"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Minggu, 29 Mei 2011

Masjid Al Mubarok

Masjid Al-Mubarok Borobudur Magelang
Masjid AL MUBAROK Dusun Tingal Kulon Wanurejo Borobudur Kabupaten Magelang

Katakanlah “Unzhurna”

 يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَقُولُوا۟ رٰعِنَا وَقُولُوا۟ انظُرْنَا وَاسْمَعُوا۟ ۗ وَلِلْكٰفِرِينَ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu katakan (kepada Muhammad): “Raa ‘ina”, tetapi katakanlah “Unzhurna”, dan “dengarlah”. Dan bagi orang-orang kafir siksaan yang pedih. (QS. 2 : 104).

Tafsir Ayat
Sepintas lalu arti Ra'ina ialah gembalakanlah kami, atau bimbinglah kami - dari kata ri'ayah dan yang digembalakan itu ialah ra'iyyah (dalam bahasa Indonesia menjadi rakyat). Tetapi dia bisa pula berarti lain, yaitu ru'iy-na yang berarti tukang gembala kami. Satu kali jadi fi'il-amar, tetapi satu kali bisa pula menjadi ism-fa'il. Mohon supaya kami digembalakan, bisa ditukar artinya menjadi engkau ini adalah tukang gembala kepunyaan kami. Bisa pula diambil dari kata ra'unah, yaitu orang yang tidak baik perangainya. Maka orang yang berniat jahat bisa saja dengan sengaja membawa arti kata itu kepada yang bukan dimaksudkan. Oleh sebab itu, pilih kata yang artinya tidak dapat diputar-putar kepada maksud buruk, "Unzhurna", artinya pandanglah kami, tiliklah kami. Dengan kata "Unzhurna" tidak ada sudut buruk buat orang masuk. Begitulah hendaknya sopan santun orang yang beriman terhadap Rasul-Nya, yang juga menjadi ayah dan guru bagi seluruh Mukmin.

Latar Belakang Turunnya Ayat
Dalam suatu riwayat dikemukakan, bahwa dua orang yahudi bernama Malik bin Shaif dan Rifa’ah bin Zaid, apabila bertemu dengan Nabi mereka mengucapkan: “Ra’ina sam’aka was ma’ ghaira musmai’in”. Kaum Muslimin mengira bahwa kata-kata itu adalah ucapan ahli kitab untuk menghormati Nabi-nabinya. Mereka pun mengucapkan kata-kata itu kepada Nabi saw. Maka Allah menurunkan ayat tersebut di atas (QS 2 : 104) sebagai larangan untuk meniru-niru perbuatan kaum yahudiDiriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari as-Suddi.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa kata “Ra’ina” dalam : bahasa yahudi berarti caci maki yang jelek. Sehubungan dengan itu ada peristiwa sebagai berikut : Ketika kaum yahudi mendengar shahabat-shahabat Nabi memakai perkataan itu (“Ra’ina), mereka sengaja mengumumkan agar perkataan itu biasa dipergunakan dan ditujukan kepada Nabi . Apabila para shahabat Nabi menggunakan kata-kata itu, mereka mentertawakannya. Maka turunlah ayat ini (QS 2 : 104). Ketika salah seorang shahabat, yaitu : bin Mu’adz mendengar ayat ini, berkatalah ia kepada kaum yahudi : “Hai musuh-musuh Allah! Jika aku mendengar perkataan itu diucapkan oleh salah seorang di antaramu sesudah pertemuan ini akan kupenggal batang lehernya. Diriwayatkan oleh Abu Na’im di dalam kitab ad-Dala’il dari as-Suddi as-Shaghir, dari al-Kalbi, dari Abi Shaleh yang bersumber dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما.
-----------------
Bibliography :
Al Quraan dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur’an Depag Proyek Pengadaan Kitab Suci Al-Qur’an, Pelita II/ 1978/ 1979.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 1, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), diterbitkan oleh Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat 1981, halaman 345-346.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 34 – 35.
Tulisan Arab Al-Qur'an.