"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Senin, 30 Januari 2012

Musholla Ar-Ridlo Desa Mlati Lor Kecamatan Kota Kudus

Musholla Ar-Ridlo Mlati Lor Kudus
Musholla Ar-Ridlo
Desa Mlati Lor Kecamatan Kota
KUDUS - JAWA TENGAH

SAUDAH BINTI ZAM’AH

Beliau adalah Saudah binti Zam’ah bin Qais bin Abdi Syams bin Abud Al-Qursyiyah Al-Amiriyyah. Ibunya bernama Asy-Syamus binti Qais bin Zaid bin Amru dari Bani Najjar. Beliau juga seorang sayyidah yang mulia dan terhormat. Sebelumnya pernah menikah dengan As-Sakar bin Amru saudara dari Suhail bin Amru Al-Amiri. Suatu ketika beliau bersama delapan orang dari Bani Amir hijrah meninggalkan kampung halaman dan hartanya, kemudian menyeberangi dahsyatnya lautan karena ridha menghadapi maut dalam rangka memenangkan diennya. Semakin bertambah siksaan dan intimidasi yang mereka alami karena mereka menolak kesesatan dan kesyirikan. Hampir-hampir tiada hentinya ujian menimpa Saudah belum usai ujian tinggal di negeri asing (Habsyah) beliau harus kehilangan suami beliau sang muhajir. Maka beliaupun menghadapi ujian menjadi seorang janda di samping juga ujian di negeri asing.
Rasulullah s.a.w. menaruh perhatian yang istimewa terhadap Wanita muhajirah yang beriman dan telah menjanda tersebut. Oleh karena itu tiada henti-hentinya Khaulah binti Hakim As-Salimah menawarkan Saudah untuk beliau hingga pada gilirannya beliau mengulurkan tangannya yang penuh rahmat untuk Saudah dan beliau mendampinginya dan membantunya menghadapi kerasnya kehidupan. Apalagi umurnya telah mendekati usia senja sehingga membutuhkan seseorang yang dapat menjaga dan mendampinginya.
Telah tercatat dalam sejarah bahwa tak seorangpun sahabat yang berani mengajukan masukan kepada Rasulullah s.a.w. tentang pernikahan beliau ssetelah wafatnya Ummul Mukminin Ath-Thahirah yang telah mengimani beliau disaat manusia mengkufurinya dan menyerahkan seluruh hartanya di saat orang lain menahan bantuan terhadapnya dan bersamanya pula Allah mengkaruniakan kepada Rasul putra-putri.
Akan tetapi hampir-hampir kesusahan menjadi berkepanjangan hingga Khaulah binti Hakim memberanikan diri mengusulkan kepada Rasulullah dengan cara yang lembut dan ramah
Khaulah : Tidakkah anda ingin menikah ya Rasulullah?
Nabi : (Beliau menjawab dengan suara yang menandakan kesedihan) dengan siapa saya akan menikah setelah dengan Khadijah?
Khaulah : Jika anda ingin bisa dengan seorang gadis dan bisa pula dengan seorang janda.
Nabi : Jika dengan seorang gadis, siapakah gadis tersebut?
Khaulah :  Putri dari orang yang paling anda cintai yakni Aisyah binti Abu Bakar.
Nabi : (setelah beliau diam untuk beberapa saat kemudian bertanya) Jika dengan seorang janda?
Khaulah : Dia adalah Saudah binti Zam’ah, seorang wanita yang telah beriman kepada anda dan mengikuti apa yang anda bawa,

Beliau menginginkan Aisyah akan tetapi terlebih dahulu beliau nikahi Saudah binti Zam’ah yang mana dia menjadi satu-satunya beliau (setelah wafatnya Khadijah) selama tiga tahun atau baru kemudian masuklah Aisyah dalam rumah tangga Rasulullah s.a.w. Orang-orang di Makkah merasa heran terhadap nikahan Nabi dengan Saudah binti Zam’ah. Mereka bertanya-tanya seolah-olah tidak percaya dengan kejadian tersebut, seorang janda yang telah lanjut usia dan tidak begitu cantik menggantikan posisi sayyidah wanita Quraisy dan hal itu menarik perhatian bagi ia pembesar-pembesar di antara mereka.
Akan tetapi kenyataan membuktikan bahwa sesungguhnya Saudah atau yang lain tidak dapat menggantikan posisi Khadijah, akan tetapi hal itu adalah, kasih sayang, dan penghibur hati adalah menjadi rahmat bagi beliau yang penuh kasih.
Adapun Saudah mampu untuk menunaikan kewajiban dalam rumah tangga Nubuwwah, dan melayani putri-putri Nabi s.a.w, dan mendatangkan kebahagiaan dan kegembiraan di hati Nabi s.a.w. dengan ringannya ruhnya dan sifat periangnya dan ketidaksukaannya terhadap beratnya badan. Setelah tiga tahun rumah tangga tersebut berjalan, maka masuklah Aisyah dalam rumah tangga nubuwwah, disusul kemudian istri-istri yang lain seperti Hafsah, Zainab, Ummu Salamah dan lain-lain. Saudah menyadari bahwa Nabi tidak mengawini dirinya melainkan karena kasihan melihat kondisinya setelah kepergian suaminya yang lama. Dan bagi beliau hal itu telah jelas dan nyata tatkala Nabi ingin menceraikan beliau dengan cara yang baik untuk memberi kebebasan kepadanya, namun Nabi merasa bahwa hal itu akan menyakiti hatinya. Tatkala Nabi mengutarakan keinginannya untuk menceraikan beliau, maka beliau merasa seolah-olah itu adalah mimpi buruk yang menyesakkan dadanya, maka beliau merengek dengan merendahkan diri berkata: “Pertahankanlah aku ya Rasulullah demi Allah tiadalah keinginanku diperistri itu karena ketamakan saya akan tetapi saya berharap agar Allah membangkitkan aku pada hari kiamat dalam keadaan menjadi istrimu.
Begitulah Saudah lebih mendahulukan keridhaan suaminya yang mulia, maka beliau berikan giliran beliau kepada Aisyah untuk menjaga hati Rasulullah dan beliau sudah tidak memiliki keinginan sebagaimana layaknya wanita lain.
Maka Rasulullah menerima usulan istrinya yang memiliki perasaan yang halus tersebut, maka turunlah ayat Allah
“Maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka).” (QS. AnNisa’ : 128).
Saudah tinggal dirumah tangga Nubuwwah dengan penuh keridlaan dan ketenangan dan bersyukur kepada Allah yang telah menempatkan posisinya di samping sebaik-baik makhluk di dunia, dan dia bersyukur kepada Allah karena mendapat gelar ummul mukminin dan menjadi istri Rasul di jannah. Akhirnya wafatlah Saudah pada akhir pemerintahan Umar bin Khattab.
Ummul mukminin Aisyah senantiasa mengenang dan mengingat perilaku beliau dan terkesan akan keindahan kesetiaannya. Aisyah berkata: “Tiada seorang wanitapun yang paling aku sukai agar aku memiliki sifat seperti dia melebihi Saudah binti Zam’ah tatkala berusia senja yang mana dia berkata: “Ya Rasulullah aku hadiahkan kunjungan anda kepadaku untuk Aisyah,’ hanya saja beliau berwatak keras.
-----------
NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 44-47

Niat Ikhlas (13)

Abdullah bin ‘Umar r.a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Terjadi pada masa dahulu sebelum kamu, tiga orang berjalan-jalan hingga terpaksa bermalam dalam gua. Tiba-tiba ketika mereka sedang dalam gua itu, jatuh sebuah batu besar dari atas bukit dan menutupi pintu gua itu, hingga mereka tidak dapat keluar. Maka berkatalah mereka: Sungguh tiada suatu yang dapat menyelematkan kami dari bahaya ini, kecuali jika tawassul kepada Allah dengan amal-amal shalih yang pernah kamu lakukan dahulu kala. Maka berkata seorang dari mereka : Ya Allah dahulu saya mempunyai ayah dan ibu, dan saya biasa tidak memberi minuman susu pada seorangpun sebelum keduanya (ayah-ibu), baik pada keluarga atau hamba sahaya, maka pada suatu hari agak kejauhan bagiku menggembala ternak, hingga tidak kembali pada keduanya, kecuali sesudah malam dan ayah bundaku telah tidur. Maka saya terus memerah susu untuk keduanya, dan sayapun segan untuk membangunkan keduanya, dan sayapun tidak akan memberikan minuman itu kepada siapapun sebelum ayah bunda itu. Maka saya tunggu keduanya hingga terbit fajar, maka bangunlah keduanya dan minum dari susu yang saya perahkan itu. Padahal semalam itu juga anak-anakku sedang menangis minta susu itu, di dekat kakiku. Ya Allah jika saya berbuat itu benar-benar karena mengharapkan keridlaan-Mu, maka lapangkanlah keadaan kami ini. Maka menyisih sedikit batu itu, hanya saja mereka belum dapat keluar daripadanya. Berdo’a yang kedua: Ya Allah dahulu saya pernah terikat cinta kasih pada anak gadis pamanku, maka karena sangat cinta kasihku, saya selalu merayu dan ingin berzina padanya, tetapi ia selalu menolak hingga terjadi pada suatu sa’at ia menderita kelaparan dan datang minta bantuan kepadaku, maka saya berikan padanya uang seratus dua puluh dinar, tetapi dengan janji bahwa ia akan menyerahkan dirinya kepadaku pada malam harinya. Kemudian ketika saya telah berada di antara dua kakinya, tiba-tiba ia berkata : Takutlah kepada Allah dan jangan kau pecahkan tutup kecuali dengan halal. Maka saya segera bangun daripadanya padahal saya masih tetap menginginkannya, dan saya tinggalkan dinar mas yang telah saya berikan kepadanya itu. Ya Allah bila saya berbuat itu semata-mata karena mengharap keridlo’an-Mu, maka hindarkanlah kami dari kemalangan ini. Maka bergeraklah batu itu menyisih sedikit, tetapi mereka belum juga dapat keluar dari padanya. Berdo’a yang ketiga : Ya Allah saya dahulu sebagai majikan, mempunyai banyak buruh pegawai, dan pada suatu hari ketika saya membayar upah buruh-buruh itu, tiba-tiba ada seorang dari mereka yang tidak sabar menunggu, segera ia pergi meninggalkan upah dan terus pulang kerumahnya tidak kembali. Maka saya pergunakan upah itu hingga bertambah dan berbuah hingga merupakan kekayaan. Kemudian setelah lama datanglah buruh itu berkata : Hai Abdullah berilah kepadaku upahku dahulu itu? Jawabku : Semua kekayaan yang didepanmu itu daripada upahmu yang berupa unta, lembu dan kambing serta budak penggembalanya itu. Berkata orang itu : Hai Abdullah kau jangan mengejek kepadaku. Jawabku : Aku tidak mengejek kepadamu. Maka diambilnya semua yang saya sebut itu dan tidak meninggalkan satupun daripadanya. Ya Allah jika saya berbuat itu karena mengharapkan keridla’an-Mu, maka hindarkan kami dan kesempitan ini. Tiba-tiba menyisihlah batu itu hingga keluar mereka dengan selamat. (HR. Buchary dan Muslim).

Hadits ini menunjukkan betapa besarnya faidah amal kelakukan yang tulus ikhlas, hingga dapat dipergunakan bertawassul kepada Allah dalam usaha menghindarkan bahaya yang sedang menimpa. Juga menunjukkan bahwa manusia harus mengutamakan orang tua dari anak bini. Juga menunjukkan kebesaran pengertian dan penahanan hawa nafsu, dan kerakusan terhadap harta upah buruh.
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 19-22.

MALAIKAT YANG MASUK KUBUR SEBELUM MUNKAR DAN NAKIR

Diriwayatkan dari Abdullah bin Salam, masuklah seorang malaikat kepada mayat sebelum Munkar dan Nakir masuk. Mukanya bersinar seperti matahari namanya adalah RUMMAN.
Ia masuk menemui mayat lalu duduk dan berkata kepada mayat “Tulislah apa yang telah kamu perbuat dari kebaikan dan kejelekan”. Mayat menjawab : “Dengan apa aku menulis, mana pulpenku, tintaku dan tempat tintaku ?“ Sahut malaikat : “Ludahmu sebagai tintamu dan pulpenmu adalah jarimu”. Mayat berkata “Diatas apa aku menulis padahal aku tidak punya buku ?“ Dalam sabda Nabi : “Dan malaikat itu memotong tali kafannya mayat, dan sesobek kafan diberikan kepada mayat sambil berkata : “Inilah bukumu ! maka tulislah !“. Kemudian mayat itu menulis apa yang telah dilakukan didunia dari suatu kebaikan. Dan jika sampai pada kejelekan ia merasa malu untuk menuliskan. Berkatalah malaikat : “Wahai orang yang salah, kenapa kamu tidak malu terhadap Zat yang menciptakan kamu (TUHAN-mu) sewaktu kamu melakukan perbuatan didunia, dan sekarang kamu merasa malu terhadap saya ?“
Malaikat seketika mengangkat tonggak pemukul dan memukulkannya, maka berkatalah seorang hamba itu : ”Angkatlah dari saya sehingga saya menuliskan”. Maka ia menuliskan seluruh kebaikan dan kejeiekannya, lalu malaikat memerintahkan untuk melipat dan mengecapnya. Mayat berkata : “Dengan apa aku mengecap padahal aku tidak punya cap (stempel)” Sahut malaikat : “Kamu cap dengan kukumu”. Lalu ia memberi cap dengan kukunya dan mengalungkan pada lehernya sampai hari kiamat.
Sebagaimana Allah swt. Berfirman :
Artinya :
“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) lehernya dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya dengan terbuka”. (QS. Al-Isra’ : 13).

Setelah itu lalu masuklah Munkar dan Nakir seperti itu juga, dan jika melihat ahli maksiat dalam bukunya pada hari kiamat maka sewaktu Allah memerintahkan kepadanya untuk membaca, ia cuma membaca kebaikan-kebaikannya. Dan jika sampai pada kejelekannya ia diam. Maka Allah berkata : “Mengapa tidak kamu baca ?“ ia menjawab : “Aku malu kepada-Mu” Allah berkata lagi : “Mengapa kamu tidak malu didunia, dan sekarang kamu malu kepada-Ku ?“. Akhirnya seorang hamba itu merasa menyesal, namun sesal kemudian tak berguna.
Kemudian Allah Ta’ala berfirman :
Artinya:
(Allah berfirman) : “Peganglah dia lalu belenggulah tangannya kelehernya. Kemudian masukkanlah dia kedalam api Neraka yang menyala-nyala”.
(QS. Al-Haaqqah : 30 - 31).
------------
BERITA GHAIB dan ALAM AKHERAT, M. Ali Chasan Umar, Penerbit CV. Toha Putra Semarang, Cetakan pertama 1978, halaman 69-70

Sabtu, 28 Januari 2012

Niat Ikhlas (12)

Abdullah bin ‘Abbas r.a. berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya Allah mencatat hasanat (kebaikan) dan sayyi’at (kejahatan), kemudian menjelaskan keduanya. Maka siapa yang berniat akan berbuat hasanat kemudian tidak dikerjakannya, Allah mencatat untuknya satu hasanat, dan jika berniat kebaikan, kemudian dikerjakan, dicatat sepuluh hasanat, mungkin ditambah hingga tujuh ratus kali lipat atau lebih dari itu. Dan apabila berniat akan berbuat sayyi’at (kejahatan), dan tidak dikerjakan, Allah mencatat baginya satu hasanat. Dan jika niat itu dilaksanakan, maka ditulis baginya satu sayyi’at. (HR. Buchary dan Muslim).
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 19.

SABAR ATAS MUSIBAH

Kalamullah yang artinya:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira bagi orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan : ”INNAA LILLAAHI WA INNAA ILAIHI RAAJI’UUN” = Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali”. (QS. Al-Baqarah: 155 - 156).

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. bahwasanya Nabi saw. bersabda : “Permulaan sesuatu yang ditulis dengan kalam pada Lauh Mahfudh dengan perintah Allah adalah :
Artinya :
“Sesungguhnya Aku adalah Allah, tiada Tuhan yang hak disembah selain Aku, Muhammad hamba-Ku dan utusan-Ku serta pilihan-Ku dari seluruh mahluk-Ku”.
Siapa yang menyerah karena hukum-Ku dan sabar atas cobaan-Ku dan syukur terhadap ni’mat-Ku, maka Aku menulisnya sebagai orang yang benar, dan kelak dihari kiamat ia akan Aku datangkan beserta para shadikin, dan Aku akan memasukkannya kedalam syurga.
Adapun bagi orang yang tidak mau menyerah terhadap hukum-Ku, tidak sabar atas cobanKU dan tidak syukur atas segala ni’mat-Ku, maka ia akan keluar dari bawah langit-Ku dan carilah Tuhan selain AKU.
Imam Al-Faqih berkata: “Sabar dan cobaan dan ingat kepada Allah sewaktu tertimpa musibah adalah merupakan kewajiban bagi manusia, sebab apabila ingat kepada Allah pada situasi dan kondisi seperti itu berarti ia ridla terhadap hukum Allah dan menakuti terhadap syetan.
Sahabat Ali bin Abi Thalib ra. berkata : “Sabar ada 3 macam :
1. Sabar alat Tha’at (karena taat)
2. Sabar alal ma’shiyat (dari maksiat) dan
3. Sabar alal mushibah (karena mushibah)”.

Bagi orang yang sabar karena taat, Allah akan memberinya 100 derajat, setiap derajat barang diantara langit dan bumi. Bagi orang yang sabar dari maksiat, kelak dihari kiamat Allah akan memberinya 100 derajat, setiap derajat barang diantara langit dan bumi. Dan siapa yang sabar karena musibah, maka Allah akan memberikan pahala tanpa perhitungan.
------------
BERITA GHAIB dan ALAM AKHERAT, M. Ali Chasan Umar, Penerbit CV. Toha Putra Semarang, Cetakan pertama 1978, halaman 58-59

KHADIJAH BINTI KHUWAILID

Beliau adalah sayyidah wanita sedunia pada zamannya. Putri dari Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai bin Kilab A1-Qursyiyah Al-Asadiyah. Dijuluki Ath-Thahirah yakni yang bersih atau suci. Sayyidah Quraisy dilahirkan di rumah yang mulia dan terhormat kira-kira 15 tahun sebelum tahun fiil (tahun gajah). Beliau tumbuh dalam lingkungan keluarga yang mulia dan pada gilirannya beliau menjadi seorang wanita yang cerdas dan agung. Beliau dikenal sebagai seorang yang teguh dan cerdik dan memiliki perangai yang luhur. Karena itulah banyak laki-laki dan kaumnya menaruh simpati kepadanya.
Pada mulanya beliau dinikahi oleh Abi Halah bin Zurarah AtTamimi yang membuahkan dua anak yang bernama Halah dan Hindun. Tatkala Abu Halah wafat, beliau dinikahi oleh Atiq bin ‘A’id bin Abduliah A1-Mahzumi hingga beberapa waktu lamanya namun akhirnya mereka cerai.
Setelah itu banyak dari para pemuka-pemuka Quraisy yang menginginkan beliau akan tetapi beliau prioritaskan perhatiannya untuk mendidik putra-putrinya, juga sibuk mengurusi perniagaan yang mana beliau menjadi seorang wanita yang kaya raya. Suatu ketika beliau mencari orang yang dapat menjual dagangannya, maka tatkala beliau mendengar tentang Muhammad sebelum bi’tsah (diangkat menjadi Nabi), yang memiliki sifat jujur, amanah dan berakhlak mulia, maka beliau meminta kepada Muhammad untuk menjualkan dagangannya bersama seorang pembantunya yang bernama Maisarah, dan beliau memberikan barang dagangan kepada Muhammad s.a.w. melebihi dari apa yang dibawa oleh selainnya. Muhammad Al-Amin pun menyetujuinya dan berangkatlah beliau bersama Maisarah dan Allah menjadikan perdagangan tersebut menghasilkan laba yang banyak. Khadijah merasa gembira dengan hasil yang banyak tersebut karena usaha dari Muhammad, akan tetapi ketakjubannya terhadap kepribadian Muhammad s.a.w. lebih besar dan lebih mendalam daripada semua itu . Maka mulailah muncul perasaan-perasaan aneh yang berbaur dibenaknya, yang belum pernah beliau rasakan sebelumnya. Pemuda ini tidak sebagaimana kebanyakan laki-laki lain dan perasaan-perasaan yang lain.
Akan tetapi dia merasa pesimis mungkinkah pemuda tersebut mau menikahinya, mengingat umurnya sudah mencapai 40 tahun? Apa nanti kata orang karena ia telah menutup pintu bagi para pemuka Quraisy yang melamarnya?
Maka di saat dia bingung dan gelisah karena problem yang menggelayuti pikirannya, tiba-tiba muncullah seorang temannya yang bernama Nafisah binti Munabbih, selanjutnya dia ikut duduk dan berdialog hingga dengan kecerdikannya Nafisah mampu menyibak rahasia yang disembunyikan oleh Khadijah tentang problem yang dihadapi dalam kehidupannya. Nafisah membesarkan hati Khadijah dan menenangkan perasaannya dengan mengatakan bahwa Khadijah adalah seorang wanita yang memiliki martabat, keturunan orang terhormat, memiliki harta dan berparas cantik. Terbukti dengan banyaknya para pemuka Quraisy yang melamarnya.
Selanjutnya, tatkala Nafisah keluar dari rumah Khadijah, dia langsung menemui Muhammad Al-Amin hingga terjadilah dialog yang menunjukkan akan kelihaian dan kecerdikan dia :
Nafisah : Apakah yang menghalangimu untuk menikah wahai Muhammad ?
Muhammad : Aku tidak memiliki apa-apa untuk menikah.
Nafisah : (Dengan tersenyum berkata) Jika aku pilihkan untukmu seorang wanita yang kaya, cantik dan berkecukupan, maka apakah kamu mau menerimanya? Muhammad : Siapa dia?
Nafisah : (Dengan cepat dia menjawab) Dia adalah Khadijah binti Khuwailid.
Muhammad : Jika dia setuju maka akupun setuju.

Nafisah pergi menemui Khadijah untuk menyampaikan kabar gembira tersebut, sedangkan Muhammad Al-Amin memberitahukan kepada paman-paman beliau tentang keinginannya untuk menikahi Sayyidah Khadijah. Kemudian pergilah Abu Thalib, Hamzah dan yang lain menemui paman Khadijah yang bernama Amru bin Asad untuk melamar Khadijah bagi putra saudaranya, dan selanjutnya menyerahkan mahar.
Setelah usai akad nikah disembelihlah beberapa ekor hewan kemudian dibagikan kepada orang-orang fakir. Khadijah membuka pintu bagi keluarga dan handai taulan dan ternyata di antara mereka terdapat Halimah Sa’diyah yang datang untuk menyaksikan pernikahan anak yang pernah disusuinya. Setelah itu dia kembali ke kampungnya dengan membawa 40 ekor kambing sebagai hadiah perkawinan yang mulia dari Khadijah, karena dahulu dia telah menyusui Muhammad yang sekarang menjadi suami tercinta.
Maka jadilah Sayyidah Quraisy sebagai istri dari Muhammad Al-Amin dan jadilah dirinya sebagai contoh yang paling utama dan paling baik dalam hal mencintai suami dan mengutamakan kepentingan suami daripada kepentingannya sendiri. Manakala Muhammad s.a.w. mengharapkan Zaid bin Haritsah, maka dihadiahkanlah oleh Khadijah kepada Muhammad s.a.w. Demikian juga tatkala Muhammad s.a.w. ingin mengambil salah seorang dari putra pamannya Abu Thalib, maka Khadijah menyediakan suatu ruangan bagi Ali bin Abi Thalib, agar dia dapat mencontoh akhlak suaminya Muhammad s.a.w.
Allah memberikan karunia pada rumah tangga tersebut berupa kebahagiaan dan nikmat yang melimpah, dan mengkaruniakan kepada keduanya putra-putri yang bernama Al-Qasim, Abdulah, Zainab, Ruqayyah, Ummi Kuitsum dan Fathimah.
Kemudian Allah menjadikan Muhammad Al-Amin Ash-Shadiq menyukai khalwat (menyendiri), bahkan tiada suatu aktifitas yang lebih ia sukai daripada menyendiri. Beliau menggunakan waktunya untuk beribadah kepada Allah di gua Hira’ sebulan penuh pada setiap tahunnya. Beliau tinggal di dalamnya beberapa malam dengan bekal yang sedikit jauh dari perbuatan sia-sia yang dilakukan oleh orang-orang Makkah yakni menyembah berhala dan lain-lain.
Sayyidah Ath-Thahirah tidak merasa tertekan dengan tindakan Muhammad s.a.w. yang terkadang harus berpisah jauh darinya, tidak pula beliau mengusir kegalauannya dengan banyak pertanyaan maupun mengobrol yang tidak berguna, bahkan beliau mencurahkan segala kemampuannya untuk membantu suaminya dengan cara menjaga dan menyelesaikan tugas yang harus dia kerjakan di rumah. Apabila beliau pergi ke gua kedua mata beliau senantiasa mengikuti suaminya terkasih dari jauh. Bahkan beliau juga menyuruh orang-orang untuk menjaga beliau tanpa mengganggu suaminya yang sedang menyendiri.
Rasulullah tinggal di dalam gua tersebut hingga batas waktu yang Allah kehendaki, kemudian datanglah Jibril dengan membawa kemuliaan dari Allah sedangkan beliau di dalam gua Hira pada bulan Ramadhan. Jibril datang dengan membawa wahyu. Selanjutnya beliau keluar dari gua menuju rumah beliau dalam kegelapan fajar dalam keadaan takut, khawatir dan menggigil seraya berkata:
“Selimutilah aku ... selimutilah aku ...”
Setelah Khadijah meminta keterangan perihal peristiwa yang menimpa Rasulullah s.a.w., beliau menjawab:
”Wahai Khadijah sesungguhnya aku khawatir terhadap diriku.”
Maka Istri yang dicintainya dan yang cerdas itu menghiburnya dengan percaya diri dan penuh keyakinan berkata: ”Allah akan menjaga kita wahai Abu Qasim, bergembiralah wahai putra pamanku dan teguhkanlah hatimu. Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh aku berharap agar anda menjadi Nabi bagi umat ini.
Demi Allah, Dia tidak akan menghinakanmu selamanya, sesungguhnya anda telah menyambung silaturahmi, jujur dalam berkata, menyantuni anak yatim, memuliakan tamu dan menolong para pelaku kebenaran.”
Maka menjadi tentramlah hati Nabi berkat dukungan ini dan kembalilah ketenangan beliau karena pembenaran dari istrinya dan keimanannya terhadap apa yang beliau bawa.
Namun hal itu belum cukup bagi seorang istri yang cerdas dan bijaksana, bahkan beliau dengan segera pergi menemui putra pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal, kemudian beliau ceritakan perihal yang terjadi pada Muhammad s.a.w. Maka tiada ucapan yang keluar dari mulutnya selain perkataan: “Qudus... Qudus... Demi yang jiwa Waraqah ada di tangan-Nya, jika apa yang engkau ceritakan kepadaku itu benar, maka sungguh telah datang kepadanya Numus Al-Kubra sebagaimana yang telah datang kepada Musa dan Isa, dan Nuh secara langsung.” Tatkala melihat kedatangan Nabi sekonyong-konyong Waraqah berkata: “Demi yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya engkau adalah Nabi bagi umat ini, pastilah mereka akan mendustakan dirimu, menyakiti dirimu, mengusir dirimu dan akan memerangi dirimu, seandainya aku masih menemui hari itu sungguh aku akan menolong dien Allah.” Kemudian ia mendekat kepada Nabi dan mencium ubun-ubunnya. Maka Nabi s.a.w. bersabda : “Apakah mereka akan mengusirku?” Waraqah menjawab, “Betul, tiada seorangpun yang membawa sebagaimana yang engkau bawa melainkan pasti ada yang menentangnya. Kalau saja aku masih mendapatkan masa itu... kalau saja aku masih hidup ...” Tidak beberapa lama kemudian Waraqah wafat.
Menjadi tenanglah jiwa Nabi s.a.w. tatkala mendengar penuturan Waraqah, dan beliau mengetahui bahwa akan ada kendala-kendala di saat permulaan berdakwah, banyak rintangan dan beban. Beliau juga menyadari bahwa itu adalah sunnatullah bagi para Nabi dan orang-orang yang mendakwahkan dien Allah. Maka beliau menapaki jalan dakwah dengan ikhlas semata-mata karena Allah Rabbul Alamin, dan beliau mendapatkan banyak gangguan dan intimidasi.
Adapun Khadijah adalah seorang yang pertama kali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan yang pertama kali masuk Islam. Beliau adalah seorang istri yang mencintai suaminya dan juga beriman, berdiri mendampingi Nabi s.a.w. suami yang dicintainya untuk menolong, menguatkan dan membantunya, serta menolong beliau dalam menghadapi kerasnya gangguan dan ancaman, sehingga dengan hal itulah Allah meringankan beban Nabi-Nya. Tidaklah beliau mendapatkan sesuatu yang tidak disukai, baik penolakan maupun pendustaan yang menyedihkan beliau kecuali Allah melapang melalui istrinya bila beliau kembali ke rumahnya. Beliau meneguhkan pendiriannya, menghiburnya, membenarkan dan mengingatkan tidak berartinya celaan manusia pada beliau s.aw. Dan ayat-ayat Al-Qur’an juga mengikuti (meneguhkan Rasulullah) Firman-Nya:
“Hai orang-orang yang berkemul (berselimut), bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Rabb-mu agungkanlah, dan pakaianmu bersihkanlah, dari perbuatan dosa tinggalkanlah, dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Rabb-mu, bersabarlah!” (A1-Mudatsir: 1-7).
Sehingga sejak saat itu Rasulullah yang mulia memulai lembaran hidup baru yang penuh barakah dan bersusah payah. Beliau katakan kepada sang istri yang beriman bahwa masa untuk tidur dan bersenang-senang telah habis. Khadijah turut mendakwahkan Islam di samping suaminya -semoga shalawat dan salam terlimpahkan kepada beliau-. Di antara buah yang pertama adalah Islamnya Zaid bin Haritsah dan juga keempat putrinya semoga Allah meridhai mereka seluruhnya.
Mulailah ujian yang keras menimpa kaum muslimin dengan berbagai macam bentuknya, akan tetapi Khadijah berdiri kokoh bak sebuah gunung yang tegar kokoh dan kuat. Beliau wujudkan firman Allah Ta’ala :
”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : “Kami beriman “, sedangkan mereka tidak diuji lagi?” (Al-Ankabut : 1 - 2)
Allah memilih kedua putranya yang bernama Abdullah dan Al Qasim untuk menghadap Allah tatkala keduanya masih kanak-kanak, sedangkan Khadijah tetap bersabar. Beliau juga melihat dengan mata kepalanya bagaimana syahidah pertama dalam Islam bernama Sumayyah tatkala menghadapi sakaratul maut karena siksaan para thaghut hingga jiwanya menghadap sang Pencipta dengan penuh kemulyaan.
Beliau juga harus berpisah dengan putri dan buah hatinya yang bernama Ruqayyah istri dari Utsman bin Affan r.a. karena putrinya hijrah ke negri Habsyah untuk menyelamatkan diennya dari gangguan orang-orang musyrik. Beliau saksikan dari waktu ke waktu yang penuh dengan kejadian besar dan permusuhan, akan tetapi tidak ada istilah putus asa bagi seorang mujahidah. Beliau laksanakan setiap saat apa yang difirmankan oleh Tabaraka wa Ta’ala :
“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (Ali Imran : 186).
Sebelumnya, beliau juga telah menyaksikan seluruh kejadian yang menimpa suaminya Al-Amin Ash-Shadiq yang mana beliau berdakwah di jalan Allah, namun beliau menghadapi segala musibah dengan kesabaran. Semakin bertambah berat ujian semakin bertambahlah kesabaran dan kekuatannya. Beliau campakkan seluruh bujukan kesenangan dunia yang menipu yang hendak ditawarkan dengan aqidahnya. Dan pada saat-saat itu beliau bersumpah dengan sumpah yang menunjukkan keteguhan dalam menetapi kebenaran yang belum pernah di kenal orang sebelumnya dan tidak bergeming dari prinsipnya walau selangkah semut. Beliau bersabda:
“Demi Allah wahai paman, seandainya mereka mampu meletakkan matahari di tangan kanan saya dan bulan di tangan kiri saya agar aku meninggalkan urusan dakwah ini, maka sekali-kali aku tidak akan meninggalkannya hingga Allah memenangkannya atau aku yang binasa karenanya.“Begitulah sayyidah mujahidah tersebut telah mengambil suaminya Rasulullah s.a.w. sebagai contoh yang paling agung dan tanda yang paling nyata tentang keteguhannya di atas iman. Oleh karena itu kita mendapatkan tatkala orang-orang Quraisy mengumumkan pemboikotan mereka kepada kaum muslimin untuk menekan dalam bidang politik, ekonomi, dan kemasyarakatan dan mereka tulis naskah pemboikotan tersebut kemudian mereka tempel pada dinding ka’bah, Khadijah tidak ragu untuk bergabung dengan kaum muslimin bersama dengan kaumnya Abu Thalib dan beliau tinggalkan kampung halaman tercinta untuk menempa kesabaran selama tiga tahun bersama Rasul dan orang-orang yang menyertai beliau menghadapi beratnya pemboikotan yang penuh dengan kesusahan, dan menghadapi kesewenang-wenangan para penyembah berhala. Hingga berakhirlah pemboikotan yang telah beliau hadapi dengan iman, tulus dan tekad baja tak kenal lelah. Sungguh Sayyidah Khadijah telah mencurahkan segala kemampuannya untuk menghadapi ujian tersebut di saat berumur 65 tahun. Selang enam bulan setelah berakhirnya pemboikotan itu wafatlah Abu Thalib, kemudian menyusul pula seorang mujahidah yang sabar semoga Allah meridhai beliau, yakni tiga tahun sebelum hijrah.
Dengan wafatnya Khadijah maka meningkatlah musibah yang Rasul hadapi. Karena bagi Rasulullah s.a.w., Khadijah adalah teman yang tulus dalam memperjuangkan Islam.
Begitulah nafsul muthmainnah telah pergi menghadap Rabb-nya setelah sampai pada waktu yang telah ditetapkan, setelah beliau berhasil menjadi teladan terbaik dan paling tulus dalam berdakwah di jalan Allah dan berjihad di jalan-Nya. Dalam hubungannya beliau menjadi seorang istri yang bijaksana, maka beliau mampu meletakkan urusan sesuai dengan tempatnya, dan mencurahkan segala kemampuannya untuk mendatangkan keridhaan Allah dan Rasul-Nya. Karena itulah beliau berhak mendapatkan salam dari Rabb-nya, dan mendapat kabar gembira dengan rumah di jannah yang terbuat dari emas, tidak ada kesusahan di dalamnya dan tidak ada pula keributan di dalamnya.” Karena itu pula Rasulullah bersabda :
“Sebaik-baik wanita adalah Maryam binti Imran, sebaik-baik wanita adalah Khadijah binti Khuwailid.”
Ya Allah ridhailah Khadijah binti Khuwailid, As-Sayyidah AthThahirah. Seorang istri yang setia dan tulus, mukminah mujahidah di jalan diennya dengan seluruh apa yang dimilikinya dari perbendaharaan dunia. Semoga Allah memberikan balasan yang paling baik karena jasa-jasanya terhadap Islam dan kaum muslimin.
-----------
NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 35-43

Rabu, 25 Januari 2012

Niat Ikhlas (11)

Abu Hurairah (Abdurrahman bin Shacher) r.a. berkata : Bersabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam ; "Sholat berjama’ah pahalanya lebih dari sembahyang sendiri, baik di tempat pekerjaan atau di rumah, dua puluh lima derajat. Yang demikian itu karena jika seseorang telah menyempurnakan wudlu’, kemudian pergi ke mesjid, tiada tujuan selain untuk sholat, tidak bertindak selangkah melainkan diangkat sederajat dan dihapuskan daripadanya satu dosa, hingga masuk ke mesjid, apabila telah berada di mesjid, maka dianggap sholat selama ia masih menantikan sholat (selama ia tertahan karena menunggu sholat), dan Mala’ikat mendo’akan seseorang selama ia dalam majlis sholatnya, Mala’ikat berdo’a Ya Allah kasihanilah ia, ya Allah ampunkan ia, ya Allah ma’afkanlah ia. Selama ia tidak mengganggu dan belum berhadas di tempat itu". (HR. Buchary dan Muslim).
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 18.

Wanita Dalam Pandangan Bangsa Arab Jahiliyah

Pandangan kita beralih kepada kondisi wanita di Arab sebelum Islam dan bagaimana keberadaan mereka pada zaman itu? Bagaimana pula status mereka di dalam masyarakat menurut mereka?
Sungguh, kondisi wanita pada bangsa Arab sebelum Islam berada dalam puncak kehinaan sehingga sampai pada keterbelakangan, kemunduran, kelemahan dan kehinaan yang sudah tidak layak lagi disandang oleh makhluk yang bernama manusia. Mereka tidak memiliki hak sekalipun untuk mengungkapkan pikirannya dalam seluruh permasalahan hidupnya. Mereka tidak berhak mendapatkan warisan, karena adat yang berlaku adalah, tidak mendapatkan warisan kecuali yang memanggul pedang dan menjaga negara. Mereka juga tidak ada hak mengajukan usul tentang calon suaminya, karena urusan tersebut dipegang mutlak oleh walinya. Hingga seorang anak berhak melarang janda dari ayahnya untuk menikah. Sehingga sang ibu harus memberikan kepadanya apa yang telah diambil dari suaminya yang telah meninggal. Hal ini jika si anak laki-laki tidak mengatakan, ”Aku mewarisi ibu (istri ayahku) sebagaimana mewarisi harta ayahku.” Karena dia memiliki hak untuk mengawini ibunya tanpa mahar atau mengawinkan ibunya dengan orang lain dengan syarat orang tersebut menyerahkan maharnya kepadanya (bukan kepada ibunya).
Dari Ibnu Abbas berkata : ”Orang Arab dahulu apabila ada seseorang yang bapaknya mati ataupun pamannya maka dia lebih berhak terhadap istri ayahnya, jika dia mau bisa menahannya atau mengurungnya sehingga dia dapat menebus maharnya atau dia mati sehingga si anak akan pergi dengan membawa hartanya.” (Jami’ul Bayan fii Tafsiiril Qur’an IV / 304 oleh Ath-Thabari)
Di Arab dahulu tidak mengenal batas untuk menikah, tidak ada hitungan pula istilah cerai dilontarkan. Ada empat macam perkawinan pada zaman mereka, sebagaimana yang disebutkan dalam Shahih Al-Bukhari dan yang lain bahwa Ummul mukminin ‘Aisyah berkata :
”Sesungguhnya nikah pada zaman jahiliyah ada empat macam. Pertama sebagaimana nikahnya orang-orang sekarang, yakni seorang laki-laki melamar anak orang lain kemudian memberikan mahar dan menikahinya. Kedua, seseorang mengatakan kepada istrinya setelah suci dan haidh, “Datanglah kepada fulan (biasanya seorang bangsawan) dan mintalah untuk digauli.” Kemudian suaminya menjauhinya (tidak menggaulinya) sehingga jelas apakah istrinya itu telah hamil dan laki-laki lain tadi, apabila telah jelas tandanya bahwa istri sudah hamil, barulah suami menggaulinya jika ingin. Tujuan dari perbuatan ini semata-mata karena ingin mendapatkan anak yang berketurunan bangsawan. Nikah yang semacam ini disebut “nikah istibdha”. Yang ketiga, sekelompok laki-laki yang berjumlah kurang dari sepuluh orang, seluruhnya menggauli seorang wanita yang sama. Kemudian tatkala dia hamil dan melahirkan dan berlalu beberapa malam setelah melahirkan, maka wanita itu memanggil para laki-laki tersebut dan mereka tidak kuasa menolaknya. Sehingga apabila mereka telah berkumpul di depan wanita tersebut, wanita itu berkata: ‘Kalian telah mengetahui apa yang kalian perbuat terhadapku dan kini aku telah melahirkan, ini adalah anakmu Wahai fulan ....” dia sebut seseorang yang dia sukai di antara laki-laki tersebut, kemudian dia serahkan anak itu kepada laki-laki yang dia tunjuk. Keempat, Sekelompok laki-laki menggauli satu wanita yang tidak menolak siapapun yang menggauli dirinya. Mereka adalah pelacur yang mana mereka memasang pada pintu mereka sebuah tanda sebagai tanda pengenal bagi siapa yang ingin menggaulinya. Manakala dia hamil dan kemudian melahirkan, maka dipanggillah mereka yang telah menggaulinya seluruhnya, kemudian anak tersebut diserahkan kepada orang yang dia anggap paling mirip dengannya sedangkan dia tidak kuasa menolak."
Cukuplah riwayat ini menunjukkan tentang rusaknya pandangan manusia dari nafsu kebinatangannya, dan tidak butuh penjelasan tentang hal itu. Karena cukuplah sebagai gambaran, seorang laki-laki yang menyerahkan istrinya kepada orang lain agar turnbuh darinya anak yang memiliki bibit unggul ini sebagaimana seseorang yang menyerahkan hewan betinanya agar dikumpuli pejantan yang unggul sehingga rnendapatkan bibit unggul.
Dan cukuplah pula sebagai gambaran, sekelompok laki-laki yang kurang dan sepuluh menggauli seorang wanita, mereka berkumpul untuk menggaulinya, kemudian wanita itu memilih salah searang di antara mereka untuk menyerahkan anak itu kepadanya.
Dahulu para laki-laki Arab di masa jahiliyah merasa kecewa dan sempit dadanya apabila dikabarkan bahwa istrinya melahirkan anak wanita. Mereka sangat marah dan kecewa seakan-akan ditimpa suatu musibah. Al-Qur’anul Karim telah mengisahkan tentang adat jahiliyah yang ada pada mereka sebagaimana firman-Nya
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereku tetapkan itu.” (An-Nahl : 58-59).

Di antara adat istiadat jahiliyah arab yang paling buruk adalah mengubur anak perempuan hidup-hidup, maka hal ini dapat dikatakan sebagai bukti yang menunjukkan tentang puncak kekerasan, kekejaman dan sadisnya mereka sebagaimana yang difirmankan Allah di dalam Al-Quranul Karim

”Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh?” (At-Takwir : 8-9).

Bermacam-macam penyebab yang mendorong kabilah-kabilah Arab tega mengubur anak-anak perempuan mereka. Ada yang mengubur anak perempuannya karena untuk menjaga kehormatan dan takut mendapat aib karena mereka adalah ahli tempur dan perang yang menyerahkan anak-anak perempuan untuk menebus tawanan, maka anak-anak perempuan mereka berada di tangan musuh, inilah puncak kehinaan dan aib. Bani Tamim dan Bani Kindah adalah kabilah yang paling dikenal dalam hal banyaknya mengubur, anak-anak perempuan.
Telah disebutkan dalam beberapa riwayat bahwa kabilah pertama di Arab yang mengubur anak perempuan adalah kabilah Rabi’ah. Suatu ketika sekelompok kaum di Arab cemburu terhadap kabilah Ribi’ah dan mereka menawan seorang gadis anak raja mereka. Maka mereka meminta agar gadis tersebut dikembalikan. Setelah diadakan perjanjian agar sang gadis sendiri yang memilih apakah kembali kepada kaumnya ataukah ikut bersama yang menawannya, ternyata gadis tersebut memilih bersama orang yang menawannya daripada bersama ayahnya. Maka hal itu menjadikan murka sang raja dan akhirnya dia membuat peraturan agar kaumnya mengubur anak-anak perempuan mereka. Merekapun mengerjakannya karena gengsi dan takut terulang kejadian tersebut. Adapula yang mengubur anak perempuannya karena tempat yang tandus, kurangnya pendapatan dan kebutuhan yang banyak. Maka untuk mencegah kemiskinan mereka mengubur anak-anak perempuan mereka. Inilah yang difirmankan Allah :
”Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka." (Al-An’am : 151).

Dan firman Allah Ta’ala :
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” (Al-Isra’ : 31).

Di antara kabilah-kabilah itu ada yang mengubur anak-anak perempuan karena gengsi dan takut mendapat aib, bahkan ada pula yang hanya karena ada suatu penyakit pada seorang gadis seperti sakit gigi atau lumpuh, atau penyakit lain. Dan terkadang penguburan tersebut mereka kerjakan dengan berat, kesedihan hati dan meneteskan air mata.
Tiada henti-hentinya kezhaliman yang mengundang bencana, undang-undang yang diberlakukan dan diterapkan bagi wanita yang tidak berdosa karena mereka lemah dan busuknya adat kaumnya hingga Islam datang mengharamkannya dan merombaknya.
Akhirnya kita mengetahui dari uraian singkat ini tentang kondisi wanita pada abad yang lampau ditinjau dari segi banyaknya kesewenang-wenangan, pelecehan dan penghinaan yang ada di seluruh negara. Adapun bagi orang-orang Arab di masa jahiliyah wanita adalah barang perniagaan, dagangan yang murah dan diperjualbelikan sedangkan mereka tidak memiliki hak untuk menghindar dan kehidupan yang penuh kehinaan ini.
Dan sekarang kita akan berpindah kepada cahaya Islam dan kita akan melihat betapa para wanita merasakan nikmat hidup di bawah naungannya dengan derajat yang tinggi dalam masalah penjagaan dan perlindungan. Yang mana Islam telah memberikan hak-hak manusiawinya secara sempurna dan hak-hak pemilikannya secara sempurna, menjaga mereka dan pelecehan syahwat dan fitnah seksual dan nafsu hewani. Islam menjadikan mereka termasuk salah satu unsur untuk membangun masyarakat, menjaganya dan menyelamatkannya. Di samping itu mereka memiliki pengaruh yang besar untuk membina kaum laki-laki menjadi ”rahib di malam hari ..singa di siang hari”.
-----------
NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 26-31

KEADAAN BUMI DAN KUBUR

Imam Anas bin Malik ra. mengatakan : “bahwasanya bumi setiap harinya memanggil dengan 10 kalimat. Bumi itu berkata:
  1. Wahai anak cucu Adam, kamu berjalan diatas punggungku, tapi tempat kembalimu didalam perutku.
  2. Kamu melakukan maksiat diatas punggungku dan kamu disiksa dalam perutku.
  3. Kamu bergurau diatas lambungku, tapi kamu menangis dalam perutku.
  4. Kamu makan barang haram diatas punggungku, tapi seluruh singgat akan memakan kamu didalam perutku.
  5. Kamu bergembira na diatas punggungku, tapi kamu akan merasa susah dalam perutku.
  6. Kamu mengumpulkan barang haram diatas punggungku, tapi kamu hancur dalam perutku.
  7. Kamu sombong diatas punggungku, tapi kamu menjadi hina dan remeh didalam perutku.
  8. Kamu berjalan dengan bersukaria diatas punggungku, tapi kamu jatuh kesedihan dalam perutku.
  9. Kamu berjalan dalam cahaya diatas punggungku, tapi kamu akan duduk dalam kegelapan yang gelap gulita dalam perutku.
  10. Kamu berjalan untuk berjamaah diatas punggungku, tapi kamu duduk sendirian dalam perutku.

Disebutkan dalam riwayat, bahwasanya kubur itu setiap hari memanggil 3 kali
  1. Aku menjadi rumah : orang yang tersendiri, binatang buas, kala dan ular.
  2. Aku menjadi rumah yang gelap.
  3. Aku menjadi rumah singgat.

Diterangkan dalam riwayat yang lain, bahwasanya kubur setiap harinya memanggil 5 kali:
  1. Aku rumah yang terpencil, maka hendaklah kamu senang membaca Al-Qur-an.
  2. Aku rumah yang gelap, maka terangilah aku dengan shalat malam.
  3. Aku rumah debu, maka bawalah kambal (seprai), yaitu berupa amal shalih.
  4. Aku rumah ular, maka bawalah resep, yaitu “Bismillahir Rahmaanirrahiim” dan mencucurkan air mata.
  5. Aku rumah pertanyaannya Munkar dan Nakir. Maka perbanyaklah bacaan “LAA ILAAHA ILLALLAH MUHAMMADUN RASUULULLAH” diatas punggungku, agar kamu dapat memberikan jawaban kepadanya.
------------
BERITA GHAIB dan ALAM AKHERAT, M. Ali Chasan Umar, Penerbit CV. Toha Putra Semarang, Cetakan pertama 1978, halaman 46-47

Selasa, 24 Januari 2012

Niat Ikhlas (10)

Abu Bakrah (Nufai’) bin Alharits Atstsaqafy berkata : Bersabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : Apabila dua orang muslim berhadapan dengan pedang masing-masing, maka yang membunuh dan yang terbunuh keduanya dalam neraka. Abu Bakrah bertanya: Ya Rasulullah itu yang membunuh sudah jelas masuk neraka, tetapi mengapakah yang terbunuh juga masuk neraka ? Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : Karena ia niat sungguh-sungguh akan membunuh lawannya. (HR. Buchary dan Muslim).
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 17-18.

Wanita Dalam Pandangan Orang-orang Nasrani

Masuklah agama Nasrani ke Eropa, kemudian mencoba merubah tatanan masyarakat barat yang sedang mengalami krisis moral dan kemungkaran yang membuat dahi menjadi basah (bahkan sampai pada tingkat lebih hina dari pada binatang). Maka mereka berpendapat dan meyakini bahwa diam adalah merupakan solusi bagi wabah yang berbahaya tersebut. Akan tetapi realita membuktikan bahwa solusi yang diberikan oleh para pemuka Nasrani tidak dapat mencegah kenyataan yang menyedihkan. Kemudian mereka menempuh jalan dengan memberikan batasan yang berlebih-lebihan pada satu sisi, namun memerangi fitrah manusia pada sisi yang lain.
Di antara pandangan mereka adalah, bahwa mereka menggambarkan wanita sebagai biang dari kemaksiatan, akar dari kejahatan dan dosa. Wanita adalah salah satu pintu-pintu jahannam bagi laki-laki, karena merekalah yang mendorong dan membawa laki-laki untuk berbuat dosa. Seorang pemuka Nasrani yang bernama Tirtolian berkata: ”Wanita adalah pintu syetan ke dalam jiwa manusia, wanita pulalah yang mendorong seseorang mendekati pohon yang dilarang, melanggar aturan Allah dan suka menggoda laki-laki.”
Pendeta Swastam yang dijuluki ”Orang Suci” berkata: ”Sesungguhnya wanita merupakan suatu keburukan yang tak dapat dihindarkan, merupakan bencana yang diingini, malapetaka bagi keluarga dan rumah tangga, sesuatu yang dicintai namun mencelakakan serta merupakan musibah yang terselubung.
Itulah pandangan mereka dalam satu sisi. Pada sisi yang lain mereka memiliki pemahaman bahwa berhubungan badan antara laki-laki dan perempuan adalah najis sekalipun ditempuh dengan cara yang benar (nikah). Sehingga mereka memandang bahwa hidup sebagai biarawati (yang mereka tidak boleh menikah) adalah merupakan ukuran luhurnya akhlak seseorang.
Di sini kita dapatkan bahwa apa yang dijadikan landasan di negeri barat berasal dari pengaruh ajaran Nasrani yang menyimpang, yang mempengaruhi rendahnya kedudukan wanita dalam seluruh sisi kehidupan. Termasuk dalam aspek ekonomi seperti hak waris dan aspek-aspek lain yang tak terbatas, dan tidak ada toleransi bagi mereka untuk mendapatkan hasil dari usaha tangannya. Cukuplah sebagai bukti apa yang telah ditulis oleh seorang penulis wanita dari Perancis Armandin Laosil Auror. Yang mana tidak memungkinkan baginya untuk menyebarkan tulisannya melainkan dia menggunakan nama samaran laki-laki yaitu George Saneed sekitar tahun 1814 M - 1876 M.
Dengan penelitiannya tersebut dia membuktikan segala sesuatu yang menunjukkan penghinaan terhadap wanita dan kurang pengertian mereka bahwa wanita memiliki akal untuk berfikir.
Yang lebih tragis dan lebih mencengangkan dan hal itu adalah bahwa cerai sama sekali tidak diperbolehkan dalam agama mereka, apapun alasannya, sekalipun sudah sampai pada saling benci dan saling menjauhi antara suami istri. Bahkan sekalipun kehidupan mereka laksana naar maka tetap tidak diperkenankan. Hal ini merupakan bahaya terbesar yang dapat menghancurkan keluarga dan membuka peluang saling mengkhianati antara suami istri.
-----------
NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 24-25

BANGSA YANG MENGAKU MEMBUNUH NABI ISA AS.

Allah berfirman  dalam QS. An-Nisa (4) : 157 ;
”Dan karena ucapan mereka, “Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya , tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa!".
Bangsa Yahudi, karena keingkarannya kepada Nabi Isa as, mereka berupaya untuk membunuhnya. Bangsa Yahudi beranggapan bahwa mereka telah berhasil membunuh dan menyalib Nabi Isa sampai Wafat. Namun sebenarnya mereka tidak berhasil membunuh maupun menyalib Nabi Isa. Karena ketika mereka mengepung rumah yang menjadi tempat persembunyian Nabi Isa, dengan tiba-tiba mereka berselisih, yaitu apakah orang yang ada di depan mereka itu Isa atau bukan. Pada saat Nabi Isa terkepung masuklah seseorang yang mirip dengan beliau. Dan sebenarnya orang ini adalah murid Nabi Isa yang telah berkhianat. Di dalam Injil Mathius 26 : 31 dan Markus 14 : 28, Nabi Isa berkata kepada murid-muridnya “Kamu sekalian pada malam ini sedang dalam kebingungan”, maksudnya pada malam orang-orang Yahudi mencari Nabi Isa untuk dibunuh. Memang pada malam itu murid Isa yang bernama Yudas Askariyet, orang yang berkhianat itu, mirip benar dengan Nabi Isa. Sehingga orang Yahudi yang mengejarnya menyangka dia sebagai Nabi Isa. Bangsa Yahudi sebenarnya tidak pernah yakin telah membunuh Nabi Isa bin Maryam. Sebab mereka tidak pernah mengenalnya sendiri. injil-injii dengan terus terang menjelaskan bahwa seseorang yang diserahkan oleh orang-orang Yahudi kepada tentara musuh Isa as. adalah Yudas Askariyet. Orang inilah yang menuntun tentara musuh menuju persembunyian Nabi isa. Menurut injil Barnabas, tentara musuh ini menangkap Yudas sendiri, karena mengira dialah Isa, sebab wajahnya mirip beliau.
Bangsa Yahudi, yang karena salah penglihatan, menganggap telah membunuh dan menyalib Nabi Isa, adalah suatu kejadian yang lumrah. Sebab banyak kejadian yang serupa, yaitu salah penglihatan yang terjadi dalam banyak peristiwa. Sebagai contoh adalah peristiwa berikut ini.
Ada beberapa penulis bidang kedokteran Kehakiman dari Inggris menyebutkan satu peristiwa peradilan yang terjadi pada tahun 1539 M di Perancis. Peradilan ini menghadirkan 150 orang saksi yang mengenal seseorang yang bernama Martin Guir. 40 dari 150 yang hadir menyatakan bahwa orang tersebut benar-benar Martin. 50 orang lainnya menyatakan bukan, sedangkan selebihnya ragu-ragu apakah orang itu Martin atau bukan. Setelah dilakukan penelitian yang cermat terbukti bahwa orang tersebut bukan Martin. Karena itu 40 orang yang menya-takan sebagai Martin tertipu. Padahal pada saat itu sesungguhnya Martin tinggal bersama istrinya di tengah kerabat dan teman-temannya serta para kenalannya. Dan dia hidup 3 tahun kemudian dari peristiwa pembunuhan yang terjadi hari itu. Mereka semua menyatakan bahwa Martin benar-benar hidup. Tatkala Mahkamah menetapkan bahwa apa yang telah dilakukan sebenarnya adalah bohong berdasarkan bukti-bukti yang meyakinkan lalu pengadilan mengatakan sidang ulang pada pengadilan lain. Dalam pengadilan ini dihadirkan 30 orang saksi. 13 di antaranya bersumpah bahwa orang yang dihadapkan adalah Martin. 7 orang lainnya menyatakan bukan, dan yang lainnnya ragu-ragu.
Dengan membandingkan peristiwa Nabi Isa as. dengan kasus Martin Guir, kita dapat memperoleh kesimpulan bahwa pengakuan bangsa Yahudi berhasil membunuh Nabi Isa dan menyalibnya adalah dusta belaka.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 153 - 155

PANGGILAN KEPADA MAYAT

Diriwayatkan dalam riwayat, tatkala ruh berpisah dari tubuh, maka ia dipanggil dari langit dengan tiga jeritan "Wahai anak Adam, Apakah kamu meninggalkan dunia ataukah dunia meninggalkan kamu?, Apakah kamu mengumpulkan dunia ataukah dunia mengumpulkan kamu?, Apakah kamu mematikan dunia ataukah dunia mematikan kamu?".
Jika mayat diletakkan pada tempat mandi, ia dipanggil tiga teriakan : “Wahai anak Adam, Dimana tubuhmu yang kuat, tidakkah melemahkan kamu?, Dimana mulutmu yang cakap, tidakkah menjadikan kamu diam?, Dimana semua kekasihmu, tidakkah mengasingkan kamu?".
Tatkala mayat diletakkan ditempat kafan, ia dipanggil tiga jeritan : “Wahai anak Adam, Pergilah kamu ketempat yang jauh tanpa membawa bekal?, Keluarlah kamu dari rumahmu, dan janganlah kembali?, Naiklah kuda, dan kamu tidak akan naik seperti itu selamanya dan kamu akan menjadi sesuatu dalam rumah yang penuh kesedihan".
Sewaktu mayat itu dipikul diatas krantil, ia dipanggil tiga jeritan : “Wahai anak Adam, Sangat berbahagialah kamu jika kamu menjadi seorang yang taubat?, Sangat berbahagialah kamu jika amalmu baik?, Sangat berbahagialah kamu jika sahabatmu dalam keredlaan Allah, dan sangat celakalah kamu jika sahabatmu orang yang dimurkai Allah?".
Dikala mayat diletakkan untuk dishalati, ia dipanggil tiga jeritan : “Wahai anak Adam!, Segala amal yang telah kamu perbuat akan kamu, lihat, Jika amal itu baik maka kamu akan melihat baik, dan Jika amal itu jelek maka kamu akan melihat jelek".
Sewaktu mayat sudah berada ditepi kubur, ia dipanggil tiga teriakan : “Wahai anak Adam!, Tidaklah kamu menambah damai pada tempat yang sempit ini?, Tidaklah kamu membawa kekayaan ditempat kefakiran ini?, Tidaklah kamu membawa cahaya penerang ditempat yang gelap ini?".
Jika mayat diletakkan pada liang kubur, ia dipanggil tiga jeritan : “Wahai anak Adam!, Kamu berada diatas punggungku bersendau gurau, tapi kamu dalam perutku menjadi menangis, Kamu berada diatas punggungku bergembira ria, tapi kamu dalam perutku menjadi susah prihatin, Kamu diatas punggungku dapat berbicara, tapi kamu dalam perutku diam?".
Setelah para manusia membelakangi (pergi) dari mayat itu, lalu Allah swt. berkata : “Wahai hamba KU, kamu tetap terpencil dan sendirian, para manusia sudah meninggalkan kamu dalam kegelapan kubur, dan kamu telah berbuat maksiat kepada-KU karena para manusia, karena isteri dan karena anak. Dan Aku sangat kasihan kepadamu pada hari ini dengan rahmat, yang dengannya para makhluk sama kagum. Dan Aku lebih kasihan kepadamu daripada kasih ibu kepada anaknya".
------------
BERITA GHAIB dan ALAM AKHERAT, M. Ali Chasan Umar, Penerbit CV. Toha Putra Semarang, Cetakan pertama 1978, halaman 44-46

Minggu, 22 Januari 2012

Wanita Dalam Pandangan Yahudi

Adapun wanita menurut orang-orang Yahudi bahwa mereka adalah makhluk yang rendah dan hina. Bagi mereka wanita ibarat barang tak berharga yang dapat dibeli di pasar-pasar, yang dikekang hak-haknya, terhalang untuk mendapatkan warisan apabila orang tuanya meninggalkan harta. Adapun apabila Seorang ayah meninggalkan barang tetap (semisal rumah atau tanah) maka diberikan kepadanya. Namun apabila meninggalkan harta, sama sekali dia tidak memiliki hak nafkah dan mahar termasuk dari jenis emas dan perak.
Apabila ahli waris tidak ada melainkan wanita dan tidak memiliki saudara laki-laki, maka tidak boleh bagi wanita tersebut menikah dengan suku yang lain, dan tidak boleh bagi mereka menyalurkan warisan tersebut kepada orang yang di luar sukunya.
Mereka menganggap bahwa bagi laki-laki, wanita adalah satu pintu dan pintu jahannam karena wanitalah yang dituduh menggerakkan dan membawa mereka kepada dosa. Dan wanitalah terpancar mata air musibah yang menimpa manusia seluruhnya. Mereka berkeyakinan bahwa wanita adalah laknat karena telah menggoda Adam. Para wanita manakala sedang haidh, mereka tidak boleh duduk dan tidak boleh pula makan-makan dan tidak boleh menyentuh bejana karena dianggap najis. Mereka dilarang memasuki rumah dan disediakan baginya tempat khusus dan disediakan di depannya roti dan air. Mereka tetap di tempat tersebut hingga mereka kembali suci. Telah merata di kalangan mereka perzinaan dan dosa dengan mengatasnamakan kebebasan. Maka wanita menjadi pelacur, dan mereka menempatkan perzinaan sebagai bentuk dari upacara suci, dengan menyetubuhinya berarti dia telah melakukan ibadah. Bahkan menjadikan zina sebagai bentuk taqarub/ mendekatkan diri kepada tuhan mereka.
Kita dapatkan pula bahwa pendeta di kalangan mereka mirip degan pezina yang memperbolehkan penganut Yahudi untuk melakukan perbuatan zina. Dan dikatakan dalam kitab mereka yang diselewengkan bahwa Allah mengharamkan orang Yahudi bersetubuh dengan kerabatnya, adapun dengan wanita lain maka diperbolehkan.
Begitulah, menurut mereka wanita itu rendah dan hina dina. Maka dari sini kita, begitu pula ibu-ibu kita, istri-istri kita, putri-putri kita dapat merasakan nikmat Islam yang begitu agung dan rahmat-Nya yang tiada tara yang telah memuliakan wanita, sehingga dapat meningkatkan akidah kita. Maka kita serukan kepada para wanita, “Wahai muslimah janganlah kau ganti nikmat Allah dengan kekufuran.”
-----------
NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 22-23

BANGSA YANG SENANG MEMPERMAINKAN PARA NABI

Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 153)
”Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata, “Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata” Lalu mereka disambar petir karena kedhalimannya dan mereka menyembah anak sapi, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata lalu Kami ma’afkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan kepada Musa kekuatan yang nyata?”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari lbnu Juraij, katanya, “Kaum Yahudi berkata kepada Nabi Muhammad saw., “Kami tidak akan membaiat anda pada ajakan yang anda serukan kepada kami, sebelum anda dapat membawakan sebuah Kitab suci dari sisi Allah yang di dalamnya tertulis : (”Dari Allah kepada si Fulan. Engkau sesungguhnya adalah utusan Allah, Engkau sesungguhnya utusan Allah”). Begitulah, lalu mereka menyebutkan beberapa nama pendeta-pendeta mereka. Tujuan permintaan mereka itu hanyalah untuk mempersulit dan membikin susah bukan untuk mencari dalil yang bisa memuaskan hati”. Al-Hasan berkata, ”Sekiranya orang-orang Yahudi ini mengajukan permintaan tersebut dengan tujuan mencari hidayah, niscaya Allah akan memberikannya kepada mereka”
Ayat ini mengingatkan agar Rasulullah saw. jangan merasa heran dan jangan merasa aneh menghadapi permintaan bangsa Yahudi yang tidak rasional itu. Karena pada zaman Nabi Musa pun mereka pernah mengajukan permintaan yang lebih berat dari itu. Permintaan bangsa Yahudi kepada Nabi ini hanyalah membuktikan betapa jahil dan kerasnya penolakan mereka kepada kebenaran.
Permintaan bangsa Yahudi kepada Nabi Musa untuk melihat Allah dengan mata kepala adalah bukti kejahilan luar biasa. Karena berarti mereka menganggap Allah itu berjasad sebagaimana dengan benda-benda yang ada di alam ini. Sedangkan permintaan mereka kepada Nabi saw. agar dapat membawakan kitab suci yang tertulis dari langit membuktikan salah satu dari dua kemungkinan. Pertama, membuktikan kebodohan mereka dalam memahami hakekat kenabian dan kerasulan. Padahal banyak para Nabi dan bangsa Yahudi yang datang kepada mereka tanpa membawa lembaran-lembaran tulisan kitab suci. Kedua, karena keingkaran mereka kepada Nabi Muhammad saw.
Bangsa Yahudi yang biasa terpesona dengan Sihir dan terpengaruh mental materialisme tidak dapat membedakan antara mukjizat yang diterima oleh para Nabi dengan keanehan yang diperbuat oleh ahli sihir. Bangsa Yahudi selalu bersikap ingkar di dalam menerima penjelasan kebenaran apapun yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Ayat ini lebih jauh menjelaskan, bahwa generasi bangsa Yahudi di masa Nabi Musa telah pernah disambar petir karena perilakunya yang penuh kejahilan dan penuh keingkaran kepada Nabi Musa. Di zaman Nabi Musa mereka telah melihat berbagai macam mukjizat, misalnya : tongkat menjadi ular, tangannya keluar sinar, laut menjadi daratan dan lain sebagainya. Walaupun begitu, ternyata bangsa Yahudi masih membuat patung anak sapi untuk disembah sebagai Tuhan.
Bangsa Yahudi di zaman Nabi Musa karena kedurhakaannya, pernah diperintahkan melakukan bunuh diri. Nabi Musa dikaruniai Allah kekuatan yang luar biasa, sehingga dapat menjadikan bangsa Yahudi patuh kepadanya.
Ayat ini pada dasarnya memberikan kabar gembira kepada Nabi Muhammad saw. bahwa bangsa Yahudi yang suka melawan beliau itu, pada akhirnya akan tunduk dan menyerah kepada beliau. Dengan kabar gembira ini, diharapkan bahwa kaum Muslimin tidak berputus asa menghadapi perilaku bangsa Yahudi yang penuh kejahilan dan keingkaran terhadap Islam.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 150 - 153

Niat Ikhlas (9)

Abu Musa (Abdullah) bin Qais Al-Asj’ary r.a. berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang orang yang perang karena keberanian, dan karena kebangsaan atau karena kedudukan, yang manakah di antara semua itu yang dapat disebut fisabilillah? Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : Siapa yang berperang semata-mata untuk menegakkan kalimatullah (agama Allah), maka itulah fisabillillah. (HR. Buchary dan Muslim).

Di sini jelas benar bahwa, dorongan niat itulah yang jadi. Maka yang perang untuk kepahlawanan, akan terkenal sebagai pahlawan, demikian yang untuk lain-lainnya akan mendapat apa yang diniatkan.
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 17.

CARA SYETAN MERUSAK IMAN

Janganlah kau ikuti langkah-langkah syetan, sebab syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syetan, sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah : 208)

Firmannya pula :
Artinya :
“Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al Baqarah : 169).

Allah Ta’ala juga berfirman
Artinya:
“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan”. (QS. Al Baqarah: 268).

Diriwayatkan dalam riwayat, bahwasanya syetan yang dilaknati Allah, pertama-tama datang lalu duduk disisi kepalanya seorang hamba sambil mengatakan : “Tinggalkanlah agama ini dan ucapkanlah ada dua Tuhan, sehingga kamu dapat selamat dari sakit yang sangat ini”.
Jika kiranya ada hal seperti itu, maka sangat mengkhawatirkan sekali dan menjadikan ketakutan yang sangat besar. Oleh karena itu hendaklah kamu menangis dan bertadlaru’ serta bangun malam untuk memperbanyak ruku’ dan sujud melakukan shalat, sehingga kamu dapat selamat dari adzab Allah.
Ditanyakan kepada Imam Abu Hanifah, dosa yang mana yang lebih ditakuti karena rusaknya iman ? Beliau menjawab : “Yaitu meninggalkan syukur atas iman dan meninggalkan takut diakhir hayat serta menganiaya para hamba”.
Sebab bagi siapa yang dalam hatinya ketempatan tiga perkara itu, biasanya ia keluar dari dunia dalam keadaan kafir, kecuali bagi orang yang memperoleh keuntungan dan kebahagiaan.
Disebutkan, bahwa sehebat-hebat mayat adalah dalam keadaan yang sangat dahaga dan hatinya serasa terbakar. Pada kesempatan itulah syetan berusaha melepaskan imannya orang mu’min, karena ia sangat merasakan letih dan dahaga disaat seperti itu.
Maka syetan mendatangi disekitar kepala seorang mu’min, sambil membawa semangkuk air yang kental, lalu syetan menggerakkan air semangkuk itu kepadanya. Seorang mu’min itu lalu berkata : “Berikanlah air itu kepadaku”. Ia tidak tahu bahwasanya ia adalah syetan. Maka syetan berkata kepadanya : “Katakanlah, tidak ada seorang yang berbuat dialam ini sehingga aku memberikan kepadamu”. Akan tetapi bagi orang yang beruntung tentu tidak menjawabnya.
Kemudian syetan mendatangi disekitar kedua tapak kakinya mu’min sambil menggerakkan mangkuk kepadanya. Maka berkatalah mu’min : “Berikanlah air itu kepadaku”. Lalu syetan mengatakan “Katakanlah, bahwasanya Rasulullah dusta, sehingga air itu kuberikan kepadamu”.
Adapun bagi orang yang celaka sepontan menyahutnya dan ucapan syetan itu. Sebab ia tidak sabar karena sangatnya dahaga. Maka ia keluar dari dunia dalam keadaan kafir. Na’udzubillah.
Adapun bagi orang yang memperoleh kebahagiaan tetap menolak perkataan syetan itu sambil berfikir siapa sebetulnya yang berada dimukanya itu.
Hal ini sebagaimana pernah diriwayatkan, bahwa Abu Zakariya Az Zahid sewaktu kedatangan maut. Saat itu ada temannya yang menjenguk kepadanya, padahal ia dalam keadaan sakaratil maut. Teman itu menuntunnya dengan bacaan kalimat thayyibat : “LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUN RASUULULLAAH”  = "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah pesuruh Allah”.
Tapi sayang, bahwa Abu Zakariya memalingkan mukanya dan tidak menyahutnya. Maka temannya mengatakan yang kedua kalinya, ia tetap memalingkannya. Sampai yang ketiga kalinya, maka berkatalah Abu Zakariya: “Aku tak akan mengucapkannya”. Maka menjadi bingunglah temannya itu. Akan tetapi setelah Abu Zakariya sadar dan menjadi sehat kembali setelah ada satu jam dan memang betul-betul sadar, lalu ia membuka kedua matanya sambil bertanya kepada semua teman-temannya : “Apakah kamu kalian berkata sesuatu kepadaku?”. Mereka menjawab : “Ya, akan tetapi engkau memalingkan kepada kami sampai tiga kali, dan kalimat thayyibat”. Yang dua kali engkau berpaling dan yang satu kali engkau mengatakan : “Aku tidak akan mengucapkan”.
Kemudian Abu Zakariya menceritakan : ”Iblis mendatangi aku sambil membawa semangkuk air yang diletakkan disebelah kananku sambil menggerakkan mangkuk". Ia berkata kepadaku : “Apakah kamu membutuhkan air”. Maka saya jawab : “Ya, memang“ Lalu iblis berkata lagi: ”Katakanlah bahwa Isa adalah anak Allah”. Maka saya berpaling dari padanya. Kemudian ia mendatangi aku didekat kakiku sambil berkata kepadaku seperti tadi, sampai tiga kali. Adapun yang ketiga kalinya ia mengatakan: “Katakanlah, tidak ada Tuhan”. Aku lalu menjawab : “Aku tak akan mengatakan”. Iblis itu sepontan membanting mangkuk diatas bumi, dan ia mengambilnya lagi lalu ia lari. Adapun saya tetap menolak ajakan iblis itu, sambil saya katakan: Aku tak akan mengikuti kamu semua. Saya terus membaca syahadat.
Artinya:
“Aku bersaksi tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusanNya”.

Dari riwayat tersebut, diriwayatkan pula dari Manshur bin ‘Amman katanya: “Jika kematian seorang hamba sudah dekat, maka hal ihwalnya dibagi dalam lima hal yaitu :
  1. Harta bendanya untuk ahli waris.
  2. Nyawanya bagi Malaikat Maut.
  3. Dagingnya untuk sindat.
  4. Tulangnya untuk debu, dan
  5. Segala kebaikannya buat para musuh.
Adapun syetan bermaksud akan merusak imannya seorang hamba. Kemudian Manshur berkata : “Seumpama ahli waris itu memilih harta dengan adil, itu memang wajar. Jika malaikat maut itu memilih nyawa, itu memang wajar. Jika sindat itu memilih daging itu juga wajar. Begitu pula seumpama musuhnya memilih kebaikannya itupun wajar. Cuma jangan sekali-kali dipilih atau dihilangkan imannya dikala mati. Sebab hilangnya iman berarti berpisah dari Agama. Adapun pisahnya ruh dan tubuh adalah lain dengan pisahnya Tuhan. Sebab berpisahnya ruh itu bagi seseorang tak akan mengetahui sesudahnya. Maka alangkah meruginya pisahnya IMAN".
------------
BERITA GHAIB dan ALAM AKHERAT, M. Ali Chasan Umar, Penerbit CV. Toha Putra Semarang, Cetakan pertama 1978, halaman 40-44

Jumat, 20 Januari 2012

BANGSA YANG BERUSAHA MEMPENGARUHI KE ARAH KERUSAKAN APABILA DIJADIKAN TEMAN

Allah berfirman (QS. An-Nisa : 89)
”Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolongmu, hingga mereka berhijrah kepada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka dimana saja kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorang pun di antara mereka menjadi pelindung dan jangan (pula) menjadi penolong.”

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa bangsa Yahudi paling senang membuat siasat keragu-raguan pada orang lain terhadap kebenaran agama Islam. Siasat yang mereka lakukan berupa menyuruh golongan mereka sendiri bersikap munafiq terhadap Islam. Karena itu pada dasarnya tindakan kaum munafiq di Madinah terhadap Nabi saw. dipelopori oleh bangsa Yahudi.
Kaum munafiq, termasuk di dalamnya kaum munafiq yang didalangi bangsa Yahudi, tidak rela mengalami kesesatan atau berjalan pada jalur kesesatan sendirian. Mereka ini berusaha keras menyeret kaum Muslimin ke dalam kesesatan, sehingga Islam tiada punya penganut lagi. Sikap bangsa Yahudi yang mempelopori kemunafiqan semacam ini adalah suatu kekufuran yang keterlaluan. Sebab mereka tidak hanya berbuat kesesatan untuk diri sendiri, tetapi merasa tidak puas sebelum dapat menyeret orang lain masuk di dalam kesesatan pula.
Oleh karena watak kaum munafiq semacam ini, maka Allah memperingatkan agar setiap orang mukmin jangan sampai berteman dengan mereka. Begitupun jangan sampai seorang mukmin mempercayakan urusannya kepada kaum munafiq ini. Karena bangsa Yahudi yang selalu bersiasat munafiq terhadap Islam sama sekali tidak mengharapkan orang-orang mukmin menikmati kesenangan. Orang-orang munafiq ini tidaklah mau turut membantu kaum Muslimin yang ada di dalam bahaya.
Menghadapi upaya kaum munafiq, yang di dalamnya termasuk orang-orang yang disponsori oleh bangsa Yahudi, maka kaum Muslimin diperintahkan bersikap keras kepada mereka. Sebab bagaimanapun juga mereka adalah golongan yang membahayakan masyarakat Islam. Mereka selalu berusaha merusak akhlaq ummat Islam dengan cara apapun.
Ayat ini memberikan petunjuk kepada kaum Muslimin dalam mengatasi bahaya rayuan kaum munafiq, termasuk bangsa Yahudi sebagai biang keladinya, ialah dengan jalan menawan mereka, atau membunuh mereka, bila mereka senantiasa mengganggu kaum Muslimin.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 148 - 150

Niat Ikhlas (8)

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk badan dan rupamu, tetapi langsung melihat / memperhatikan niat dan keikhlasan dalam hatimu. (HR. Muslim).
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 16-17.

Wanita Di Negeri India

Nasib para wanita di negeri India tidak lebih baik daripada Yunani ataupun Romawi meskipun negeri ini punya kelebihan dalam hal pengetahuan dan kemajuan sejak dahulu. Bahkan mereka menganggap wanita sebagai budak dan mendudukkan laki-laki sebagaimana kedudukan raja. Maka wanita selalu dibebani sebagai budak bagi ayah, suami dan anak-anaknya. Pada umumnya masyarakat India memiliki keyakinan bahwa wanita adalah sumber kesalahan dan penyebab kemunduran akhlak maupun mental. Sehingga mereka mengharamkan wanita dalam hak-hak pemerintahan dan warisan.
Bahkan mereka tidak memiliki hak hidup setelah suaminya mati, sehingga dia harus mati di hari kematian suaminya dan dibakar hidup-hidup bersama mayat suaminya dalam satu tempat pembakaran.*) Adat tentang dibakarnya istri tatkala suaminya meninggal itu terus berlanjut hingga terpancar cahaya Islam di seantero India khususnya tatkala diperintah oleh raja yang shalih yang bernama Unak Dzaib r.a. Maka Islam telah menyelamatkan wanita dari dunia hitam tersebut dan telah melenyapkan adat yang kejam dan menyiksa mereka.
-----------
*) Untuk memperluas pembahasan ini lihatlah ”Hadharatul Hindi hal.633-646” yang dikarang oleh Ghostaf Loobon. Dan lihatlah kitab yang bagus ”Al-Mar’ah wal Qanun” oleh Dr. Mushthofa As-Siba’i r.a..

NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 21

Rabu, 18 Januari 2012

BANGSA YANG SENANG MEMBUAT KELALIMAN DALAM HUKUM

Allah berfirman : (QS. An-Nisa 60)
”Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu ? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan mengingkari thaghut itu. Dan syetan bermaksud menyesatkan mereka kepada kesesatan yang sejauh-jauhnya.”

Bangsa Yahudi mengaku beriman kepada para Rasul mereka dan kitab-kitab suci yang dibawa oleh para Rasul itu. Kitab-kitab suci para Nabi Bani Israil berisikan perintah untuk menjalankan syari’at Allah dan menjauhi larangan Allah. Seseorang yang mengaku beriman kepada kitab suci para Nabi tidak patut meninggalkan perintah agamanya, selama dia mampu. Bila ia meninggalkan atau melanggar larangan-Nya menunjukkan bahwa iman yang dinyatakannya itu tidak meresap ke dalam hatinya. Maka apakah lagi kalau orang yang mengaku beriman selalu melakukan perbuatan yang bertentangan dengan syari’at yang dibawa para Nabinya.
Bangsa Yahudi di masa Nabi Muhammad dengan dalih yang dibuat-buat menolak berhakim kepada Nabi Muhammad, tetapi mereka rela menerima ketetapan yang berasal dari para dukun atau pendeta-pendeta yang sesat. Di antara dukun dan pendeta sesat itu ialah Abu Barza al Aslany dan Ka’ab bin Asyraf. Sikap mereka semacam ini membuktikan bahwa iman mereka benar-benar palsu. Karena kitab suci mereka menyuruh agar mereka menjauhkan diri dari kesesatan dan jalan syetan. Namun ternyata mereka justru mengikuti dukun dan pendeta yang sesat.
Perbuatan bangsa Yahudi mengikuti ajakan pendeta dan dukun atau mematuhi nasehat pendeta dan dukun dan menolak ketetapan yang dikeluarkan oleh Rasulullah saw. adalah tindakan dhalim terhadap prinsip iman dan tauhid. Karena perbuatan sesat menjerumuskan pelakunya kepada siksa neraka. Dan orang-orang yang memperoleh siksa neraka adalah karena kedhaliman terhadap dirinya.
Yang dapat dikategorikan sebagai orang dhalim terhadap ketentuan rasul dan kitab suci ialah orang-orang yang percaya kepada nasehat Dajjal, misalnya : percaya omongan peramal nasib, percaya kekuatan Jimat ataupun percaya pada keampuhan wali.
Ayat ini pun mengisyaratkan bahwa setiap orang yang mengingkari ketetapan Rasul dan Kitab Suci Nabi, baik karena ragu-ragu maupun terang-terangan mengingkari berarti kafir. Itulah sebabnya para sahabat Nabi, berpendapat bahwa orang yang menolak membayar kewajiban zakat adalah murtad, sehingga ia halal dibunuh dan disiksa hartanya.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 146 - 148

SARUNG

Suatu saat bertemulah para sarung di sebuah tempat Laundry, dan mereka pun berkomunikasi curhat satu sama lain.
Sarung Hijau : “Hai kalian berdua......!!! Sarung Merah dan Sarung Kuning kenapa kalian bermuram durja?”
Sarung Merah : ”Kamu enak Sarung Hijau pemilikmu memberikan kenyamanan yang luar biasa”.
Sarung Kuning : ”Asal kalian tahu, aku agak bersedih dengan sikap pemilikku”.
Sarung Hijau : ”Memang kenapa dengan pemilikmu?”
Sarung Kuning : ”Memang sih pemilikku menjadikan ku sebagai sarana sholat, tapi tidak tepat waktu, cuma menjaga waktunya saja”.
Sarung Merah : ”Masih untung itu, pemilikku hanya menjadikanku teman di WC”
Sarung Hijau : ”Syukurlah aku ketemu dengan pemilik yang senantiasa sholat tepat waktu dan berjamaah dimasjid, dan aku bisa dengan bangga bersaksi untuknya bila hari itu tiba”.

Kelak sarung warna apa yang akan menjadi saksimu di ”Hari Perhitungan”?

Wanita Di Negeri China

Dalam masyarakat China dahulu pada umumnya manusia hidup dalam kerusakan dan kebiadaban. Masyarakatnya lebih dekat kepada masyarakat binatang daripada
masyarakat manusia. Mereka berzina tanpa merasa tabu dan malu, sehingga banyak anak-anak yang diketahui ibunya akan tetapi tidak diketahui siapa bapaknya. Tiada yang dapat diperbuat oleh wanita pada masyarakat China melainkan menunggu perintah dan melaksanakannya tanpa menolak.
Dalam masyarakat China dahulu, yang terkenal berperadaban kuat, maka bagi seorang ayah sebagaimana telah menjadi kebiasaan umum, tidak memberikan warisan pada anak perempuan. Tidak boleh bagi wanita menuntut atau meminta harta ayahnya sedikitpun selagi dia bukan seorang laki-laki. Mereka menyerupakan wanita dengan racun yang merusak kebahagiaan dan harta.
-----------
NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 20

Niat Ikhlas (7)

Sa’ad bin Abi Waqqash r.a. berkata : Ketika saya menderita sakit keras waktu melakukan haj-jatulwada’, datanglah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sambang ke tempatku, maka saya bertanya : Ya Rasulullah, penyakitku ini agak berat, dan aku seorang berharta, sedang warisku tidak ada kecuali seorang putriku, bolehkah aku sedekahkan dua pertiga dari hartaku? Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : Tidak. Saya bertanya : Separuh ? Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : Tidak. Saya tanya Sepertiga ya Rasulullah ? Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : Sepertiga itu cukup banyak dan besar. Sesungguhnya jika kau meninggalkan ahil warismu kaya-kaya, lebih baik daripada kau tinggalkan mereka miskin, hingga terpaksa minta-minta pada orang. Dan tiada kamu membelanjakan hartamu dalam sesuatu yang kau niatkan untuk keridla’an Allah, melainkan pasti kau mendapat pahala daripada-Nya, hingga belanja yang kau berikan kepada isterimu. Saya bertanya : Ya Rasulullah apakah aku ditinggal di sini oleh sahabat-sahabatku? Jawab Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : Engkau tidak tertinggal lalu berbuat kebaikan yang kau niatkan karena Allah, melainkan pasti kau bertambah kemuliaan derajat, dan mungkin kau akan tinggal sehingga banyak orang yang mendapat untung daripadamu, disamping lain kamu yang merasa rugi karena kau. Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berdo’a : Ya Allah lanjutkan bagi sahabat-sahabat-Ku hijrah mereka, dan jangan mengembalikan mereka ke belakang (ketempat yang telah mereka tinggalkan yaitu Mekkah). Tetapi yang kecewa yalah Sa’ad bin Chaulah yang selalu dikasihani oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam karena ia mati di Mekkah. (HR. Buchary dan Muslim)

Hadis ini menjelaskan beberapa hukum :
  1. Wasiat seseorang yang akan mati tidak boleh lebih dari sepertiga dari kekayaannya. Sehingga bila terjadi wasiat melebihi dari sepertiga, maka ahli waris berhak untuk menolak dan membatasi hingga sepertiga.
  2. Segala amal perbuatan biasa, bila diniatkan untuk mencapai keridlaan Allah, maka akan mendapat pahala dan teranggap sebagai ibadat. Contohnya : Belanja yang lazim bagi anak keluarga dan sebagainya.
  3. Amal yang telah dikerjakan karena Allah, jangan ditarik kembali, sebagaimana hijrah dari Mekkah, atau sedekah, maka jangan berusaha mengembalikan barang yang sudah disedekahkan itu kembali kepadanya, baik dengan membeli atau menukar atau lain-lainnya. Dan bagi seorang muslim, tidak ada masa terlambat dan ketinggalan masa, bila saja kalau ia suka beramal sungguh-sungguh karena Allah, maka ia masih dapat mengejar derajat dan kedudukan yang tetap disediakan oleh Allah.
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 15-16.

Selasa, 17 Januari 2012

BANGSA YANG SELALU DENGKI KEPADA KEBERUTUNGAN ORANG LAIN

Allah berfirman : (An-Nisa : 54)
”Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepada manusia itu ? Sungguh Kami telah memberikan Kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar”.

Bangsa Yahudi menyaksikan bahwa Nabi Muhammad selain memperoleh nikmat kenabian juga setiap hari Allah memberikan kekuatan yang bertambah besar, sehingga negara Madinah bertambah kuat, bertambah besar pengaruhnya dan bertambah banyak pengikutnya. Perkembangan semacam ini membuat bangsa Yahudi semakin dengki kepada beliau.
Bangsa Yahudi dengki kepada Nabi Muhammad karena keberuntungan yang beliau terima setiap hari semakin besar. Allah menegaskan bahwa kedengkian yang muncul pada diri bangsa Yahudi terhadap Nabi Muhammad, karena nikmat yang bertambah besar pada beliau sebenarnya adalah satu kesalahan mereka. Sebab nikmat yang Allah berikan kepada Nabi semacam ini bukanlah hal baru. Dahulu pun bangsa Yahudi pernah memperoleh berlimpah nikmat dari Allah, sebagaimana yang pernah diterima oleh Nabi Ibrahim dan keturunannya. Nabi saw. sebenarnya adalah bagian dari keluarga Ibrahim lewat silsilah Nabi Ismail. Berdasarkan ikatan keturunan semacam ini adalah salah satu sikap tercela, bila bangsa Yahudi dengki kepada nikmat yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad. Mengapa bangsa Yahudi tidak merasa heran, bila mereka menerima limpahan nikmat dari Allah, tetapi merasa heran kalau Allah memberikan nikmat-Nya kepada Nabi Muhammad ? Bukankah Nabi saw. juga sedarah daging dengan bangsa Yahudi karena berasal dari nenek moyang yang sama, yaitu Nabi Ibrahim.
Bangsa Yahudi, karena mungkin telah silau dan terpedaya oleh berbagai karunia Allah sebelumnya, lalu mereka punya anggapan bahwa karunia Allah itu semata-mata menjadi hak mereka, orang lain tidak ada yang berhak. Atau mereka beranggapan bahwa orang lain hanya patut mendapat karunia Allah sedikit. Atau mungkmn mereka beranggapan bahwa alam ini seluruhnya berada di dalam kekuasaan mereka, sehingga tidak patut orang lain memperoleh bagian nikmat Ilahi, sekalipun sebesar kulit bawang.
Setelah bangsa Yahudi melihat fakta yang ada disekitarnya sangat bertentangan dengan harapan dan angan-angannya maka semangat kedengkiannya muncul. Mereka melihat bahwa di tengah bangsa Arab muncul seorang Rasul yang telah dijanjikan di dalam Kitab suci mereka, padahal keadaan semacam ini tidak mereka inginkan. Mereka pun melihat bangsa Arab yang tadinya hidup dalam alam Jahiliyah, kini kemudian tampil sebagai golongan manusia yang menerima kitab suci, pengetahuan Ilahiyah dan semakin dekat untuk meraih kekuasaan guna menjadi pemimpin dunia.
Ayat ini telah mengandung satu isyarat bahwa bangsa Arab yang telah menjadi Muslim, di samping memperoleh nikmat kenabian dan kitab suci, juga diperingatkan untuk waspada terhadap segala kelicikan bangsa Yahudi. Kaum Muslimin yang pada saat itu terdiri dari bangsa Arab telah memperlihatkan tanda-tanda untuk menjadi kekuatan yang besar, sehingga mampu mengalahkan bangsa Yahudi maupun kaum yang lain.
Ringkasnya Allah memperingatkan kepada kaum Muslimin bahwa pada diri bangsa Yahudi melekat sikap kedengkian pada orang-orang non-Yahudi. Karena mereka beranggapan bahwa orang selain Yahudi tidak berhak memperoleh limpahan karunia Allah.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 144 - 146

Wanita Dalam Pandangan Penduduk Persi

Persia..? Tahukah anda apakah itu Persia..? Itulah negeri yang mana undang-undangnya banyak dijiplak oleh banyak negara. Mereka mewajibkan untuk memberlakukan normanya dan menerapkan undang-undang serta aturan-aturannya.
Padahal bersamaan dengan hal itu, kita melihat bahwa undang-undang tersebut curang dan menzhalimi hak wanita dan menimpakan hukuman yang berat terhadap wanita hanya karena sedikit kesalahan pada suatu waktu. Undang-undang itu juga menyebutkan bahwa laki-laki memiliki kebebasan mutlak tanpa batas. Hukum mutlak diterapkan melainkan bagi wanita. Bahkan apabila kesalahan dilakukan terus menerus oleh seorang wanita, maka tiada halangan untuk menyembelihnya.
Dinegeri Persia wanita dilarang menikah dengan laki-laki yang tidak memiliki baju besi yang bermacam-macam, sedangkan bagi laki-laki memiliki kebebasan dalam memperturutkan hawa nafsunya, dia adalah raja hanya semata-mata karena dia seorang laki-laki.
Bahkan tatkala haid wanita diusir dari tempatnya ke tempat yang jauh dari kota, dan tidak boleh ada yang berhubungan dengan mereka kecuali pembantu yang mengantarkan makanan bagi mereka.
-----------
NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 19

Niat Ikhlas (6)

Ma’nu bin Jazid r.a. berkata : Ayahku mengeluarkan beberapa dinar (mas) untuk sedekah, dan dititipkan pada seseorang di masjid, untuk diberikan pada fakir miskin yang minta-minta. Maka saya minta dari orang yang dititipi itu, dan saya tunjukkan kepada ayahku. Ia berkata : Demi Allah bukan kepadamu saya tujukan sedekah itu. Dan hal ini saya ajukan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Maka sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : Bagimu apa yang kau niatkan hai Jazid, dan bagimu apa yang kau ambil hai Ma’nu. (HR. Buchary).

Niat Jazid akan bersedekah kepada fakir-miskin telah berhasil, meskipun uang itu jatuh ke tangan anak kandungnya sendiri. Dan Ma’nu, karena ia berhak menerima sedekah, maka tidak dilarang mengambilnya.
Niat seseorang berhasil di sisi Allah, meskipun dalam prakteknya seolah-olah tidak sampai kepada yang dituju.
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 14.

MASJID BESAR KAUMAN SEMARANG

LOKASI MASJID BESAR KAUMAN SEMARANG

Masjid Besar Kauman Semarang
Masjid Besar Kauman Semarang tadinya berdiri megah di depan alun alun kota Semarang. Masjid yang didirikan oleh ulama besar Semarang berdarah Arab bernama Maulana Ibnu Abdul Salim alias Kiai Pandan Arang ini berlokasi disekitar pasar Johar. Konon ceritanya, Masjid ini pernah terbakar pada tahun 1885 gara-gara tingginya melebihi Masjid Agung Demak dan dibangun kembali atas bantuan Asisten Residen Semarang GI Blume dan Bupati Semarang Raden Tumenggung Cokrodipuro yang selesai pada tahun 1889 diarsiteki oleh GA Gambier. Dari tanganya lahir masjid berasitektur atap tiga susun dengan puncak berhiaskan mustaka.  Namun kemudian sejak tahun 1938 alun alun tersebut beralih fungsi menjadi kawasan komersil. Masjid Besar Kauman Semarang kini terjepit diantara bangunan bangunan tinggi yang mengepungnya. Masjid ini beralamat di Jl. Alun-alun Barat 71. Semarang.
Menurut inskripsi berbahasa dan berhurup jawa yang terpatri di batu marmer tembok bagian dalam gerbang masuk ke Masjid Besar Kauman Semarang, masjid ini dibangun pada tahun 1170 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1749M. lengkapnya inskripsi tersebut berbunyi seperti berikut :
“Pemut kala penjenengane Kanjeng Tuwan Nikolas Harting hedelir gopennar serta sarta Direktur hing tanah Jawi gennipun kangjeng Kyahi Dipati Suradimanggala hayasa sahega dadosse masjid puniki kala Hijrat 1170”
(“Tanda peringatan ketika kanjeng Tuan Nicoolass Hartingh, Gubernur serta Direktur tanah Jawa pada saat Kanjeng Kyai Adipati Suramanggala membangun hingga jadinya masjid ini pada tahun 1170 Hijrah”)

Masih ada tiga inskripsi lain di masjid ini yang dibuat dalam bahasa melayu dan bahasa Belanda dalam hurup latin dan inskripsi berbahasa dan beraksara arab, yang dipatrikan di lokasi yang sama.  Yang isinya sama dengan yang sudah disebutkan di atas.
Nicoolass Hartingh adalah tokoh utama penggerak lahirnya perjanjian Giyanti pada tahun 1755 yang memecah wilayah Kesultanan Mataram atau dikenal dengan Palihan Nagari menjadi wilayah kesultanan Ngayokyakarta Hadiningrat berpusat di Yokyakarta dan Kasunanan Surakarta. Atas jasanya Nicoolas Hartingh kemudian dihadiahi rumah dinas oleh pemerintah penjajahan Belanda (VOC) di daerah tugu muda dengan nama De Vredestein atau Wisma Perdamaian. Tahun 1998 setelah dipugar, Wisma Perdamaian tersebut menjadi gedung pertemuan pejabat negara dengan Gubernur Jawa  Tengah.
Masjid Besar Kauman Semarang ini yang kini masih berdiri kokoh adalah bangunan yang didirkan oleh Adipati Suradimanggala (Kiai Terboyo) menggantikan masjid lama yang rusak parah akibat kebakaran selama geger pecinan di Semarang tahun 1741. Lokasi masjid lama ini berada di sebelah timur alun alun diseberang barat kali Semarang.
Masjid besar Kauman Semarang ini juga dikaitkan dengan ulama besar asal Arab, yang bernama Maulana Ibnu Abdulsalim atau lebih dikenal dengan sebutan Kyai Pandan Arang. Masjid tua ini pernah dipugar pada masa penjajahan, pada tahun 1889. Ditangani seorang arsitek Belanda bernama Gakampiyan.

ARSITEKTUR MASJID BESAR KAUMAN
Arsitektur Masjid Besar Kauman Semarang ini sering disebut dengan konsep tektonika. Sistem yang mirip dengan struktur tumpang pada bangunan tumpang berpenyangga berpilar lima pada bangunan bangunan pra Islam di tanah Jawa. Menurut Ir. Totok Roesmanto, diterapkannya sistem tektonik dalam pembangunan Masjid Besar Kauman Semarang ini bukan menggunakan soko guru layaknya Masjid Agung Demak, menunjukkan ketidakmampuan ahli bangunan Belanda pada masa itu mencerna aplikasi sistem konstruksi brunjung empyak pada bangunan tajuk tradisional.
Penggunaan sistem tektonik ini mengarah kepada struktur bangunan yang rigid. Empat sokoguru digantikan dengan pilar pilar bata penopang rangkaian pilar dan balok kayu di atasnya. Pada rangkaian bangunan ini juga dikenal sistem dhingklik yang menopang pilar pilar balok kayu yang lebih kecil di atasnya dan bntuk bangunan itu dan seterusnya.
Dari tahun pendirian Masjid Besar Kauman Semarang ini, menjadikan Masjid Kauman Semarang sebagai masjid pertama di Jawa yang bercitra tradisional, namun menggunakan konstruksi modern. Karya demikian dikenal dengan sebutan arsitektur masjid modern tradisionalistik.
Secara keseluruhan masjid kauman ini mencirikan bangunan tradisional Jawa. Dengan atap limas besusun tiga tanpa empat sokoguru, dan tanpa menara. Masjid aslinya sendiri kini cukup sulit untuk dilihat karena sudah tertutup oleh bangunan masjid baru dibagian depan masjid asli ditambah dengan himpitan gedung gedung disekitarnya.aslinya masjid ini beratap seng, kini sudah diganti dengan genteng beton. Sebuah menara yang cukup tinggi juga sudah menjadi pelengkap bagi Masjid Besar Kauman Semarang ini. Tampakan depannya sudah jauh lebih modern tanpa kehilangan keaslian bangunan aslinya.
---------
http://semarang.go.id/pariwisata/index.php?option=com_content&task=view&id=50&Itemid=60
http://bujangmasjid.blogspot.com/2010/12/masjid-besar-kauman-semarang.html

Minggu, 15 Januari 2012

Niat Ikhlas (5)

Anas r.a. berkata : Ketika kami kembali dari perang Tabuk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tiba-tiba Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Sesungguhnya ada beberapa orang tertinggal di kota Madinah, tetapi tiadalah kami melalui suatu dusun atau lembah, melainkan selalu menyertai kami, mereka tertahan oleh udzur.  (HR. Buchary).

Karena niat yang sungguh-sungguh ingin ikut jihad, tetapi terhalang oleh keadaan yang memaksa harus tinggal, maka Allah berkenan dengan kurnia-Nya memberi kepada mereka pahala yang sama dengan orang-orang yang keluar berjuang di medan pertempuran. Demikianlah kurnia Allah yang tiada terbatas.
------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 13-14.

BANGSA YANG SERING MEMERAS ORANG LAIN APABILA BERKUASA

Allah berfirman : (QS. An-Nisa : 53)
“Ataukah ada bagi mereka bagian dari kerajaan (kekuasaan) ? Kendanipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikit pun (kebajikan) kepada manusia.”

Bangsa Yahudi sangat egois dan bakhil serta berat untuk bersikap sedikit menguntungkan orang-orang di luar Yahudi. Bilamana mereka mempunyai kekuasaan, sangat kuat keinginannya membendung keuntungan jatuh pada orang lain, sekalipun keuntungan yang sedikit. Bangsa semacam ini sikapnya sudah pasti sangat berkeinginan agar jangan muncul di kalangan bangsa Arab seorang Nabi pun, yang nanti memiliki sahabat-sahabat yang dapat membangun kekuasaan untuk menundukkan Bani Israil. Karakter Yahudi ini tetap dimiliki sampai hari ini. Bilamana mereka telah dapat memperoleh kekuasaan untuk kembali memegang Baitul Maqdis dan wilayah sekitarnya, sudah pasti kaum Muslimin dan ummat Kristen akan diusir dari tanah Qudus itu dan sama sekali tidak akan diberi bagian.
Tetapi adakah kekuasaan yang mereka inginkan itu akan teraih? Di dalam ayat ini tidak terdapat pembenaran ataupun pengingkaran. Tetapi ayat ini hanya menjelaskan bagaimana karakter mereka sekiranya ambisi mereka itu berhasil.
Apa sebab bangsa Yahudi senang memeras bangsa lain bila memegang kekuasaan ? QS. An-Nissa : 54 menjelaskan sebab-sebabnya sebagai berikut :
  1. Tidak senang melihat manusia lain memperoleh kelapangan rezeki dari Allah, sehingga menjadi bangsa yang lebih hebat dari bangsa Yahudi.
  2. Mereka dengki melihat kejayaan ummat Islam, sehingga menyebabkan mereka menjadi lemah dan tidak dapat menguasai dunia.

Maka untuk mencegai jangan sampai ummat Islam memperoleh kejayaan dari bangsa-bangsa lain menjadi lebih kuat ekonomi maupun pengetahuannya, karenanya mereka selalu memeras bangsa lain. Abad XX ini telah membuktikan bagaimana bangsa Yahudi memeras bangsa Jerman, sehingga menyebabkan Hitler memimpin bangsa Jerman membinasakan bangsa Yahudi.*)

*) Gerakan Zionisme Internasiorial Yahudi memang bertujuan untuk memeras dan menguasai seluruh dunia, sehingga dunia tunduk dan jadi budaknya Yahudi. Cuma sayangnya banyak orang Islam yang kurang memahami makna ayat ini dan bukti rencana kejahatan mereka, red.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 142 - 144