"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Sabtu, 30 Januari 2021

Bukan Aku yang Menyandangkan

Note Trip. Dua tahun lalu dalam sebuah perjalanan, saat istirahat makan di sebuah warung kecil di Sragen Jawa Tengah. Aku mendengarkan percakapan kebencian.
Sebut saja mereka Juminten (mewakili pendukung kafir) dan Jumiatun (mewakili penolak kafir).
Juminten : "Tega kah engkau mengatakan kafir pada Jumirah teman kerjamu non muslim yang baik hati, seraya engkau merasa paling suci dan benar sendiri?."
Jumiatun : "Tegalah...!!! bedakan urusan ibadah dengan urusan dunia. Karena urusan mengkafirkan adalah urusan Allah ta'ala yang tegas menyandangkan predikat itu, jika Jumirah termasuk yang mengatakan : "Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam”. [QS. Al-Maidah : 17]" dan "Allah salah satu dari yang tiga” [QS. Al-Maidah : 73]", maka aku hanya "Sami’na wa atho’na (kami mendengar dan kami menta'ati)" dan aku tidak perlu merasa paling suci dan benar sendiri."
.
Jawaban keren. Ikut senang ternyata di kalangan akar rumput masih banyak yang ta'at pada agama, meskipun kaum atheis-komunis-liberal-syiah terus mengupayakan agar akar rumput jauh dari agamanya.

Sabtu, 02 Januari 2021

Nalar Jongkok

Note Trip. Akhir 2016 Indonesia di gegerkan dengan kelakuan ahok si penista agama. Ulama dan ummat Islam terus menerus memprotes kelakuan sang penista agama. Tetapi pemerintahan kala itu seolah diam, seperti tak punya ghiroh keagamaan. Padahal mereka mengaku beragama Islam, tetapi diam ketika agamanya dinistakan. Edan...!!!
Hari-hari selepas si penista agama berkoar menafsirkan surat al-Maidah : 51, hembusan kotor di kalangan jelata terus digulirkan, mencuci nalar waras beragama yang benar. Sebuah gerakan yang terus dilakukukan oleh kaum atheis-komunis-liberal-syiah sepanjang akhir tahun 2016 hingga tahun-tahun berikutnya.
Obrolan jalanan, warung makan, angkutan umum dan dimanapun ada kesempatan bagi kaum atheis-komunis-liberal-syiah terus digulirkan.
Beberapa obrolan yang berusaha menumbangkan nalar waras beragama yang sempat aku temukan diantaranya.
Gerombolan penista : "Hoi.. buka mata bro - pemilih Koh Ahok itu bukan cuma orang Cina atau Kristen. Pikir berapa persen sih Cina dan Kristen di Jakarta?".
Sang Pembela : "Mohon maaf ya, kamu nalar jongkoknya nggak ketulungan. Memuji kekompakan saudara Cina saya saja kamu bilang salah. Nalar kok kotor."

Begitulah sepak terjang Buzzer alias Tuyul Modern tidak perlu pengetahuan dan ilmu, yang paling dibutuhkan adalah bisa mengubur husnul-khuluq dan terlatih memfitnah, seperti yang didefinisikan oleh Dahnil Anzar Simanjuntak ketua umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah saat itu.