"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Sabtu, 31 Agustus 2013

DERMAWAN DALAM KEBAIKAN (10)

Anas r.a. berkata : Tidak pernah Rasulullah dimintai sesuatu melainkan pasti ia memberikannya. Sungguh telah datang seorang peminta kepadanya, maka diberinya kambing yang berada di antara dua bukit, hingga ia kembali kepada qaumnya dan mengajak qaumnya : Hai qaumku Segeralah kamu masuk Islam, karena Muhammad memberi pemberian orang yang sama sekali tidak kuatir habis atau menjadi miskin. Sungguh dahulunya seseorang masuk Islam tidak lain karena ingin dunia, tetapi tidak lama kemudian mendadak ia cinta pada Islam melebihi dari semua kekayaan dunia. (HR. Muslim).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 459.

MUDABBAR, MUKATAB DAN UMMUL-WALAD (3)

“Muddabar” : budak merdeka apabila tuannya meninggal dunia.
“Mukatab” : budak merdeka setelah menebus dirinya pada tuannya.
“Ummul-walad” : budak perempuan yang punya hasil hubungan dengan tuannya.

Dari Ummu Salamah r.a., ia berkata; Rasulullah saw bersabda : ”Apabila seseorang di antara kalian (golongan wanita) mempunyai seorang mukatab, dan ia telah mempunyai buat mengembalikan (menebus dirinya) hendaklah ia (tuannya) berta’bir dari padanya”.
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi, Nasa’i) dan disahkan oleh Tirmidzi.
----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul-‘Itqi, halaman 527-528.

AL-MUHYII

AL-MUHYII (الْمُحْيِيْ) artinya, Yang Maha Menghidupkan, yakni Allah yang memberikan daya kehidupan pada setiap sesuatu yang berhak hidup. Setiap yang hidup, adalah الله سبحانه وتعالى yang menghidupkan diberi-Nya rezeki untuk hidup, sehingga sampai pada waktu yang ditentukan.
Jatah hidup ini tidak sama, dan masing-masingnya itu tidak mengetahui dalam berapa waktukah lamanya diberikan hidup itu kepada masing-masing makhluk. Itu adalah dalam ilmunya Allah. Dan mati tidak akan datang jika jatah hidup masih ada.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-Hajji ayat 66 yang artinya :
“Dia yang menghidupkan kamu dan yang mematikan kamu, kemudian dihidupkan-Nya kembali, bahwasanya manusia itu orang yang kafir akan ni’mat Allah.”

Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Asy-Syura ayat 9 yang artinya :
“Atau patutkah mereka mengambil Pelindung-pelindung selain dari Allah; Maka Allah Dialah Pelindung yang sebenarnya dan Dia menghidupkan orang-orang yang mati, dan Dia adalah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.”

Itulah sebabnya Allah disebut “Al-Muhyii”.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 70-71.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 40-41.

Jumat, 30 Agustus 2013

DERMAWAN DALAM KEBAIKAN (9)

Abu Umamah (Shuday) bin Ajian r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Hai anak adam, jika kau memberikan kelebihanmu maka akan lebih baik untukmu, dan bila engkau menahannya akan berbahaya padamu, dan kau tidak akan tercela atas kesederhanaanmu. Dan dahulukanlah orang-orang yang menjadi tanggunganmu. Dan tangan yang di atas (yang memberi) lebih baik dari tangan yang di bawah (yang menerima). (HR. Muslim).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 458-459.

MUDABBAR, MUKATAB DAN UMMUL-WALAD (2)

“Muddabar” : budak merdeka apabila tuannya meninggal dunia.
“Mukatab” : budak merdeka setelah menebus dirinya pada tuannya.
“Ummul-walad” : budak perempuan yang punya hasil hubungan dengan tuannya.

Dari Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya r.a. dan Nabi s.a.w., beliau bersabda : “Mukatab itu masih tetap budak selagi masih ketinggalan satu dirham dalam mukatabahnya (belum lunas)”. Diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad yang hasan, dan asalnya dalam riwayat Ahmad dan Imam yang Tiga (Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzi), dan disahkan oleh Hakim.
----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul-‘Itqi, halaman 527.

ORANG-ORANG BIJAKSANA QURAISY CEMAS

Sebaliknya orang-orang yang dapat berpikir lebih bijaksana di kalangan Quraisy, mereka sudah dapat menduga bahaya apa yang akan timbul akibat tindakan ‘Ikrima dan kawan-kawannya dari kalangan pemuda itu. Kini persetujuan Hudaibiya sudah dilanggar, dan pengaruh Muhammad di seluruh jazirah sekarang sudah bertambah kuat. Sekiranya apa yang telah terjadi itu dipikirkan, bahwa pihak Khuza’a akan menuntut balas terhadap penduduk Mekah, pasti Kota Suci itu akan sangat terancam bahaya. Jadi apa yang harus mereka lakukan sekarang?
Mereka mengutus Abu Sufyan ke Medinah, dengan maksud supaya persetujuan itu diperkuat kembali dan diperpanjang waktunya. Barangkali waktu yang sudah itu berlaku untuk dua tahun, sekarang mereka mau supaya menjadi sepuluh tahun.
Abu Sufyan, sebagai pemimpin mereka dan sebagai orang yang bijaksana di kalangan mereka kini berangkat menuju Medinah. Ketika sampai di ‘Usfan dalam penjalanannya itu ia bertemu dengan Budail bin Warqa’ dan rombongannya. Ia kuatir Budail sudah menemui Muhammad dan melaporkan apa yang telah terjadi. Hal ini akan lebih mempersulit tugasnya. Tetapi Budail membantah bahwa ia telah menemui Muhammad. Sungguhpun begitu, dari kotoran binatang tunggangan Budail itu ia mengetahui, bahwa orang itu memang dari Medinah. Oleh karena itulah, ia tidak akan langsung menemui Muhammad lebih dulu, melainkan akan menuju ke rumah putrinya, Umm Habiba, istri Nabi.

ABU SUFYAN DI MEDINAH
Mungkin ia (Umm Habiba) memang sudah mengetahui rasa kasihsayang Nabi kepada Quraisy meskipun ia belum mengetahui apa yang sudah menjadi keputusannya mengenai Mekah. Dan mungkin juga semua Muslimin yang ada di Medinah demikian.
Waktu itu Abu Sufyan sudah akan duduk di lapik yang biasa diduduki Nabi, tapi oleh Umm Habiba lapik itu segera dilipatnya. Lalu oleh ayahnya ia ditanya, melipat lapik itu karena ia sayang kepada ayah ataukah karena sayang kepada lapik.
“Ini lapik Rasulullah - s.a.w.”, jawabnya. “Ayah orang musyrik yang kotor. Saya tidak ingin ayah duduk di tempat itu.”
“Sungguh engkau akan mendapat celaka, anakku”. kata Abu Sufyan. Lalu ia keluar dengan marah.

KEGAGALAN MISI ABU SUFYAN
Sesudah itu ia pergi menemui Muhammad, bicara mengenai perjanjian serta perpanjangan waktunya. Tetapi Nabi tidak memberikan jawaban samasekali. Selanjutnya ia pergi menemui Abu Bakr supaya membicarakan maksudnya itu dengan Nabi. Tetapi Ahu Bakr juga menolak. Sekarang Umar bin’l-Khattab yang dijumpainya. Tetapi Umar memberikan jawaban yang cukup keras : “Aku mau menjadi perantara kamu kepada Rasulullah? Sungguh, kalau yang ada padaku hanya remah, pasti dengan itu pun akan kulawan engkau.” Seterusnya ia menemui Ali bin Abi Talib, dan Fatimah ada di tempat itu. Dikemukakannya maksud kedatangannya itu dan dimintanya supaya ia menjadi perantaranya kepada Rasul. Tetapi Ali mengatakan dengan lemah-lembut bahwa tak ada orang yang akan dapat menyuruh Muhammad menarik kembali sesuatu yang sudah menjadi keputusannya. Selanjutnva utusan Quraisy itu meminta pertolongan Fatimah supaya Hasan — anaknya — berusaha memintakan perlindungan di kalangan khalayak ramai.
“Tak ada orang akan berbuat demikian itu dengan maksud akan dihadapkan kepada Rasulullah” , jawab Fatimah .
Sekarang keadaannya jadi makin gawat buat Abu Sufyan. Ia meminta pendapat Ali.
“Sungguh saya tidak tahu, apa yang kiranya akan berguna buat kau”. jawab Ali. “Tetapi engkau pemimpin Banu Kinana. Cobalah minta perlindungan kepada orang ramai; sesudah itu, pulanglah ke negerimu. Saya kira ini tidak cukup memuaskan. Tapi hanya itu yang dapat saya usulkan kepadamu.”
Abu Sufyan lalu pergi ke mesjid dan di sana ia mengumumkan bahwa ia sudah meminta perlindungan khalayak ramai. Kemudian ia menaiki untanya dan berangkat pulang ke Mekah dengan membawa perasaan kecewa karena rasa hina yang dihadapinya dari anaknya sendiri dan dari orang-orang — yang sebelum mereka hijrah — pernah mengharapkan belaskasihnya.
Abu Sufyan kembali ke Mekah. Kepada masyarakatnya ia melaporkan segala yang dialaminya selama di Medinah serta perlindungan yang dimintanya dari masyarakat ramai atas saran Ali , dan bahwa Muhammad belum memberikan persetujuannya.
“Sial!” kata mereka. “Orang itu lebih-lebih lagi mempermainkan kau.”
--------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 451-453.

Kamis, 29 Agustus 2013

DERMAWAN DALAM KEBAIKAN (8)

Abdullah bin Amru bin Al-’Ash r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Adalah empat puluh macam kelakukan yang baik, terutama ialah memberikan ternak untuk diambil susunya saja. Tiada seorang yang mengerjakan satupun dari empat puluh macam itu dengan sunguh-sungguh mengharapkan pahala dari Allah dan dengan penuh kepercayaan akan balasannya, melainkan pasti akan dimasukkan oleh Allah ke dalam sorga. (HR. Buchary dan Muslim).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 458.

MUDABBAR, MUKATAB DAN UMMUL-WALAD (1)

“Muddabar” : budak merdeka apabila tuannya meninggal dunia.
“Mukatab” : budak merdeka setelah menebus dirinya pada tuannya.
“Ummul-walad” : budak perempuan yang punya hasil hubungan dengan tuannya.

Dari Jabir ra. “Bahwasannya seorang laki-laki dari golongan Anshor memerdekakan budaknya kalau ia sudah mati, dan ia tidak punya harta selain budak itu, dan perkara itu sampai kepada Nabi s.a.w., lalu beliau bersabda : “Siapa yang mau beli, budak ini dariku?” Kemudian dibeli oleh Nuaim bin Abdullah dengan harga delapan ratus dirham”. Muttafaq ‘alaih. Dan dalam lafadh Bukhary “Ia berhajat”. Dan dalam riwayat Nasa’i: “Ia mempunyai utang, lalu Rasulullah s.a.w. menjualnya dengan harga delapan ratus dirham, kemudian beliau menyerahkan uang itu dan bersabda : “Lunasilah utangnmu”.
----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul-‘Itqi, halaman 527.

Taqwallah

Taqwallah, hanya kepada Allah dia berbakti, tidak kepada yang lain-Nya. beban berat yang dipikulnya, jalan jauh yang ditempuhnya, tugas suci yang dikerjakannya, itu semua adalah ciri pembaktian dirinya kepada Allah s.w.t.
Dalam kamus hidupnya hanya ada satu kata, ialah tugas. Menjalankan tugas karena Allah semata, itulah yang dinamakan taqwallah. Taqwallah ialah menempatkan diri kita ditempat yang disukai oleh Allah, dan tidak menempatkan diri kita ditempat yang tidak disukai oleh Allah.
Kepada ummat taqwa itu banyak benar janji, jaminan dan kepastian yang diberikan Allah. Ummat taqwa akan menemukan jalan keluar dari segala kebuntuan dan kemacetan. Ummat taqwa akan memandang ringan segala tugas yang bagaimanapun beratnya. Hanya kepada ummat taqwa dijanjikan ampunan dari segala dosa dan kekeliruan yang pernah dilakukan.
“………… Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, akan ditunjukkan kepadanya jalan keluar, dan akan diberi rizki dari sumber yang tidak disangkanya. Barangsiapa bertaqwa kepada Allah, akan dimudahkan segala urusannya. Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah akan dihapus segala kesalahannya dan diberi ganjaran yang besar ………..”. (QS.  Ath-Thalaaq : 2 – 3)
Ummat taqwa ialah ummat yang menjaga dirinya, memelihara dirinya, mengawasi dan mengendalikan dirinya. Kehidupan taqwa adalah tujuan terakhir dari ummat Islam. Kegiatan dikembangkan, pembantingan tulang, peluh dan keringat berbuat dan berjuang, segalanya adalah hanya tanda bhakti manusia taqwa.
“Apakah orang yang mendirikan bangunan (masjid) diatas dasar taqwa kepada Allah dan keridlaan-Nya lebih baik, ataukah orang yang menegakkan bangunannya diatas pinggir tebing yang runtuh?, maka terjerumuslah bersama-sama dengan itu ke dalam neraka jahanam. Allah tidak akan memberi petunjuk jalan kepada kaum yang zalim. Senantiasa bangunan yang telah mereka buat itu (diliputi) oleh keragu-raguan dalam hati mereka, sehingga hati mereka terpotong-potong. Dan Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana”. (QS. At-Taubah : 109 – 110)
Kehidupan dan kegiatan taqwa, itulah yang harus meromankan kehidupan dan kegiatan bagi Mukmin dan Muslim yang Muslih !!! #570

AL-MU’IIDU

AL-MU’IIDU (الْمُعِيْدُ) artinya, Yang Maha Mengulangi atau Yang Maha Menghidupkan Kembali, yakni menumbuhkan kembali setelah lenyap atau setelah rusak. Alam ini, disebut alam fana (alam yang akan lenyap, hancur) bilamana kiamat telah tiba. Tidak seorangpun yang kekal abadi, kecuali wajah Allah. Di kemudian hari ada satu alam yang disebut alam Baqa, yaitu alam Akhirat dan penduduk alam akhirat ini, adalah manusia, jin dan para Malaikat yang kesemuanya itu telah hancur mati, lalu dihidupkan kembali oleh Allah.
Jadi Allah Maha Kuasa mengulangi kembali kejadian yang telah hancur itu.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 4 yang artinya :
“Kepada-Nya tempat kembali kamu semuanya. Janji Allah sebenarnya. Dia yang memulai kejadian, kemudian diulanginya ketika berbangkit supaya dibalasi-Nya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dengan balasan yang adil. Bagi orang-orang kafir, mendapat minuman yang sangat panas dan siksaan yang sangat pedih disebabkan kekafiran mereka.”

Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-Buruj ayat 13 yang artinya :
“Dia (Allah) yang memulai mengadakan manusia dan mengulangnya (menghidupkan kembali sesudah matinya).”

Demikianlah Ke-Besar-an dan ke-Agung-an Allah yang tiada taranya.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 69-70.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 40.

Rabu, 28 Agustus 2013

DERMAWAN DALAM KEBAIKAN (7)

Abdullah bin Amru bin Al’Ash r.a. berkata: Ada seorang bertanya kepada Rasulullah s.a.w. : Kelakuan apakah yang terbaik di dalam Islam? Jawab Nabi : Memberi makan (pada orang yang kekurangan) dan memberi salam pada orang yang kau kenal dan yang belum kau kenal. (HR. Buchary dan Muslim)
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 457-458.

URUSAN KEMERDEKAAN (7)

Dari ‘Aisyah r.a., bahwasanya Rasulullah saw. bersabda : “Sesungguhnya wala itu bagi yang memerdekakan”. Muttafaq ‘alaih dalam hadits yang panjang.

Bila budak dimerdekakan oleh tuannya, maka budak itu disebut “maula” dan tuannya disebut “wala”; dan maula itu termasuk keluarga wala.

Dan Ibnu Umar r.a., ia berkata Rasulullah saw. bersabda : “Wala itu adalah seperti sebahagian dari nasab (turunan) tiada dijual dan tiada diberikan”. Diriwayatkan oleh Syafi’i disahkan oleh Ibnu Hibban dan Hakim, dan asalnya dalam Shahihain tidak dengan lafadh ini.
----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul-‘Itqi, halaman 526.

QURAISY MELANGGAR PERJANJIAN HUDAIBIYA

Perdamaian Hudaibiya antara lain sudah menentukan, bahwa barangsiapa yang ingin masuk ke dalam persekutuan dengan Muhammad boleh saja, dan barangsiapa ingin masuk ke dalam persekutuan dengan Quraisy juga boleh. Ketika itu Khuza’a masuk bersekutu dengan Muhammad sedang Banu Bakr dengan pihak Quraisy. Sebenannya antara Khuza’a dengan Banu Bakr ini sudah lama timbul permusuhan yang baru reda setelah ada perjanjian Hudaibiya. masing-masing kabilah menggabungkan diri dengan pihak yang mengadakan perdamaian itu.
Dengan adanya peristiwa yang telah terjadi di Mu’ta itu, sekarang terbayang oleh Quraisy bahwa Muslimin pasti mengalami kehancuran. Sudah terbayang oleh Banu’d-Dil, sebagai bagian dari Banu Bakr bin Abd. Manat, bahwa sekarang sudah tiba waktunya akan membalas dendam lamanya kepada Khuza’a, ditambah lagi memang ada segolongan orang dari pihak Quraisy yang ikut mendorong, di antaranya ‘Ikrimah bin Abi Jahl dan beberapa orang pemimpin Quraisy lainnya yang sekalian memberikan bantuan senjata.

KHUZA’A MEMINTA BANTUAN NABI
Malam itu pihak Khuza’a sedang berada di tempat pangkalan air milik mereka sendiri yang bernama Al-Watir, oleh pihak Banu Bakr mereka diserang dengan tiba-tiba sekali dan beberapa orang dari pihak Khuza’a dibunuh. Sekarang Khuza’a lari ke Mekah, berlindung kepada keluarga Budail bin Warqa’ dengan mengadukan perbuatan Quraisy dan Banu Bakr yang telah melanggar perjanjian dengan Rasulullah itu. Untuk itu ‘Amr bin Salim dari Khuza’a cepat-cepat pula pergi ke Medinah. Dan bila ia sudah menghadap Muhammad yang ketika itu sedang dalam mesjid dengan beberapa orang, diceritakannya apa yang telah terjadi itu dan ia meminta pertolongannya.
“Amr bin Salim, mesti engkau dibela”, kata Rasulullah.
Sesudah itu Budail bin Warqa’ bersama beberapa orang dari pihak Khuza’a kemudian berangkat pula ke Medinah. Mereka melaporkan kepada Nabi mengenai nasib yang mereka alami itu serta adanya dukungan Quraisy kepada Banu Bakr. Melihat apa yang telah dilakukan Quraisy dengan merusak perjanjian itu, maka tak ada jalan lain menurut Nabi, Mekah harus dibebaskan. Untuk itu ia bermaksud mengutus orang kepada kaum Muslimin di seluruh jazirah supaya bersiap-siap menantikan panggilan yang belum mereka ketahui apa tujuannya panggilan demikian itu.
--------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 450-451.

Selasa, 27 Agustus 2013

DERMAWAN DALAM KEBAIKAN (6)

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Allah telah berfirman : Berbelanjalah hai anak Adam, niscaya Kami memberi belanja kepadamu. (HR. Buchary dan Muslim).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 457.

URUSAN KEMERDEKAAN (6)

Dari Sufainah r.a. ia berkata : Saya pernah jadi budaknya Ummu Salamah, ia berkata : “Engkau kumerdekakan dengan syarat supaya engkau melayani Rasulullah saw. selama hidupmu.” Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud, Nasa’i dan Hakim.
----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul-‘Itqi, halaman 526.

AL-MUBDI’U

AL-MUBDI’U (الْمُبْدِئُ) artinya, Yang Maha Memulai, yang melahirkan sesuatu yang asalnya tidak ada atau belum maujud. الله سبحانه وتعالى yang terdahulu dan tidak ada yang mendahului-Nya dan yang terakhir, artinya tidak mempunyai ujung (akhir) dari ada-Nya seperti makhluq.
Apabila ada yang memulai-Nya, berarti ada yang lebih kuasa daripada-Nya, dan tentulah Tuhan itu tidak bernama Tuhan, dan yang terdahulu dan semua itulah yang disebut “Tuhan” yaitu الله سبحانه وتعالى.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 34 yang artinya :
“Katakanlah! Apakah diantara yang kamu persekutukan itu, yang bisa memulai kejadian makhluk? Kemudian mengulanginya (menghidupkannya kembali)?” Katakanlah! Allah yang memulai kejadian, kemudian dikembalikan-Nya (diulangi-Nya), maka bagaimanakah kamu dipalingkan dari menyembah-Nya?”

Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Ar-Rum ayat 27 yang artinya :
“Dia yang menjadikan manusia dari perrnulaan, kemudian Dia mengulangnya kembali dan menghidupkannya kembali itu, tentu lebih mudah bagi-Nya. Dan bagi Allah sifat Yang Maha Tinggi, baik di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Dengan berdalilkan ayat-ayat Allah ini hendaknya menjadi bahan tafakur bagi manusia sekali-kali jangan suka memperhambakan dirinya kepada selain Allah. Bodoh dan rugilah manusia yang menyembah kepada selain Allah.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 68-69.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 40.

Senin, 26 Agustus 2013

DERMAWAN DALAM KEBAIKAN (5)

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Tiap-tiap para hamba Allah menempuh waktu paginya tentulah ada dua Malaikat yang turun berdo’a : Yang satu berdo’a : Ya Allah berilah ganti (balasan yang berlipat) pada orang yang suka memberi (dermawan). Yang kedua berdo’a : Ya Allah berilah pada orang yang kikir itu kehancuran kemusnahan (pada hartanya). (HR. Buchary dan Muslim).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 457.

URUSAN KEMERDEKAAN (5)

Dari ‘Imran bin Hushain r.a.; “Bahwasanya seorang laki-laki memerdekakan enam orang sahayanya tatkala ia meninggal dunia, tapi ía tidak punya kekayaan selain sahaya-sahaya itu, maka Rasulullah s.a.w. memanggil sahaya-sahaya itu dan membaginya jadi tiga bahagian, kemudian beliau mengundinya di antara mereka; lalu beliau memerdekakan dua orang dan yang empat tetap dalam perbudakan, dan beliau bersabda kepadanya dengan prkataan yang keras”. Diriwayatkan oleh Muslim.

Jadi hukumnya sama dengan hukum wasiat dan wasiat itu tidak boleh lebih dari sepertiga : jadi sisanya buat ahil waris.
----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul-‘Itqi, halaman 525.

TERSEBARNYA ISLAM DI SEBELAH UTARA

Dengan bertambah banyaknya orang masuk ke dalam agama baru ini Kerajaan Bizantium makin goyah kedudukannya, sehingga ada penguasa Heraklius, yang bertugas membayar gaji militer, ketika itu berkata lantang kepada orang-orang Arab Syam yang ikut dalam perang; “Lebih baik kalian menarik diri. Kerajaan dengan susah payah baru dapat membayar gaji angkatan perangnya. Untuk makanan anjingnya pun sudah tidak ada.”
Tidak heran kalau mereka lalu meninggalkan kerajaan dan meninggalkan angkatan perangnya. Sebaliknya, agama baru ini makin cemerlang sinarnya memancar di hadapan mereka, yang akan mengantarkan mereka kepada kebenaran yang lebih tinggi, yang akan menjadi tujuan umat manusia. Ini pula sebabnya, selama waktu itu saja ribuan orang telah masuk Islam, yang terdiri dari kabilah Sulaim dengan pemimpinnya Al-‘Abbas ibn Mirdas, kabilah-kabilah Asyja’ dan Ghatafan yang dahulu sudah bersekutu dengan Yahudi sampai hancurnya Yahudi di Khaihar, demikian juga kabilah-kabilah ‘Abs, Dhubyan dan Fazana. Penistiwa Mu’ta ini jugalah yang telah memudahkan persoalan bagi Muslimin di bagian utara Medinah sampai ke perbatasan Syam itu, dan ini pula yang telah membuat Islam lebih terpandang dan lebih kuat.
Akan tetapi buat Muslimin yang tinggal di Medinah pengaruhnya lain lagi. Bilamana mereka melihat Khalid dan pasukannya kembali dari perbatasan Syam tidak membawa kemenangan atas pasukan Heraklius, mereka bersorak-sorak mengatakan : “He orang-orang pelarian! Kamu lari dari jalan Allah!” Beberapa orang anggota pasukan itu merasa demikian malu sampai ada yang tidak berani keluar rumah, supaya jangan diperolok-olok oleh anak-anak dan pemuda-pemuda Muslimin dengan tuduhan melarikan diri itu.
Sebaliknya di mata Quraisy, akibat Mu’ta itu dipandang oleh mereka sebagai suatu kehancuran dan pukulan berat buat Muslimin, sehingga tak ada lagi orang yang mau menghiraukan mereka atau menganggap penting segala perjanjian dengan mereka. Biarlah keadaan kembali seperti sebelum ‘umrat’l-qadza’. Biarlah keadaan kembali seperti sebelum Perjanjian Hudaibiya. Biarlah orang-orang Quraisy kembali lahi menyerang kaum Muslimin dan siapa saja yang masih terkait perjanjian dengan mereka tanpa harus merasa takut ada tindakan hukum dari Muhammad.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 449-450.

Minggu, 25 Agustus 2013

DERMAWAN DALAM KEBAIKAN (4)

Jabir r.a. berkata : Tidak pernah Rasulullah s.a.w. diminta sesuatu, lalu menolak (berkata : “Tidak”). (HR. Buchary dan Muslim).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 457.

URUSAN KEMERDEKAAN (4)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata Rasulullah s.a.w. bersabda : “Si anak tidak dapat membela ayahnya, melainkan kalau ia mendapatkan ayahnya itu dalam keadaan menjadi budak, lalu ía membelinya kemudian memerdekakannya”. Diriwayatkan oleh Muslim.

Dari Samunah bin Jundub r.a., bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang memiliki hamba yang ada hubungan muhrim, maka hamba itu jadi merdeka”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Nasa’i), dan segolongan hufadh menguatkan bahwa hadits itu mauquf (yang sanadnya hanya sampai kepada sahabat)
----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul-‘Itqi, halaman 525.

AL-MUHSHII

AL-MUHSHII (الْمُحْصِيُّ) artinya, Yang Maha Penghitung, dan tiada satupun yang lenyap atau tertutup dari pandangan Allah, dan semua amalan-amalan hamba-Nya akan diperhitungkan-Nya sebagaimana wajarnya.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 49 yang artinya :
“Diletakkan buku amalan tiap-tiap manusia, maka engkau lihatlah tiap-tiap orang yang berdosa gementar ketakutan memperhatikan apa-apa yang di dalam bukunya, seraya berkata : “Ah, amat celaka nasib kami, mengapakah buku ini menyebutkan segala-galanya, kecil dan besar tiada ditinggalkannya (semua diperhitungkan). Mereka memperoleh di hadapannya apa-apa yang telah dikerjakannya. Tuhanmu itu tiada aniaya kepada siapa pun juga.”

Menyadari sifat ini kepada Allah, ialah bahwa kita harus menghitung segala gerak-gerik dan amal kita karena insaf bahwa segala perbuatan kita itu diperhatikan dan dihitung oleh الله سبحانه وتعالى untuk kemudian akan dibalas dengan balasan yang setimpal.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 68.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 39-40.

Sabtu, 24 Agustus 2013

DERMAWAN DALAM KEBAIKAN (3)

Ady bin Hatim r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. telah bersabda : Jagalah dirimu dari api neraka, walau dengan sedekah separuh dari biji kurma. (HR. Buchary dan Muslim).

Sedekah walau sedikit asalkan ikhlas dan halal cukup untuk menjaga diri dari api neraka.
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 456-457.

URUSAN KEMERDEKAAN (3)

Dari Ibnu Umar r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang memerdekakan persekutuannya pada seorang hamba sahaya (membebaskan seorang hamba sahaya yang dimiliki secara bersama-sama) dan ia punya uang yang mencukupi harga hamba itu, benar-benar ia dengan harga yang semestinya, kemudian ía memberikan bahagian-bahagian sekutu-sekutunya, dan ia memerdekakan hamba sahaya itu, dan apabila ia tidak punya uang untuk mengembalikan bahagian-bahagian sekutunya itu, maka ia telah memerdekakan sebahagian dari hamba sahaya itu”. Muttafaq’alaih.

Dan menurut Muttafaq ‘alaih dan Abu Hurairah r.a. Kalau ia tidak punya uang hendaklah ía benar-benar dan meminta kepadanya bekerja dengan tidak susah payah”. Katanya bahwa bekerja itu khabarnya mudraj.
----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul-‘Itqi, halaman 524.

KESAN MU’TA YANG BERBEDA-BEDA

DI BAWAH pimpinan Khalid bin’l-Walid pasukan Muslimin kini kembali pulang setelah terjadi peristiwa Mu’ta itu. Mereka kembali tidak membawa kemenangan, juga tidak membawa kekalahan. Mereka kembali pulang dengan senang hati.
Penarikan mundur ini — setelah Zaid bin Haritha, Ja’far bin Abi Talib dan Abdullah bin Rawaha tewas telah meninggalkan kesan yang berlain-lainan sekali pada pihak Rumawi, pada pihak Muslimin yang tinggal di Medinah dan pada pihak Quraisy di Mekah. Rumawi merasa gembira sekali dengan penarikan mundur pasukan Muslimin itu. Mereka sudah merasa bersyukur, sebab pertempuran itu tidak sampai berlangsung lama, meskipun tentara Rumawi terdiri dari seratus ribu menurut satu sumber, atau dua ratus ribu menurut sumber yang lain, — sementara pasukan Muslimin terdiri dari tiga ribu orang. Kegembiraan pihak Rumawi itu — baik disebabkan oleh ketangkasan Khalid bin’l-Walid dalam bertahan mati-matian dengan kekuatannya dalam mengadakan serangan, sehingga ia menghabiskan sembilan pedang yang patah di tangannya ketika bertempur setelah tewasnya tiga sahabatnya itu, atau disebabkan oleh kecerdikannya dalam mengatur dan membagi-bagi pasukannya pada hari kedua dan yang telah menimbulkan hiruk-pikuk sehingga pihak Rumawi mengira bahwa bala bantuan telah didatangkan dari Medinah — namun kabilah-kabilah Arab yang tinggal di perbatasan dengan Syam sangat kagum sekali melihat tindakan Muslimin ketika itu.
Karena peristiwa itu pula salah seorang pemimpin mereka [Farwa bin ‘Amr al-Judhami, seorang komandan pasukan Rumawi] langsung menyatakan diri masuk Islam. Akan tetapi, atas perintah Heraklius dia kemudian ditangkap dengan tuduhan berkhianat. Sungguhpun begitu Heraklius masih bersedia membebaskannya kembali asal saja ia mau kembali ke dalam pangkuan agama Nasrani, bahkan ia bersedia mengembalikannya pada jabatan semula sebagai komandan pasukan. Tetapi Farwa menolak dan tetap menolak dengan tetap bertahan dalam keislamannya, sehingga akhirnya ia dibunuh juga. Tetapi karena itu pula Islam makin luas tersebar di kalangan kabilah-kabilah Najd yang berbatasan dengan Irak dan Syam. Ketika itu di sana Rumawi sedang berada dalam puncak kekuasaannya.
------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 448-449.

Jumat, 23 Agustus 2013

DERMAWAN DALAM KEBAIKAN (2)

Ibn Mas’ud r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Siapakah diantara kamu yang lebih mencintai harta ahliwarisnya daripada hartanya sendiri? Jawab sahabat : Ya Rasulullah, tiada seorangpun dari kami melainkan ia lebih cinta pada hartanya sendiri. Bersabda Nabi : Hartanya sendiri yalah yang sudah diamalkan, dipergunakan untuk kepentingannya, sedang harta ahli-waris yalah yang masih disimpan di lemarinya. (belum digunakan untuk sesuatu kebaikan). (HR. Buchary).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 456.

URUSAN KEMERDEKAAN (2)

Dan dalam riwayat Abu Daud dari Hadits Ka’ab bin Murrah r.a. Saya bertanya kepada Nabi s.a.w. : “Amal yang manakah yang paling utama?” Beliau menjawab : “Imam kepada Allah dan jihad dalam Sabilillah”. Maka kata saya pula : “Pembebasan hamba sahaya yang bagaimana yang paling utama itu?” Beliau menjawab pula : “Yang paling mahal harganya dan yang paling bagus untuk yang punya.” Muttafaq’alaih.

Dari Abu Dzarr r.a., ia berkata; Saya bertanya kepada Nabi S.a.w. : “Amal yang manakah yang paling utama?” Beliau menjawab : “Iman kepada Allah dan jihad dalam sahilillah”. Maka kata saya pula : “Pembebasan hamba sahaya yang bagaimana yang paling utama itu?” Beliau menjawab pula: “Yang paling mahal harganya dan yang paling bagus untuk yang punya.” Muttafaq ‘alaih.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul-‘Itqi, halaman 523-524.

AL-HAMIIDU

AL-HAMIIDU (الْحَمِيْدُ) artinya, Yang Maha Terpuji, dan tiada yang patut menerima pujian itu kecuali Allah.
Diantara manusia ada yang senang dipuji dan disanjung, mungkin karena kayanya, pandainya, cantiknya dan sebagainya, padahal semua yang ada itu adalah kepunyaan Allah dan manusia memilikinya buat sementara saja.
Karena itu tidak selayaknya manusia dipuji dan dipuja.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 70 yang artinya :
“Dia, Allah tidak ada Tuhan selain daripada-Nya, Baginya puji-pujian di atas dunia dan di akhirat, semua hukum-hukum terserah kepada-Nya dan kamu bakal kembali kepada-Nya.”

Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-furqan ayat 58 yang artinya :
“Serahkanlah dirimu kepada Allah yang hidup, yang tiada mati dan tasbihlah dengan memuji-Nya! Cukuplah Dia Maha Mengetahui segala dosa hamba-Nya.”
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 67-68.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 39.

Kamis, 22 Agustus 2013

DERMAWAN DALAM KEBAIKAN (1)

Ibn Mas’ud r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w.: tidak boleh seorang menginginkan hak orang lain, kecuali dua macam : Seorang yang diberi kekayaan harta oleh Allah, lalu digunakannya semata-mat.a dalam perjuangan hak kebenaran. Dan seorang yang diberi ilmu oleh Allah, maka digunakannya dan diajarkannya kepada manusia. (HR. Buchary dan Muslim).

Hanya dua macam ini yang orang lain boleh ingin mempunyai atau menirunya.
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 456.

URUSAN KEMERDEKAAN (1)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Orang Islam yang mana saja yang memerdekakan orang Islam, maka Allah akan menyelamatkan tiap-tiap anggota badannya dari neraka”. Muttafaq ‘alaih.

Dan dalam riwayat Tirmidzy yang disahkannya dan Abu Umamah r.a.; “Orang Islam yang mana saja yang memerdekakan dua wanita Islam, maka dua wanita itu jadi sebab lepasnya dia dari neraka”.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul-‘Itqi, halaman 523.

EKSPEDISI DHAT’S-SALASIL

Beberapa minggu kemudian setelah Khalid kembali, Muhammad bermaksud hendak mengembalikan pula kewibawaan Muslimin di bagian utara jazirah itu. Dalam hal ini ia menugaskan ‘Amr bin’l-’Ash supaya mengerahkan orang-orang Arab ke Syam. Memang demikian, sebab ibn ‘Amr ini berasal dari kabilah daerah itu. Tentu akan lebih mudah ia bergaul dengan mereka. Tetapi setelah ia sampai di sebuah pangkalan air di daerah kabilah Judham yang disebut Silsil, mulai ia merasa kuatir. Segera ia mengirim kurir kepada Nabi ‘alaihissalam meminta bantuan. Dan Nabi pun segera mengirim Abu ‘Ubaida bin’l-Jarrah dari kalangan Muhajirin yang mula-mula, termasuk Abu Bakar dan Umar. Sebagai orang yang masih baru dalam Islam, Muhammad kuatir ‘Amr akan berselisih dengan Abu ‘Ubaida sebagai anggota Muhajirin yang mula-mula, maka dipesannya kepada Abu ‘Ubaida ketika dilepaskan jangan berselisih.
“Engkau datang ke mari sebagai pembantuku. Pimpinan tentara di tanganku”. kata ‘Amr kemudian kepada Abu ‘Ubaida.
Abu ‘Ubaida adalah orang yang sangat lemah-lembut, dan serba mudah dalam masalah-masalah duniawi.
“Rasulullah sudah berpesan”, katanya kepada ‘Amr. “Kita jangan berselisih. Kalau engkau tidak taat kepadaku, akulah yang taat kepadamu.”
Dan dalam melakukan sholat jamaah juga ‘Amr yang menjadi imam.
Sekarang ia mulai bergerak maju memimpin pasukannya itu. Pihak Syam yang bermaksud hendak menggempurnya telah diubrak-abrik. Dengan demikian kewibawaan Muslimin di bilangan daerah itu telah dapat dipulihkan.
Dalam pada itu Muhammad masih teringat juga pada Mekah dan segala sesuatunya. Akan tetapi, seperti sudah disebutkan, ia sangat memegang teguh isi Penjanjian Hudaibiya. Ia harus menunggu sampai habis waktu dua tahun. Sementara itu satuan-satuan tetap dikirimkan guna menjaga adanya pemberontakan kabilah-kabilah, yang berjiwa memang suka berontak itu. Tetapi hal ini tidak banyak makan tenaga. Utusan-utusan sudah berdatangan kepadanya dari segenap penjuru, mereka sudah menyatakan ketaatan dan kesetiaan yang penuh kepadanya. Hal inilah yang telah merupakan pengantar akan dibebaskannya Mekah serta akan kedudukan Islam yang kukuh di tempat ini, sebagai tempat yang paling disucikan untuk selama-lamanya.
---------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 447.

Rabu, 21 Agustus 2013

ANJURAN MAKAN DARI HASIL USAHA SENDIRI (4)

Al Miqdam bin Ma’dikarib r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Tiada seorang makan makanan yang lebih baik dari hasil usahanya sendiri. Dan Nabi Dawud a.s. juga makan dari hasil tangannya sendiri. (HR. Buchary).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 454.

SHOLAT SUNNAT (24)

Dari ‘Aisyah r.a., ia berkata; “Adalah Rasulullah s.a.w. sholat Dhuha empat raka’at, dan beliau tambah sebanyak yang dikehendaki oleh Allah (maksudnya: berapa raka’at saja orang mau kerjakan)”. Diriwayatkan oleh Muslim.

Dan baginya (bagi Muslim) daripadanya (dari ‘Aisyah); Bahwasanya ia ditanya; “Pernahkah Rasulullah s.a.w. sholat Dhuha?” Ia menjawab : “Tidak, kecuali kalau beliau datang dari perjalanannya”.

Dan dalam riwayatnya pula daripadanya; “Saya tidak melihat Rasulullah s.a.w. melakukan sholat Dhuha dengan tetap, tapi saya lakukannya dengan tetap”
.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 145-146.

AL-WALIYYU

AL-WALIYYU (الْوَالِيُّ) artinya, Yang Maha Melindungi, yakni Allah Yang Melindungi serta mengatur semua kepentingan makhluk-Nya karena kecintaan-Nya yang sangat terhadap hamba-Nya dan memberikan pertolongan yang tak terhingga untuk keperluan mereka hamba-hamba yang dicintai-Nya.
Apabila Allah tidak mempunyai sifat yang mulia ini, niscaya hamba-Nya akan murat-marit dalam hidup dan kehidupannya.
Yang menjadi pokok bagi manusia adalah berusaha, dan bertawakkal (menyerahkan diri) kepada Allah dengan sabar dan tulus ikhlas, maka Tuhan pun akan sayang kepadanya dengan melindunginya.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Asy-Syura ayat 8-9 yang artinya :
“Kalau Allah menghendaki, niscaya dijadikan-Nya mereka menjadi suatu Umat (saja), tetapi dimasukkan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. Dan orang-orang yang aniaya itu tiada ada pemimpinnya (pelindungnya) dan tiada ada pula pembantu-Nya. Atau patutkah mereka mengambil pelindung-pelindung selain dari Allah? Padahal Allah Pelindung yang sebenarnya dan Dialah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.”

Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 14 yang artinya :
“Katakanlah! Patutkah selain Allah aku angkat menjadi Pelindung? (wali) yang menjadikan langit dan bumi dan yang memberi rezeki dan Ia tidak diberi rezeki? Katakanlah : Sesungguhnya aku disuruh supaya aku menjadi orang yang mula-mula beragama Islam dan janganlah engkau masuk golongan orang yang musyrik”.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 66-67.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 38-39.

Selasa, 20 Agustus 2013

ANJURAN MAKAN DARI HASIL USAHA SENDIRI (3)

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Adanya Nabi Zakariya a.s. dahulu sebagai tukang kayu. (HR. Muslim).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 454.

Masjid Baitul Muttaqin Jabungan Semarang

Masjid Baitul Muttaqin Jabungan
Masjid BAITUL MUTTAQIN
Kelurahan Jabungan Kecamatan Banyumanik
Semarang

SHOLAT SUNNAT (23)

Dari Ibnu Umar r.a., dan Nabi s.a.w., beliau bersabda : “Apabila terbit fajar maka telah habis waktu semua sholat malam dan waktu sholat witir, karena itu hendaklah kalian sholat witir sebelum terbit fajar”. Diriwayatkan oleh Tirmidzi.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 145.

MUHAMMAD MENANGISI PARA SYUHADA

Setelah mereka dibawa, diciuminya anak-anak itu, dengan air mata yang sudah berlinangan.
“Rasulullah”, kata Asma’ gelisah ia sudah merasa apa yang terjadi. “Demi ayah bundaku! Kenapa menangis, Rasulullah? Ada hal-hal yang menimpa Ja’far dan kawan-kawannya barangkali?”
“Ya”, jawabnya. “Hari ini mereka tewas.” Berkata begitu air matanya sudah makin tak dapat ditahan, deras berderai. Asma’ juga lalu menangis keras-keras sehingga banyak wanita-wanita yang datang berkumpul.
Bila Muhammad pulang ia berkata kepada keluarganya :
“Keluarga Ja’far jangan dilupakan. Buatkan makanan buat mereka. Mereka sekarang dalam kesusahan.” Ketika dilihatnya putri Zaid — bekas budaknya itu datang, dibelai-belainya bahunya sambil ia menangis. Ada sahabat-sahabat yang merasa terkejut melihat Rasul menangisi orang yang mati syahid itu. Lalu katanya, yang maksudnya : Tapi itu air mata seorang kawan yang kehilangan kawannya.
Ada sumber yang menyebutkan, bahwa jenazah Ja’far dibawa ke Medinah dan dikebumikan di sana tiga hari kemudian setelah Khalid dan pasukannya sampai. Sejak hari itu Rasul menyuruh orang supaya jangan lagi menangis. Kedua tangan Ja’far yang terputus, oleh Tuhan telah diganti dengan sepasang sayap yang menerbangkannya ke surga.
--------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 446.

Senin, 19 Agustus 2013

ANJURAN MAKAN DARI HASIL USAHA SENDIRI (2)

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Adalah Nabi Dawud a.s. tiada makan kecuali dari hasil usaha tangannya sendiri. (HR. Buchary).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 454.

SHOLAT SUNNAT (22)

Dari Jabir r.a., ia berkata Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang kuatir tidak akan bangun di akhir malamnya, hendaklah ia sholat witir pada awalnya (awal malam), dan barangsiapa yang besar harapan bahwa ia bisa bangun di akhir malam, hendaklah ía sholat witir di akhir malam, karena sholat di akhir malam itu di saksikan (oleh Malaikat), dan demikian itu lebih utama”. Diriwayatkan oleh Muslim.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 144-145.

AL-MATIINU

AL-MATIINU (الْمَتِيْنُ) artinya, Yang Maha Kokoh atau Perkasa, yakni Allah memiliki keperkasaan yang tak dapat ditandingi oleh siapa pun. Perkataan kokoh artinya tak ada yang dapat menumbangkannya, jadi sifat Allah yang mulia ini menunjukkan kekal abadi, tak ada yang menandingi-Nya. Adapun selain Allah tak ada yang mempunyai sifat yang seperti ini, maka di sini menunjukkan bahwa sifat-sifat yang ada pada manusia itu tidak kekal, dapat hancur binasa dan sebagainya.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat 58 yang artinya :
“Sesungguhnya Allah memberi rezki lagi mempunyai kekuatan yang sangat kokoh.”

Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 182-183 yang artinya :
“Orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami binasakan dengan berangsur-angsur, sedang mereka tidak mengetahui. Aku memberi tangguh mereka buat sementara, sesungguhnya rencana-Ku amat kokoh sekali.”
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 65-66.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 38.

Minggu, 18 Agustus 2013

ANJURAN MAKAN DARI HASIL USAHA SENDIRI (1)

Abu Abdullah (Azzubair) bin Al-Awwaani r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Demi sekiranya salah satu kamu membawa tali dan pergi ke bukit, untuk mencari kayu kemudian dipikul ke pasar untuk dijual, dan dapat dengan itu menutup air mukanya. Maka yang demikian itu lebih baik daripada meminta-minta pada orang-orang, baik mereka memberi atau menolak padanya. (HR. Buchary).

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Demi sekiranya salah seorang dari kamu itu pergi mencari kayu dan dipikul di atas punggungnya, lebih baik daripada meminta-minta pada orang-orang, baik diberi atau ditolak. (HR. Buchary dan Muslim).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 453-454.

SHOLAT SUNNAT (21)

Dari Abi Said Al-Khudriyyi r.a.; Bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda : “Sholat witirlah kalian sebelum masuk waktu Shubuh”. Diriwayatkan oleh Muslim. Dan dalam riwayat Ibnu Hibban : “Barangsiapa keburu Shubuh sedang dia belum sholat witir, maka tiada witir baginya”. (karena waktunya sudah habis).

Dan dari padanya, ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa ketiduran dari sholat witir atau lupa, hendaknya ia sholat (witir itu) tatkala bangun atau tatkala ingat.” Diriwayatkan oleh Imam yang Lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Nasa’i) kecuali Nasa’i.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 144.

MUSLIHAT KHALID BIN’L-WALID

Kemudian pilihan mereka jatuh kepada Khalid bin’l-Walid. Diambilnya bendera itu oleh Khalid setelah dilihatnya barisan Muslimin mulai centang-.perenang, kekuatan moril mereka mulai kendor. Khalid sendiri seorang jenderal yang cukup ulung, seorang penggerak militer yang tidak banyak bandingannya. Dengan demikian ia mulai memberikan komando. Barisan Muslimin dapat diaturnya kembali. Sekarang dalam menghadapi musuh itu sengaja ia membuat insiden-insiden kecil yang diulur-ulur sampai petang hari. Malamnya kedua pasukan itu tentu akan meletakkan senjata menunggu sampai pagi.
Pada saat itulah Khalid mengambil kesempatan menyusun siasat perangnya. Anak buahnya dipencar-pencar demikian rupa dengan jumlah yang tidak kecil, dalam suatu garis memanjang, yang dikerahkan maju dari barisan belakang. Pagi-pagi bila orang sudah bangun, dirasakannya ada kesibukan dan hiruk-pikuk demikian rupa yang cukup menimbulkan perasaan gentar di kalangan musuh, dengan anggapan bahwa bala bantuan telah didatangkan dari pihak Nabi. Kalau jumlah tiga ribu orang itu pada hari pertama telah membuat peranan begitu besar terhadap pasukan Rumawi dan tidak sedikit pula jumlah mereka yang sudah terbunuh — meskipun tak dapat mereka pastikan — konon apa lagi yang akan dapat mereka lakukan dengan adanya bala bantuan yang baru didatangkan itu, dengan tiada orang yang mengetahui berapa besarnya!

PENARIKAN MUNDUR
Oleh karena itu pihak Rumawi jadi menjauhkan diri dari serangan Khalid dan senang sekali mereka kalau Khalid tidak sampai menyerang mereka. Tetapi sebenarnya Khalid lebih senang lagi. Ia dapat menarik mundur pasukannya, kembali ke Medinah, setelah mengalami suatu pertempuran yang tidak membawa kemenangan buat pasukan Muslimin, dan yang juga sama tidak membawa kemenangan buat lawan mereka itu.
Bilamana Khalid dan pasukannya sudah hampir sampai di Medinah, Muhammad dan kaum Muslimin yang lain sudah pula bersama-sama menyongsong mereka. Atas permintaan Muhammad kemudian Abdullah bin Ja’far dibawa dan diangkatnya di depannya. Orang ramai datang menaburkan tanah kepada pasukan tentara itu seraya berkata : “He orang-orang pelarian! Kamu lari dari jalan Allah!”
Tapi Rasul segera berkata : “Mereka bukan pelarian. Tetapi mereka orang-orang yang akan tampil kembali, insya Allah.”
Sungguhpun sudah begitu rupa Muhammad menghibur orang-orang yang baru kembali dari Mu’ta itu, namun Muslimin belum mau juga memaafkan mereka karena penarikan mundur dan mereka kembali itu sampai-sampai Salama ibn Hisyam tidak mau ikut sholat bersama-sama dengan Muslimin yang lain, kuatir masih akan terdengar suara-suara orang bila melihatnya :
“He orang-orang pelarian ! Kamu lari dari jalan Allah.”
Kalau tidak karena adanya tindakan-tindakan yang berarti dari mereka yang kembali dari Mu’ta itu, terutama tindakan Khalid sendiri, niscaya Mu’ta masih akan dianggap suatu cemar karena pelarian yang dicontengkan saudara-saudara seagama di kening mereka itu.
Begitu pedih perasaan duka itu menusuk hati Muhammad setelah diketahuinya Zaid dan Jafar telah tewas. Begitu sedih ia menanggung dukacita karena mereka itu.
Setelah Ja’far mendapat malapetaka. Muhammad pergi sendiri ke rumahnya, dijumpainya istrinya Asma binti ‘Umais yang pada waktu itu sudah membuat adonan roti, anak-anaknya sudah dimandikan, sudah diminyaki dan dibersihkan.
“Bawa kemari anak-anak Ja’far itu”, kata Muhammad kepadanya.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 445-446.

Sabtu, 17 Agustus 2013

BOLEH MENERIMA SEDEKAH

Salim bin Abdullah bin Umar, dari ayahnya (Abdullah) dari Umar r.a. berkata : Adanya Rasulullah s.a.w. memberi kepadaku bahagian dari sedekah, maka saya berkata : Ya Rasulullah, berikan kepada orang yang lebih berhajat dari padaku. Jawab Nabi s.a.w. : Terimalah jika datang harta ini kepadamu, sedang kau tidak mengharap-harapkan dan tidak minta. Maka terimalah, kemudian terserah kepadamu akan kau makan atau kau sedekahkan, dan yang tidak datang kepadamu, jangan kau angan-angan. (HR. Buchary dan Muslim).

Salim berkata : Maka adalah Abdullah bin Umar tidak suka minta pada seorang dan tidak menolak pemberian orang kepadanya.
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 452.

FIN KOMODO



Indonesia ternyata memiliki pabrikan kendaraan offroad un-conventional jenis CRUISER yang sangat lincah dan handal untuk digunakan sebagai kendaraan penjelajah. Bobotnya sangat ringan sehingga tenaga yang diperlukan untuk melaju relatif kecil, akibatnya konsumsi bahan bakar relatif irit. Dan PT  FIN KOMODO TEKNOLOGI, adalah perusahaan swasta Nasional yang bergerak di bidang Rekayasa & Teknologi (Engineering & Technology) tersebut. Berbekal pengalaman dalam bidang design dan analisa pesawat terbang, otomotif, simulator, dan integrasi sistim otomasi. Didukung oleh engineer-engineer yang telah berpengalaman dalam bidang rekayasa teknologi yang berkualitas Internasional serta teknisi profesional serta tenaga-tenaga pembantu yang terampil dan terlatih.

Keandalan kendaraan FIN Komodo disamping untuk misi penjelajah atau survey atau pengawasan, maka FIN Komodo juga dapat digunakan untuk mengangkut beban (barang bawaan) seberat 250 Kg, sehingga dapat juga berfungsi sebagai kendaraan utility. Untuk kondisi jalan dengan kemiringan 45° dan berlumpur dapat dilalui dengan mudah dan aman, serta tanjakan turunan yang ekstrem tidak ada masalah.  Untuk kondisi semak - semak (yang belum ada jalan), maka FIN Komodo dapat berfungsi sebagai kendaraan perintis untuk pembuka jalan, sehingga akan sangat efisien dan menghemat waktu dalam bekerja (. Jika untuk medan hutan, biasanya jarak tempuh sepanjang 100 Km dapat dilalui dalam 6 - 7 jam dengan konsumsi bahan bakar kurang lebih hanya 5 liter, sedangkan kapasitas tangki 20 liter, sehingga dapat  berada didalam hutan selama 7 x 4 jam atau 4 hari untuk operasi perjalanan siang hari.
Kestabilan kendaraan ini pada medan offroad yang ekstrem tidak diragukan lagi, karena designnya menggunakan perhitungan matematika persamaan keseimbangan yang akurat untuk setiap komponen dan manufakturnya.

Spesifikasi type KD 250 AT

Mesin                           : Four Stroke, 250 CC
Max Momen Puntir       : 17,6 Nm / 5500 Rpm
Max. Horse Power       : 14 HP/7000 Rpm
Compression ratio        : 10 : 1
Sistem Pendingin          : Pendingin Air
Bahan Bakar                 : Bensin Premium (rekom Pertamax)
Kapasitas tangki           : 21 Liter
Stater                           : Elektrik
Transmisi                      : CVT Otomatis, Maju, Netral, Mundur
Kapasitas Oli Transmisi : 1,2 liter, SAE 10 - 30W
Kapasitas Oli GearBox  : 200 CC, SAE 40W
Sistem Penggerak         : 2 roda belakang dengan sprocket
Kecepatan Max            : 60 Km/Jam
Rangka                         : Tubular dan bagasi
Steering Systems          : Rack n Pinion

Suspensi Depan            : Fully independent double wishbone dengan per keong
Suspensi Belakang        : Fully independent double wishbone dengan per keong
Rem Depan                   : 2 buah Hidrolik Cakram
Rem Belakang               : Hidrolik Cakram
Ban Depan                    : 25 X 8 X 12
Ban Belakang                : 25 X 10 X 12
Ground Clearance         : 300 mm
Jarak Sumbu Roda        : 2000 mm
Jarak Roda                   : 1400 mm
Panjang Total               : 2650 mm
Lebar Total                   : 1750 mm
Tinggi Total                   : 1460 mm
Berat Kosong                : 320 Kg
Kapasitas Angkut         : 250 Kg barang
Kapasitas Penumpang  : 2 (dua) penumpang
Seat Belt                       : Menggunakan sistem 4 titik.

SHOLAT SUNNAT (20)

Dari Ubay bin Ka’ab r.a., berkata; “Adalah Rasulullah s.a.w. sholat witir dengan (membaca) Sabbihisma rabbikal ala dan Qulya ayyuhal kaffirun dan Qul huwallahu ahad”. Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud dan Nasa’i, dan ia menambah : “Beliau tidak salam kecuali di akhirnya”
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 143.

Hikmah Kebijaksanaan

Hikmah adalah ilmu untuk menggunakan ilmu; pengetahuan kebijaksanaan untuk menyampaikan kebenaran.
Mengajak manusia kepada jalan kebenaran, menurut adanya kebijaksanaan. Tanpa memiliki kebijaksanaan sulitlah untuk mengajak manusia lain agar menjadi orang yang ber-taqwa.
“Serulah manusia kejalan Tuhanmu dengan hikmah kebijaksanaan dan nasehat yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih baik dan lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya, dan Dia pulalah yang mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl : 125)
Ilmu hikmah tidak diberikan kepada sembarang orang !
Ilmu hikmah tidak diberikan kepada sembarang manusia !
Ilmu yang banyak, pengetahuan yang luas, tahu segala seluk beluk agama, tidak bermanfa’at kepada manusia dan kepada dirinya, jikalau tidak memakai hikmah, tidak memiliki hikmah.
“Ia yang memberi Hikmah-Kebijaksanaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan barangsiapa yang diberi Hikmah-Kebijaksanaan, maka sesungguhnya ia telah diberi kebajikan yang banyak, dan tidak ingat melainkan orang-orang yang berfikir”. (QS. Al-Baqarah : 269)  
Hikmah-Kebijaksanaan adalah bukan sikap menyembunyikan kebenaran karena perhitungan atau ketakutan, tetapi pengetahuan “Cara Lalu” ditengah-tengah manusia yang berbagai ragam dan ragi ini. Ilmu hikmah dan kebijaksanaan adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang Muslim yang Mushlih.
Mukmin yang sudah diberi ilmu hikmah dan kebijaksanaan, akan memiliki kemampuan menembus segala lapisan hati, menembus lapisan kabut tebal, memandang perkembangan segala dari hubungan yang luas. Dengan kata dan kalimat yang hidup membekas (qaulan baligha), dia berbicara kepada dunia dan manusia. Dengan kata dan kalimat yang hidup ia menyeru manusia ramai. Mukmin yang sudah dikaruniai ilmu hikmah akan menjadi mercusuar pemimpin dalam masyarakat. #570

AL-QAWIYYU

AL-QAWIYYU (الْقَوِيُّ) artinya, Yang Maha Kuat, Yang Memiliki semua kekuasaan yang sempurna, tak ada yang dapat menandingi-Nya. Apabila Allah tidak memiliki sifat yang sempurna ini, niscaya tidaklah akan berdiri langit bumi dengan segala isinya.
Alam yang luas dan indah ini, menunjukkan penciptanya sangat Gagah Perkasa dan Maha Kuat.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Anfal 52 yang artinya :
“Tak obahnya keadaan mereka sebagaimana keadaan keluarga Fir’aun dan orang-orang yang dahulunya. Mereka mengingkari ayat-ayat Allah, lalu Allah menyiksa mereka disebabkan dosanya sendiri. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi sangat Keras siksa-Nya.”

Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 165 yang artinya :
“Sesungguhnya diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah mereka mengasihinya seperti mengasihi Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cintanya kepada Allah. Jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui, ketika mereka melihat siksa Allah bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah itu amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”.

Maka manusia tak pantas menyombongkan dirinya sekalipun dia mempunyai kekuasaan.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 64-65.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 38.

QONA’AH / MENERIMA YANG ADA (16)

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Bukan seorang miskin itu orang yang keliling minta- minta pada orang-orang, sehingga tertolak dari satu dua suap, satu dua biji kurma. Tetapi miskin yang sesungguhnya dan yang dikehendaki oleh Islam yang harus dibantu dan diberi, yalah orang yang tidak mempunyai penghasilan yang mencukupi, dan tidak diingati orang untuk disedekahi, juga tidak suka pergi minta-minta pada orang. (HR. Buchary dan Muslim).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 451.

Jumat, 16 Agustus 2013

SHOLAT SUNNAT (19)

Dari Thalq bin Ali r.a., ia berkata saya mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Tidak ada dua witir (sholat witir dua kali) pada satu malam”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan oleh Imam yang Tiga (Abu daud, Ibnu Majah dan Tirmidzi), dan disahkan oleh Ibnu Hibban.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 143.

ZAID BIN HARITHA GUGUR

Alangkah agungnya iman, alangkah kuatnya! Bendera Nabi dibawa oleh Zaid bin Haritha dan dia terus maju ke tengah-tengah musuh. Ia yakin bahwa kematiannya itu takkan dapat dielakkan. Tetapi mati di sini berarti syahid di jalan Allah. Selain kemenangan, hanya ada satu pilihan, yaitu mati syahid. Dan di sinilah Zaid bertempur mati-matian sehingga akhirnya hancur luluh ia oleh tombak musuh, Saat itu juga benderanya disambut oleh Ja’far bin Abi Thalib dari tangannya. Ketika itu usianya baru tiga puluh tiga tahun sebagai pemuda yang berwajah tampan dan berani. Ja’far terus bertempur dengan membawa bendera itu. Bilamana kudanya oleh musuh dikepung. diterobosnya kuda itu dan ditetaknya, dan dia sendiri terjun ke tengah-tengah musuh, menyerbu dengan mengayunkan pedangnya ke leher siapa saji yang kena.

JA’FAR BIN ABI THALIB GUGUR
Bendera vaktu itu dipegang di tangan kanan Ja’far : ketika tangan ini terputus. dipegangnya dengan tangan kirinya: dan bila tangan kiri ini pun terputus, dipeluknya bendera itu dengan kedua pangkal lengannya sampai ia tewas. Konon katanya yang menghantamnnya orang dari Rumawi dengan sekaligus hingga ia terbelah dua.
Setelah Jafar tewas bendera diambil oleh Abdullah ibn Rawaha. Dia maju dengan kudanya membawa bendera itu. Sementana itu terpikir olehnya akan turun saja. Ia masih agak ragu-ragu. Kemudian katanya :
O diriku, bersumpah aku
Akan turun engkau, akan turun
Atau masih terpaksa juga
Jika orang sudah berperang
dan genderang sudah berkumandang
Kenapa kulihat kau masih membenci surga?

Kemudian diambilnya pedangnya dan dia maju terus bertempur sampai akhirnya dia pun tewas juga.

ABDULLAH BIN RUWAHA GUGUR
Mereka itulah Zaid, Ja’far dan Ibn Rawaha. Mereka bertiga telah mati syahid di jalan Allah, dalam satu peristiwa. Tetapi setelah berita ini diketahui oleh Nabi, ia sangat terharu sekali, terutama terhadap Zaid dan Ja’far. Lalu katanya : Mereka telah diangkat kepadaku di surga — seperti mimpi orang yang sedang tidur — di atas ranjang emas. Lalu saya lihat ranjang Abdullah bin Rawaha agak miring daripada ranjang kedua temannya itu. Lalu ditanya : Kenapa begitu? Dijawabnya : Yang dua orang terus maju, tapi Abdullah agak ragu-ragu. Kemudian terus maju juga.
Orang sudah melihat teladan dan nasehat yang baik ini ! Tidak lain ini artinya, bahwa seorang mukmin tidak boleh ragu-ragu atau takut mati di jalan Allah. Bahkan sebaliknya. setiap ia menghadapi sesuatu persoalan ia harus yakin bahwa itu untuk Tuhan dan tanah-air, ia harus menggenggam hidupnya di tangan, siap dilemparkan ke muka siapa saja yang akan merintanginya dari jalan itu. Salah satu : dia menang dan berhasil mencapai kebenaran Tuhan dan tanah-air, seperti yang sudah menjadi keyakinannya, atau ia gugur sebagai syahid. Ini adalah suatu teladan yang hidup bagi angkatan kemudian, dan suatu kenangan abadi buat jiwa besar yang bisa mengerti, bahwa harga hidup itu ialah hidup yang dikorbankan untuk tujuan cita-citanya : bahwa mempertahankan hidup dalam hina menyia-nyiakan hidup. Orang semacam itu tidak perlu lagi nanti dikenang dalam hidup kita. Ada orang yang menerjunkan diri ke dalam bahaya bila terasa hidupnya terancam demikian rupa sehingga ia pun menjadi korban tujuan yang tidak berharga. Begitu juga ia berarti mengorbankan diri jika masih mempertahankan hidupnya padahal oleh Tuhan Yang Maha Kuasa ia diminta supaya hidupnya dilemparkan ke muka kebatilan, supaya dapat menghancurkan kebatilan itu. Tetapi ia lalu bersembunyi di balik tabir, ia sudah takut menghadapi maut, suatu perasaan takut sebenarnya lebih celaka daripada maut.
Jadi kalau sikap ragu-ragu yang hanya sedikit saja tampak pada Ibn Rawaha, padahal sesudah itu, dengan keberanian yang luar biasa ia pun bertempur lagi sampai mati sebagai syahid masih ditempatkan tidak sama dengan Zaid dan Jafar yang menyerbu barisan maut dengan gembira menghadapi mati sebagai syahid apalagi buat orang yang lalu berbalik surut hanya karena mengharapkan kedudukan atau harta atau sesuatu tujuan duniawi lainnya! Kalau begitu tidak lebih dia hanyalah serangga yang hina saja, meskipun kedudukannya di muka orang banyak  sudah tinggi dan hartanya sudah melampaui harta karun. Benarlah jiwa manusia itu baru merasa gembira apabila ia sudah dapat berkorban untuk sesuatu yang diyakininya bahwa itu benar, sampai akhirnya ia pun gugur untuk membela kebenaran itu, atau kebenaran itu dapat menguasai hidupnya !
Ibn Rawaha tewas setelah sebentar ragu-ragu lalu tampil lagi dengan keberanian yang luar biasa. Sekali ini bendera diambil oleh Thabit bin Arqam (Banu ‘Ajlan), yang kemudian berkata :
“Saudara-saudara kaum Muslimin. Mari kita mencalonkan salah seorang dari kita.”
Mereka segera menjawab :
“Engkau sajalah.”
“Tidak, saya tidak akan mampu.”
--------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 443-444.

QONA’AH / MENERIMA YANG ADA (15)

Abu Bisyir Qubaishoh bin Almuchoriq r.a. berkata : Saya menanggung suatu tanggungan harta untuk perdamaian, maka saya datang meminta bantuan kepada Rasulullah s.a.w. Maka Rasulullah s.a.w. bersabda : Tunggulah dahulu di sini, hingga datangnya kiriman zakat atau sedekah, maka saya beri bagian untukmu. Kemudian Nabi bersabda : Hai Qubaishoh, minta-minta itu tidak dihalalkan kecuali bagi tiga orang : Pertama seorang yang menanggung tanggungan (hamalah) maka dibolehkan minta-minta hingga ia mendapatkan kebutuhannya kemudian berhenti. Kedua, seorang tertimpa bala bencana hingga habis semua hartanya, maka boleh minta-minta sampai mendapat apa yang dapat menutupi kebutuhannya. Ketiga, seorang yang benar-benar miskin dapat disaksikan oleh tiga orang terkemuka dari kaumnya; bahwa Fulan benar-benar miskin. Maka dibolehkan baginya minta-minta hingga mendapat apa yang menutupi kebutuhan atau memperoleh kesederhanaan hidup. Selain dari tiga macam itu dari minta-minta, hai Qubaishoh hanya merupakan haram yang akan dimakan oleh peminta-minta itu sebagai barang yang haram semata-mata. (HR. Muslim).

Hamalah : Yaitu tanggungan yang biasa dilakukan jika terjadi sengketa antara kaum (suku) dengan suku , sehingga untuk mendamaikan itu harus diberi kerugian pada salah satu bagian, dan di situ pendamai biasanya menanggung (menjamin) itu denda (hamalah)
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 450-451.

Kamis, 15 Agustus 2013

SHOLAT SUNNAT (18)

Dari Ibnu Umar r.a.; bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda : “Jadikanlah sholat witir itu sholat terakhir dari sholat kamu di waktu malam.”  Muttafaq ‘alaih.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 143.

AL-WAKIILU

AL-WAKIILU (الْوكِيْلُ) artinya, Yang Maha Memelihara penyerahan, yakni memelihara segala urusan hamba-bamba-Nya dan apa-apa yang menjadi kebutuhan mereka. Yang Maha Menjamin, artinya Dialah yang menanggung segala apa yang diperlukan oleh hamba-hamba-Nya.
Mengimani sifat ini kepada Allah ialah bahwa kita menyerahkan segala hajat dan keperluan kita kepada Allah sehingga tidak kita minta atau berharak kecuali kepada-Nya. Karena itu berserah dirilah kepada Allah orang-orang yang beriman. Mereka yang beriman (percaya) hanya kepada Allah yang sebaik-baik penyerahan diri. Orang-orang yang telah menyerahkan jiwa raganya, keluarganya dan harta bendanya kepada Allah, mereka tidak merasa takut-takut lagi apa yang akan terjadi dan orang yang telah mendapat perlindungan Allah, tentulah mereka akan merasa aman dan tenteram.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Asy-Syu’ara’ 217-220 yang artinya :
“Dan berserah dirilah kepada Allah Yang Maha Berkuasa lagi Maha Pengasih. Yang melihatmu ketika kamu berdiri (beribadat). Ketika engkau bolak-balik (perobahan gerak-gerikmu), serta orang-orang yang bersujud.”

Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-Isro’ ayat 65 yang artinya :
“Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tiada dapat engkau menguasainya (memperdayakannya). Cukup Tuhan engkau menjadi pemimpinnya (pemeliharanya)”.

Banyak sekali ayat-ayat Allah di beberapa surat yang menyatakan bahwa Allah itu pemelihara dan tidak usah disebutkan satu persatunya di sini, semoga anda memahaminya.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 63-64.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 37-38.

QONA’AH / MENERIMA YANG ADA (14)

Tsauban r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Siapakah yang berani menjamin dirinya berjanji kepadaku tidak akan minta-minta apapun dari sesama manusia, dan saya berjanji (menjamin) baginya sorga? Jawab Tsauban : Saya, Maka ia tidak pernah minta sesuatu apapun pada orang. (HR. Abu Daud).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 450.

Rabu, 14 Agustus 2013

SHOLAT SUNNAT (17)

Dari Ali r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Berwitirlah kamu hai ahli Qur’an, karena Allah itu adalah tunggal dan menyukai akan (sholat) witir”. Diriwayatkan oleh Imam yang Lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Nasa’i) dan disahkan oleh Ibnu Khuzaimah.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 142.

PERSIAPAN RUMAWI

Akan tetapi berita keberangkatan mereka sudah lebih dulu sampai. Syurahbil penguasa Heraklius di Syam sudah mengumpulkan kelompok-kelompok kabilah yang ada di sekitarnya. Pasukan tentara yang terdiri dari orang-orang Yunani dan orang-orang Arab sebagai bantuan dari Heraklius didatangkan pula. Beberapa keterangan menyebutkan, bahwa Heraklius sendirilah yang tampil memimpin pasukannya itu sampai bermarkas di Ma’ab di bilangan Balqa’, terdiri dari seratus ribu orang Rumawi, ditambah dengan seratus ribu lagi dari Lakhm, Judham, Qain, Bahra’ dan Bali. Dikatakan juga bahwa Theodore saudara Heraklius itulah yang memimpin pasukan, bukan Heraklius sendiri.
Ketika pihak Muslimin berada di Ma’an, adanya kelompok-kelompok itu mereka ketahui Dua malam mereka berada di tempat itu sambil melihat-lihat api yang harus mereka lakukan berhadapan dengan jumlah yang begitu besar. Salah seorang dari mereka ada yang berkata : Kita menulis surat kepada Rasulullah saw. dengan memberitahukan jumlah pasukan musuh Kita bisa diberi balabantuan atau kita mendapat perintah lain dan kita maju terus. Saran ini hampir saja diterima oleh suara terbanyak kalau tidak Abdullah ibn Rawaha yang dikenal ksatria dan juga penyair, berkata :
“Saudara-saudara, apa yang tidak kita sukai, justru itu yang kita cari sekarang ini, yaitu mati syahid. Kita memerangi musuh itu bukan karena perlengkapan, bukan karena kekuatan juga bukan karena jumlah orang yang besar. Tetapi kita memerangi mereka hanyalah karena agama juga, yang dengan itu Allah telah memuliakan kita. Oleh karena itu marilah kita maju. Kita akan memperoleh satu dari dua pahala ini : menang atau mati syahid.”
Rasa bangga dari penyair pemberani ini segera pula menular kepada anggota-anggota tentara yang lain. Mereka berkata : Ibn Rawaha memang benar!
Mereka lalu maju terus. Ketika sudah sampai di perbatasan Baiqa’, di sebuah desa bernama Masarif, mereka bertemu dengan pasukan Heraklius, yang terdiri dari orang-orang Rumawi dan Arab. Bilamana posisi musuh sudah dekat pihak Muslimin segera mengelak ke Mu’ta, yang dilihatnya sebagai kubu pertahanan akan lebih baik daripada Masyarif. Di Mu’ta inilah pertempuran sengit — antara seratus atau dua ratus ribu tentara Heraklius dengan tiga ribu tentara Muslimin — mulai berkobar.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 442.

QONA’AH / MENERIMA YANG ADA (13)

Ibn Mas’ud r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Siapa yang tertimpa bala’ penderitaan, lalu dihidangkannya kepada manusia, maka tidak akan tertutup hajat kebutuhannya. Sebaiknya jika dihidangkan kepada Allah, mungkin Allah memberi rizqi dengan segera atau lambat. (Abu Dawud dan Attirmidzy)

Jika suatu hajat itu diserahkan kepada Allah untuk menyelesaikannya sambil ikhtiar yang lazim, maka mungkin segera juga Allah akan membantu menyelesaikan hajat itu. Sebaliknya jika hanya digantungkan pada bantuan manusia semata-mata, maka jauh kemungkinan untuk tercapai.
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 449.

Selasa, 13 Agustus 2013

SHOLAT SUNNAT (16)

Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda kepadaku : “Hai Abdullah, janganlah engkau seperti si Fulan, ia bangun di waktu malam dan ia tinggalkan sholat malam”. Muttafaq ‘alaih.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 142.

AL-HAQQU

AL-HAQQU (الْحَقُّ) artinya Yang Maha Benar, Yang Maha Kekal dan tidak akan berubah janjinya sedikitpun juga.
Firman Allah benar, janji Allah benar dan akan menemui Allah benar, kiamat itu akan datang benar, neraka benar, surga benar dan sebagainya, bahwa kita tidak boleh membayangkan hak yang mutlak kecuali kepada Allah jua.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Yunus 55 yang artinya :
“Ketahuilah! Sesungguhnya kepunyaan Allah apa-apa yang ada di langit dan di bumi. Ketahuilah! bahwasanya janji Allah itu benar, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.”

Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 30 yang artinya :
“Di sanalah tiap-tiap diri manusia mendapat cobaan tentang apa-apa yang mereka kerjakan dahulu (di dunia) sedang mereka dikembalikan kepada Allah. Pemimpin mereka yang sebenarnya serta lenyaplah apa-apa yang mereka ada-adakan itu.”
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 62-63.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 37.

QONA’AH / MENERIMA YANG ADA (12)

Samuroh bin Jundub r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Sesungguhnya minta-minta itu sebagai cacat (luka) yang diguriskan orang di mukanya, kecuali jika minta kepada raja (pemerintah), atau minta sesuatu hajat darurat. (HR. Attimirdzy).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 449.

Senin, 12 Agustus 2013

SHOLAT SUNNAT (15)

Dari ‘Aisyah r.a., ia berkata; “Tidak pernah Rasulullah s.a.w. melakukan sholat (sunnat) pada bulan Ramadlan dan lain-lainnya lebih dari sebelas raka’at : Beliau sholat empat raka’at, jangan engkau tanyakan tentang bagus dan lamanya, kemudian sholat (lagi) empat raka’at, jangan engkau tanyakan tentang bagus dan lamanya, kemudian beliau sholat tiga raka’at”. ‘Aisyah berkata ; Saya bertanya : “Ya Rasulullah, apakah engkau tidur (dahulu) sebelum sholat witir?”, beliau bersabda : “Ya ‘Aisyah, sesungguhnya dua mataku tidur, tapi hatiku tidak tidur”. Muttafaq ‘alaih. Dan pada sebuah riwayat oleh mereka berdua : “Adalah beliau sholat malam sepuluh raka’at, dan sholat witir satu raka’at, lalu beliau sholat (sunnat) sebelum Shubuh, maka itu semua adalah tigabelas raka’at”.

Dan dari padanya, ia berkata; “Adalah Rasuluilah s.a.w. sholat malam tigabelas raka’at, beliau sholat witir dan (yang tigabelas raka’at) itu lima raka’at, beliau tidak duduk (attahiyyat) pada sholat (witir) itu, kecuali di akhirnya”.

Dan dari padanya, ia berkata; “Rasulullah s.a.w. sholat witir tiap-tiap malam, dan akhir witirnya itu di tengah malam (waktu Sahur)”. Muttafaq ‘alaih.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 141-142.

JALUR DAKWAH

Memang perhatian Nabi tertuju ke wilayah Syam dan bagian-bagian utara ini, yaitu setelah di bagian selatan diadakan perjanjian keamanan dengan pihak Quraisy dan setelah penguasa di Yaman bersedia menerirna seruannya. Jalur penyebaran dakwah Islam yang pertama setelah keluar dari semenanjung Arab sudah dibayangkannya. Dilihatnya bahwa Syam dan daerah-daerah di dekatnya itu merupakan pintu pertama jalur dakwah itu. Oleh karena itu beberapa bulan kemudian sekembalinya dari umrah ia telah mengerahkan tiga ribu orang yang kemudian di Mu’ta berhadapan dengan seratus ribu orang pasukan lawan.

EKSPEDISI MU’TA
Ahli-ahli masih berbeda pendapat mengenai sebab-musabab terjadinya ekspedisi Mu’ta itu. Sebagian mengatakan bahwa dibunuhnya sahabat Nabi di Dhat’t-Talh itulah yang menyebabkan adanya penyerbuan sebagai hukuman atas mereka yang telah berkhianat itu, yang lain berpendapat bahwa ketika Nabi mengirim seorang utusan kepada gubernur Heraklius di Bushra (Bostra), utusan itu dibunuh oleh orang badwi, dan Ghassan, atas nama Heraklius. Lalu Muhammad mengirimkan mereka yang sedang berperang di Mu’ta supaya memberi hukuman kepada penguasa itu dan siapa saja yang membantunya.
Kalau Perjanjian Hudaibiya merupakan pendahuluan ‘umrat’l-qadza’, lalu pembebasan Mekah, maka ekspedisi Mu’ta ini juga merupakan pendahuluan Tabuk dan setelah Nabi wafat kemudian terjadi pembebasan Syam. Soalnya akan sama saja; yang menimbulkan ekspedisi Mu’ta itu karena dibunuhnya utusan Nabi kepada penguasa Bushra, atau karena lima belas orang sahabatnya yang juga dibunuh di Dhat’t-Talh.
Dalam bulan Jumadilawal tahun kedelapan Hijrah (tahun 629 M) Nabi a.s. memanggil tiga ribu orang pilihan, dari sahabat-sahabatnya, dengan menyerahkan pimpinannya kepada Zaid bin Haritha dengan mengatakan :
“Kalau Zaid gugur, maka Ja’far bin Abi Thalib yang memegang pimpinan, dan kalau Ja’far gugur, maka Abdullah bin Rawaha yang memegang pimpinan.
Ketika pasukan tentara ini berangkat Khalid bin’l-Walid secara sukarela juga ikut menggabungkan diri. Dengan keikhlasan dan kesanggupannya dalam perang hendak memperlihatkan iktikad baiknya sebagai orang Islam. Masyarakat ramai mengucapkan selamat jalan kepada komandan-komandan beserta pasukannya itu, dan Muhammad juga turut mengantarkan mereka sampai ke luar kota, dengan memberikan pesan kepada mereka : Jangan membunuh wanita, bayi, orang-orang buta atau anak-anak, jangan menghancurkan rumah-rumah atau menebangi pohon-pohon. Nabi a.s. mendoakan dan kaum Muslimin juga turut mendoakan dengan berkata : Tuhan menyertai dan melindungi kamu sekalian. Semoga kembali dengan selamat.
Komandan pasukan itu semua merencanakan hendak menyergap pihak Syam secara tiba-tiba, seperti yang biasa dilakukan dalam ekspedisi-ekspedisi yang sudah-sudah. Dengan demikian kemenangan akan diperoleh lebih cepat dan kembali dengan membawa kemenangan. Mereka berangkat sampai di Ma’an di bilangan Syam dengan tidak mereka  ketahui apa yang akan mereka hadapi di sana.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 440-442.

QONA’AH / MENERIMA YANG ADA (11)

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Siapa minta-minta untuk memperbanyak kekayaannya, maka tiada lain hanya memperbanyak bara api. Maka terserah padanya akan memperbanyak atau mengurangi. (HR. Muslim).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 448-449.

Minggu, 11 Agustus 2013

SHOLAT SUNNAT (14)

Dari Khariyah bin Hudzaifah r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Bahwasanya Allah membantu kamu dengan sholat yang lebih baik untuk kamu daripada unta-unta merah, kami bertanya : “Sholat apakah itu ya Rasulullah?” beliau bersabda : “Ialah sholat witir antara sholat ‘Isya’ dan terbit fajar”. Diriwayatkan oleh Imam yang Lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Nasa’i), kecuali Nasa’i dan disahkan oleh Hakim.

Orang-orang Arab sangat mengutamakan onta-onta merah daripada yang lainnya.

Dari Ahmad meriwayatkan dari Amr bin Syu’aib dan ayahnya dan kakeknya seperti itu.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 140.

ASY-SYAHIIDU

ASY-SYAHIIDU (الشَّهِيْدُ) artinya, Yang Maha Menyaksikan atau Maha Mengetahui keadaan semua makhluk baik yang nampak maupun ghaib.
Segala sesuatu di alam ini, disaksikan oleh Allah dan ilmu Tuhan itu luas tak ada yang mendinding-Nya, walaupun binatang kecil-kecil yang merayap di dasar laut, Allah menyaksikan semua yang ada itu. Karena itu anugerah-Nya dan siksaan-Nya pun merata meliputi bagi hamba-Nya yang berbuat, yang baik dibalasi dengan baik dan yang jahat dibalasi dengan jahat.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Hamim As-sajdah ayat 22-23 yang artinya :
“Kamu tidak dapat menyembunyikan diri, dari persaksian pendengaran, penglihatan dan kulit-kulitmu terhadapmu, bahkan kamu menyangka bahwa Allah tidak akan mengetahui kebanyakan apa-apa yang kamu perbuat.”

Persangkaanmu yang telah disebut yaitu persangkaan terhadap Tuhanmu, itulah yang menjatuhkan kamu ke lembah kebinasaan, lalu kamu menjadi orang-orang yang merugi”.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Yunus ayat 46 yang artinya :
“Jika Kami perlihatkan kepada engkau sebagian dari (siksa) yang Kami janjikan kepada mereka atau (jika) Kami wafatkan engkau terlebih dahulu, maka kepada Kami juga tempat kembali mereka, kemudian Allah menjadi saksi atas apa-apa yang mereka perbuat”

Dengan berdalilkan ayat-ayat Allah yang tersebut ini, jelaslah bahwa Allah itu sangat menyaksikan atas segala sesuatunya.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 61-62.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 36.

QONA’AH / MENERIMA YANG ADA (10)

Abdullah bin Umar r.a. berkata : Ketika Rasulullah s.a.w. berkhutbah di atas mimbar dan menyebut tentang sedekah, ia bersabda : Tangan yang di atas lebih mulya dari tangan yang di bawah. Tangan yang di atas yalah yang memberi, dan tangan yang di bawah yalah yang meminta. (HR. Buchary dan Muslim).
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 448.

Sabtu, 10 Agustus 2013

SHOLAT SUNNAT (13)

Dari Jabir bin Abdullah ia.; “Bahwasanya Rasulullah s.a.w. berdiri (sholat tarawih) pada bulan Ramadlan, kemudian orang-orang menunggunya pada malam berikutnya, tapi beliau tidak muncul, dan beliau bersabda : “Aku kuatir kalau sholat witir ini diwajibkan atas kamu”. Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 139.

BENTROKAN-BENTROKAN KECIL

MUHAMMAD belum merasa perlu tergesa-gesa membebaskan Mekah. Dia mengetahui sekali, bahwa soalnya hanya tinggal soal waktu saja. Perjanjian Hudaibiya baru setahun berjalan. Juga bukan maksudnya akan mengadakan pelanggaran. Muhammad orang yang sangat setia, tiada sebuah kata yang pernah diucapkan atau perjanjian yang pernah dibuat, akan dilanggarnya. Oleh karena itu tatkala ia kembali ke Medinah selama beberapa bulan tidak terjadi bentrokan-bentrokan, kecuali kecil-kecilan saja, seperti pengiriman 50 orang kepada Banu Sulaim dengan tugas dakwah mengajak mereka menganut Islam, yang kemudian dibunuh oleh Banu Sulaim secara gelap dan dengan tidak semena-mena, sehingga pemimpinnya yang berhasil lolos hanya karena kebetulan saja. Begitu juga Banu Laith dan Zafar yang telah menyerang dan merampas mereka itu. Sama pula dengan hukuman yang telah dijatuhkan kepada Banu Murra karena pengkhianatan mereka itu tadinya. Demikian juga adanya lima belas orang yang telah dikirim ke Dhat’t-Talh di perbatasan Syam dengan tugas dakwah mengajak mereka mengikut Islam, dibalas dengan pembunuhan juga, sehingga tak ada yang selamat kecuali pemimpinnya.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 440.

QONA’AH / MENERIMA YANG ADA (9)

Ibn Umar r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Selalu seseorang itu minta-minta sehingga ia nanti berhadapan dengan Allah, dan tiada sepotong dagingpun di mukanya. (HR. Buchary dan Muslim).

Seolah-olah ia telah membuang samasekali daging (air muka) dalam minta-minta itu.
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 448.

Jumat, 09 Agustus 2013

SHOLAT SUNNAT (12)

Dari Abu Ayyub Al-Anshari r.a.; bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sholat witir itu adalah hak bagi setiap orang Muslim, barangsiapa yang mau sholat witir lima raka’at, maka kerjakanlah dan barangsiapa yang ingin sholat witir tiga raka’at, maka kerjakanlah, dan barangsiapa yang ingin sholat witir satu raka’at, maka kerjakanlah”. Diriwayatkan oleh Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Nasa’i) kecuali Tirmidzi, dan disahkan oleh Ibnu Hibban, dan Nasa’i memberatkan mauqufnya.

Dari Ali bin Abu Thalib r.a., ia berkata; “Sholat witir itu bukanlah suatu keharusan seperti sholat fardlu, tapi itu adalah satu sunnat yang disunnatkan oleh Rasulullah s.a.w.”. Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Nasa’i dan dihasankannya, dan disahkan oleh Hakim.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 138-139.

AL-BAA’ITSU

AL-BAA’ITSU (الْبَاعِثُ) artinya, Yang Maha Membangkitkan, yakni membangkitkan para rasul, membangkitkan semangat dan kemauan, juga membangkitkan orang-orang yang sudah mati setelah datang hari kiamat, untuk diberi pahala atau siksaan.
Demikianlah ke-Agungan Allah dan ke-Besaran-Nya dapat berkehendak dalam segala hal dan tidak seorangpun yang dapat menghalangi dan merintangi apa-apa yang dikehendaki Allah.
Apabila kita beriman kepada-Nya dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan membangkitkan kita di kemudian hari dengan rupanya yang cantik molek dan wajah yang berseri-seri tetapi apabila manusia mengingkari-Nya maka Allah akan membangkitkan orang itu dengan rupa hitam yang buruk.
Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-baqarah ayat 55-56 yang artinya :
Ketika itu kamu berkata : “Ya Musa, kami tidak akan percaya kepada engkau sebelum kami melihat Allah terang-terangan (dengan mata kepala kami) maka halilintar (petir) menyiksa kamu, sedang kamu melihatnya. Kemudian itu Kami hidupkan kamu sesudah mati mudah-mudahan kamu berterima kasih.”

Firman الله سبحانه وتعالى dalam Al-Qur’an surat Al-Hajji ayat 7 yang artinya :
“Hari kmamat itu pasti datang, tiada ragu-ragu, dan Allah membangkitkan orang-orang yang di dalam kubur.”

Meyakini sifat ini kepada Allah menghendaki agar kita giat berbekal dengan amal saleh guna menghadapi hari kebangitan itu.
--------------------------------
URAIAN ASMA'UL HUSNA, H. Hadiyah Salim, PT. Alma'arif, Cetakan Pertama 1983, halaman 60-61.
DO’A ASMAULLAH AL HUSNA DAN URAIAN MAKNANYA, Staf Redaksi C.V. Peladjar, C.V. Peladjar Bandung, halaman 36.

QONA’AH / MENERIMA YANG ADA (8)

Abu Abdurrahman (Auf) bin Malik Al-Asy-jai r.a. berkata : Ketika kami sedang duduk-duduk bersama dengan sembilan atau delapan atau tujuh orang di sisi Rasulullah s.a.w. tiba-tiba Nabi bertanya : Tidakkah kamu berbai’at kepada Rasulullah s.a.w. Maka kami menjawab : Kami telah berbai’at kepadamu ya Rasulullah. Kemudian Nabi bersabda pula : Tidakkah kamu berbai’at kepada Rasulullah? Maka segera kami mengulurkan tangan untuk berbai’at, sambil berkata : Kami telah berbai’at ya Rasulullah.
Maka atas dasar apakah kami berbai’at? Jawab Nabi : Untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan sholat lima waktu, dan ta’at kepada Allah. Kemudian Nabi s.a.w. merendahkan suaranya sambil bersabda : Dan jangan meminta-minta kepada orang, sesuatu apapun.
(HR. Muslim).

Berkata ‘Auf : Maka saya telah melihat setengah mereka itu jatuh cambuk kendaraannya, dan tiada minta tolong kepada orang untuk mengambilkannya.
--------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 447-448.