"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Selasa, 30 April 2013

SUMPAH DAN NADZAR (16)

Dari Abu Sa’id Alkhudriyyi r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “Tiada perjalanan kecuali kepada tiga mesjid : Masjidilharam, Masjidil-aqsha, dan mesjidku ini”. Muttafaq’alaih dan ini adalah lafadh Bukhary.
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Aimam Wan Nudzur, halaman 509.

PENGHARAPAN / OPTIMISMA (15)

Anas r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Seorang kafir jika berbuat kebaikan di dunia, maka segera diberi balasannya didunia. Adapun orang mukmin jika berbuat kebaikan, maka tersimpan pahalanya di akherat disamping rizki yang diterimanya di dunia atas keta’atannya. Dalam riwayat lain : Sesungguhnya Allah tidak menganiaya (mengurangi) seorang mu’min hasanatny,. diberinya di dunia dan dibalas diakherat. Adapun orang kafir, maka diberi itu sebagai ganti dari kebaikan yang dilakukannya di dunia, Sehingga jika kembali kepada Allah, tidak ada baginya suatu hasanat untuk mendapatkan balasannya. (HR. Muslim).
----------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 375-376.

UMMU HARAM BINTI MALHAN

Beliau adalah Ummu Haram binti Malhan bin Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Najar Al-Anshariyah An-Najariyah Al-Madiniyah.
Beljau adalah saudari Ummu Sulaim, bibi dari Anas bin Malik pembantu Rasulullah s.a.w. Beliau adalah istri dari sahabat yang agung bernama Ubadah bin Shamit. Kedua saudaranya adalah Sulaim dan Haram yang keduanya menyertai perang Badar dan Uhud dan kedua-duanya syahid pada perang Bi’ir Ma’unah. Adapun Haram adalah seorang pejuang yang tatkala ditikam dari belakang beliau mengatakan, “Aku telah berjaya demi Rabb Ka’bah”
Ummu Haram termasuk wanita yang terhormat, beliau masuk Islam: berbai’at kepada Nabi dan ikut berhijrah. Beliau meriwayatkan hadits dan Anas bin Malik meriwayatkan dari beliau dan ada juga yang lain yang meriwayatkan dari beliau.
Rasulullah memuliakan beliau dan pernah mengunjungi beliau di rumahnya dan istirahat sejenak di rumahnya. Beliau dan Ummu Sulaim adalah bibi Rasulullah baik apabila dihubungkan dengan sepersusuan ataupun dikaitkan dengan nasab, sehingga menjadi halal menyendiri dengan keduanya.
Anas bin Malik berkata : “Rasulullah masuk ke rumah kami, yang mana tidak ada yang di dalam melainkan saya, ibuku (Ummu Sulaim) dan bibiku Ummu Haram. Beliau bersabda : “Berdirilah kalian, aku akan sholat bersama kalian.” Maka beliau shalat bersama kami pada saat bukan waktu shalat wajib.”
Ummu Haram berangan-angan untuk dapat menyertai peperangan bersama mujahidin yang menaiki kapal untuk menyebarkan dakwah dan membebaskan manusia dari peribadatan kepada sesama hamba menuju peribadatan kepada Allah saja. Akhirnya Allah mengabulkan angan-angannya dan mewujudkan cita-citanya. Tatkala dinikahi oleh sahabat agung yang bernama Ubadah bin Shamit, mereka keluar untuk berjihad bersama dan Ummu Haram mendapatkan syahid di sana dalam perang Qabrus.
Anas r.a. berkata : “Adalah Rasulullah apabila pergi ke Quba’ beliau mampir ke rumah Ummu Haram binti Malhan, kemudian Ummu Haram menyediakan makanan bagi beliau. Adapun suami Ummu Haram adalah Ubadah bin Shamit. Pada suatu hari Rasulullah s.a.w. mampir ke rumah beliau, Ummu Haram pun menyediakan bagi makanan kemudian Rasulullah s.a.w. menyandarkan kepalanya dan Rasulullah tertidur. Tidak beberapa lama kemudian beliau bangun lalu beliau tertawa. Ummu Haram bertanya, “Apa yang membuat anda tertawa ya Rasulullah?’ Beliau bersabda : “Sekelompok manusia dan umatku diperlihatkan kepadaku, mereka berperang di jalan Allah dengan berlayar di lautan sebagaimana raja-raja di atas pasukannya atau laksana para raja yang memimpin pasukannya.”
Ummu Haram berkata : “Ya Rasulullah do’akanlah agar aku termasuk golongan mereka.”
Kemudian Rasulullah mendo’akan Ummu Haram lalu meletakkan kepalanya dan melanjutkan tidumya. Sebentar kemudian beliau, bangun dan tertawa. Ummu Haram bertanya, ‘Ya Rasulullah apa yang membuat anda tertawa?’
Rasulullah bersabda : “Sekelompok manusia dari umatku diperlihatkan kepadaku tatkala berperang di jalan Allah laksana raja bagi pasukannya.”
Ummu Haram berkata : “Ya Rasulullah do’akanlah agar saya termasuk golongan mereka.”
Rasulullah bersabda : “Engkau termasuk golongan para pemula.”
Anas bin Malik berkata : “Ummu Haram keluar bersama suaminya yang bernama Ubadah bin Shamit. Tatkala telah melewati laut, beliau naik seekor hewan kemudian hewan tersebut melemparkan beliau ke tanah hingga wafat. Peristiwa tersebut terjadi pada perang Qibris, sehingga beliau dikubur di sana. Ketika itu pimimpin pasukan adalah Mu’awiyah bin Abi Sufyan pada masa khilafah Utsman bin Affan, semoga Allah merahmati mereka seluruhnya.
Peristiwa tersebut terjadi pada tahun 27 Hijriyah.
Begitulah, Ummu Haram adalah termasuk salah satu dari keluarga mulia yang setia terhadap prinsip yang dia pegang, yang, mana beliau mencurahkan segala kemampuannya untuk menyebarkan akidah tauhid yang murni. Beliau tidak mengharapkan setelah itu melainkan ridha Allah ‘Azza wa Jalla.
-----------------------------------------------------
NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia)
, Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 188 – 190

Senin, 29 April 2013

SUMPAH DAN NADZAR (15)

Dari Jabir r.a.; Pada terbukanya Makkah seorang laki-laki berkata : “Ya Rasulullah, sesungguhnya saya bernadzar, apabila Allah membuka Makkah bagi engkau, saya akan sholat di Baitilmuqdas”. Beliau bersabda : “Sholatlah di sini”. Lalu ia bertanya lagi dan beliau bersabda : “Sholatlah di sini!” Lalu ia bertanya lagi dan beliau bersabda : “Kalau begitu di mana sajalah kehendakmu”. Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, dan disahkan oleh Hakim.
----------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Aimam Wan Nudzur, halaman 508.

PENGHARAPAN / OPTIMISMA (14)

Albarra’ bin ‘Azib r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Seorang Muslim jika ditanya dalam kubur, maka ia mengakui bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, dan bahwa Muhammad utusan Allah. Itulah yang disebut dalam firman Allah : “YUTSABBITULLAHULLADZINA AAMANU BILQOULIS TSABITI FILHAYAATIDDUN-YA WAFIL AKHIROH” (Allah akan menetapkan orang-orang yang beriman dalam kalimat yang tetap kekal di dunia maupun di akherat. (HR. Buchary dan Muslim)
----------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 375.

EKSPEDISI BANU LIHYAN

Itu sebabnya, enam bulan kemudian setelah Banu Quraiza dapat dihancurkan, ia sudah merasakan adanya suatu gerakan lain di sekitar Mekah. Terpikir olehnya akan membalas kematian Khubaih bin Adi dan kawan-kawannya yang telah dibunuh oleh Banu Lihyan di Raji’ dua tahun yang lalu itu. Akan tetapi maksudnya ini tidak diumumkan, kuatir pihak musuh akan segera berjaga-jaga. Untuk dapat menyergap pihak musuh ia pura-pura pergi ke Syam. Dengan membawa perlengkapan perang ia berangkat menuju ke arah utara.
Setelah yakin sekali bahwa Quraisy dan sekutu-sekutunya yang berdekatan tak ada yang menyadari maksudnya, ia pun membelok ke arah Mekah dengan berjalan lebih cepat lagi. Tetapi sesampainya di perkampungan Banu Lihyan di ‘Uran, masyarakat setempat telah melihatnya ketika pertama kali ia menyusur jalan ke selatan. Dan mereka inilah Banu Lihyan mengetahui bahwa ia menuju ke tempat mereka. Mereka pun segera berlindung ke puncak-puncak bukit dengan membawa harta-henda yang ada. Nabi tidak sampai berhasil menyergap mereka.
Ketika itu ia lalu menugaskan Abu Bakar dengan membawa seratus orang pasukan menuju ‘Usfan (sebuah desa atau pangkalan air terletak antara Mekah dengan Medinah, kira-kira 66 km dari Mekah) tidak jauh dari Mekah. Rasulullah sendiri kemudian kembali ke Medinah. Ketika itu panas musim sedang sampai di puncaknya sehingga Nabi berkata :
“Yang kembali dan yang bertobat - jika dikehendaki Allah kiranya kepada Tuhan juga kami memuji syukur. Saya berlindung kepada Allah dari perjalanan yang sangat meletihkan ini, serta kedukaan karena diri kembali dari perjalanan, dengan keburukan yang tampak pada keluarga, dan harta-benda.”
Baru beberapa malam saja Muhammad kembali ke Medinah datang ‘Uyaina bin Hishn menyerang pinggiran kota itu Di tempat tersebut ada beberapa ekor unta yang digembalakan, di jaga oleh seorang laki-laki dengan istrinya. Laki-laki itu oleh Uyaina dan kawan-kawannya dibunuh, unta diambil dan perempuan itu dibawa. Mereka segera pergi dengan perkiraan bahwa mereka lebih dapat menyelamatkan diri dari pengejaran. Tetapi sebenarnya Salama bin ‘Amr bin’l-Akwa’ yang sudah lebih dulu memacu kudanya menuju hutan dengan bersenjatakan panah dan busur, ketika melintasi Thaniat’l-Wada’ dan menjenguk ke bawah dari arah bukit Sal’ rombongan yang sedang menggiring unta dan membawa wanita itu dilihatnya. Ketika itu pula ia berteriak meminta bantuan sambil terus mengikuti jejak rombongan itu. Ia melepaskan anak panahan ke arah mereka setelah ia berada agak lebih dekat. Dalam pada itu tiada henti-hentinya ia berteriak. Dan teriakan Salama itu akhirnya sampai kepada Muhammad. Maka kemudian ia pun memanggil-manggil penduduk Medinah: Ada bahaya! Ada bahaya!
-------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 371-372.

PINTU GERBANG MAJAPAHIT

Gapuro Majapahit
OBYEK WISATA. TravelNusa (Traveler Nusantara). Di Rondole, desa Muktiharjo, kira-kira 5 km. sebelah Utara Pati, terdapat sebuah pintu gerbang. Menurut kepercayaan penduduk setempat, pintu gerbang (gapuro - regol) itu berasal dari Trowulan, Majapahit, (yang jauhnya kira-kira 350 km. dari kota Pati.
Mengapa pintu gerbang Majapahit tersebut sampai berada di Pati, konon ada kaitannya dengan riwayat Sunan Muria. Dan dalam riwayat ini di kalangan masyarakat beredar dua versi, sebagaimana dikisahkan di bawah ini.

VERSI PERTAMA : MENCARI AYAH
Seorang pemuda tampan, trampil, gesit dan enerjik bernama Kebo Anabrang (Kebo Nabrang) dengan sopannya menghadap Kangjeng Sunan Muria di Padhepokannya. Sang pemuda mengaku bahwa dia adalah puteranya Kangjeng Sunan Muria. Sejak kecil memang dia tidak pernah melihat ayahandanya itu. Dan setelah dewasa ini dia baru diberitahu oleh ibunya bahwa ayahnya adalah seorang Sunan, yakni Sunan Muria.
Akan tetapi pengakuan sang pemuda itu ditolak keras oleh Sunan Muria. Beliau berkata bahwa beliau tidak merasa mempunyai anak yang bernama Kebonabrang.
Namun meskipun Sunan Muria menolak pengakuan sang pemuda, Kebonabrang tetap berusaha meyakinkan Kanjeng Sunan dengan bukti-buktinya sendiri yang di bawahnya dari ibunya, bahwa dia benar-benar adalah puteranya Kangeng Sunan Muria.
Karena Kebonabrang terus menerus mendesak, maka Sunan Muria akhirnya bersedia mengakui bahwa Kebonabrang adalah puteranya, asal dia dapat memenuhi syarat. Syaratnya ialah Kebonabrang harus dapat memindahkan salah sebuah pintu gerbang yang ada di kerajaan Majapahit ke gunung Muria dalam waktu satu malam saja. Menurut yang empunya cerita, Kebonabrang sungguh dapat membawa salah sebuah pintu gerbang yang diambilnya sendiri dari Majapahit dibawa ke gunung Muria.
Tetapi sial bagi Kebonabrang. Karena bersamaan dengan saat itu di Juana, sebelah timur Pati, ada juga seorang pemuda yang sedang menuju ke Majapahit dalam rangka mengikuti sayembara memindahkan pintu gerbang Majapahit. Sayembara tersebut adalah untuk memperebutkan seorang puteri cantik bernama Roro Pujiwati, puterinya Kyai Ageng Ngerang (Sunan Ngerang) Juana.
Karena banyak pemuda yang menginginkan Roro Pujiwati menjadi isterinya, maka banyaklah yang melamarnya ingin mempersunting puteri jelita tersebut. Maka cara satu-satunya untuk menolak dan sekaligus menyeleksi mereka adalah dengan mengajukan persyaratan berat, yaitu barangsiapa yang sanggup memindahkan pintu gerbang Majapahit di Majapahit ke Juana (Ngerang), maka dialah yang akan diterima menjadi suami Roro Pujiwati.
Raden Ronggo putera Adipati Ronggojoyo dari Kadipaten Pasatenan Pati, ikut dengan niat berkobar mengikuti sayembara itu. (Setelah menjadi Adipati Pasatenan Pati menggantikm ayahandanya, Raden Ronggo bergelar Adipati Raden Ronggojoyo Ananta Kusumo).
Setelah sampai di Majapahit, Raden Ronggo kecewa karena dia mengetahui bahwa telah ada seorang pemuda dari Muria yang membawa lari sebuah pintu gerbang. Dengan hati berdebar dia kembali mengejar pemuda yang telah mendahuluinya (yakni Kebonabrang).
Sesampainya di suatu tempat, Raden Ronggo menjumpai Kebonabrang sedang bingung mencari perlengkapan pintu gerbang yang jatuh. Perlengkapan yang jatuh itu ialah ganjel lawang (ganjal pintu) dari pintu gerbang yang dibawanya. Desa tempat jatuhnya ganjal pintu (ganjel Lawang) itu dinamakan desa Jelawang hingga sekarang.
Mulai dari desa yang hingga sekarang bernama Jelawang itu terjadilah saling kejar mengejar dan bergulatan seru memperebutkan pintu gerbang antara kedua orang pemuda, yakni antara Kebo Anabrang (Kebonabrang) dengan Raden Ronggo. Kebonabrang yang telah berhasil membawa pintu gerbang itu dihentikan oleh Raden Ronggo. Dan terjadilah perkelahian saling adu kekuatan, saling menghantam dan adu kesaktian.
Konon pertengkaran antara kedua pemuda itu diketahui oleh Sunan Muria. Beliaupun menuju ke tempat dua pemuda yang bertengkar, karena tempat tersebut amat cetho welo-welo (tampak jelas) bagi beliau. Tempat tersebut hingga sekarang dinamakan desa Towelo (dari kata Cetho welo-welo).
Setelah dilerai oleh Sunan Muria, kemudian diperintahkan oleh beliau, barangsiapa yang dapat mengangkat pintu gerbang itu, maka bolehlah dibawa. Ternyata Raden Ronggo tidak kuat mengangkatnya. Oleh Sunan Muria, Raden Ronggo hanya diberi sebuah palangnya, yang kemudian dibawa ke Juana, diserahkan kepada Kyai Ageng Ngerang. Tetapi Kyai Ageng Ngerang tidak mau menerima hasil sayembara tersebut karena yang diminta bukanlah palang pintu, tetapi pintu gerbangnya utuh. Karena jengkel dan marahnya, palang kayu itu diayunkan kepada Roro Pujiwati. Namun suatu keajaiban terjadi saat itu, palang kayu tidak mengenai Roro Pujiwati, tetapi terdengar suara gelap (bahasa Jawa, halilintar = bahasa. Indonesia). Dan ketika itu pula malam menjadi Gelap Gulita, padahal malam tanggal 15 Sya’ban (Ruwah). Dan lenyap pulalah Roro Pujiwati tanpa bekas, entah ke mana.
Tempat itu kemudian dinamakan SIGELAP, persis di kilo meter satu sebelah barat kota Juana. Dan jembatannya dinamakan pula JEMBATAN SEGELAP (SIGELAP). Hingga saat ini, setiap tanggal 15 Sya’ban banyak sekali muda-mudi yang beramai-ramai memeriahkan malam purnama dengan tujuan minta “berkah” kepada ruh halus yang “mbaurekso” (menjaga) jembatan Sigelap. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, konon yang menjaga jembatan Sigelap itu adalah ruhnya Roro Pujiwati.
Begitu pun banyak orang yang percaya juga!.
Sementara itu, Kebonabrang dipersilakan membawa pintu gerbang Majapahit ke gunung Muria. Tetapi baru saja diangkat, terdengar kokok ayam bersahutan, pertanda hari telah pagi. Padahal syarat diakuinya menjadi putera Sunan Muria ialah dapat memindahkan pintu gerbang dalam waktu satu malam. Maka Kebonabrang akhirnya gagal total pula memenuhi persyaratan yang diminta oleh Sunan Muria itu. Dan oleh Kangjeng Sunan Muria, Kebonabrang di perintahkan menjaga pintu gerbang Majapahit itu hingga meninggalnya.

VERSI KEDUA : KARENA CINTA KEPADA BIBINYA SENDIRI
Berbeda dengan cerita pada versi pertama yang mengatakan bahwa Raden Ronggo adalah putera Adipati Pasatenan Pati, pada versi kedua ini menuturkan bahwa Raden Ronggo adalah puteranya Kangjeng Sunan Muria, dari ibu yang bernama Raden Ayu Roroyono. Raden Ayu Roroyono adalah puteranya Sunan Ngerang (Kyai Ageng Ngerang) yang berkedudukan di Juana, setelah timur kota Pati. Kecuali Raden Ayu Roroyono yang menjadi isteri Sunan Muria, Sunan Ngerang juga mempunyai seorang puteri lagi, jadi adiknya Raden Ayu Roroyono, bernama Roro Pujiwati.
Roro Pujiwati inilah yang dicintai Raden Ronggo, putera Sunan Muria. Padahal Roro Pujiwati ini adalah bibinya Raden Ronggo sendiri, karena Roro Pujiwati itu adiknya Raden Ayu Roroyono (ibunya Raden Ronggo).
Tentu saja kehendak Raden Ronggo untuk mempersunting Roro Pujiwati itu ditolak, karena keponakan tidak boleh menikahi bibinya. Cara menolaknya adalah dengan mengajukan syarat yang harus dipenuhi, yakni memindahkan sebuah pintu gerbang Majapahit ke tempatnya Roro Pujiwati di Juana.
Maka terjadilah seperti yang telah dijelaskan dalam versi pertama di atas, yaitu pergulatan adu kekuatan antara Raden Ronggo dengan Kebo Anabrang (Kebonabrang). Dalam versi kedua ini Kebonabrang adalah sebagai muridnya Sunan Muria, bukan seorang pemuda yang mengaku sebagai puteranya Kangjeng Sunan Muria.
Dalam perebutan pintu gerbang itu Raden Ronggo hanya memperoleh sebatang kayu pathok, yaitu sebagian dari pintu gerbang saja. Kayu palang (pathok) itulah yang dibawa Raden Ronggo ke tempat Roro Pujiwati di Ngerang. Tetapi Roro Pujiwati menolak karena yang diminta adalah pintu gerbangnya. Karena cintanya sudah ngebet tetapi ditolak, maka Raden Ronggo marah. Akhirnya Roro Pujiwati dipukul dengan kayu pathok, dan lenyaplah Roro Pujiwati. Tepat di desa Mintomulyo, 1 km. sebelah barat Juana, di jembatan SIGELAP sekarang ini.

Catatan :
1. Pada versi pertama, Raden Bambang Kebo Anabrang adalah putera Sunan Muria, tetapi pada versi kedua, Kebo Anabrang sebagai muridnya Sunan Muria.
2. Sebaliknya dalam versi kedua, Raden Ronggo sebagai puteranya Sunan Muria dari ibu yang bernama Roroyono.
3. Raden Ronggo memukul Roro Pujiwati dengan pathok, yakni potongan kayu. Menurut cerita rakyat, kisah itu adalah kinayah karena konon yang terjadi adalah Roro Pujiwati diperkosa oleh Raden Ronggo hingga menemui ajalnya. (Semua itu hanya Tuhanlah yang Maha Mengetahui apa yang sebenarnya terjadi).
------------------------------
SUNAN MURIA Antara Fakta dan Legenda, Umar Hasyim, Penerbit “Menara Kudus” Kudus, 1983, halaman 82-86

Minggu, 28 April 2013

SUMPAH DAN NADZAR (14)

Dari Tsabit bin Dohak r.a. ia berkata; Di zaman Rasulullah s.a.w. ada seorang laki-laki bernadzar hendak menyembelih unta (berkurban) di Buwanah, lalu ia menghadap kepada Rasulullah s.a.w. dan menanyakan hal itu. Maka beliau bertanya; “Adakah di tempat itu berhala yang disembah-sembah? Katanya : “Tidak ada”. Beliau bertanya lagi : “Adakah di waktu itu suatu hari raya di antara hari-hari raya mereka?” Katanya. “Tidak ada”. lalu beliau bersabda : “Penuhilah nadzarmu, dan tidak boleh dipenuhi suatu nadzar yang ma’shiyat kepada Allah, juga dengan memutuskan silaturrahmi dan dengan perkara yang tidak dimiliki, oleh Abu Daud dan Tabrany, dan ini adalah lafadhnya, dan hadits ini sanadnya shahih, dan juga mempunyai syahid dari hadits Kardam riwayat Ahmad.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Aimam Wan Nudzur, halaman 507-508.

PENGHARAPAN / OPTIMISMA (13)

Mu’adz bin Jabal r.a. berkata : Ketika saya menggonceng di belakang Rasulullah s.a.w. di atas Himar, mendadak Rasulullah bertanya : Hai Mu’adz tahukah kau apakah hak Allah yang diwajibkan atas hamba? Dan apakah hak hamba yang akan diberi oleh Allah? Jawabku : Allah dan Rasulullah yang lebih mengetahui. Maka bersabda Nabi : Hak Allah yang diwajibkan atas hamba, yaitu menyembah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Dan hak hamba yang akan diberikan Allah, yaitu tidak akan menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya. Saya berkata : Bolehkah saya kabarkan yang demikian itu pada orang-orang? Jawab Nabi : Jangan, nanti mereka tidak mau berusaha ! (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 374-375.

HUBUNGAN KERABAT MUHAMMAD DENGAN ZAINAB

Untuk menghapuskan semua cerita mereka yang kita baca itu dari dasarnya, cukup kalau kita sebutkan, bahwa Zainab binti Jahsy ini adalah putri Umaima binti Abd’l-Muttalib, bibi Rasulullah a.s. Ia dibesarkan di bawah asuhannya sendiri dan dengan bantuannya pula. Maka dengan demikian ia sudah seperti putrinya atau seperti adiknya sendiri. Ia sudah mengenal Zainab dan mengetahui benar apakah dia cantik atau tidak, sebelum ia dikawinkan dengan Zaid. Ia sudah melihatnya sejak dari mula pertumbuhannya, sebagai bayi yang masih merangkak hingga menjelang gadis remaja dan dewasa, dan dia juga yang melamarnya buat Zaid bekas budaknya itu.
Jadi. kalau orang sudah mengetahui semua ini, maka hancurlah segala macam khayal dan cerita-cerita yang menyebutkan bahwa dia pernah ke rumah Zaid dan orang ini tidak di rumah, lalu dilihatnya Zainab, ia terpesona sekali melihat begitu cantik, sampai ia berkata : “Maha Suci Tuhan, yang telah membalikkan hati manusia!” Atau juga ketika ia membuka pintu rumah Zaid, kebetulan angin bertiup menguakkan tirai kamar Zainab, lalu dilihatnya wanita itu dengan gaunnya sedang berbaring — seolah seperti Madame Recamier — mendadak sontak hatinya berubah. Lupa ia kepada Sauda, Aisyah, Hafsha, Zainab binti Khuzaima dan Umm Salama. Juga Khadijah sudah dilupakannya, yang seperti kata Aisyah, bahwa dirinya tidak pernah cemburu terhadap istri-istri Nabi seperti terhadap Khadijah ketika disebut-sebut. Kalau perasaan cinta itu sedikit banyak sudah terlintas dalam hati, tentu ia akan melamar kepada keluarganya untuk dirinya, bukan untuk Zaid. Dengan demikian hubungan Zainab dengan Muhammad ini serta gambaran yang kita kemukakan di atas, maka segala macam cerita khayal yang dibawa orang jtu, sudah tidak lagi dapat dipertahankan dan ternyata samasekali memang tidak mempunyai dasar yang benar.

DILAMAR UNTUK ZAID DAN DITOLAK
Dan apakah yang telah dicatat oleh sejarah? Sejarah mencatat bahwa Muhammad telah melamar Zainab anak bibinya itu buat Zaid bekas budaknya. Abdullah bin Jahsy saudara Zainab menolak, kalau saudara perempuannya sebagai orang dari suku Quraisy dan keluarga Hasyim pula, di samping itu semua ia masih sepupu Rasul dari pihak ibu — akan berada di bawah seorang budak belian yang dibeli oleh Khadijah lalu dimerdekakan oleh Muhammad. Hal ini dianggap sebagai suatu aib besar buat Zainab. Dan memang benar sekali hal ini di kalangan Arab ketika itu merupakan suatu aib yang besar sekali. Memang tidak ada gadis kaum bangsawan yang terhormat akan kawin dengan bekas-bekas budak sekalipun yang sudah dimerdekakan. Tetapi Muhammad justru ingin menghilangkan segala macam pertimbangan yang masih berkuasa dalam jiwa mereka hanya atas dasar ashabia (fanatisma) itu. Ia ingin supaya orang mengerti bahwa orang Arab tidak lebih tinggi dari yang bukan Arab kecuali dengan takwa.
“Bahwa orang yang paling mulia di antara kamu dalam pandangan Tuhan ialah orang yang lebih bertakwa.” (QS 29 : 13)
Sungguhpun begitu ia merasa tidak perlu memaksa wanita lain untuk itu di luar keluarganya. Biarlah Zainab binti Jahsy, sepupunya sendiri itu juga yang menanggung, yang karena telah meninggalkan tradisi dan menghancurkan adat-lembaga Arab, menjadi sasaran buah mulut orang tentang dirinya, suatu hal yang memang tidak ingin didengarnya. Juga biarlah Zaid, bekas budaknya yang dijadikannya anak angkat, dan yang menurut hukum adat dan tradisi Arab orang yang berhak menerima waris sama seperti anak-anaknya sendiri itu, dia juga yang mengawininya. Maka dia pun bersedia berkorban, karena sudah ditentukan oleh Tuhan anak-anak angkat yang sudah dijadikan anaknya itu. Biarlah Muhammad memperlihatkan desakannya itu supaya Zainab dan saudaranya Abdullah binti Jahsy juga mau menerima Zaid sebagai suami. Dan untuk itu biarlah firman Tuhan juga yang datang :
“Bagi laki-laki dan wanita yang beriman, bilamana Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketentuan, mereka tidak boleh mengambil kemauan sendiri dalam urusan mereka itu. Dan barangsiapa tidak mematuhi Allah dan Rasul-Nya, mereka telah melakukan kesesatan yang nyata sekali.” (QS 33 : 36)
Setelah turun ayat ini tak ada jalan lain buat Abdullah dan Zainab saudaranya, selain harus tunduk menerima. “Kami menerima Rasulullah”. kata mereka. Lalu Zaid dikawinkan kepada Zainab setelah mas-kawinnya oleh Nabi disampaikan. Dan sesudah Zainab menjadi istri, ternyata ia tidak mudah dikendalikan dan tidak mau tunduk. Malah ia banyak mengganggu Zaid. Ia membanggakan diri kepadanya dari segi keturunan dan bahwa dia katanya tidak mau ditundukkan oleh seorang budak.

ZAID MENGELUH DAN PERCERAIAN
Sikap Zainab yang tidak baik kepadanya itu tidak jarang oleh Zaid diadukan kepada Nabi, dan bukan sekali saja ia meminta izin kepadanya hendak menceraikannya. Tetapi Nabi menjawabnya : “Jaga baik-baik istrimu, jangan diceraikan. Hendaklah engkau takut kepada Allah.”
Tetapi Zaid tidak tahan lama-lama bergaul dengan Zainab serta sikapnya yang angkuh kepadanya itu. Lalu diceraikannya.
Kehendak Tuhan juga kiranya yang mau menghapuskan melekatnya hubungan anak angkat dengan keluarga bersangkutan dan asal-usul keluarga itu, yang selama itu menjadi anutan masyarakat Arab, juga pemberian segala hak anak kandung kepada anak angkat, segala pelaksanaan hukum termasuk hukum waris dan nasab, dan supaya anak angkat dan pengikut itu hanya mempunyai hak sebagai pengikut dan sebagai saudara seagama. Demikian firman Tuhan turun :
“Dan tiada pula Ia menjadikan anak-anak angkat kamu menjadi anak-anak kamu. Itu hanya kata-kata kamu dengan mulut kamu saja. Tuhan mengatakan yang sebenarnya dan Dia menunjukkan jalan yang benar.” (QS 33 : 4)

Ini berarti bahwa anak angkat boleh kawin dengan bekas istri bapa angkatnya, dan bapa boleh kawin dengan bekas istri anak angkatnya. Tetapi bagaimana caranya melaksanakan ini? Siapa pula dari kalangan Arab yang dapat membongkar adat-istiadat yang sudah turun-temurun itu. Muhammad sendiri kendatipun dengan kemauannya yang sudah begitu keras dan memahami benar arti perintah Tuhan itu, masih merasa kurang mampu melaksanakan ketentuan itu dengan jalan mengawini Zainab setelah diceraikan oleh Zaid, masih terlintas dalam pikirannya apa yang kira-kira akan dikatakan orang, karena dia telah mendobrak adat lapuk yang sudah berurat berakar dalam jiwa masyarakat Arab itu. Itulah yang dikehendaki Tuhan dalam firman-Nya :
“Dan engkau menyembunyikan sesuatu dalam hatimu yang oleh Tuhan sudah diterangkan. Engkau takut kepada manusia padahal hanya Allah yang lebih patut kau takuti.” (QS 33 : 37)
--------------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 335-337.

MASJID DARUSSALAM SUMOWONO

MASJID DARUSSALAM SUMOWONO
Jl. Diponegoro 35
desa Sumowono kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang 20662

Masjid ini diresmikan pada hari Kamis 13 Ramadhon 1427 H atau 5 Oktober 2006 oleh Bupati Semarang H. Bambang Guritno SE, MM.
Masjid ini berada tidak jauh dari terminal angkutan Sumowono.

Sabtu, 27 April 2013

SUMPAH DAN NADZAR (13)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. ia berkata; Sa’ad bin Ubadah minta fatwa kepada Rasulullah s.a.w. tentang nadzar ibunya yang meninggal dunia sebelum menunaikan nadzarnya, beliau bersabda; “Tunaikanlah (laksanakanlah) olehmu untuk ibumu”. Muttafaq ‘alaih.

Ia bernadzar hendak memerdekakan hamba, tapi keburu meninggal dunia, maka Rasülullah menyuruh memerdekakan hamba kepada anaknya untuk melunasi nadzar ibunya.
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Aimam Wan Nudzur, halaman 507.

PENGHARAPAN / OPTIMISMA (12)

Abdullah bin Amru bin Al-’Ash r.a. berkata : Ketika Nabi membaca ayat yang berkenaan Nabi Ibrahim “INNAHUNNA ADLLALNA KATSIRAN MINANNAASI FAMAN TABI’ANI FA INNAHU MINNI”. Dan ayat berkenaan Nabi Isa : “IN TU’ADZIBHUM FA INNAHUM’IBAADUKA, WA IN TAGHFIR LAHUM FA INNAKA ANTAL ‘AZIZUL HAKIM.” (Tuhanku, berhala-berhala itu telah menyesatkan sebagian besar dari manusia, maka siapa yang mengikuti jejakku, maka ia dari golonganku). Dan ayat : (Jika Kau siksa mereka, maka mereka hamba-Mu dan bila Kau ampunkan mereka, maka Engkau Tuhan maha mulya lagi bijaksana). Kemudian Rasulullah mengangkat kedua tangannya sambil berdo’a dan menangis : “ALLAHUMMA UMMATI UMMATI” (Ya Allah, tolonglah ummatku, tolonglah ummatku). Maka Allah memerintah Malaikat Jibril : Pergilah kepada Muhammad, tanyakan kepadanya mengapakah menangis? Maka datanglah Jibril memberitahukan kepada Rasulullah segala firman Allah itu. Maka firman Allah kepada Jibril setelah kembali : Pergilah kepada Muhammad dan katakan kepadanya : Kami (Allah) akan memuaskan hatimu dari hal ummatmu dan tidak sampai menyakiti hatimu. (HR. Buchary).
----------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 373-374.

PERSIAPAN KEHIDUPAN SOSIAL UNTUK MASYARAKAT ISLAM

Demikian indah persiapan kehidupan sosial yang baru yang dikehendaki oleh Islam untuk suatu masyarakat umat manusia. Landasannya ialah mengubah samasekali pandangan masyarakat itu akan hubungan laki-laki dengan wanita. Ia menghendaki dihapusnya segala tanggapan tentang sex (libido) yang menguasai pikiran manusia selama ini, dan dalam segala hal menganggapnya sebagai satu-satunya yang berkuasa. Dengan demikian yang dikehendaki ialah mengarahkan masyarakat itu sesuai dengan tujuan hidup umat manusia yang lebih tinggi dengan tidak mengurangi kesenangan hidupnya, yaitu kesenangan hidup yang tidak akan mengurangi pula kebebasannya untuk berkeinginan — apalagi sampai akan menghilangkan kebebasan untuk berkeinginan ini — dan yang akan melahirkan hubungan manusia dengan semesta alam. Dari tingkat hidup mengolah tanah, dari tingkat hidup usaha perindustrian dan perdagangan, yang bagaimanapun, ke tingkat yang lebih tinggi, setaraf dengan kehidupan orang-orang suci, dan akan berkomunikasi dengan para malaikat. Puasa, sholat, zakat yang telah ditentukan oleh Islam, ialah alat untuk mencapai taraf ini: yang akan mencegah perbuatan keji, kemungkaran serta pelanggaran. Sekaligus ia akan membersihkan jiwa dan hati orang dari segala penyakit menghambakan diri selain kepada Allah, di samping memperkuat tali persaudaraan antara sesama orang beriman, memperkuat hubungan antara manusia dengan segala yang ada dalam semesta alam ini.
Penyusunan suatu kehidupan sosial secara berangsur-angsur sebagai suatu persiapan ke arah transisi besar yang telah disediakan oleh Islam bagi umat manusia ini, tidak mengurangi pihak Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lainnya dalam menantikan kesempatan hendak menghancurkan Muhammad. Tetapi juga Muhammad tidak kurang pula selalu waspada. Cepat-cepat ia bergerak untuk menanamkan rasa takut dalam hati pihak musuh, bila dianggap perlu.
-------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 370-371.

Jumat, 26 April 2013

SUMPAH DAN NADZAR (12)

Dari Uqbah bin Muir r.a. ia berkata; Saudara saya yang perempuan bernadzar hendak berjalan kaki ke Baitullah tanpa sandal (sepatu), dan ia menyuruh saya agar meminta fatwa kepada Rasulullah s.a.w., dan saya meminta fatwa kepada beliau dan beliau, bersabda : “Hendaklah ia berjalan kaki dan berkendaraan”. Muttafaq ‘alaih, dan ini adalah lafadh Muslim.

Dan dalam riwayat Ahmad dan Imam yang Empat, beliau bersabda; “Sesungguhnya Allah ta’ala tidak akan membuat sesuatu kesusahan kepada saudaramu yang perempuan itu sedikitpun, suruhlah ia berkudung dan berkendaraan, kemudian berpuasa tiga hari”.


Dalam riwayat lain diterangkan bahwa ia bernadzar hendak naik haji dengan berjalan kaki tanpa sepatu tanpa berkudung; tapi Rasulullah melarangnya, karena tinggal kudung itu adalah perbuatan ma’siyat. Dan puasa tiga hari itu kifarat bagi nadaar (tanpa kudung) yang tak dapat dilaksanakan.

----------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Aimam Wan Nudzur, halaman 506-507.

PENGHARAPAN / OPTIMISMA (11)

Abu Hurairah r.a. berkata : Ketika kami duduk bersama Rasulullah s.a.w. di samping Abubakar dan Umar dan beberapa sahabat lainnya, mendadak Rasulullah berdiri pergi, dan lama kami menunggu tetapi tidak kembali, sehingga kami merasa kuatir kalau-kalau Rasulullah itu terhalang oleh suatu hal, maka kami berdiri, dan saya pertama orang yang gelisah, maka saya keluar mencari Rasulullah s.a.w. sehingga masuk ke kebun seorang Anshor, dan setelah bertemu dengan Rasulullah, dan setelah bicara-bicara, Rasulullah bersabda kepadaku : Pergilah maka siapa yang kau dapatkan diluar pagar ini, telah percaya benar-benar bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dengan ikhlas dari hatinya, maka sampaikan kepadanya kabar bahwa ia akan masuk sorga. (HR. Muslim).
----------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 372-373.

3 METER X 1,5 METER = FUNGSIONAL

Memiliki kamar mandi yang fungsional tidaklah harus dengan ruang luas. Sebuah ruang berukuran 3m x l,5m pun bisa Anda sulap menjadi kamar mandi yang fungsional, tanpa kehilangan kenyamanan. Desain berikut memperlihatkan, begitu pintu kamar mandi dibuka, pandangan mata akan berhadapan dengan cermin oval terpadu lemari kecil terpasang di pojok dinding. Tepat di bawahnya ada wastafel dan perlengkapan gosok gigi. Di sebelah kanannya sedikit lebih tinggi, ditancapkan gantungan handuk. Berseberangan langsung gantungan handuk ditempatkan bidet yang berdampingan dengan closet duduk, mengapit toilet paper di dindingnya. Sisa ruang kanan closet dipakai untuk bilik mandi yang dibatasi dengan dinding kaca berpintu. Di dalamnya, sejajar closet, ditancapkan hand shower dilengkapi dengan floor drain. Di tembok belakang dinding kaca diletakkan 2 soap holder yang juga berfungsi sebagai tempat shampo.
---------------------------------------------------
Majalah Triwulanan TOTO Media, Edisi 52 – Maret 2001, PT Surya Toto Indonesia, halaman 16-17

Kamis, 25 April 2013

SUMPAH DAN NADZAR (11)

Dan dalam riwayat Bukhary dari hadits ‘Aisyah r.a.; “Dan barangsiapa bernadzar hendak ma’shiyat kepada Allah, jangahlah ia berma’shiyat.” Dan dalam riwayat Muslim dan hadits ‘Imran; “Nadzar dalam ma’shiyat itu tidak boleh dipenuhi”.
-----------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Aimam Wan Nudzur, halaman 506.

PENGHARAPAN / OPTIMISMA (10)

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya, andaikan kamu tidak berbuat dosa niscaya Allah akan memusnahkanmu, dan menggantikan dengan kaum yang berdosa dan minta ampun, kemudian diampunkan bagi mereka. (HR. Muslim)

Abu Ayyub Al-Anshori r.a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Andaikan kamu tidak berbuat dosa, niscaya Allah akan menjadikan makhluk yang berbuat dosa kemudian minta ampun dan diampunkan bagi mereka. (HR. Muslim)
----------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 372.

RUMAH-TANGGA NABI

Jadi apa yang sudah kita kemukakan mengenai perubahan yang dibawa oleh agama baru itu terhadap pandangan hidup mereka tentang hubungan laki-laki dengan perempuan. namun selain itu keadaan mereka masih seperti dahulu juga, atau mirip-mirip begitu. Banyak di antara mereka itu yang mau begitu saja memasuki rumah Nabi, kemudian mau duduk-duduk dan mau mengobrol dengan Nabi dan dengan istri-istrinya. Padahal persoalan-persoalan kenabian yang begitu besar lebih penting daripada membiarkan Muhammad sibuk menghadapi pembicaraan mereka yang datang mengunjunginya itu, serta mereka yang mau mengobrol dengan istri-istrinya dan yang kemudian pembicaraan-pembicaraan mereka itu dibawa kepadanya. Oleh karena itu Allah menghendaki supaya Nabi dihindarkan dari soal-soal kecil semacam itu, maka ayat-ayat berikut ini datang :
“Orang-orang yang beriman! Janganlah kamu masuk ke dalam rumah Nabi, kecuali bila diizinkan dalam menghadapi suatu hidangan makan yang bukan sengaja mau mengintip-intip untuk itu. Tetapi bila kamu diundang hendaklah kamu masuk. Maka apabila sudah selesai hendaklah kamu pergi, dan jangan mau enak-enak mengobrol. Sesungguhnya yang demikian itu sangat mengganggu Nabi, tetapi dia malu kepada kamu, sedangkan Allah tidak akan malu dalam hal kebenaran. Dan apabilu ada sesuatu yang kamu minta dari mereka (istri-istri Nabi), mintalah dari belakang tirai. Hal ini akan lebih bersih dalam hati kamu dan hati mereka. Tiada semestinyakamu akan mengganggu Rasulullah, juga jangan pula kamu akan kamu akan mengawini janda-jandanya setelah ía wafat, sebab yang demikian itu dipandang Tuhan sebagai (dosa) yang besar.” (QS 33 : 53)
Seperti halnya ayat-ayat ini turun ditujukan kepada orang-orang beriman dan yang juga sebagai bimbingan kepada mereka mengenai, kewajiban mereka terhadap Nabi dan istri-istrinya, juga kedua ayat berikut ini pun turun ditujukan kepada istri-istri Nabi dalam hal yang sama pula :
“Wahai istri-istri Nabi. Kamu tidak sama dengan wanita-wanita lain, Kalau kamu berhakti (kepada Allah), janganlah kamu berlemah-lembut dalam kata-kata, nanti timbul keserakahan orang yang hatinya berpenyakit (jahat). Tetapi katakanlah dengan kata-kata yang baik-baik saja. Tinggal sajalah kamu di dalam rumah. Jangan kamu mempertontonkan diri seperti kelakuan orang zaman jahiliah dahulu. Lakukanlah sholat, keluarkan zakat serta patuh kepada Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan noda dari kamu — keluarga Nabi, dan membersihkan kamu sungguh-sungguh.” (QS 33 : 32-33)
-----------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 369-370.

Rabu, 24 April 2013

SUMPAH DAN NADZAR (10)

Dari Uqbah bin Amir r.a.; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Kifarat nadzar itu seperti kifarat sumpah.” Diriwayatkan oleh Muslim, dan Tirmidzy menambah pada hadits itu : “Apabila tidak menyebutkan nadzarnya”. Disahkan oleh Tirmidzy.

Dan dalam riwayat Abu Daud dan Abu ‘Abbas r.a. marfu’ (sanadnya sampai kepada Nabi s.a.w.) ; “Barangsiapa yang bernadzar dan tidak menyebutkan nadzarnya, maka kifaratnya itu seperti kifarat sumpah : dan barangsiapa yang bernadzar dengan nadzar dalam ma”siat, maka kifaratnya seperti kifarat sumpah ; dan barangsiapa yang bernadzar akan nadzar yang tidak mampu, maka kifaratnya seperti kifarat sumpah”.
Dan sanadnya shahih, hanya ahli hadits menguatkan mauqufnya (sanadnya hanya sampai pada sahabat).
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Aimam Wan Nudzur, halaman 505-506.

PENGHARAPAN / OPTIMISMA (9)

Abu Hurairah r.a. berkata : Nabi s.a.w. menceritakan dari Tuhan, bersabda : Seorang hamba berdosa, maka ia berdo’a : ALLAHUMMAGHFIRLI DZANBI (Ya Allah ampunkan dosaku). Dijawab oleh Allah : Hamba-Ku berbuat dosa, dan mengetahui bahwa ia mempunyai Tuhan yang sanggup mengampuni dosa atau menuntut dosa. Kemudian ia kembali berbuat dosa. Dan kembali berdo’a : AI RABBI IGHFIRLI DZANBI (Hai Tuhanku ampunkan dosaku). Sambutan Tuhan : Hamba-Ku berbuat dosa, dan mengetahui ada Tuhan yang dapat mengampunkan dosa atau menuntutnya. Kemudian berulang kembali berbuat dosa, dan berdo’a: AI RABBI IGHFIRLI DZANBI (Hai Tuhan ampunkan dosaku). Firman Tuhan : Hamba-Ku berdosa, dan mengerti bahwa ada Tuhan mengampun dan menuntut dosa. Kini Aku ampunkan bagi hamba-Ku maka terserah padanya berbuat apa kehendaknya. (HR. Buchary dan Muslim).

Selama manusia masih mau minta ampun dan bertobat, maka pintu ampun dan tobat tidak akan tertutup baginya.
----------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 371-372.

MEMILIH WARNA DAN DEKORASI RUMAH

Jika rumah anda berukuran kecil, ada baiknya anda memilih warna cat yang berwarna cerah atau terang. Karena warna-warna yang terang akan memberikan kesan bersih, lapang dan luas. Tatapi yang harus diingat adalah, penekanan untuk menggunakan warna terang ini baiknya diberlakukan pada ruang-ruang publik yang secara fungsional diperuntukkan untuk sesuatu yang umum, seperti ruang tamu, dan ruang keluarga.
Setiap rumah tinggal membutuhkan sentuhan keakraban dan kehangatan yang amat tinggi, karena ditempat tersebut akan terjadi interaksi sosial hubungan keluarga yang penuh keakraban dan kehangatan di antara penghuninya.

Yang disebut dengan ruang-ruang bersifat umum pada sebuah bangunan biasanya adalah ruang-ruang dengan aktivitas pemakai ruang yang bersifat rutin dan pasti. Pemakai ruangnya pun bersifat tetap (menurut tugas dan fungsinya), sehingga fasilitas yang dibutuhkan akan bersifat standar baik ukuran maupun bentuknya seperti sekolah, rumah sakit, dan lain-lain yang sejenis. Juga agar praktis dan ekonomis.
Bayangkan bila rumah tinggal diperlakukan sama seperti kita memperlakukan ruang-ruang yang bersifat umum tadi. Semua dinding dicat dengan wama yang sama (misalnya putih), semua perabotan terbuat dari metal atau plastik agar mudah dibersihkan, tahan cuaca, tahan panas dan tidak gampang rusak. Kok seperti berada di sebuah rumah sakit ya? Ingin praktis, ekonomis, efektif tapi tidak manusiawi.
Karena rumah tinggal adalah tempat para penghuninya melepas segala kepenatan fisik, pikiran dan emosi maka tentunya hal-hal yang akan berpengaruh kepada kepenatan-kepenatan tersebut di atas harus ditiadakan.
Biasanya bentuk-bentuk perabotan yang terlalu kaku, keras dan monoton akan membuat ruang-ruang dalam rumah tinggal menjadi berkesan kaku. Jadi sebaiknya jangan ditempatkan di dalam rumah (kecuali memang ingin memiliki rumah dengan ruang-ruang yang mencerminkan arogansi dan menjaga jarak dengan tamunya). Pilih saja bentuk-bentuk yang materialnya terbuat dari bahan-bahan alam (kayu, batu, kain, dan sebagainya). Apalagi kursi-kursi di ruang tamu atau ruang keluarga bentuknya tidak perlu sama, bisa beberapa bentuk dari material dipilih dan ditempatkan di ruang tamu, asal tetap ada unsur-unsur pemersatu yang membuat tetap harmonis/ serasi dengan keseluruhan ruang.
Kembali soal memilih warna, boleh-boleh saja memilih warna putih untuk memberikan kesan luas, terang, dan bersih, namun beberapa sentuhan yang sifatnya lebih manusiawi tampaknya akan membuat penampilan ruang lebih akrab dan menyentuh. Misalnya pemilihan warna untuk pelapis kursi, bantal-bantal hias, tirai, taplak penutup meja armature lampu, karpet atau pelapis lantai, dan lain-lain.
Sementara untuk ruang-ruang yang privat, anda dapat bereksperimen dengan warna-warna yang anda sukai. Contohnya, anda tidak bisa memaksakan untuk mewamai kamar anda ataupun putra/ putri anda dengan warna yang terang, karena belum tentu mereka menyukainya. Pilihlah warna yang mereka sukai, tetapi anda juga harus jeli untuk tidak menggunakan warna-warna yang “teduh” seperti warna ungu karena akan membuat kemauan mereka untuk belajar menjadi berkurang.
Selanjutnya dalam hal memilih aksesoris pelengkap kamar, pilihlah aksesoris yang anda dan atau putra/ putri anda suka tapi tidak membahayakan keselamatan anda dan mereka, misalnya motif-motif yang sederhana tapi menarik, seperti bunga, geometris dengan pola motif yang ukurannya kecil saja. Hindari memilih furniture dengan sudut-sudut yang tajam. (architectaria.com)

Selasa, 23 April 2013

SUMPAH DAN NADZAR (9)

Dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi s.aw. ; Bahwasannya beliau melarang berbuat nadzar, sabdanya : “Nadzar itu tidak mendatangkan kebaikan, sesungguhnya nadzar itu buat mengeluarkan harta dari orang yang kikir.” Muttafaq ‘alaih.
--------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Aimam Wan Nudzur, halaman 505.

PENGHARAPAN / OPTIMISMA (8)

Abu Hurairah r.a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Allah memberi rahmat dalam seratus bagian, maka ditahan sembilan puluh sembilan, dan diturunkan ke bumi satu bagian, maka dari satu bagian itulah semua makhluq berkasih-sayang, hingga kau dapat melihat binatang mengangkat kakinya karena kuatir menginjak anaknya. Dalam lain riwayat : Allah mempunyai seratus rahmat, kemudian diturunkan ke Bumi satu rahmat, maka dengan satu rahmat itulah berkasih-sayang antara binatang, jin dan manusia hingga binantang yang buas itu kasih-sayang pada anaknya. Dan Allah menunda yang sembilan puluh sembilan rahmat untuk di limpahkan pada hamba-Nya di hari Qiyamat. (HR. Buchary dan Muslim)

Salman Alfarisy ia. Berkata : Bersabda Rasulullah r.a..: Allah memilki seratus rahmat, maka satu dari padanya diturunkan di antara semua makhluk ini. Dan sembilan puluh sembilan disediakan untuk hari Qiyamat. Dalam lain riwayat : Ketika Allah menjadikan langit dan bumi, menjadikan pula seratus rahmat, tiap satu rahmat sepenuh langit dan bumi. Maka diletakkan satu daripadanya di bumi. Dan dengan itu ibu kasih pada anaknya, demikian juga binatang dan burung. Dan pada hari Qiyamat akan dilengkapkan semua rahmat yang seratus itu. (HR. Muslim)
----------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 370-371.

ISLAM MELARANG MEMPERTONTONKAN DIRI

Dengan adanya kelompok-kelompok Yahudi dan orang-orang munafik dalam Kota, serta sikap permusuhan mereka terhadap Muhammad dan terhadap kaum Muslimin, nyatanya mereka itu sampai berani pula menggoda wanita-wanita Islam yang akhirnya sampai mengakibatkan dikepungnva Banu Qainuqa seperti yang sudah kita lihat. Meningkatnya gangguan-gangguan kepada wanita-wanita Islam itu telah menimbulkan problema-problema baru yang tidak seharusnya ada. Sekiranya wanita-wanita Islam itu tidak sampai memamerkan diri berdandan ketika mereka keluar rumah, niscaya mereka akan lebih mudah dikenal orang dan dengan demikian mereka tidak akan diganggu. Adanya problema-problema itu pun akan dapat dikurangi dan persamaan antara kedua jenis yang dikehendaki oleh Islam itu pun dalam pelaksanaannya akan merupakan suatu permulaan yang baik pula dengan tanpa dirasakan oleh kaum Muslimin — baik pria dan wanita — akan adanya suatu masa peralihan dalam konsepsi yang belum dibiasakan itu.
Dalan situasi yang semacam itulah firman Tuhan ini datang :
“Dan mereka yang mengganggu kaum laki-laki dan wanita yang sudah beriman, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, orang-orang itu sebenarnva telah berbuat kebohongan dan dosa terang-terangan. Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, putri-putrimu dan istri-istri orang-orang beriman, hendaklah mereka itu menutup tubuh dengan baju luar. Dengan demikian mereka akan lebih mudah dikenal, dan karenanya mereka tidak akan diganggu Sungguh Tuhan adalah Pengampun dan Penyayang. Kalaupun orang-orang munafik, orang-orang yang dalam hatinya berpenyakit dan orang-orang yang suka menghasut di dalam kota tiada juga berhenti (menyerang kamu) niscaya akan Kami dorong engkau menyerang mereka; kemudian mereka akan menjadi tetanggamu ditempat itu hanya sementara saja. Mereka sudah terkutuk, Di mana saja mereka berada, mereka ditangkap, dan dibunuh secara tidak dikenal ampun. Begitulah ketentuan Tuhan terhadap mereka yang telah lampau, dan tidak akan ada ketentuan Tuhan itu yang berubah-ubah.” (QS 33:58-62)

Dengan pendahuluan demikian itu, tidak sulit bagi kaum Muslimin dalam meninggalkan adat kebiasaan Arab dahulu kala itu. Demikian juga yang menjadi tujuan hukum Islam dengan penyusunan masyarakat atas dasar keluarga yang bersih dari segala hama sehingga masalah zina itu. dianggap sebagai kejahatan besar, telah mempermudah setiap Muslim untuk menilai, bahwa wanita yang mempertontonkan diri kepada pria adalah suatu perbuatan tercela, sebab hubungan laki-laki dengan wanita tidak mengizinkan hal yang serupa itu. Dalam hal ini Tuhan berfiman :
“Katakanlah kepada laki-laki, yang beriman supaya mereka menahan penglihatan dan menjaga kehormatan mereka. Yang demikian akan lebih, bersih buat mereka. Sungguh Tuhan mengetahui benar apa yang kamu perbuat. Juga katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman supaya mereka menahan penglihatan, memelihara kehormatan dan tiada menonjolkan perhiasannya (dandanan) selain yang memang nyata kelihatan. Hendaklah mereka menyampaikan tutup itu ke bagian dada; dan jangan menonjolkan dandanan itu selain kepada suami, bapa, bapa suami, anak-anak saudara, anak-anak suaminya, saudara-saudara atau anak-anak saudara, anak-anak suaminya, saudara-saudara atau anak -anak saudara, anak-anak saudara perempuan atau sesama wanita, yang menjadi miliknya atau pelayan-pelayan laki-laki yang sudah tidak punya keinginan atau anak-anak yang belum mengerti aurat wanita dan jangan pula menggerak-gerakkan kaki supaya perhiasannya yang tersembunyi diketahui orang. Orang-orang beriman, hendaklah kamu sekalian bertobat kepada Allah kalau-kalau kamu berhasil.” (QS 24 : 30-31)

Demikianlah prakteknya dalam Islam. Hubungan pria-wanita itu berkembang setapak demi setapak meninggalkan yang lama. Jadi hubungan jantan-betina yang dikuatirkan akan menimbulkan fitnah, tak ada lagi. Sedang mengenai keperluan hidup sehari-hari lainnya dan yang mengenai segala hubungan pria wanita, maka dalam semuanya adalah sama, semua hamba Allah, semua bekerja sama untuk kebaikan dan untuk bertakwa kepada Allah. Apabila ada pihak yang sudah terlanjur mau membangkitkan nafsu kelamin,baik laki-laki atau wanita, maka orang itu harus bertobat kepada Tuhan. Tuhan Maha Pemurah, dan Pengampun.
Akan tetapi untuk mengubah semua itu, untuk mengalihkan mental Arab dan semua pendirian lama — seperti halnya dengan pendirian tentang keimanan kepada Allah Yang Maha Esa dan meninggalkan kepercayaan syirik ke dalam mental yang baru, tidak akan cukup dalam waktu yang begitu singkat. Hal ini sudah wajar sekali. Benda yang sudah diacu dalam bentuk tertentu misalnya, tidak akan mudah mengubahnya, kalau tidak dengan sedikit demi sedikit. Dan bagaimanapun diusahakan mengubahnya namun yang akan dapat berubah tidak seberapa juga. Begitulah halnya hidup manusia yang hidup serba-benda (materialistis). Ia dibentuk oleh adat-kebiasaan yang sudah turun-temurun. oleh tradisi lingkungan dalam soal-soal hidupnya. Apabila dikehendaki adanya sesuatu perubahan, maka dalam memindahkan perubahan itu harus dengan berangsur-angsur.,dan peruhahan yang berangsur-angsur ini tidak akan terjadi kalau tidak mengubah diri sendiri. Adakalanya orang dapat mengubah dalam arti mental dari satu segi saja dengan menghilangkan rintangan yang mungkin ada di hadapannya. Hal ini sudah dapat dilakukan Islam terhadap kaum Muslimin sehubungan dengan tauhid serta iman kepada Allah, kepada Rasul dan hari kemudian. Akan tetapi masih banyak segi-segi mental Arab itu yang belum lagi dapat ditembus, terutama dalam soal-soal hidup kebendaan. Oleh karenanya keadaan kaum Musimmin ketika itu tetap tidak begitu jauh dari suasana sebelum Islam. Mereka serba lamban, karena memang sudah menjadi bawaan cara hidup padang pasir, dan sudah terbiasa pula suka bicara dengan wanita.
-------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 367-369.

PENGHARAPAN / OPTIMISMA (7)

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Tatkala Tuhan menjadikan makhluq, maka Allah telah menetapkan atas dirinya sendiri dalam sebuah kitab yang di atas arsy. Bahwa rahmat-Ku mengalahkan murka-Ku (rahmat-Ku mendahului murka-Ku). (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 369.

SUMPAH DAN NADZAR (8)

Dari Usamah bin Zaid r.a. ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda: “Barangsiapa yang diberi kebaikan lalu ia berkata : “JAZAKALLAHU KHAIRAN” (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan), sungguh ia sudah sampai pada pujian.” Dikeluarkan oleh Tirmidzy dan disahkan oleb Ibnu Hibban.
------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Aimam Wan Nudzur, halaman 505.

UMMU SULAIM BINTI MALHAN

Beliau bernama Rumaisha’ Ummu Sulaim binti Malhan bin ‘Khalid bin Zaid bin Haram bin Jundub bin Amir bin Ghanam bin Adi bin Najar Al-Anshariyah Al-Khazrajiyah.
Beliau adalah seorang wanita yang memiliki sifat keibuan dan cantik, dihiasi pula dirinya dengan ketabahan, kebijaksanaan, lurus pemikirannya, dan dihiasi pula dengan kecerdasan berfikir dan fasihan serta berakhlak mulia, sehingga nantinya cerita yang baik ditujukan kepada beliau dan setiap lisan memuji atasnya. Karena beliau memiliki sifat yang agung tersebut sehingga mendorong putra pamannya yang bernama Malik bin Nadhar untuk segera menikahinya yang akhirnya melahirkan Anas bin Malik.
Tatkala cahaya nubuwwah mulai terbit dan dakwah tauhid mulai muncul sehingga menyebabkan orang-orang yang berakal sehat dan memiliki fitrah yang lurus untuk bersegera masuk Islam.
Ummu Sulaim termasuk golongan pertama yang masuk Islam awal-awal dari golongan Anshar. Beliau tidak mempedulikan segala kemungkinan yang akan menimpanya di dalam masyarakat jahiliyah penyembah berhala yang telah beliau buang tanpa ragu.
Adapun kalangan pertama yang harus beliau hadapi adalah kemarahan Malik suaminya yang baru saja pulang dari bepergian dan mendapati istrinya telah masuk Islam. Malik berkata dengan kemarahan yang memuncak, “Apakah engkau murtad dari agamamu?” Maka dengan penuh yakin dan tegar beliau menjawab, “Tidak, bahkan aku telah beriman.”.
Suatu ketika beliau menuntun Anas (putra beliau) dengan mengatakan, “Katakanlah la ilaha illallah.” (Tidak ada ilah yang haq kecuali Allah). Katakanlah, “Asyhadu ana Muhammadan Rasulullah (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah) kemudian Anas mau menirukannya. Akan tetapi ayah Anas mengatakan, “Janganlah kamu merusak anakku.” Maka beliau menjawab, “Aku tidak merusaknya akan tetapi aku mendidiknya dan memperbaikinya.”
Perasaan gengsi dengan dosa-dosa menyebabkan Malik bin Nadhar menentukan sikap terhadap istrinya yang keras kepala dan tetap ngotot berpegang kepada akidah yang baru, maka Malik tidak memiliki alternatif lain melainkan dia memberi kabar kepada istrinya bahwa dia akan pergi dari rumah dan tidak akan kembali sehingga istrinya mau kembali kepada agama nenek moyangnya.
Manakala Malik mendengar istrinya dengan tekad yang kuat karena teguh dengan pendiriannya mengulang-ulang kalimat “Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah” maka Malik pergi dari rumah dalam keadaan marah dan kemudian dia bertemu dengan musuh akhirnya dia dibunuh.
Ketika Ummu Sulaim mengetahui terbunuhnya suaminya, beliau tetap tabah dan mengatakan, “Aku tidak akan menyapih Anas sehingga dia sendiri yang memutusnya, dan aku tidak akan menikah sehingga Anas menyuruhku.”
Kemudian Ummu Anas pergi menemui Rasulullah yang dicintai dengar rasa malu kemudian beliau mengajukan agar buah hatinya yakni Anas dijadikan pembantu oleh guru manusia yang mengajarkan segala kebaikan. Rasulullah menerimanya sehingga sejuklah pandangan Ummu Sulaim karenanya.
Kemudian orang-orang banyak membicarakan Anas bin Malik dan juga ibunya dengan penuh takjub dan bangga. Begitu pula Abu Thalhah mendengar kabar tersebut sehingga menjadikan hatinya cenderung cinta dan takjub. Kemudian dia beranikan diri untuk melamar Ummu Sulaim serta menyediakan baginya mahar yang tinggi. Akan tetapi tiba-tiba saja pikirannya menjadi kacau dan lisannya menjadi kelu tatkala Ummu Sulaim menolak dengan wibawa dan penuh percaya diri dengan berkata : Sesungguhnya tidak pantas bagiku menikah dengan orang musyrik. Ketahuilah wahai Abu Thalhah bahwa tuhan-tuhan kalian adalah hasil pahatan orang dari keluarga fulan, dan sesungguhnya seandainya kalian mau membakarnya maka akan terbakarlah tuhan kalian.”
Abu Thalhah merasa amat sesak dadanya, kemudian dia berpaling sedangkan dirinya seolah-olah tidak percaya dengan apa yang telah dia lihat dan dia dengar. Akan tetapi cintanya yang tulus mendorong dia kembali pada hari berikutnya dengan membawa mahar yang lebih banyak dan roti maupun susu dengan harapan Ummu Sulaim akan luluh dan menerima lamarannya.
Akan tetapi Ummu Sulaim adalah seorang da’iyah yang cerdik yang tatkala melihat dunia menari-nari di hadapannya berupa harta, kedudukan dan laki-laki yang masih muda dia merasakan bahwa keterikatan hatinya dengan Islam lebih kuat daripada seluruh kenikmatan dunia. Beliau berkata dengan sopan, “Orang seperti anda memang tidak pantas ditolak wahai Abu Thalhah, hanya saja engkau adalah orang kafir sedangkan saya seorang muslimah sehingga tidak baik bagiku menerima lamaranmu.” Abu Thalhah bertanya, “Lantas apa yang anda inginkan?” Beliau balik bertanya, “Apa yang saya inginkan?” Abu Thalhah bertanya, “Apakah anda menginginkan emas dan perak?” Ummu Sulaim berkata : “Sesungguhnya aku tidak menginginkan emas dan perak akan tetapi saya menginginkan agar anda masuk Islam. “Kepada siapa saya harus datang untuk masuk Islam?” Tanya Abu Thalhah. Beliau berkata : “Datanglah kepada Rasulullah untuk itu!” Maka pergilah Abu Thalhah untuk menemui Nabi s.a.w. yang tatkala itu beliau sedang duduk-duduk bersama para sahabat. Demi melihat kedatangan Abu Thalhah, Rasulullah s.a.w. bersabda : “Telah datang kepada kalian Abu Thalhah sedangkan sudah tampak cahaya Islam di kedua matanya.”
Selanjutnya Abu Thalhah menceritakan kepada Nabi tentang apa yang dikatakan oleh Ummu Sulaim, maka dia menikahi Ummu Sulaim dengan mahar keislamannya.
Dalam riwayat lain dikatakan bahwa Ummu Sulaim berkata :
Demi Allah orang seperti anda tidak pantas untuk ditolak, hanya engkau adalah orang kafir sedangkan aku adalah seorang muslimah sehingga tidak halal untuk menikah denganmu. Jika kamu mau masuk Islam maka itulah mahar bagiku dan kau tidak meminta yang selain dari itu.”
Sungguh ungkapan tersebut mampu menyentuh perasaan yang paling dalam dan mengisi hati Abu Thalhah, sungguh Ummu Sulaim telah bercokol di hatinya secara sempurna, dia bukanlah seorang wanita yang suka bermain-main dan takluk dengan rayuan-rayuan kemewahan, sesungguhnya dia adalah wanita cerdas, dan apakah di. akan mendapatkan yang lebih baik darinya untuk diperistri, atau ibu bagi anak-anaknya?
Tanpa terasa lisan Abu Thalhah mengulang-ulang, “Aku berada di atas apa yang kamu yakini, aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang haq kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”
Ummu Sulaim lalu menoleh kepada putranya Anas dan beliau berkata dengan suka cita karena hidayah Allah yang diberikan kepada Abu Thalhah melalui tangannya, “Wahai Anas nikahkanlah aku dengan Abu Thalhah”. Kemudian beliaupun dinikahkan Islam sebagai mahar
Oleh karena itulah Tsabit meriwayatkan hadits dari Anas : “Aku belum pernah mendengar seorang wanitapun yang paling mulia maharnya dari Ummu Sulaim karena maharnya adalah Islam.”
Ummu Sulaim hidup bersama Abu Thalhah dengan kehidupan suami istri yang diisi dengan nilai-nilai Islam yang menaungi bagi kehidupan suami istri, dengan kehidupan yang tenang dan penuh kebahagiaan.
Ummu Sulaim adalah profil seorang istri yang menunaikan hak-hak suami istri dengan sebaik-baiknya, sebagaimana juga contoh terbaik sebagai seorang ibu, seorang pendidik yang utama dan seorang da’iyah.

Begitulah Abu Thalhah mulai memasuki madrasah imaniyah melalui istrinya yang utama yakni Ummu Sulaim. Sehingga pada gilirannya beliau minum dari mata air nubuwwah hingga menjadi setara dalam hal kemuliaan dengan Ummu Sulaim.
Marilah kita dengarkan penuturan Anas bin Malik yang menceritakan kepada kita bagaimana perlakuan Abu Thalhah terhadap kitabullah dan komitmennya terhadap Al-Qur’an sebagai landasan dan kepribadian. Anas bin Malik berkata : “Abu Thalhah adalah orang yang paling kaya di kalangan Anshar Madinah, adapun harta yang paling disukainya adalah kebun yang berada di depan masjid, yang biasanya Rasulullah masuk ke dalamnya dan minum air yang jernih di dalamnya. Tatkala turun ayat : “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), Sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. “ (Ali Imran : 92)

Seketika Abu Thalhah berdiri menghadap Rasulullah dan berkata : “Sesungguhnya Allah telah berfirman di dalam kitabnya (yang artinya), “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai.” Dan sesungguhnya harta yang paling aku sukai adalah kebunku, untuk itu aku sedekahkan ia untuk Allah dengan harapan mendapatkan kebaikan dan simpanan di sisi Allah, maka pergunakanlah sesukamu ya Rasulullah.”
Rasulullah bersabda : “Bagus. . .bagus..itulah harta yang menguntungkan. . . itulah harta yang menguntungkan... aku telah mendengar apa yang kamu katakan dan aku memutuskan agar engkau sedekahkan kepada kerabat-kerabatmu.”

Maka Abu Thalhah membagi-bagikannya kepada sanak kerabatnya dan Bani dari pamannya.
Allah memuliakan kedua suami istri ini dengan seorang anak laki-laki sehingga keduanya sangat bergembira dan anak tersebut menjadi penyejuk pandangan bagi keduanya dengan pergaulannya dan dengan tingkah lakunya. Anak tersebut diberi nama Abu Umair. Suatu ketika anak tersebut bermain-main dengan seekor burung lalu burung tersebut mati. Hal itu menjadikan anak tersebut bersedih dan menangis. Pada saat itu Rasulullah melewati dirinya maka beliau berkata kepada anak tersebut untuk menghibur dan bermain dengannya, “Wahai Abu Umair apa yang dilakukan oleh anak burung pipit itu?”
Allah berkehendak untuk menguji keduanya dengan seorang anak yang cakep dan dicintai, suatu ketika Abu Umair sakit sehingga kedua orang tuanya disibukkan olehnya. Sudah menjadi kebiasaan bagi ayahnya apabila kembali dari pasar, pertama kali yang dia kerjakan setelah mengucapkan salam adalah bertanya tentang kesehatan anaknya, dan beliau belum merasa tenang sebelum melihat anaknya.
Suatu ketika Abu Thalhah keluar ke masjid dan bersamaan dengan itu anaknya meninggal. Maka ibu mu’minah yang sabar ini menghadapi musibah tersebut dengan jiwa yang ridha dan baik. Sang ibu membaringkannya di tempat tidur sambil senantiasa mengulangi, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Beliau berpesan kepada anggota keluarganya,” Janganlah kalian menceritakan kepada Abu Thalhah hingga aku sendiri yang menceritakan kepadanya.”
Ketika Abu Thalhah kembali, Ummu Sulaim mengusap air mata kasih sayangnya, kemudian dengan bersemangat menyambut suaminya dan menjawab pertanyaan seperti biasanya, ‘Apa yang dilakukan oleh anakku?” Beliau menjawab, “Dia dalam keadaan tenang.”
Abu Thalhah mengira bahwa anaknya sudah dalam keadaan sehat, sehingga Abu Thalhah bergembira dengan ketenangan dan kesehatannya, dan dia tidak mau mendekat karena khawatir mengganggu ketenangannya. Kemudian Ummu Sulaim mendekati beliau dan mempersiapkan makan malam baginya, lalu beliau makan dan minum sementara Ummu Sulaim bersolek dengan dandanan yang lebih cantik daripada hari-hari sebelumnya, beliau mengenakan bau yang paling bagus, berdandan dan memakai wangi-wangian, kemudian keduanyapun berbuat sebagaimana layaknya suami istri.
Tatkala Ummu Sulaim melihat bahwa suaminya sudah kenyang dan telah mencampurinya serta merasa tenang terhadap keadaan anaknya maka beliau memuji Allah karena beliau tidak membuat risau suaminya dan beliau biarkan suaminya terlelap dalam tidurnya.
Tatkala di akhir malam beliau berkata kepada suaminya, Wahai Abu Thalhah, bagaimana pendapatmu seandainya ada suatu kaum menitipkan barangnya kepada suatu keluarga kemudian suatu ketika mereka mengambil titipannya tersebut, maka bolehkah bagi keluarga tersebut untuk menolaknya?” Abu Thalhah menjawab, “Tentu saja tidak boleh.” Kemudian Ummu Sulaim berkata lagi : “Bagainiana pendapatmu jika keluarga tersebut berkeberatan tatkala titipannya diambil setelah dia sudah dapat memanfaatkannya?” Abu Thalhah berkata : “Berarti mereka tidak adil. Ummu Sulaim berkata : “Sesungguhnya anakmu adalah titipan dari Allah dan Allah telah mengambilnya, maka tabahkanlah hatimu dengan meninggalnya anakmu.”
Abu Thalhah tidak kuasa menahan amarahnya, maka beliau berkata dengan marah, “Kau biarkan aku dalam keadaan seperti ini baru kamu kabari tentang anakku?”
Beliau ulang-ulang kata-kata tersebut hingga beliau mengucapkan kalimat istirja’ (Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) lalu bertahmid kepada Allah sehingga berangsur-angsur jiwanya menjadi tenang.
Keesokan harinya beliau pergi menghadap Rasulullah dan mengabarkan kepada Rasulullah tentang apa yang telah terjadi, kemudian Rasulullah bersabda : “Semoga Allah memberkahi malam kalian berdua.”

Mulai hari itulah Ummu Sulaim mengandung seorang anak yang akhirnya diberi nama Abdullah. Tatkala Ummu Sulaim melahirkan beliau utus Anas bin Malik untuk membawanya kepada Rasulullah s.a.w. selanjutnya Anas berkata : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Ummu Sulaim telah melahirkan tadi malam.” Maka Rasulullah s.a.w. mengunyah kurma dan mentahnik bayi tersebut (yakni menggosokkan kurma yang telah dikunyah ke langit-langit mulut si bayi). Anas berkata : “Berikanlah nama baginya ya Rasulullah! beliau bersabda : “Namanya Abdullah.”
Ubabah, salah seorang rijal sanad berkata : “Aku melihat dia memiliki tujuh anak yang kesemuanya hafal Al-Qur’an.”
Di antara kejadian yang mengesankan pada diri wanita yang utama dan juga suaminya yang mukmin adalah bahwa Allah menurunkan ayat tentang mereka berdua yang manusia dapat beribadah dengan membacanya. Abu Hurairah r.a. berkata : “Telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah s.a.w. dan berkata : “Sesungguhnya aku dalam keadaan lapar.” Maka Rasulullah s.a.w. menanyakan kepada salah satu istrinya tentang makanan yang ada di rumahnya, namun belaiu menjawab, “Demi yang mengutusmu dengan haq, aku tidak memiliki apa-apa kecuali hanya air, kemudian beliau bertanya kepada istri yang lain, namun jawabannya sama. Seluruhnya menjawab dengan jawaban yang sama. Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda : “Siapakah yang akan menjamu tamu ini, semoga Allah merahmatinya.”
Maka berdirilah salah seorang Anshar yang namanya Abu Thalhah seraya berkata : “Saya ya Rasulullah.” Maka dia pergi bersama tamu tadi menuju rumahnya kemudian sahabat Anshar tersebut bertanya kepada istrinya (Ummu Sulaim), Apakah kamu memiliki makanan?” istrinya menjawab, “Tidak punya melainkan makanan untuk anak-anak.”Abu Thalhah berkata : “Berikanlah minuman kepada mereka dan tidurkanlah mereka. Nanti apabila tanya saya masuk maka akan saya perlihatkan bahwa saya ikut makan, apabila makanan sudah berada di tangan maka berdirilah dan matikanlah lampu.” Hal itu dilakukan oleh Ummu Sulaim. Mereka duduk-duduk dan tamu makan hidangan tersebut sementara kedua suami istri tersebut bermalam dalam keadaan tidak makan. Keesokan harinya keduanya datang kepada Rasulullah s.a.w. lalu Rasulullah bersabda : “Sungguh Allah takjub (atau tertawa) teradap fulan dan fulanah.” Dalam riwayat lain Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sungguh Allah takjub terhadap apa yang kalian berdua lakukan terhadap tamu kalian.”
Di akhir hadits disebutkan, “Maka turunlah ayat : “Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin) atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu).” (Al-Hasyr : 9).

Abu Thalhah tidak kuasa menahan rasa gembiranya, maka beliau bersegera memberikan kabar gembira tersebut kepada istrinya sehingga sejuklah pandangan matanya karena Allah menurunkan ayat tentang mereka dalam Al-Qur’an yang senantiasa dibaca.
Ummu Sulaim tidak hanya cukup menunaikan tugasnya untuk mendakwahkan Islam dengan penjelasan saja, bahkan beliau antusias untuk turut andil dalam berjihad bersama pahlawan kaum muslimin. Tatkala perang Hunain tampak sekali sikap kepahlawanannya dalam memompa semangat pada dada mujahidin dan mengobati mereka yang luka. Bahkan beliau juga mempersiapkan diri untuk melawan dan menghadapi musuh yang akan menyerangnya. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam shahihnya dan Ibnu Sa’ad di dalam Thabaqat dengan sanad yang shahih bahwa Ummu Sulaim membawa badik (pisau) pada perang Hunain kemudian Abu Thalhah berkata : “Wahai Rasulullah ini Ummu Sulaim membawa badik.” Ummu Sulaim berkata : “Wahai Rasulullah apabila ada orang musyrik yang mendekatiku maka akan aku robek perutnya dengan badik ini.”
Anas r.a. berkata : “Rasulullah s.a.w. berperang bersama Ummu Sulaim dan para wanita dari kalangan Anshar, apabila berperang para wanita tersebut memberikan minum kepada mujahidin dan mengobati yang luka.”
Begitulah, Ummu Sulaim memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Rasulullah s.a.w., beliau tidak pernah masuk rumah selain rumah Ummu Sulaim bahkan Rasulullah telah memberi kabar gembira bahwa beliau termasuk ahli jannah. Beliau bersabda : “Aku masuk jannah, tiba-tiba aku mendengar sebuah suara, maka aku bertanya, “Siapa itu?” Mereka berkata : “Dia adalah Rumaisha’ binti Malhan ibu dari Anas bin Malik.”
Selamat untukmu wahai Ummu Sulaim, karena anda memang layak mendapatkan itu semua, engkau adalah seorang istri shalihah dan suka menasehati, seorang da’iyah yang bijaksana, seorang ibu pendidik yang sadar sehingga memasukkan anaknya dalam madrasah yang agung, yang mana dunia mengenal bahwa anaknya masuk ke madrasah nubuwwah tatkala berumur sepuluh tahun yang pada gilirannya beliau menjadi seorang ulama di antara ulama’ Islam, selamat untukmu. . .selamat untukmu...
-----------------------------------------------------
NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 177 – 187

Senin, 22 April 2013

Masjid Agung AN NUUR Kabupaten Banjarnegara

Masjid Agung An-Nuur Banjarnegara
Masjid Agung AN NUUR
Jl. KHA. Dahlan No.8
Kabupaten Banjarnegara

PENGHARAPAN / OPTIMISMA (6)

Umar bin Alchottob r.a. berkata : Dihadapkan kepada Rasulullah s.a.w. beberapa orang tawanan, tiba-tiba ada seorang wanita dalam tawanan itu bingung mencari anaknya, dan tiap ia melihat anak kecil dalam tawanan itu di angkatnya lalu ditetekinya. Maka Rasulullah s.a.w. bersabda : Apakah kamu kira perempuan ini akan memasukkan anaknya ke dalam api neraka? Jawab sahabat : Demi Allah, tidak akan. Maka sabda Nabi : Demi Allah, Allah lebih kasih (rahmat) pada hamba-Nya, melebihi kasih sayang wanita itu pada anaknya. (HR. Buchary dan Muslim).
-------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 369.

SUMPAH DAN NADZAR (7)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya Allah mempunyai 99 nama, barangsiapa yang menghafalkan pasti akan masuk surga”. Muttafaq ‘alaih, Tirmidzy dan Ibnu Hibban menerangkan nama-nama itu dan yang nyata bahwa rangkaian sanadnya mudraj (hadits yang terselip kata-kata si perawi atau perawi yang tidak ikut meriwayatkan hadits tersebut) daripada sebagian rawi.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Aimam Wan Nudzur, halaman 504-505.

MUHAMMAD DAN REFORMASI SOSIAL

Dengan wahyu yang diterimanya Muhammad dapat menentukan, bahwa takkan ada perbaikan masyarakat tanpa ada kerjasama pria dan wanita, dalam arti saling bantu-membantu sebagai saudara yang penuh kasih-sayang. Hak dan kewajiban wanita sama, dengan cara yang sopan, hanya laki-laki mempunyai kelebihan atas mereka itu. Tetapi pelaksanaannya secara sekaligus tidak mudah. Betapapun tebalnya iman orang-orang Arab yang menjadi pengikutnya, namun mengajak dengan perlahan-lahan dan tanpa rnenyinggung perasaan, akan lebih mempertebal iman mereka serta memperbanyak pendukung. Demikian juga dalam setiap reformasi sosial, yang oleh Tuhan diwajibkan kepada kaum Muslimin. Bahkan dalam kewajiban-kewajiban agama sendiri: dalam sholat, puasa, zakat dan haji, demikian juga dalam larangan-larangannya. seperti minuman-minuman keras, judi, daging babi dan sebagainya.
Sehubungan dengan reformasi sosiai ini serta ketentuan hubungan pria dan wanita, oleh Muhammad telah dimulai dengan contoh yang diberikannya melalui dirinya dengan istri-istrinya yang disaksikan sendiri oleh semua kaum Muslimin. Masalah hijab ( tabir) bagi istri-istri Nabi misalnya, sebelum perang Ahzab (Khandaq) tidak diwajibkan. Demikian juga pembatasan kepada empat orang istri dengan syarat adil ditentukannya baru sesudah perang Ahzab, bahkan lebih dari setahun setelah perang Khaibar. Bagaimanakah Nabi dapat membina hubungan yang kuat antara laki-laki dan wanita atas dasar yang sehat, sebagai pengantar kepada adanya persamaan yang memang menjadi tujuan Islam itu? Ya, suatu persamaan yang menjadikan hak dan kewajiban wanita itu sama, dengan cara yang sopan, sedang laki-laki mempunyai kelebihan atas mereka itu.
Pada mulanya hubungan pria dan wanita di kalangan Muslimin, seperti di kalangan Arab lainnya — sebagaimana sudah kita sebutkan — terbatas hanya pada hubungan jantan dan betina. Mempertontonkan diri dan memamerkan perhiasan (berdandan) dengan cara yang akan membuat laki-laki itu terangsang oleh kaum wanita setiap ada kesempatan, berarti akan saling menambah nafsu berahi antara laki-laki dengan perempuan. Sebaliknya hal yang akan lebih dapat membatasi antara kedua belah pihak itu berarti akan lebih mendekatkan orang pada dasar kemanusiaan yang lebih tinggi, dasar persamaan jiwa dalam beribadat, yang hanya kepada Allah semata-mata.
---------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 366-367.

Minggu, 21 April 2013

Masjid Jami' BAITURROHMAN Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur

Masjid Jami' Baiturrohman Purwokerto Timur
Masjid Jami' BAITURROHMAN
Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur
Jl. Dr Gumbreg No. 874B Kabupaten Banyumas

SUMPAH DAN NADZAR (6)

Dari ‘Aisyah r.a. tentang firman Tuhan Yang Maha Mulia “Allah tidak akan menyiksa kalian dengan sumpah, ia berkata : ialah perkataan seorang : “Tidak, demi Allah”, “Ya, demi Allah’. Diriwayatkan oleh Bukhary, dan diriwayatkan oleh Abu Daud dengan marfu’ (sanadnya sampai kepada Nabi s.a.w.).
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Aimam Wan Nudzur, halaman 504.

LUAS NYAMAN MENYENANGKAN

Lama tidaknya Anda berada di kamar mandi bukan hanya ditentukan banyak sedikitnya kebutuhan Anda dalam membersihkan diri, tetapi juga terpengaruh pada nyaman tidaknya kamar mandi yang Anda gunakan. Makin nyaman kamar mandi yang Anda gunakan, kemungkinan besar Anda akan betah berlama-lama di kamar mandi tersebut. Lalu nyaman tidaknya sebuah kamar mandi bukan ditentukan mahalnya material yang digunakan, melainkan ditentukan bagaimana menata kamar mandi tersebut.
Berikut ini kami mencoba memberikan gambaran bagaimana sebuah kamar mandi yang cukup luas menjadi begitu nyaman dan menyenangkan. Simak rancangan kamar mandi berikut.
Kamar mandi berukuran 2,90 meter kali 3,60 meter terasa sangat luas karena penempatan Bidet, closet, bath tube, dan lavatory di sekeliling tepi ruangan. Pintu masuk ke kamar mandi berada tepat di tengah-tengah sisi yang pendek. Di bagian kiri terdapat lavatory dengan meja marmer warna gelap. Cermin berada tepat di dinding bagian atas lavatory ini Lalu di sisi kanan, diletakkan closet dengan shower spray dan bidet yang berdampingan. Sementara itu di ujung dinding diletakkan bath tube. Jadi ada bagian terbuka luas tepat di depan pintu. Seluruh dinding kamar mandi ini dilapisi marmer berwarna terang, begitu pula lantainya.
---------------------------------------------------
Majalah Triwulanan TOTO Media, Edisi 53 – Juni 2001, PT Surya Toto Indonesia, halaman 16-17

PENGHARAPAN / OPTIMISMA (5)

Itban bin Malik r.a. berkata : Saya biasa menjadi imam dilingkungan kaumku Bani Salim, dan antara rumahku dengan masjid ada lembah, jika musim hujan menggenang airnya, sehingga sukar bagiku untuk menyebranginya menuju ke masjid. Maka saya pergi menghadap kepada Rasulullah s.a.w. memberitahu : Ya Rasulullah, saya sudah tua dan penglihatanku juga berkurang, sedang lembah yang di antara rumahku dengan masjid jika musim hujan banjir pula, dan sukar bagiku menyeberanginya, karena itu saya ingin kau datang ke rumahku, dan sholat di suatu tempat di rumah yang akan aku jadikan musholla. Maka bersabda Rasulullah : Baiklah. Maka pergilah Rasulullah dan Abubakar pada suatu hari ke rumah Itban, dan setelah diizinkan masuk, sebelum duduk Rasulullah bertanya : Di mana yang kau inginkan untuk saya bersembahyang? Lalu saya tunjukkan. Maka bertakbirlah Rasulullah dan saya dengan Abubakar ma’mum di belakangnya sholat dua raka’at (Sunnat). Kemudian setelah salam saya tahan karena saya telah membikin harisah (tepung bercampur dengan daging dan gajih), mendadak orang kampung mendengar bahwa Rasulullah datang ke rumah, datanglah mereka ke rumah hingga banyak sekali orang di rumah kami.
Maka orang bertanya : Manakah Malik? Jawab salah seorang : Itu munafiq tidak suka pada Allah dan Rasulullah. Maka bersabda Rasulullah s.a.w. : Jangan berkata begitu, tidakkah kau telah tahu bahwa Ia telah mengucapkan : LA ILAHA ILLALLAH, mengharapkan keridlo’an Allah? Jawab orang itu : Allah dan Rasulullah lebih mengetahui. Adapun kami melihat cintanya dan ceritanya selalu condong pada kaum munafiq. Maka sabda Nahi sa.w. : Allah telah mengharamkan pada api neraka, siapa yang mengucapkan LA ILAHA ILLALLAH, mengharapkan keridlo’an Allah.
(HR. Buchary dan Muslim).
----------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 367-369.

Sabtu, 20 April 2013

PENGHARAPAN / OPTIMISMA (4)

Abu Hurairah atau Abu Said Alchudry r.a. berkata : Ketika dalam perang Tabuk, orang-orang menderita kelaparan hingga mereka minta izin : Ya Rasulullah, izinkan kami menyembelih ternak kami untuk kami makan dan supaya mendapat minyak. Rasulullah menjawab : Boleh kamu kerjakan. Maka datang Umar berkata : Ya Rasulullah kalau kau izinkan, akan habis kendaraan kita, lebih baik kau minta mereka mengumpulkan sisa-sisa makanan mereka dalam selembar kain, dan kau do’akan semoga Allah memberi barakah, mungkin Allah akan memberi berkat. Maka Rasulullah menyetujui usul Umar dan menyuruh orang menghamparkan kain, kemudian menyuruh orang-orang yang masih ada mempunyai sisa makanan membawa (mengumpulkan) di atas kain itu, maka ada yang membawa segenggam jagung ada segenggam kurma, ada yang sepotong roti, sehingga terkumpul semua sisa-sisa makanan itu, kemudian Nabi berdo’a. Dan setelah berdo’a bersabda : Bawalah wadah (tempat makananmu) masing-masing maka mereka semua membawa wadah-wadah dan diisi penuh dengan makanan dan kain yang terhampar itu, dan mereka makan juga sehingga kenyang. Selain dari semua itu masih ada tinggal sisa di atas kain itu, maka Rasulullah bersabda : Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah, dan Aku utusan Allah. Tiada seorang yang menghadap kepada Allah dengan kedua kalimat ini dan tidak ragu-ragu, lalu terhijab dari sorga. (HR. Muslim)

Ya’ni pasti tidak akan terhijab (tertolak) dan sorga.
----------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 365-367.

SUMPAH DAN NADZAR (5)

Dari Abdullah bin Amr ia berkata ; Seorang Arab pegunungan telah datang kepada Nabi s.a.w. dan berkata : “Ya Rasulullah, yang manakah dosa-dosa besar itu?” dan menyebut hadits yang padanya ; “Sumpah ghamus itu”—Beliau bersabda : “Sumpah yang buat mengambil sebahagian harta seorang Islam dan ia pada sumpahnya itu dusta”. Dikeluarkan oleh Bukhary.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Aimam Wan Nudzur, halaman 504.

WANITA, DI NEGERI ARAB DAN DI EROPA MASA ITU

Bagi pembaca yang suka mengagumi Arab dan peradahannya, bahkan yang suka mengagumi Arab jahiliah sekalipun, gambaran demikian ini barangkali akan terasa agak dilebih-lebihkan. Pembaca demikian ini tentu dapat dimaafkan. Ia membandingkan gambaran yang kita kemukakan ini dengan fakta yang terjadi dalam masa sekarang, dengan segala hubungannya antara pria dan wanita dalam perkawinan dan perceraian serta hubungan suami-istri dengan anak-anaknya. Akan tetapi perbandingan demikian ini salah sekali, yang akibatnya akan sangat menyesatkan. Sebaliknya yang harus dibandingkan ialah antara masyarakat Arab yang salah satu seginya kita gambarkan terjadi daham abad ketujuh Masehi itu, dengan masyarakat-masyarakat beradab lainnya masa itu juga.

WANITA DALAM UNDANG-UNDANG RUMAWI
Rasanya tidak terlalu berlebih-lebihan kalau kita katakan, bahwa masyarakat-masyarakat Arab masa itu dengan segala yang sudah kita lukiskan, jauh lebih baik dari masyarakat-masyarakat lain yang sezaman, di Asia dan di Eropa. Kita tidak akan bicara tentang keadaan di Tiongkok, atau di India. Kita belum punya bahan-bahan yang cukup tentang itu. Pengetahuan kita tentang itu sedikit sekali, belum cukup adanya. Akan tetapi Eropa Utara dan Eropa Barat masa itu berada dalam kegelapan, yang dapat kita lihat dari susunan keluarganya, yang memang mirip-mirip susunan manusia primitif. Rumawi sebagai pemegang undang-undang masa itu, sebagai yang perkasa dan berkuasa, satu-satunya kerajaan yang paling kuat menyaingi Persia, menempatkan kedudukan kaum wanita dibandingkan dengan prianya, masih di bawah kedudukan wanita Arab, sekalipun yang di pedalaman. Menurut undang-undang Rumawi masa itu, wanita adalah harta-benda milik laki-laki, dapat diperlakukan sekehendak hati, ia berkuasa dari soal hidup sampai matinya, dipandang persis seperti budak. Dalam pandangan undang-undang Rumawi wanita tidak berbeda dengan budak. Ia menjadi milik bapanya, kemudian milik suami lalu milik anaknya. Pemilikan demikian ini persis seperti memiliki budak atau seperti memiliki binatang dan benda mati. Wanita dipandangnya hanya sebagai pembangkit nafsu berahi. Ia tidak punya kuasa apa-apa terhadap sifat kebetinaannya. hingga mau tidak mau ia harus pura-pura berbuat sopan sedapat mungkin, dan ini tetap berlaku demikian selama berabad-abad kemudian dan apa yang sudah kita gambarkan tentang keadaan di jazirah Arab itu. Padahal Isa Almasih a.s. cukup hormat dan lembut kepada wanita. Beberapa orang pengikutnya merasa heran melihat dia begitu baik terhadap Maryam Magdalena, ketika ia berkata : “Barangsiapa dari kamu yang tidak berdosa, lemparilah dia dengan batu.”
Tetapi Eropa yang sudah menganut Kristen tetap seperti dulu juga, seperti Eropa yang masih pagan, sangat merendahkan wanita. Hubungannya dengan pria bukan hanya dilihatnya sebagai hubungan jantan dan betina saja, bahkan dianggapnya sebagai hubungan perbudakan dan sangat hina, sehingga pada masa-masa tertentu ahli-ahli agamanya masih bertanya-tanya : “Apakah wanita itu punya ruh yang akan dapat diadili, atau seperti hewan saja tanpa ruh dan tidak ada pengadilan Tuhan kepadanya dan tidak ada tempat pula di kerajaan Tuhan.
-------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 365-366.

Jumat, 19 April 2013

PENGHARAPAN / OPTIMISMA (3)

Jabir r.a. berkata : Seorang Badwi datang kepada Nabi s.a.w. bertanya : Apakah yang dapat memastikan orang masuk sorga atau neraka itu? Jawab Nabi s.a.w. : Siapa yang mati, tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun pasti akan masuk sorga. Dan siapa yang mati, menyekutukan Allah dengan sesuatu pasti akan masuk neraka. (HR. Muslim).

Anas r.a. berkata : Ketika Mu’adz menggonceng di belakang kendaraan Nabi s.a.w., maka Nabi s.a.w. memanggil : Hai Mu’adz ! Mu’adz menyambut : Labbaika ya Rasulullah wasa’daika. Nabi mengulangi panggilannya itu sampai tiga kali, dan Mu’adz juga mengulangi sambutannya itu tiga kali. Kemudian Nabi s.a.w. bersabda : Tiada seorang yang mempercayai bahwa tidak ada Tuhan kecuali Allah dan Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya, dengan benar sungguh-sungguh dan dalam hatinya melainkan pasti diharamkan oleh Allah orang itu dari api neraka. Berkata Mu’adz : Ya Rasulullah, bolehkah saya memberitahukan kabar ini pada semua orang supaya gembira? Sabda Nabi : Kalau mereka ketahui mungkin mereka lengah sembrono (kalau demikian mereka akan sembrono). Maka keterangan ini dikabarkan oleh Mu’adz ketika hampir mati, kuatir berdosa menyembunyikan ilmu itu. (HR. Buchary dan Muslim).
--------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 364-365.

SUMPAH DAN NADZAR (4)

Dari Ibnu Umar r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang bersumpah atas sesuatu, dan ia berkata Insya Allah, maka ia tidak boleh menyelisihi (menyalahi sumpahnya).” Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi danNasa’i), dan disahkan oleh Ibnu Hibban.

Dari padanya r.a. ia berkata; Adalah sumpahnya Nabi s.a.w. : “Tidak demi yang membalik-balikan hati”. Diriwayatkan oleh Bukhary.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Aimam Wan Nudzur, halaman 503-504.

PENELITIAN SEJARAH DAN HASILNYA

Dan apa yang sudah diuraikan di atas, apakah yang dapat disimpulkan oleh penelitian sejarah yang murni? Yang dapat disimpulkan ialah bahwa Muhammad menganjurkan orang beristri satu dalam kehidupan biasa. Ia menganjurkan cara demikian seperti contoh yang sudah diberikannya selama masa Khadijah. Untuk itu firman Tuhan dalam Quran menyebutkan : “Dan kalau kuatir takkan dapat berlaku lurus terhadap anak-anak yatim itu, maka kawinilah wanita-wanita yang kamu sukai: dua, tiga dan (sampai) empat. Tetapi kalau kamu kuatir takkan dapat berlaku adil, hendaklah seorang saja atau yang sudah ada menjadi milik kamu.” (QS 4 : 3)
“Dan (itu pun) tidak akan kamu dapat berlaku adil terhadap wanita, betapa kamu sendiri menginginkan itu. Sebab itu, janganlah kamu terlalu condong kepada yang seorang, lalu kamu biarkan dia terkatung-katung.” (QS 4 : 129)

Ayat-ayat ini turun pada akhir-akhin tahun kedelapan Hijrah, setelah Nabi kawin dengan semua istrinya, maksudnya untuk membatasi jumlah istri itu sampai empat orang, sementara sebelum turun ayat tersebut pembatasan tidak ada. Ini juga yang telah menggugurkan kata-kata orang Muhammad membolehkan buat dirinya sendiri dan melarang buat orang lain. Kemudian turun ayat yang memperkuat diutamakannya istri satu dan menganjurkan demikian karena dikuatirkan takkan berlaku adil dengan ditekankan bahwa berlaku adil itu tidak akan disanggupi. Hanya saja dalam keadaan kehidupan masyarakat yang dikecualikan ia melihat suatu kemungkinan yang mendesak perlunya kawin sampai empat dengan syarat berlaku adil. Dia telah melakukan itu dengan contoh yang diberikannya ketika kaum Muslimin terlihat dalam peperangan dan banyak di antara mereka itu yang gugur dan mati syahid.
Tolonglah sebutkan! Pada waktu peperangan sedang berkecamuk, penyakit menular berjangkit dan pemberontakan berkobar merenggut ribuan bahkan jutaan umat manusia. dapatkah orang memastikan, bahwa membatasi pada istri satu itu lebih baik dari poligami yang dibolehkan dengan jalan kekecualian itu? Dapatkah orang-orang Eropa — pada waktu ini, setelah selesai Perang Dunia — mengatakan bahwa sistem monogami itu sistem yang paling tepat dalam praktek, karena mereka memang sudah mengatakan bahwa sistem itu tepat sekali dalam undang-undang? Bukankah timbulnya kekacauan ekonomi dan sosial setelah perang disebabkan oleh tidak adanya kerjasama yang teratur antara pria dan wanita dalam perkawinan, suatu kerjasama yang kiranya sedikit banyak akan dapat membawa keseimbangan ekonomi? Saya tidak bermaksud dengan ini hendak membuat suatu keputusan hukum. Saya serahkan soal ini kepada ahli-ahli pikir, kepada pihak penguasa untuk memikirkan dan merencanakannya, dengan catatan selalu, bahwa bilamana keadaan hidup sudah kembali biasa, maka yang paling baik dapat menjamin kebahagiaan masyarakat ialah membatasi laki-laki hanya pada satu istri.
---------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 333-334.