yang disalahkan oleh penduduk desa atas kecelakaan yang menimpa mereka tersebut. Keduanya tidak pernah memiliki hubungan yang erat sampai ketika Cloud memanggil Tifa pada suatu malam dan memberitahu rencananya untuk berangkat ke Midgar dan bergabung dengan SOLDIER. Ia meminta Cloud berjanji untuk datang menyelamatkannya jika Tifa berada dalam bahaya dan Cloud pun setuju.
Meski telah disebutkan sebelumnya bahwa Tifa dan Cloud tidak penah dekat, sejak Cloud pergi ke Midgar, Tifa mulai sering memikirkan dan mengkhawatirkan keadaan Cloud. Ia bahkan mulai membaca surat kabar, kalau-kalau ada berita mengenai Cloud di sana sebab Cloud sendiri mengatakan bahwa ia ingin menjadi kuat dan terkenal seperti Sephiroth. Namun demikian, ia tidak pernah menemukan satu berita pun tentang Cloud dan ia juga tidak mengetahui identitas Cloud ketika ia kembali ke Nibelheim setelah 5 tahun bersama Sephiroth dan Zack Fair karena Cloud menyembunyikan wajahnya dengan helm lantaran malu mengakui bahwa dirinya gagal bergabung dengan SOLDIER. Selama rentang waktu 5 tahun itu juga, Tifa diceritakan mempelajari ilmu bela diri di bawah bimbingan Zangan dan diakui oleh gurunya sendiri sebagai salah satu siswanya yang terbaik.
Ketika Sephiroth mengamuk dan menghancurkan desa setelah mengetahui fakta mengenai dirinya, Tifa mengejarnya ke Mako Reactor dan menemukan ayahnya telah dibunuh oleh Sephiroth. Sayangnya, ketika berusaha membalas dan menyerang Sephiroth, ia dengan mudah dikalahkan dan terluka parah, tepat ketika Zack tiba di tempat itu. Saat Cloud akhirnya tiba di reaktor, baik Zack maupun Tifa telah terbaring dalam kondisi sekarat. Ia bahkan berpikir Tifa tak dapat diselamatkan lagi dan oleh karena itu, mengambil Buster Sword milik Zack dan menghadang Sephiroth.
Sementara Cloud dan Sephiroth bertarung, Zangan menemukan Tifa yang terluka dan membawanya keluar dari Nibelheim menuju Midgar untuk mencari dokter yang dapat mengobatinya. Namun demikian, tampaknya Tifa saat itu berada dalam kondisi koma sehingga ia tidak dapat mengingat Cloud yang menyelamatkannya atau perjalanan dengan gurunya ke Midgar.
Beberapa waktu kemudian, Tifa diceritakan bergabung dengan Barret Wallace dalam sebuah organisasi anti-Shinra, AVALANCHE. Ia juga membuka sebuah bar di Sector 7 Slum bernama 7th Heaven yang sekaligus merangkap sebagai markas AVALANCHE. Tak sampai beberapa lama kemudian, Tifa menemukan Cloud yang terbaring tak sadarkan diri di stasiun kereta Sector 7, tetapi ketika sadar, Tifa menyadari keanehan dalam memori Cloud, yang nantinya diketahui sebagai akibat pencampuran antara ingatan dan kepribadian dirinya sendiri dengan Zack. Khawatir mengenai keadaan Cloud, Tifa pun memutuskan untuk mengajak Cloud bergabung dengan AVALANCHE.
Meski secara fisik kekuatan Tifa tak perlu dipertanyakan lagi, secara emosional ia adalah karakter yang simpatik dan cenderung pemalu. Ia mampu menyadari dan merespon pada perasaan orang lain, tetapi sering kesulitan mengekspresikan perasaannya sendiri. Seperti yang ditampilkan dalam FFVII, Tifa juga merupakan seorang pekerka keras yang menghabiskan nyaris seluruh waktunya membantu orang lain, tetapi nyaris melupakan dirinya sendiri. Ia adalah wanita yang bersifat keibuan dan mau memberikan perlindungan kepada mereka yang membutuhkan.
Di Crisis Core dan beberapa adegan flashback di FFVII, Tifa tampak mengenakan pakaian seperti koboi dengan rok pendek dan rompi yang terbuat dari kulit, dugabungkan dengan kemeja putih, sepatu bot, dan topi. Di FFVII, penampilannya menjadi lebih sederhana dengan tank-top putih dan rok mini hitam dengan ban pinggang, ditambah sarung tangan hitam-merah sepanjang siku serta sepatu bot merah. Ia juga mengenakan semacam pelindung di sikunya.

RIBA (11)

Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata ; Saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Apabila kalian berjual-beli secara ‘inah dan kalian hanya repot dengan (bertani/ pekerjaan) saja, dan bersenang-senang dengan tanamanmu saja, sambil meninggalkan jihad, pasti Allah akan membuat kalian dikuasai oleh kehinaan yang tidak akan ada yang dapat mencabutnya kehinaan itu sesuatupun, sehingga kalian kembali kepada agama kalian”. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari riwayat Nafi dari Ibnu Umar, tapi pada sanadnya ada perbincangan. Dan dalam riwayat Ahmad seperti itu pula dari riwayat Atha’, dan rawi-rawinya dapat dipercaya dan disahkan oleh Ibnul Qathan.

‘Inah = Si A menjual barang kepada si B dengan harga sekian dan dengan pembayaran di akhirnya, umpamanya satu bulan kemudian. Lalu barang tersebut dibeli lagi oleh si A dan si B dengan kontan, tapi dengan harga ang lebih rendah. Dengan demikian si B menjadi rugi, adapun Si A sebaliknya.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 308-309.

Rabu, 15 Januari 2014

MUHAMMAD MENANGISI KEMATIAN IBRAHIM

Dalam keadaan hening yang menekan itu kemudian air matanya berderai bercucuran, sementara anak itu sedang menarik nafas terakhir. Sang ibu dan Sirin menangis menjerit-jerit oleh Rasulullah dibiarkan mereka begitu.
Setelah tubuh Ibrahim tiada bergerak lagi, sudah tiada bernyawa, dan dengan kematiannya itu padam pula semua harapan yang selama ini membuka hati Nabi, makin deras pula air mata Muhammad mengucur sambil ia berkata :
“Oh Ibrahim, kalau bukan karena soal kenyataan. dan janji yang tak dapat dibantah lagi, dan bahwa kami yang kemudian akan menyusul orang yang sudah lebih dahulu daripada kami, tentu akan lebih lagi kesedihan kami dari ini.” Dan setelah diam sejenak, katanya lagi : “Mata boleh bercucuran, hati dapat merasa duka, tapi kami hanya berkata apa yang menjadi perkenan Tuhan, dan bahwa kami, O Ibrahim, sungguh sedih terhadapmu.”
Muslimin yang melihat Muhammad begitu duka, beberapa orang terkemuka hendak mengurangi hal itu dengan mengingatkannya akan larangannya berbuat demikian. Tapi ia menjawab :
“Aku tidak melarang orang berdukacita, tapi yang kularang menangisi dengan suara keras. Apa yang kamu lihat padaku sekarang, ialah pengaruh cinta dan kasih di dalam hati. Orang yang tiada menunjukkan kasihsayangnya, orang lain pun tiada akan menunjukkan kasih-sayang kepadanya.”
Atau seperti dikatakan juga : Kemudian ia berusaha menahan duka hatinya. Ia memandang Maria dan Sirin dengan pandangan penuh kasih. Kepada mereka dimintanya supaya lebih tenang sambil katanya : “Ia akan mendapat inang pengasuh di surga.”
Kemudian setelah ia dimandikan oleh Umm Burda, sumber lain menyebutkan oleh Fadzl bin’l-’Abbas — dibawa dari rumah itu di atas sebuah ranjang kecil. Nabi dan Abbas pamannya, begitu juga sejumlah kaum Muslimin ikut mengantarkan sampai ke Baqi’. Di tempat itu ia dimakamkan setelah disholatkan oleh Nabi. Selesai pemakaman Muhammad minta supaya makam itu ditutup kemudian diratakannya dengan tangannya sendiri. Ia memercikkan air dan memberi tanda di atas kubur itu. Lalu katanya :
“Sebenarnya ini tidak membawa kerugian, juga tidak mendatangkan keuntungan. Tetapi hanya akan menyenangkan hati orang yang masih hidup. Apabila orang mengerjakan sesuatu, Tuhan lebih suka bila dikerjakan secara sempurna.”
Bersamaan dengan kematian Ibrahim itu kebetulan terjadi pula matahari gerhana. Kaum Muslimin menganggap peristiwa itu suatu mukjizat. Kata mereka matahari gerhana karena Ibrahim meninggal. Hal ini terdengar oleh Nabi.
Karena cintanya yang begitu besar kepada Ibrahim, dan rasa duka yang begitu dalam karena kematiannya, adakah ia lalu merasa terhibur mendengar kata-kata itu, atau setidak-tidaknya akan didiamkan saja, menutup mata melihat orang sudah begitu terpesona karena telah menganggap itu suatu mukjizat’? Tidak. Dalam keadaan serupa itu, kalaupun ini layak dilakukan oleh mereka yang suka mengambil kesempatan karena kebodohan orang, atau layak dilakukan oleh mereka yang sudah tak sadar karena terlampau sedih, buat orang yang berpikir sehat tentu hal ini tidak layak, apalagi buat Nabi Besar! Muhammad melihat mereka yang mengatakan bahwa matahari telah jadi gerhana karena kematian Ibrahim, dalam khutbahnya kepada mereka ia berkata :
“Matahari dan bulan ialah tanda kebesaran Tuhan, yang tidak akan jadi gerhana karena kematian atau hidupnya seseorang. Kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dalam zikir kepada Tuhan dengan sholat.”
Sungguh suatu kebesaran yang tiada taranya. Rasul tidak melupakan risalahnya itu dalam suatu situasi yang begitu gawat, situasi jiwa yang sedang dalam keharuan dan kesedihan yang amat dalam! Kalangan Orientalis dalam menanggapi peristiwa yang terjadi terhadap diri Muhammad ini, tidak bisa lain mereka bersikap hormat dan kagum sekali! Mereka tidak dapat menyembunyikan rasa kekaguman dan rasa hormatnya itu kepadanya. Mereka menyatakan pengakuan mereka tentang kejujuran orang itu, yang dalam situasi yang sangat gawat ia tetap mempertahankan hak dan kejujurannya yang sungguh-sungguh!
Gerangan bagaimana pula perasaan istri-istri Nabi melihat kesedihan dan dukacita yang menimpanya begitu mendalam karena kematian Ibrahim itu? Dia sendiri sudah merasa terhibur dengan karunia Tuhan itu dan dapat pula meneruskan tugas menunaikan risalah serta dengan bertambahnya Islam tersebar pada perutusan yang terus-menerus datang kepadanya dari segenap penjuru, sehingga tahun kesepuluh Hijrah ini diberi nama “Am’l-Wufud — Tahun Perutusan.” Pada tahun itulah Abu Bakr memimpin orang menunaikan ibadat haji.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 515-518.