"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Selasa, 29 September 2009

LA’NAT-MELA’NAT (3)


Dari Ibnu ‘Abbaa r.a. “Bahwasannya Rasulullah s.aw. menyuruh seorang laki-laki supaya menutup mulutnya dengan tangan pada shahadat yang kelima, beliau bersabda : “Yang kelima itulah yang mustajab (menentukan penceraian, dan siksa bagi yang dusta).” Diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasa’i dan rawi-rawinya dapat dipercaya.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 406.

Minggu, 27 September 2009

LA’NAT-MELA’NAT (2)


Dari Anas r.a., bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda : “Lihatlah perempuan itu, apabila ia datang membawa anaknya berwarna putih, rambutnya tidak keriting, maka anak itu bagi suaminya, dan apabila anaknya itu hitam pelupuk matanya, dan keriting, maka anak itu untuk orang yang menuduh.” Muttafaq’alaih
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 405-406.

Jumat, 25 September 2009

LA’NAT-MELA’NAT (1)


Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata ; Si Fulan bertanya, katanya : “Ya Rasulullah sebagaimana pendapat engkau apabila seseorang di antara kami mendapatkan istrinya dalam perbuatan mesum apa yang harus ia lakukan?” “Kalau harus berbicara maka ini adalah perkara yang besar, dan kalau diam saja, maka dia diam dalam perkara yang besar pula”. Beliau tidak menjawab Setelah itu ia datang lagi menghadap, lalu berkata; “Sesungguhnya yang saya tanyakan pada tuan itu sungguh saya sendiri telah kena coba dengan perkara itu”. Maka turunlah beberapa ayat dalam surat Nun, kemudian beliau membacakannya dan menasehatinya dan memberitahukan bahwa siksa dunia adalah lebih ringan daripada siksa akhirat. Orang itu berkata : “Tidak, demi yang mengutus engkau dengan kebenaran, saya tidak berdusta tentang istri saya itu”. Kemudjan Rasulullah s.a.w. memanggil istri si Fulan itu, dan beliau menasehatinya pula seperti nasihat kepada suaminya. Ia berkata : “Tidak, demi yang mengutus tuan dengan kebenaran sesungguhnya suami saya itu adalah dusta”. Kemudian beliau mulai pada laki-laki itu, lalu ia disuruh sumpah atas nama Allah empat kali; kemudian pada perempuan itu, lalu beliau menceraikan mereka itu”. Diriwayatkan oleh Muslim.

Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Nun ayat 6 sampai dengan 9 : “Dan orang-orang yang menuduh isterinya berzina sedangkan tidak ada saksi kecuali dirinya sendiri, maka saksinya ialah empat kali bersumpah kepada Allah bahwa ia adalah benar. Dan pada kali yang kelima : “sesungguhnya laknat Allah itu baginya kalau ia berdusta Dan hukuman dapat dihindarkan dari isterinya. Kalau isterinya itu bersumpah kepada Allah empat kali, bahwa siaminya itu berdusta. Dan pada kaji kelima: Sesungguhnya murka Allah iu untuknya kalau suaminya itu benar”.

Dari padanya r.a., ia berkata; Bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda kepada suami-istri yang saling melaknat : “Hisab kalian berdua itu di hadirat Allah, salah seorang di antara kalian berdua itu berdusta, untukmu tidak ada jalan untuk bersatu lagi dengan istrimu”. Ia berkata : “Ya Rasulullah, bagaimana dengan harta saya (maskawin yang telah diberikan kepadanya)?” Beliau bersabda : “Kalau tuduhanmu itu benar, maka hartamu itu untuk menghalalkan kemaluannya bagimu. dan apabila kamu berdusta, maka hartamu itu lebih menjauhkan kamu lagi dari padanya”. Muttafaq ‘alaih.

Tidak ada jalan untuk “ruju” bagi perceraian dengan saling laknat. Dan maskawin tidak usah dikembalikan.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 405.

Rabu, 23 September 2009

ILA’, DHIHAR DAN KIFARAT (5)

Ila’ ialah si suami bersumpah tidak akan mencampuri isterinya.
Dhihar ialah si suami menganggap bahwa isterinya itu seperti ibunya.
Kifarat ialah menebus dosa.

Dari Salamah bin Sokhr r.a., ia berkata ; “Tibalah bulan Ramadlan, dan saya takut kalau-kalau saya mencampuri istri saya lalu saya mendhiharnya. Pada suatu malam tersingkaplah sesuatu (anggota badannya) pada saya dan saya mencampurinya”. Maka Rasulullah s.aw. bersabda kepada saya : “Kamu harus memerdekakan seorang hamba sahaya” Kata saya : “Saya tidak punya kecuali jiwa saya”, beliau bersabda : “Berpuasalah dua bulan terus-menerus”. Kata saya pula : “Adakah sesuatu yang dapat saya kerjakan selain puasa?” Beliau bersabda : “Berilah makan 60 fakir miskin dengan kurma satu farq (‘arq). Dikeluarkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), kecuali Nasa’i disahkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Jarudi.

“Farq (‘Arg) itu ialah 15 sho’”. Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Mujadalah ayat 2 sampai dengan 5 : “Orang-orang yang mendhihar istrinya (yaitu dengan katanya : “Engkau seperti punggung ibuku”), tiadalah isterinya itu jadi ibunya, tidak ada yang menjadi ibunya melainkan perempuan yang telah melahirkannya, mereka itu mengucapkan perkataan yang munkar dan dusta, sesungguhnya Allah itu pemaaf dan pengampun.” Dan orang-orang yang mendhihar isterinya, lalu mereka surut kembali kepada perkataannya, maka hendaklah mereka memerdekakan seorang hamba sahaya sebelum mereka bercampur (bersetubuh), dengan itu kamu diberi pelajaran, dan Allah mengetahui akan apa-apa yang kamu kerjakan”. Dan barangsiapa yang tidak memperoleh hamba itu, hendaklah ia berpuasa dua bulan terus-menerus sebelum mereka bersetubuh ; dan barangsiapa yang tidak kuat hendaklah ia memberi makan 60 orang miskin, demikian itu supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan itulah batas-batas Allah, dan untuk orang yang menyangkalnya diberi siksa yang pedih.”
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 403.

Senin, 21 September 2009

ILA’, DHIHAR DAN KIFARAT (4)

Ila’ ialah si suami bersumpah tidak akan mencampuri isterinya.
Dhihar ialah si suami menganggap bahwa isterinya itu seperti ibunya.
Kifarat ialah menebus dosa.

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata : “Adalah ila’ itu lamanya satu tahun dan dua tahun, kemudian Allah menetapkan lamanya itu empat bulan: dan apabila kurang dari empat bulan itu bukan ila’.” Dikeluarkan oleh Baihaqy.

Firman Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 226 : “Bagi orang-orang yang ber-ila’ dengan isterinya, mereka diberi tempo 4 bulan, dan apabila mereka kembali maka Allah Maha Pengampun dan Penyayang.

Dari padanya r.a. ; “Sesungguhnya sering laki-laki mendhihar istrinya, kemudian ia  mencampurnya, lalu ia menghadap Nabi s.a.w., dan ia berkata : ”Saya mencampur istri saya sebelum saya berkifarat”. Beliau bersabda : “Janganlah, engkau mendekati istrimu sebelum kamu lakukan apa-apa yang diperintahkan Allah padamu.” Diriwayatkan oleh Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), dan disahkan oleh Tirmidzy dan Nasa’i menguatkan mursalnya. Dan Albazzar meriwayatkannya dengan jalan lain dari Ibnu ‘Abbas r.a pada riwayat itu ia menambah : “Berkifaratlah, dan jangan kamu mengulanginya.”
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 402.

Sabtu, 19 September 2009

ILA’, DHIHAR DAN KIFARAT (3)

Ila’ ialah si suami bersumpah tidak akan mencampuri isterinya.
Dhihar ialah si suami menganggap bahwa isterinya itu seperti ibunya.
Kifarat ialah menebus dosa.

Dari Sulaiman bin Yasar r.a. ia berkata : “Saya mendapatkan lebih dari sepuluh laki-laki dari shahabat Rasulullah s.a.w. semuanya menghentikan orang-orang yang berila’.” Diriwayatkan oleh Syafi’i.
----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 401.

Kamis, 17 September 2009

ILA’, DHIHAR DAN KIFARAT (2)

Ila’ ialah si suami bersumpah tidak akan mencampuri isterinya.
Dhihar ialah si suami menganggap bahwa isterinya itu seperti ibunya.
Kifarat ialah menebus dosa.

Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata Apabila lewat empat bulan yang berila’ itu berhenti. sehingga mencerai dan tidak akan jatuh talak sehingga ia mentalak’.” Dikeluarkan oleh Bukhary.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 401.

Selasa, 15 September 2009

ILA’, DHIHAR DAN KIFARAT (1)

Ila’ ialah si suami bersumpah tidak akan mencampuri isterinya.
Dhihar ialah si suami menganggap bahwa isterinya itu seperti ibunya.
Kifarat ialah menebus dosa.

Dari ‘Aisyah r.a. ia berkata : “Rasulullah s.a.w. pernah bersumpah ila’ dari istri-istrinya dan beliau mengharamkan kemudian beliau jadikan yang haram jadi halal, dan menjadikan kifarat itu bagi yang bersumpah.” Diriwayatkan oleh Tirmidzy dan rawi-rawinya dapat dipercaya.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 401.

Minggu, 13 September 2009

RUJU’(3)

Dari Ibnu Umar ra. ; Bahwasanya ia tatkala mencerai istrinya, Nabi s.a.w. bersabda kepada Umar : “Suruhlah ia, agar meruju’ istrinya”. Muttafaq ‘alaih.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 400.

Jumat, 11 September 2009

RUJU’(2)

Dari Baihaqy meriwayatkannya dengan lafadh; Bahwasanya Imran bin Hushain r.a. ditanya dari hal yang meruju’ istrinya dengan tanpa saksi, ia berkata : “Ia tidak menurut sunnah, maka sekarang ia harus bersaksi.” Dan dalam sebuah riwayat, Thabrany menambah : “Dan hendaklah ia minta ampun kepada Allah”.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 400.

Rabu, 09 September 2009

RUJU’(1)

Dari ‘Imran bin Hushain r.a; Bahwasannya ia ditanya tentang laki-laki yang mencerai istrinya kemudian meruju’nya dengan tanpa saksi. Ia berkata : “Hendaklah engkau saksikan pada talaknya dan pada ruju’nya”. Demikianlah diriwayatkan oleh Abu Daud mauquf dan sanadnya shahih.
------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 400.

Senin, 07 September 2009

THALAQ / PERCERAIAN (13)

Dari ‘Aisyah r.a dari Nabi s.a.w., beliau berkata, “Dibebaskan hukum dari tiga golongan. 1). Dari yang tidur sehingga ia bangun, 2). Dari anak kecil hingga ia dewasa 3). Dari yang gila sehingga ia ingat atau sadar”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), kecuali Tirmidzy, dan disahkan oleh Hakim, dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Hibban.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 399.

Sabtu, 05 September 2009

THALAQ / PERCERAIAN (12)

Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Bagi anak Adam tidak ada nadzar pada perkara yang tidak ia miliki, dan tidak ada talak baginya pada yang bukan miliknya.” Diriwayatkan dan disahkan oleh Abu Daud dan Tirmidzy. Dan dinukil dari Bukhary bahwa hadits ini adalah paling sah dari hadits-hadits tentang hal ini.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 399.

Kamis, 03 September 2009

THALAQ / PERCERAIAN (11)

Dari ‘Aisyah r.a.; Bahwasanya Binti Jaun tatkala dihadapkan kepada Rasulullah s.a.w., dan beliau mendekatinya, ia berkata : “Saya berlindung kepada Allah dari gangguanmu”. Maka beliau bersabda : “Sungguh engkau telah berlindung kepada Yang Maha Agung, kembalilah kepada keluargamu”. Diriwayatkan oleh Bukhary.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 398.

Selasa, 01 September 2009

THALAQ / PERCERAIAN (10)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata ; “Apabila seorang laki-laki mengharamkan istrinya bukan dengan talak. Dan Ibnu ‘Abbas berkata : “Sungguh telah ada pada Rasulullah s.a.w. suatu contoh yang baik bagi kamu”. Diriwayatkan oleh Bukhary.

Dan dalam riwayat Muslim dari Ibnu ‘Abbas r.a.; “Apabila seorang laki-laki mengharamkan istrinya, maka itu adalah sumpah yang harus dikifaratinya.”
------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 398.