"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Senin, 31 Maret 2014

MEMBANGUN RUMAH KECIL

Nico di Pasuruan baru-baru ini membeli kavling dengan ukuran 6 m x 15 m, menghadap utara. Karena keterbatasan dana, beliau ingin membangun rumah kecil yang layak huni dengan biaya serendah mungkin. Dan beliau minta didesainkan tampak depan dan belakang rumah dengan detil kolom untuk pintu masuknya. Beliau cenderung menggunakan atap yang sederhana. Air hujan dibuang langsung ke tanah tanpa menggunakan lisplang atau talang! jurai dalam untuk mengurangi daerah rawan bocor. Pada teras belakang beliau merencanakan membuat penutup atap dari fiber yang dicat, untuk mengurangi panas. Atap genteng hanya akan dipakai untuk ruang didalam berukuran 6 m x 6 m. Beliau menginginkan Carport ditutup dengan pergola kayu dengan penutup fiber.

Wijoyo Hendromartono sebagai Arsitek menyarankan :
  • Ruang tidur dibesarkan, sehingga sisa ruang selebar 1 m di antara ruang tidur dan kamar mandi hilang.
  • Letak dapur diubah menjadi di dalam, sehingga kegiatan masak dengan ruang makan menjadi tidak terpisah.
  • Ruang jemur diletakkan di atas dapur dan ruang cuci, agar masih tetap memiliki taman belakang.

Berikut adalah jawaban sang Arsitek atas pertanyaan Nico di Pasuruan.
  1. Ilustrasi contoh rumah yang Nico diimpikan dikenal sebagai gaya mediteranean. Gaya ini biasanya tidak menggunakan talang air hujan, melainkan menggunakan atap model teritisan, sehingga air hujan langsung jatuh ke tanah. Apabila kita mengadopsi gaya ini, harus ada penyesuaian dengan iklim yang ada di Indonesia, yaitu hujan yang jatuh hampir sepanjang tahun dengan curah hujan yang tinggi. Dengan demikian, teritisan atap harus dibuat lebih lebar (minimal 1 m) atau ditambahkan talang. Dengan demikian, cucuran air yang jatuh tidak akan terlalu membuat tampias pada dinding/ jendela rumah. Untuk detil kolomnya dibuat tidak sama persis, tetapi dibuatkan bentuk kolom yang lebih ringan, agar teras masih bisa mendapatkan cahaya matahari.
  2. Pemilik rumah bisa saja menggunakan penutup atap fiberglass untuk teras belakang agar matahari masih bisa masuk ke dalam rumah. Namun, dianjurkan, daripada mengecat atap fiberglass, yang nantinya akan terlihat kurang baik, lebih baik menggunakan bahan penutup polycarhonate yang sudah memiliki warna yang bisa dengan mudah mendapatkannya di toko-toko bahan bangunan.
  3. Untuk saat ini terutama untuk bentuk atap tidak terlalu rumit, rangka atap kayu harganya lebih murah.
  4. Penutup carport yang ringan dan praktis adalah dengan pergola kayu dan bahan penutup yang sama dengan teras belakang. Agar pergola tidak mengganggu tampak rumah, posisi pergola bisa ditempatkan persis setinggi kusen antara daun jendela dengan jendela atasnya (bovenlicht).

 

Keterangan denah rumah :
Lantai Bawah
1. Carport
2. Teras
3. Ruang Tamu dan Ruang Keluarga
4. Ruang Makan
5. Ruang Tidur
6. Kamar Mandi
7. Dapur
8. Beranda / Teras Belakang
9. Ruang Cuci dan Setrika

Lantai Atas
10. Ruang Jemur
--------------------------
Tabloid Rumah Edisi 37, II/8 Juni - 21 Juni 2004, halaman 29

MENGHIDUPKAN TANAH YANG MATI (2)

Dari Said bin Zaid r.a. dari Nabi s.a.w. ia berkata : “Barangsiapa yang menghidupkan tanah-mati, maka tanah itu untuk dia.” Diriwayatkan oleh Imam yang Tiga (Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzy), dan dihasankan oleh Tirmidzy. Ia berkata Hadits ini diriwayatkan secara mursal, dan ia sebagaimana yang ia katakan Dan telah diperselisihkan shahabinya, katanya dari Jabir, katanya lagi dari ‘Aisyah, dan kata yang lainnya lagi dari Abdullah bin ‘Umar; adapun yang kuat adalah yang pertama.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 337-338.

TENTANG GAMIS (2)

Ibn Umar r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Siapa yang menurunkan kainnya di bawah mata kaki karena sombong, Allah tidak melihat kepadanya dengan pandangan rahmat pada hari qiyamat. Maka Abubakar bertanya : Ya Rasulullah, kain saya selalu turun ke bawah mata kaki kecuali jika saya jaga benar-benar. Berkata Nabi : Engkau tidak berbuat itu karena sombong. (HR. Buchary dan Muslim).

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Allah tidak akan melihat dengan rahmat pada hari qiyamat kepàda siapa yang memakai (menurunkan) kainnya karena sombong. (HR. Buchary dan Muslim)

= ya’ni di bawah mata kaki.

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Yang di bawah mata kaki dari pada kain, maka itu bagian api neraka. (HR. Buchary).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 4.

DETIK-DETIK YANG KHIDMAT DALAM SEJARAH

Di hadapan saya sekarang — setelah lampau seribu empat ratus tahun yang lalu — terbentang sebuah lukisan peristiwa khidmat dan syahdu yang telah memenuhi hati saya, dengan segala kerendahan hati dan hormat. Tubuh yang terbungkus kini terletak dalam sebuah sudut, dalam ruangan yang nantinya akan menjadi sebuah makam, dan ruangan yang tadinya dihuni oleh orang yang mengenal makna hidup, orang yang penuh rahmat, penuh cahaya. Tubuh yang suci ini, yang telah mengajak dan membimbing orang ke jalan yang benar, dan yang buat mereka telah menjadi teladan tertinggi tentang arti kebaikan dan kasih saying, tentang ketangkasan dan harga diri, tentang keadilan dan kesadaran dalam menghadapi kekejaman serta segala tindakan tirani.
Orang yang banyak itu kini lalu dengan perasaan yang sudah remuk redam, dengan hati yang sendu, hati yang tersayat pilu. Setiap pria, setiap wanita, setiap anak-anak —terhadap laki-laki yang sekarang memilih tempatnya di sisi Tuhan itu— mengenangkannya sebagai ayah, sebagai kawan setia dan sahabat, sehagai Nabi dan Rasulullah. Betapakah perasaan yang sekarang sedang rimbun memenuhi kalbu yang penuh semarak iman itu, kalbu yang penuh prihatin akan rahasia hari esok setelah Rasul wafat?! Lukisan peristiwa khidmat inilah yang sekarang terbentang di hadapan saya. Saya lihat diri saya sedang tercengang menatapnya, dengan sepenuh hati akan keagungan yang penuh syahdu dan khidmat ini; hampir-hampir saya tak dapat melepaskan diri.

KEGONCANGAN ORANG-ORANG YANG LEMAH IMAN

Sudah sepantasnya pula apabila kaum Muslimin jadi kuatir. Sejak diumumkannya berita kematian Nabi di Medinah dan kemudian tersebar pula sampai kepada kabilah-kabilah Arab di sekitar kota, pihak Yahudi dan Nasrani segera memasang mata dan telinga, sifat-sifat munafik mulai timbul, iman orang-onang Arab yang masih lemah pula goncang. Dalam pada itu orang-orang Mekah juga sudah siap-siap akan berbalik dari Islam, bahkan sudah mau bertindak demikian, sehingga ‘Attah bin Asid wakil Nabi di Mekah merasa kuatir dan tidak menampakkan diri kepada mereka. Tepat sekali Suhail bin Amr yang berada di tengah-tengah mereka itu ketika ia tampil dan berkata — setelah menerangkan kematian Nabi – bahwa Islam sekarang sudah bertambah kuat, dan siapa yang masih menyangsikan kami, kami penggal lehernya. Kemudian katanya lagi : “Penduduk Mekah! Kamu adalah orang yang terakhir masuk Islam, maka janganlah jadi orang yang pertama murtad! Demi Allah, Tuhanlah yang akan menyelesaikan soal ini. Seperti kata Rasulullah s.a.w. —Belum jugakah mereka sadar dari kemurtadan mereka itu?”
Ada dua cara orang-orang Arab ketika itu dalam menggali kuburan : Pertama cara orang Mekah yang menggali kuburan dengan dasarnya yang rata; kedua cara orang Medinah yang menggali kuburan dengan dasarnya yang dilengkungkan. Abu Ubaidah bin’l-Jarrah misalnya, ia menggali cara orang Mekah, sedang Abu Talha Zaid bin Sahl menggali kuburan cara orang Medinah. Keluarga Nabi juga memperbincangkan cara mana kuburan itu akan digali. ‘Abbas paman Nabi segera mengutus dua orang, masing-masing supaya memanggil Abu ‘Ubaida dan Abu Talha. Yang diutus kepada Abu ‘Ubaida kembali tidak bersama dengan yang dipanggil, sedang yang diutus kepada Talha datang bersama-sama. Maka makam Rasulullah digali menurut cara Medinah.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 587-588.

Minggu, 30 Maret 2014

Riya', Penghapus Catatan Amal Kebaikan

Pada waktu sahur, seorang Abid (orang yang sedang beribadah) membaca surat ‘Thaa Haa’ di biliknya yang berdekatan dengan jalan raya. Selesai membaca, dia merasa sangat mengantuk. Lalu ia putuskan untuk tidur.
Dalam tidurnya, dia bermimpi melihat seorang laki-laki turun dari langit dan menbawa Al-quran. Lelaki itu datang menemuinya dan segera membuka kitab suci itu di depannya. Dijelaskannya surat ‘Thaa Haa’, dan diperlihatkannya halaman demi halaman agar terlihat jelas oleh Abid.
Abid melihat setiap kalimat surat itu dicatat sepuluh amal kebajikan sebagai pahala bacaannya, kecuali satu kalimat saja yang catatannya dihapus. Lalu Abid bertanya, “Demi Allah, sesungguhnya aku telah membaca seluruh surat ini tanpa meninggalkan satu kalimat pun. Tetapi mengapa catatan pahala untuk kalimat ini dihapus?”
“Benar seperti katamu, engkau memang tidak meninggalkan satu kalimat pun dalam bacaanmu tadi, dan untuk kalimat itu sudah dicatatkan pahalanya, tetapi tiba-tiba kami mendengar perintah dari arah Arasy, ‘ Hapuskan catatan itu dan gugurkan pahala untuk kalimat itu!’ karena itulah kami segera menghapusnya,” jawab lelaki itu
Dalam mimpinya Abid menangis dan berkata, “Kenapa tindakan itu dilakukan?”
“Semua ini karena engkau sendiri, ketika membaca surat Thaa Haa tadi, seorang hamba Allah melewati jalan dekat rumahmu, engkau sadar akan hal itu, lalu engkau meninggikan suara bacaanmu agar terdengar oleh hamba Allah tersebut. Kalimat yang tiada catatan pahala itulah yang telah engkau baca dengan suara tinggi.” jelas si lelaki.
Si Abid terjaga dalam tidurnya, “Astagfirullahal’adzim! sungguh licin virus riya menyusup ke dalam hatiku, dan sungguh besar bahayanya. Dalam sekejap mata, ibadahku dimusnahkan,” tuturnya.

SEMOGA BERMANFAAT, Syekh Ali Jaber.

AL-KHANSA’

Nama beliau adalah Tamadhar binti Amru bin Al-Haris bin Asy-Syarid. Seorang wanita penyair yang tersohor. Sya’ir terlantun dari lisan beliau di saat kematian saudaranya Shakhr di masa jahiliyah, maka beliau meratap dengan ratapan yang menyedihkan, yang akhirnya sya’ir tersebut menjadi sya’ir yang paling terkenal dalam hal sya’ir duka cita. Di antara sya’ir yang bagus yang beliau ciptakan adalah :
Menangislah dengan kedua matamu atau sebelah mata
Apakah aku akan kesepian karena tiada lagi penghuni di dalam rumah

Dan di antara sya’ir beliau yang bagus adalah :
Kedua mataku menangis dan tiada akan membeku
Bagaimana mata tidak menangis untuk Sakhr yang mulia
Bagaimana mata tidak menangis untuk sang pemberani
Bagaimana mata tidak menangis untuk seorang pemuda yang luhur.


Beliau mendatangi Rasulullah s.a.w. bersama kaumnya dari Bani Salim kemudian mengumumkan ke-Islamannya dan menganut akidah tauhid, amat baik keislaman beliau sehingga menjadi lambang yang cemerlang dalam keberanian, kebesaran jiwa dan merupakan perlambang kemuliaan bagi sosok wanita muslimah.
Rasulullah s.a.w. pernah meminta kepadanya untuk bersya’ir, maka ketika beliau bersya’ir, Rasulullah s.a.w. menyahut :
“Wahai Khansa’ dan hari-hariku di tangan-Nya.”

Ketika Adi bin Hatim datang kepada Rasulullah s.a.w. ia berkata kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya di tengah-tengah kami ada orang yang paling ahli dalam sya’ir, ada juga orang yang paling dermawan di antara manusia dan orang yang paling ahli menunggang kuda. Kemudian Nabi bersabda : Siapakah nama mereka?” Adi bin Hatim berkata : Adapun orang yang paling ahli bersya’ir adalah Al-Qais bin Hajar, sedangkan yang paling dermawan adalah Hatim bin Sa’ad (yakni bapaknya Adi), adapun yang paling ahli dalam berkuda adalah Amru bin Ma’ad Yakrab.” Rasulullah bersabda : “Tidak benar apa yang kamu katakan wahai Adi, adapun orang yang paling ahli dalam syai’ir adalah Khansa’ binti Amru, adapun orang yang paling dermawan adalah Muhammad (yakni pribadi beliau sedangkan orang yang paling ahli berkuda adalah Ali bin Abi Thalib.”
Di samping kelebihan tersebut --hingga karena keistimewaannya dikatakan, “Telah dikumpulkan para pakar sya’ir dan ternyata tidak didapatkan seorang wanita yang lebih ahli tentang sya’ir daripada beliau-- , beliau juga memiliki kedudukan dan prestasi jihad yang mengagumkan dalam berpartisipasi bagi Islam dan membela kebenaran. Beliau turut menyertai peperangan-peperangan bersama kaum muslimin dan menyertai pasukan mereka yang memperoleh kemenangan.
Ketika Mutsanna bin Haritsah Asy-Syaibaani berangkat ke Qadisiyah di masa Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Khansa’ berangkat bersama ke empat putranya untuk menyertai pasukan tersebut.
Di medan peperangan di saat malam ketika para pasukan sedang siap berperang satu sama lain, Khansa’ mengumpulkan ke empat putranya untuk memberikan pengarahan kepada mereka dan mengobarkan semangat kepada mereka untuk berperang dan agar mereka tidak lari dari peperangan serta agar mereka mengharapkan syahid di jalan Allah. Maka dengarkanlah wasiat Al Khansa’ yang agung tersebut “
“Wahai anak-anakku, sesungguhnya kalian telah masuk Islam dengan ketaatan, kalian telah berhijrah dengan sukarela dan demi Allah yang tiada ilah kecuali Dia, sesungguhnya kalian adalah putra-putra dari seorang wanita yang tidak pernah berkhianat kepada ayah kalian, kalian juga tidak pernah memerlukan paman kalian, tidak pernah merusak kehormatan kalian dan tidak pula berubah nasab kalian. Kalian mengetahui apa yang telah Allah janjikan bagi kaum muslimin berupa pahala yang agung bagi yang memerangi orang-orang kafir, dan ketahuilah bahwa negeri yang kekal lebih baik dari negeri yang fana, Allah Azza wa Jalla berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung.” (QS. Ali Imran : 200).
Maka ketika datang waktu esok jika Allah menghendaki kalian masih selamat, persiapkanlah diri kalian untuk memerangi musuh dengan penuh semangat dan mohonlah kepada Allah untuk kemenangan kaum muslimin. Jika kalian melihat perang telah berkecamuk, ketika api telah berkobar maka terjunlah kalian di medan laga, bersabarlah kalian menghadapi panasnya perjuangan, niscaya kalian akan berjaya dengan ghanimah dan kemuliaan atau syahid di negeri yang kekal.
Sementara itu ke empat putranya mendengarkan wejangan tersebut dengan penuh seksama, mereka keluar dari kamar ibu mereka dengan menerima nasihatnya dan tekad hatinya untuk melaksanakan nasehat tersebut, maka ketika datang waktu pagi, mereka segera bergabung bersama pasukan dan bertolak untuk menghadapi musuh sedangkan mereka berangkat seraya melantunkan sya’ir. Yang paling besar bersenandung :
Wahai saudaraku, sesungguhnya ibunda sang penasehat.
Telah berwasiat kepada kita kemarin malam
Dengan penjelasan yang terang dan gamblang
Maka bersegeralah menuju medan tempur yang penuh bahaya.
Yang kalian hadapi hanyalah
Kawanan anjing yang sedang menggonggong
Sedang mereka yakin bahwa dirinya akan binasa oleh kalian
Adapun kalian telah dinanti dengan kehidupan yang baik
Ataukah syahid untuk mendapatkan ghanimah yang menguntungkan

Kemudian dia maju untuk berperang hingga terbunuh. Kemudian yang kedua bersenandung :
Sesungguhnya ibunda yang tegas dan lugas
Yang memiliki wawasan yang luas dan pikiran yang lurus
Telah memerintahkan kepada kita kepada jalan yang lurus
Suatu nasehat darinya sebagai tanda berbuat baik terhadap anak
Maka bersegeralah terjun di medan perang dengan jantan
Hingga mendapatkan kemenangan penyejuk hati
Ataukah syahid sebagai kemuliaan abadi
Di Jannah Firdaus dan hidup penuh bahagia


Kemudian dia maju dan berperang hingga menemui syahid. Kemudian giliran putra Al-Khansa’ yang ketiga bersenandung :
Demi Allah aku tak akan mendurhakai ibuku walau satu hurufpun
Beliau telah perintahkan aku untuk berperang
Sebuah nasehat, perlakuan baik, tulus dan penuh kasih sayang
Maka bersegeralah terjun ke medan perang yang dahsyat
Hingga kalian dapatkan keluarga Kisra dalam kekalahan
Jika tidak maka mereka akan membobol perlindungan kalian
Kami melihat bahwa kemalasan kalian adalah suatu kelemahan Adapun yang terbunuh di antara kalian adalah kemenangan dan pendekatan diri kepada-Nya
Kemudian dia maju dan bertempur hingga mendapatkan syahid. Kemudian giliran putra Al-Khansa’ yang terakhir bersenandung :
Bukanlah aku putra dari Al-Khansa’, bukan pula milik Al-Akhram
Bukan pula Amru yang memiliki keagungan
Jika aku tidak bergabung dengan pasukan yang memerangi Persia
Maju dalam kancah yang menakutkan
Hingga berjaya di dunia dan mendapat ghanimah
Ataukah mati di jalan yang paling mulia


Kemudian dia maju untuk bertempur hingga beliau terbunuh.
Ketika berita syahidnya empat bersaudara tersebut sampai kepada ibunya yang mukminah dan sabar, beliau tidaklah menjadi goncang ataupun meratap, bahkan beliau mengatakan suatu perkataan yang masyhur yang dicatat oleh sejarah dan akan senantiasa diuilang-ulang oleh sejarah sampai waktu yang dikehendaki Allah, yakni :
“Segala puji bagi Allah yang memuliakan diriku dengan syahidya mereka, dan aku berharap kepada Rabb-ku agar Dia mengumpulkan diriku dengan mereka dalam rahmat-Nya.
Adalah Umar bin Khathab mengetahui betul tentang keutamaan Al-Khansa’ dan putra-putranya sehingga beliau senantiasa membeikan bantuan yang merupakan jatah ke empat anaknya kepada beliau hingga beliau wafat.
Kemudian wafatlah Al-Khansa’ di Badiyah pada awal kekhalian Utsman bin Affan r.a pada tahun 24 Hijriyah.
Semoga Allah merahmati Al-Khansa’ yang benar-benar beliau sebagai seorang ibu yang tidak sebagaimana layaknya ibu yang lain, kalau saja para ummahatul Islam setelahnya semisal beliau niscaya, tiada hilang mereka yang telah hilang, tak akan dapat tidur mata orang yang sedang gelisah.
---------------------------------
NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 237 – 241

MENGHIDUPKAN TANAH YANG MATI (1)

Dari ‘Urwah dari ‘Aisyah r.a. bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang memakmurkan sebidang tanah yang tidak ada yang punya, maka ia lebih berhak akan tanah tersebut”. Berkata ‘Urwah r.a.: “Umar memutuskan dengan keputusan itu semasa Khilafatnya”. Diriwayatkan oleh Bukhary.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 337.

TENTANG GAMIS (1)

Asma’ binti Jazid Al-Anshoriyah r.a. berkata : Adalah lengan baju Rasulullah s.a.w. hanya sampai ke pergelangan tangan. (HR. Abu Dawud dan Attirmidzy)
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 3.

KITAB PERJANJIAN BARU (4)

Injil Matius
Matius adalah seorang murid Yesus yang dipercayai telah menulis Injil Matius itu. Sebelum menjadi murid Yesus adalah dahulunya bernama Levi, seorang pengawal pemungut pajak. Jabatan ini sangat dibenci dan dihinakan oleh orang Yahudi karena dianggap menindas rakyat dan pembantu pemerintah penjajahan Romawi.
Setelah Yesus diangkat ke langit ia menyiarkan agamanya di Afrika Utara. Dia dibunuh orang pada 70 M setelah selesai menulis injilnya. Kebanyakan ahli Masehi berpendapat bahwa ia menulis itu bahasa Suryani atau Arab, ada juga yang menyangka dalam bahasa Aram. Menurut pendapat ahli-ahli Masehi, maksud Injil Matius hanya satu, ialah yang menjelaskan, bahwa benar-benar Yesus itu Messias yang telah sekian lama dijanjikan Allah dalam Perjanjian Lama, untuk melepaskan bangsa Israil dari penderitaan. Sedikitnya 47 kali ia mengutip ayat-ayat dalam Perjanjian Lama untuk membuktikan bahwa kedatangan Yesus tidak lain hanya penggenapan nubuat-nubuat (pemberitaan) dalam Perjanjian Lama.
Perjalanan Matius dalam menyiarkan agamanya sangat sedikit sekali diketahui orang, dan injilnya yang asli tidak pernah diketemukan. Adapun yang diketemukan ialah sebuah kitab injil dalam bahasa Yunani dengan nama Injil Matius, tetapi tidak diketahui orang pula siapa yang telah menterjemahkan ke dalam bahasa Yunani itu, sebagaimana tidak pula diketahui dengan pasti pada tahun berapa ia menulis injilnya. Pendapat para ahli yang terkuat, antara lain E. Meyer, bahwa Injil Matius ditulis pada tahun 70 M, jadi 5 tahun sesudah Injil Markus. Begitupun sebagaimana yang diterangkan di atas, ada juga yang berpendapat bahwa Matius tidak pernah menulis Injil. Benar tidaknya pendapat itu sukar diselidiki, tetapi kita sekarang dihadapkan kenyataan adanya Injil Matius. Pendapat bahwa Matius tidak menulis Injil riwayat Yesus sebagai yang ada dalam Injil Matius sekarang ini, adalah didasarkan atas keterangan Papias tersebut di atas.
------------------------
Sekitar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 35-36.

Sabtu, 29 Maret 2014

Merekrut Alex dan Hilda

SUIKODEN 2. Ketika Hero Genkaku telah memiliki istana cobalah temui ALEX (Chisu Star) dan HILDA (Chiin Star) di lantai atas penginapan South Window City. Saat Hilda melihat Hero Genkaku ia ingin bergabung membantunya. Katakan “Ya”, maka  dia akan bergabung beserta Alex. Tentunya kalian masih ingat mereka saat membantu Alex menguak misteri harta karun di reruntuhan belakang White Deer Inn ketika Hero Genkaku tengah menempuh perjalanan ke Muse City setelah Mercenary Fortress dibumi-hanguskan oleh Luca Blight.

PENYIRAMAN DAN SEWAAN (8)

Dari Abu Sa’id Alkhudriyyi r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang mengupah seorang buruh hendaklah ia terangkan upahnya “kepadanya”. Diriwayatkan oleh Abdrrazaq padanya ada inqitha, tapi Baihaqy menganggapnya mausul dari jalan Abu Hanifah.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 337.

SUNNAT MEMAKAI GAMIS (KEMEJA PANJANG)

Umm Salamah r.a. berkata : Pakaian yang amat disukai oleh Rasulullah s.a.w. yalah gamis (kemeja panjang). (HR. Abu Dawud dan Attirmidzy).
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 622.

NABI DIMANDIKAN

Selanjutnya yang bertindak memandikan Nabi ialah keluarganya yang dekat. Yang pertama sekali Ali bin Abi Talib, lalu ‘Abbas bin ‘Abd’l-Muttalib serta kedua putranya, Fadzl dan Qutham serta Usama bin Zaid. Usama bin Zaid dan Syuqran, pembantu Nabi. bertindak menuangkan air sedang Ali yang memandikannya berikut baju yang dipakanya. Mereka tidak mau melepaskan baju itu dari (badan) Nabi. Dalam pada itu mereka juga mendapatkan Nabi begitu harum, sehingga Ali berkata : Demi ibu-bapaku! Alangkah harumnya engkau di waktu hidup dan di waktu mati.”
Karena itu juga beberapa Orientalis ada yang berpendapat, bahwa bau harum itu disebabkan Nabi selama hidupnya biasa memakai wangi-wangian. Ia menganggap wangi-wangian itu sudah menjadi barang kesukaannya dalam kehidupan dunia ini.
Selesai dimandikan dengan mengenakan baju yang dipakainya itu, Nabi dikafani dengan tiga lapis pakaian : dua Shuhari (Shuhari dari Shuhar nama sebuah desa di Yaman. Juga dikatakan dari kata shuhra, yakni warna merah muda) dan satu pakaian jenis burd hibara dengan sekali dilipatkan. Selesai penyelenggaraan dengan cara demikian, jenazah dibiarkan di tempatnya. Pintu-pintu kemudian dibuka untuk memberikan kesempatan kepada kaum Muslimin, yang memasuki tempat itu dari jurusan mesjid, untuk mengelilingi serta melepaskan pandangan perpisahan dan memberikan doa selawat kepada Nabi. Kemudian mereka keluar lagi dengan membawa perasaan duka dan kepahitan yang dalam sekali, yang sangat menekan hati.
Ruangan itu telah menjadi penuh kembali tatkala kemudian Abu Bakr dan Umar masuk melakukan sholat bersama-sama Muslimin yang lain, tanpa ada yang bertindak selaku imam dalam sholat itu. Setelah orang duduk kembali dan keadaan jadi sunyi, Abu Bakr berkata :
“Salam kepadamu ya Rasulullah, beserta rahmat dan berkah Tuhan (Assalamu’alaika, ya Rasulullah wa rahmatullahi wa barakatuhu). Kami bersaksi, bahwa Nabi dan Rasulullah telah menyampaikan risalah Tuhan, telah berjuang di jalan Allah sampai Tuhan memberikan pertolongan untuk kemenangan agama. Ia telah menunaikan janjinya, dan menyuruh orang menyembah hanya kepada Allah tidak bersekutu.”

PERPISAHAN DENGAN JENAZAH YANG SUCI
Pada setiap kata yang diucapkan oleh Abu Bakr disambut oleh Muslimin dengan penuh syahdu dan khusyu : Amin! Amin!
Selesai bagian laki-laki melakukan sholat, setelah mereka keluar, masuk pula kaum wanita, dan setelah mereka, kemudian masuk pula anak anak. Semua mereka itu, masing-masing membawa hati yang pedih, perasaan duka dan sedih menekan kalbu, karena mereka harus berpisah dengan Rasulullah, penutup para nabi.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 586-587.

Jumat, 28 Maret 2014

PENYIRAMAN DAN SEWAAN (7)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwasanya Rasulullah s.a.w bersabda : “Sesungguhnya yang paling berhak engkau ambil upahnya, ialah (mengajarkan) Kitabullah”. Dikeluarkan oleh Bukhary.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 336.

BOLEH BERPAKAIAN BERWARNA PUTIH, MERAH KUNING DAN HITAM, ASALKAN DARI KATTUN BULU NANAS, SELAIN SUTRA (9)

Almughirah bin Syu’bah r.a. berkata : Pada suatu malam ketika saya dalam bepergian bersama Rasulullah s.a.w., tiba-tiba Rasulullah bertanya : Apakah ada air? Jawab saya : Ya, ada. Maka Rasulullah turun dari kendaraannya dan berjalan dalam gelap malam, kemudian setelah kembali dari berhajat saya menuangkan untuknya air, maka membasuh muka, sedang ia memakal jubbah dari wol, maka agak sukar membuka lengan terpaksa dikeluarkan dari dalam untuk dibasuhnya, kemudian sesudah mengusap kepalanya, saya akan membuka sepatularsa Rasulullah sambil jongkok, maka beliau bersabda : Biarlah karena saya tadi ketika memakainya dalam keadaan suci (berwudlu’), kemudian Nabi s.a.w. mengusap di atas sepatu itu. (HR. Buchary dan Muslim).
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 621.

KITAB PERJANJIAN BARU (3)

Isi Kitab Perjanjian Baru
Kalau Perjanjian Lama bagi golongan Protestan berisi 39 dan Katolik 46 kitab, maka Perjanjian Baru sekarang ini 27 kitab yaitu :
  1. Injil karangan Matius, 28 pasal.
  2. Injil karangan Markus, 16 pasal.
  3. Injil karangan Lukas, 24 pasal.
  4. Injil karangan Yahya, 21 pasal.
  5. Kisah Rasul-Rasul, 28 pasal.
  6. Surat kiriman Paulus kepada orang Rum, 16 pasal.
  7. Surat kiriman Paulus yang pertama kepada orang Korintus, 13 pasal.
  8. Surat kiriman Paulus yang kedua kepada orang Korintus, 13 pasal.
  9. Surat kiriman Paulus kepada orang Galatia, 6 pasal .
  10. Surat kiriman Paulus kepada orang Epesus, 6 pasal.
  11. Surat kiriman Paulus dan Timotius kepada orang Pilipi, 4 pasal.
  12. Surat kiriman Paulus kepada orang Kolose, 4 pasal.
  13. Surat kiriman Paulus Timotius dan Silwanus kepada orang Tesalonika, 5 pasal.
  14. Surat kiriman Paulus Timotius dan Silwanüs kepada orang Tesalonika, 3 pasal
  15. Surat kiriman Paulus yang pertama kepada Timotius, 6 pasal.
  16. Surat kiriman Paulus yang kedua kepada Timotus, 6 pasal.
  17. Surat kiriman Paulus kepada Titus, 3 pasal.
  18. Surat kiriman Paulus kepada Pilémon, 1 pasal.
  19. Surat kiriman Paulus kepada orang Iberani, 13 pasal.
  20. Surat kiriman Yakub kepada 12 suku Yahudi, 5 pasal.
  21. Surat kiriman Petrus yang pertama kepada orang pilihan, 5 pasal.
  22. Surat kiriman Petrus yang kedua kepada orang-orang beriman, 8 pasal.
  23. Surat kiriman Yahya yang pertama kepada orang-orang terpilih, 5 pasal.
  24. Surat kirimanYahya yang kedua kepada orang-orang terpilih, 1 pasal.
  25. Surat kiriman Yahya yang ketiga kepada Gayus, 1 pasal.
  26. Surat kiriman Yahuda kepada segala orang beriman, 8 pasal.
  27. Kitab Wahyu Allah kepada Yahya, 22 pasal.

Dari keempat Injil, Injil Matius, Markus dan Lukas dinamakan Injil Sinoptis, karena banyak persamaan isinya meskipun ada juga yang berlainan. Sinoptis berasal dari kata Gerika “Sypnose” artinya “sepandangan.” Dalam ketiga Injil ini ketuhanan Yesus tidak dinyatakan secara jelas, sedang di dalam Injil Yahya ditonjolkan.
Injil Markus terlebih dahulu ditulis, oleh karena itu agaknya telah menjadi pedoman bagi Matius dan Lukas untuk menulis Injilnya. Kemungkinan ini dapat diperkuat oleh kenyataan bahwa dari 661 ayat dalam Injil Markus, lebih 600 ayat yang isinya dimuat lagi dalam Injil Matius dan lebih kurang 350 ayat dalam Injil Lukas, dan ayat-ayat dalam Markus yang tidak dimuat isinya dalam Matius dan Lukas hanya ada 31 ayat. Perhubungan yang demikian eratnya antara ketiga Injil itu tidak terbatas dalam persamaan maksud, bahkan banyak persamaan sampai kepada susunan dan gaya bahasanya; sebagai contoh adalah di bawah ini :
 
I. Matius 21 : 23
23. “Setelah Yesus masuk ke dalam Bait Allah, sedang ia mengajar orang, datang kepadanya kepala-kepala imam dan orang-orang tua kaum itu, katanya : Dengan kuasa apakah Engkau membuat perkara ini, dan siapakah yang memberi kuasa yang demikian kepadamu?”
Markus 11 : 27 dan 28
27. “Maka datanglah pula mereka itu ke Yerusalim. Maka. tengah Yesus berjalan-jalan di dalam Bait Allah, datanglah kepadanya segala kepala imam dan ahli Taurat dan orang-orang tua.
28. serta bertanya kepadanya : Dengan kuasa apakah Engkau membuat segala perkara ini? Atau siapakah yang memberi Engkau kuasa akan membuat segala perkara ini ?”
Lukas 20 : l dan 2
1. “Adalah pada satu hari sedang Yesus mengajar kaum itu dalam Bait Allah serta memberitakan kabar kesukaan maka datanglah kepala-kepala imam dan ahli Taurat beserta dengan orang-orang tua.
2. lalu mereka berkata kepadanya : Katakanlah kepada kami, dengan kuasa apakah Engkau membuat segala perkara ini? Atau siapakah yang memberi kuasa ini kepadamu?”

II. Matius 24 : 4
4. “Maka jawab Yesus serta berkata kepada mereka : Ingatlah baik-baik jangan barang seorang menyesatkan kamu.”
Markus 13 : 5
5. “Maka jawabnya kepada mereka itu, serta mulai berkata demikian : Ingatlah baik-baik jangan kamu disesatkan orang.”
Lukas 21 : 8
8. “Maka katanya : Ingatlah baik-baik jangan kamu disesatkan orang.”

Persamaan semacam itu terdapat dalam ayat-ayat lain ketiga injil sipnotis itu, antara lain ialah :
Matius 24 : 15 dengan Markus 13 : 14 dan dengan Lukas 21 : 20. Matius 8 : 1 dengan Markus 1 : 40 dan dengan Lukas 5 : 12.

Demikianlah dapat dikatakan bahwa pada umumnya Injil Matius, Markus dan Lukas itu sama materinya, sebagian sama susunan dan gaya bahasanya, serta banyak pula persamaan dalam urutan serta hubungan ceriteranya. Adapun di antara perbedaan-perbedaan yang amat penting antara ketiga injil sinoptis itu dengan Injil Yahya, ialah dalam kisah penangkapan Yesus.
Matius, Markus dan Lukas meriwayatkan bahwa Yudas Iskariyot telah menyerahkan Yesus kepada tentara yang akan menangkap dia, dengan sebuah cium. Agar tentara itu dapat mengetahui yang mana Yesus yang harus ditangkap itu, Yudas akan menciumnya. Demikianlah diriwayatkan bahwa Yudas datang membawa lasykar. Ia tiba lebih dahulu di hadapan Yesus serta murid-muridnya. Ketika lasykar datang, diciumnyalah Yesus dan tahulah lasykar itu yang mana Yesus yang harus ditangkapnya. Tetapi Injil Yahya tidak menceriterakan tentang cium ini. Ketika lasykar datang bersama Yudas, Yesus dengan murid-muridnya tengah berada dalam kebun. Yesus tampil ke muka dan berseru : “Siapa kamu cari?” Lasykar menjawab : “Yesus orang Nasaret.” Yesus berkata lagi : “Akulah Dia.” Akhirnya mereka menangkapnya. Mereka tahu yang mana Yesus karena ia mengaku sendiri.
Ternyata ada persamaan yang amat penting di antara keempat injil itu, yaitu : lasykar itu belum mengenal rupa Yesus. Namun, sebagaimana yang telah diterangkan di atas, di samping segala penamaan dalam Injil-injil sinoptis itu, ada juga pertentangan serta perlainannya. Ini membuktikan bahwa sumber dari tiga injil itupun tidak seluruhnya sama. Jika dikatakan bahwa Matius dan Lukas telah mengambil Injil Markus sebagai pedoman, maka tidaklah seluruhnya, tetapi ada juga dari sumber-sumber lain; apalagi Injil Lukas yang hanya memuat 350 materi dari ayat-ayat Injil Markus. Lukas yang menulis injilnya paling akhir tahun 95 memang tidak pernah sekawan dengan Markus, mungkin belum pernah bertemu muka.
Ketika Yesus diriwayatkan ditangkap, Markus ini masih anak kecil. Ia kemenakan Barnaba murid atau pengikut Yesus yang karib. Barnaba ini membawa Paulus berjalan mengabarkan injil (menyiarkan agama Nasrani atau tabligh). Paulus ini dahulunya bernama Saul dan sangat memusuhi agama Yesus. Dia belum pernah bertemu dengan Yesus dan baru beriman sesudah Yesus diangkat ke langit. Barnaba dan Paulus serta Markus berjalan bersama-sama menyiarkan agama akhirnya timbul perselisihan, Barnaba membawa Markus dan Paulus mendapat teman baru yaitu Lukas muridnya itu. Dengan demikian Lukas pun belum pernah melihat Yesus.
Adapun Markus, selain pernah mengawani pamannya Barnaba bertabligh keliling, juga pada hari tuanya bekerja sama dengan Petrus mengabarkan Injil di kota Roma. Oleh karena itu pengetahuan Markus tentang perihal Yesus adalah yang terbanyak diperolehnya dari Barnaba dan Peterus, dan Lukas dari Paulus serta Paulus memperoleh pengetahuan tentang perihal Yesus tentunya dari Barnaba yang telah membawanya menjadi pengkhabar Injil. Kecuali Paulus, nama-nama yang tersebut di atas itu menulis injil, yaitu Injil Markus, Injil Lukas, Injil Peterus dan Injil Barnaba. Tetapi Injil Barnaba dan Injil Peterus dibatalkan oleh Gereja karena isinya dianggap tidak sesuai dan tidak benar, padahal Barnaba di akui sebagai Rasul yang ikhlas dan penuh Ruhulkudus, dan Petrus diakui sebagai khalifah Yesus yang pertama yaitu Paus ke satu yang rela mati disalib oleh orang kafir di kota Roma. Adapun Paulus tidaklah ia menulis Injil, melainkan menulis 14 surat kiriman yang kedudukannya dianggap sama atau hampir sama dengan kitab Injil. Tentang Matius, namanya tidak menonjol dalam perjalanannya mengkhabarkan Injil. Ia menulis Injllnya di tanah Habasyah (Ethiopia), atau di Mesir. Bahkan ada orang yang meragukan apakah benar Matius pernah menulis injil. Keraguan ini berdasarkan atas keterangan Papias, patriach di Hieropolis tahun 130, bahwa Matius pernah mengarang buku bernama “Orachles” dan tidak diterangkan mengarang buku lainnya. Buku “Oracles” atau “Logia” itu memuat kumpulan perkataan dan nasehat serta ajaran yang diucapkan Yesus, tidak merupakan riwayat kehidupan Yesus seperti dalam Injil Matius sekarang ini. Lagi pula Injil Matius yang mula-mula ditemukan orang bukanlah aslinya melainkan salinannya dalam bahasa Yunani serta tidak pernah diketahui siapa penyalinnya.
Pengikut Yesus umumnya terdiri dari orang-orang yang lemah dan menderita hidupnya, yang teraniaya oleh kekuasaan dan keadaan. Mereka itu menghajatkan kepada hiburan dan pemberian harapan untuk masa datang yang penuh dengan hiburan dan harapan. batin, serta tentang kerajaan Allah. Di antara ummatnya itu, dipilihnya sebanyak 70 orang yang dapat dipanggil untuk membantu pekerjaannya. Kemudian 12 orang muridnya yang senantiasa berada di sampingnya. Menurut injil sekarang ini nama mereka ialah :
  1. Simon Peterus
  2. Andreas, adik Simon
  3. Yakub anak Zabdi
  4. Yahya anak Zabdi, adik Yakub
  5. Pilipus
  6. Bartholomeus
  7. Matius
  8. Tomas
  9. Yakub anak Alpius
  10. Simon Kanani
  11. Yudas (Yahuda) anak Yakub, bergelar Lebeus atau Thaddeus
  12. Yudas (Yahuda) Iskariyot

Hampir semua mereka itu menulis injil atau surat kiriman. samping itu ada lagi penulis-penulis injil yang tidak termasuk murid Yesus seperti Markus, Lukas, Barnaba, Marsion, Cerinthus, dan lainnya. Tetapi yang dianggap syah sebagai wahyu (ilham) dari Allah hanyalah injil-injil serta surat-surat yang sekarang ini terkumpul dalam Perjanjian Baru.
------------------------
Sekitar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 31-35.

Kamis, 27 Maret 2014

PENYIRAMAN DAN SEWAAN (6)

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Allah azza wajalla berfirman : Tiga macam, Aku adalah musuh mereka di hari kiamat “Orang yang memberi dengan nama-Ku lalu ia menipu, dan orang yang menjual orang merdeka, lalu ia makan harganya, dan orang yang mengupah seseorang buruh, lalu buruh itu minta dibayar, tapi tidak dibayar upahnya”. Diriwayatkan oleh Muslim.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 336.

BOLEH BERPAKAIAN BERWARNA PUTIH, MERAH KUNING DAN HITAM, ASALKAN DARI KATTUN BULU NANAS, SELAIN SUTRA (8)

‘Aisyah r.a. berkata : Pada suatu hari Rasulullah s.a.w. keluar memakai selendang (kemul) yang bergambar kendaraan dari bulu hitam. (HR. Muslim).
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 621.

IKRAR UMUM

Bilamana keesokan harinva Abu Bakr duduk di atas mimbar, Umar bin’l-Khattab tampil berbicara sebelum Abu Bakr, dengan mengatakan setelah mengucapkan syukur dan puji kepada Tuhan :
“Kepada saudara-saudara kemarin saya sudah mengucapkan kata-kata yang tidak terdapat dalam Kitabullah, juga bukan suatu pesan yang diberikan Rasulullah kepada saya. Tetapi ketika itu saya berpendapat, bahwa Rasulullah yang akan mengurus soal kita, sebagai orang terakhir yang tinggal bersama-sama kita. ‘Tetapi Tuhan telah meninggalkan Qur’an buat kita, yang juga menjadi penuntun Rasul-Nya. Kalau kita berpegang pada Kitab itu Tuhan menuntun kita yang juga telah menuntun Rasulullah. Sekarang Tuhan telah menyatukan persoalan kita di tangan sahabat Rasulullah s.a.w. — yang terbaik di antara kita dan salah seorang dari dua orang, ketika keduanya itu berada dalam gua. Maka marilah kita ikrankan dia.”
Ketika itu orang lalu memberikan ikrarnya kepada Abu Bakr sebagai Ikrar Umar setelah Ikrar Saqifa.
Selesai ikrar kemudian Abu Bakr berdiri. Di hadapan mereka itu ia mengucapkan sebuah pidato yang dapat dipandang sebagai contoh yang sungguh bijaksana dan sangat menentukan. Setelah mengucap puji syukur kepada Tuhan Abu Bakr r.a. berkata :

PIDATO KHULAFA’UR-RASYIDIN YANG PERTAMA
“Kemudian, saudara-saudara. Saya sudah dijadikan penguasa atas kamu sekalian, dan saya bukanlah orang yang terbaik di antara kamu. Kalau saya berlaku baik, bantulah saya. Kebenaran adalah suatu kepercayaan, dan dusta adalah pengkhianatan. Orang yang lemah di kalangan kamu adalah kuat di mata saya, sesudah haknya nanti saya berikan kepadanya — insya Allah, dan orang yang kuat, buat saya adalah lemah sesudah haknya itu nanti saya ambil — insya Allah. Apabila ada golongan yang meninggalkan perjuangan di jalan Allah, maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada mereka. Apabila kejahatan itu sudah meluas pada suatu golongan, maka Allah akan menyebarkan bencana pada mereka.
Taatilah saya selama saya taat kepada (perintah) Allah dan Rasul-Nya. Tetapi apabila saya melanggar (perintah) Allah dan Rasul maka gugurlah kesetiaanmu kepada saya. Laksanakanlah sholat kamu, Allah akan merahmati kamu sekalian.”
Sementara kaum Muslimin sedang berlainan pendapat — kemudian kembali sependapat lagi dalam melantik Abu Bakr dalam Ikrar Saqifa kemudian Ikrar Umum— jenazah Nabi masih tetap di tempatnya di atas ranjang kematian dikelilingi oleh kerabat-kerabat dari pihak keluarga.
Selesai memberikan ikrar kepada Abu Bakr orang segera bergegas lagi hendak menyelenggarakan pemakaman Rasulullah. Dalam hal di mana akan dimakamkan, orang masih berbeda pendapat. Kalangan Muhajirin berpendapat akan dimakamkan di Mekah, tanah tumpah darahnya dan di tengah-tengah keluarganya. Yang lain berpendapat supaya dimakamkan di Bait’l-Maqdis (Yerusalem) karena para nahi sebelumnya di sana dimakamkan. Saya tidak tahu bagaimana orang-orang ini berpendapat deniikian, padahal Bait’l-Maqdis pada waktu itu masih di tangan Rumawi dan sejak kejadian Mu’ta dan Tabuk, Rumawi dengan pihak Islam sedang dalam permusuhan, sehingga Rasulullah menyiapkan pasukan Usama untuk mengadakan pembalasan.

DI MANA RASUL AKAN DIMAKAMKAN?
Kubah hijau di atas bilik Rasulullah. Di tempat itu Nabi dimakamkan, bersama kedua orang sahabatnya, Abu Bakr dan Umar. (Gambar majalah Al-Arabi Kuwait).
Kaum Muslimin tak dapat menyetujui pendapat ini, juga mereka tidak setuju Nabi dimakamkan di Mekah. Mereka ini berpendapat supaya Nabi dimakamkan di Medinah, kota yang telah memberikan perlindungan dan pertolongan, dan kota yang mula-mula bernaung di bawah bendera Islam. Mereka berunding, di mana akan dimakamkan? Satu pihak mengatakan dimakamkan di mesjid, tempat dia memberi khutbah dan bimbingan serta memimpin orang sholat, dan menurut pendapat mereka supaya dimakamkan di tempat mimbar atau di sampingnya. Tetapi pendapat demikian ini kemudian ditolak, mengingat adanya keterangan berasal dari ‘Aisyah, bahwa ketika Nabi sedang dalam sakit keras, ia mengenakan kain selubung hitam, yang sedang ditutupkan di mukanya, kadang dibukakan sambil ia berkata : “Laknat Tuhan kepada suatu golongan yang mempergunakan pekuburan nabi-nabi sebagai mesjid.”
Kemudian Abu Bakr tampil memberikan keputusan kepada orang ramai itu dengan mengatakan :
“Saya dengar Rasulullah s.a.w. berkata — Setiap ada nabi meninggal, ia dimakamkan di tempat dia meninggal.”
Lalu diambil keputusan, bahwa pada letak tempat tidur ketika Nabi meninggal itu, di tempat itulah akan digali
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 582-586.

Rabu, 26 Maret 2014

PENYIRAMAN DAN SEWAAN (5)

Dari Rafi’ bin Khadij r.a. ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Pencaharian tukang mengambil darah itu buruk”. Diriwayatkan oleh Muslim.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 336.

Tiga Rembulan di Bilik 'Aisyah

Raudhah
Taman Syurga
Ketika aku masih belasan tahun silam, pernah terlintas dalam pikiranku, "Kenapa hanya dua sahabat yang dimakamkan dekat dengan Rasulullah s.a.w., padahal masa kekhalifahan mencatat 4 sahabat beliau sebagai khalifah. Setelah membaca Sirah 'Aisyah ummil mukminin r.a. seiring berjalannya waktu pula kegundahanku pun terjawab. Dan kini tempat tersebut lebih dikenal dengan Raudhoh.

Berawal dari Mimpi
Sepeninggal Rasulullah menghadap sang pemilik semesta raya, ummul mukminin 'Aisyah pernah bermimpi melihat tiga rembulan jatuh dibiliknya. Kemudian beliau menceritakan perihal mimpinya kepada ayahnya, Abu Bakr. Dan oleh khalifah Rasulullah s.a.w. dijawab : "Wahai 'Aisyah, jika mimpimu itu benar, berarti tiga penghuni bumi yang terbaik akan dikebumikan di rumahmu. Dan ketika Rasulullah s.a.w. wafat dan dikuburkan disana, itulah rembulanmu yang paling baik, beliaulah salah satunya."

Rembulan Kedua
Ummul mukminin 'Aisyah menceritakan bahwa sakitnya Abu Bakr dimulai ketika pada hari yang sangat dingin ia dimandikan. Lalu selama 15 hari ia merasa demam. Sejak sakitnya itu kuat sekali perasaannya bahwa ajalnya sudah dekat dan dia akan bertemu Tuhannya. Tetapi selama sakitnya pikiran Abu Bakr selalu bertumpu  pada nasib kaum Muslimin, pengembalian harta baitul mal yang dipakainya, membagi harta warisan yang dimilikinya sesuai dengan Kitabullah dan penunjukkan Umar ibn Khattab sebagai penggantinya.
Ketika dalam keadaan sakaratul maut itu ia didampingi oleh ummul mukminin 'Aisyah, putrinya. Saat sakitnya bertambah berat ia mengucapkan sebuah kalimat, "Tuhan .... ambillah nyawaku sebagai seorang yang berserah diri (sebagai Muslim) dan tempatkanlah aku bersama orang-orang yang saleh." (TQS 12 : 101)
Kemudian Abu Bakr bertanya kepada ummul mukminin 'Aisyah, berapa lembar kain yang digunakan untuk mengkafani Rasulullah. Ummul mukminin 'Aisyah menjawab, "Tiga kain tanpa baju dan penutup kepala." Kemudian dia bertanya lagi, "Pada hari apa beliau meninggal?" Ummul mukminin 'Aisyah menjawab, "Hari Senin". Abu Bakr bertanya, "Sekarang hari apa?" Ummul mukminin 'Aisyah menjawab, "Hari Senin" Abu Bakr lantas bergumam, "Aku ingin ajalku tiba di tengah malam". Kemudian dia berpaling ke baju yang dikenakannya saat dirawat dan berkata, "Cucilah baju ini dan tambahkan dua kain lagi. Kelak kafani aku dengan baju ini." Ummul mukminin 'Aisyah berkata, "Tapi ini sudah usang" Abu Bakr menjawab, "Orang hidup lebih berhak mendapatkan yang lebih baru ketimbang orang mati."
Maka Abu Bakr wafat pada hari Senin sore 21 Jumadil Akhir 13 H atau 22 Agustus 634 M dalam usia 63 tahun. Setelah semua proses pengurusan jenasah, iapun dimakamkan disamping Nabi dengan posisi kepala diletakkan sejajar di bahu Rasulullah s.a.w. Umar ibn Khattab Usman ibn 'Affan Talhah ibn Ubaidillah dan Abdur-rahman ibn Abu Bakr sebagai saksi.
Dan sang rembulan kedua itu kini telah berdampingan dengan sahabatnya, Rasulullah s.a.w.

Rembulan Ketiga
Setelah selesai amirul mukminin Umar ibn Khattab dari perhitungan dunia, mulail dari pembentukan majelis Syura' untuk memilih amirul mukminin sepeninggalnya, nasib muslimin sesudah wafatnya hingga keinginannya menyelesaikan utang. Kemudian amirul mukminin Umar ibn Khattab kembali dihinggapi kegelisahan yang amat sangat menjelang ajalnya, ingin dimakamkan di bilik ummul mukminin 'Aisyah, di bawah kaki Rasulullah s.a.w. dan bersama sahabatnya Abu Bakr, tetapi dia tidak mampu mengungkapkan keinginannya ini karena menjaga etika dan kesopanan di depan ummul mukminin 'Aisyah. Jauh hari sebelumnya beliau memang pernah meminta izin ummul mukminin 'Aisyah dan sudah diijinkan. Kala itu menjelang wafatnya setelah ditikam, beliau berpesan kepada Abdullah putranya ; "Abdullah, pergilah kepada ummul mukminin 'Aisyah dan katakan kepadanya Umar ibn Khattab berkirim salam, dan janganlah katakan amirul mukminin, sekarang saya sudah bukan lagi ami atas mereka". Abdullah pun bergegas menemui ummul mukminin 'Aisyah menyampaikan pesan ayahnya. ummul mukminin 'Aisyah pun mengizinkan.
Umar ibn Khattab pun kembali berpesan kepada Abdullah, "Tak ada yang lebih penting bagiku selain dari  tempat berbaring itu. Abdullah ibn Umar, perhatikanlah, kalau saya mati bawalah saya ke tempat tidurku dan berdirilah di pintu bilik ummul mukminin 'Aisyah, katakanlah Umar ibn Khattab meminta ijin, jika diijinkan masukkanlah aku, kalau tidak diijinkan kuburkanlah aku di pekuburan Muslimin".
Akhirnya rembulan ketiga itupun berbaring di bilik suci bersama kedua sahabatnya.
-----------------
Sirah 'Aisyah ummil mukminin r.a. ('Aisyah r.a.), Sulaiman an-Nadawi, Penerbit QisthiPress Jakarta, Cetakan ketiga Juni 2012.
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh PT. Pustaka Litera AntarNusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010.
UMAR BIN KHATTAB, Muhammad Husain Haekal,diterbitkan oleh PT. Pustaka Litera AntarNusa, Cetakan Kesebelas, Februari 2011.

BOLEH BERPAKAIAN BERWARNA PUTIH, MERAH KUNING DAN HITAM, ASALKAN DARI KATTUN BULU NANAS, SELAIN SUTRA (7)

‘Aisyah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. dikafan dalam tiga kain putih buatan Sahul, tidak memakai baju gamis dan tidak berserban. (HR. Buchary dan Muslim).
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 620.

KITAB PERJANJIAN BARU (2)

Bagaimana lahirnya Kitab Injil
Yesus yang turun ke dunia hidup dan hidup di tengah-tengah murid-muridnya, sudah tentu bicara dan bersabda kepada mereka dan kaumnya dalam bahasa yang dipergunakan masa itu, ialah bahasa Aram. Demikianlah wahyu yang difirmankannya itu adalah dalam bahasa Aram itu juga. Dia yang selamanya tidak berpisah dari murid-muridnya, yang senantiasa memimpin mereka dengan kasih sayang, tentu sangat berpengaruh pada jiwa dan kehidupan murid-muridnya itu. Kasih sayangnya ini amat membekas, sehingga murid-muridnya amat kasih dan mengabdi kepadanya, taat dan ingat selalu kepadanya, guru dan pelindung dalam segala kesukaran, penderitaan dan duka nestapa. Kecuali Yudas Iskariyot yang telah mengkhianatinya, kesebelas orang muridnya itu tetap setia kepadanya sampai saat terakhir di mana dia dipercayai telah disalib dan mati. Segala nasib dan wahyu yang diucapkan Yesus selalu mereka ingat dan taati, meskipun setelah Yesus meninggalkan mereka dan walaupun belum pernah mereka mencatat nasihat dan wahyu itu. Setelah Yesus naik ke langit kembali kepada Bapa-Nya, tinggallah segala muridnya itu di dunia menyiarkan ajaran dan firman Tuhan yang disabdakan Yesus. Ajaran dan firman-firman itulah yang di namakan Injil yang pada mas itu belum dituliskan. Mereka mengajarkannya berdasarkan ingatannya masing-masing.
Barulah pada tahun 65 yaitu 32 tahun sesudah perginya Yesus, Markus menulis Injilnya. Lima tahun sesudah itu terbit pula kitab Injil karangan Matius, kemudian Injil Lukas pada tahun 95, dan yang terakhir yaitu pada tahun 100 Yahya menulis Injil pula.
Selain daripada kitab-kitab Injil itu, banyak pula surat yang di kirimkan oleh para sahabat Yesus kepada- perseorangan atau penduduk sesuatu negeri, yang berisi nasihat dan ajaran Yess. Di samping keempat Injil tersebut di atas, sebenarnya masih banyak kitab-kitab Injil lainnya; antara lain yang dikarang juga oleh para murid Yesus sendiri seperti Injil Tomas, Injil Andreas, Injil Bartholomeus, Injil Thaddeus, Injil Petrus, Injil Barnaba dan lain sebagainya; tetapi kesemuanya itu telah dibatalkan oleh Sidang Gereja sekitar tahun 200 seperti yang telah diterangkan di atas. Kemudian Lukas juga menulis Kitab Rasul-Rasul, yang memuat perjalanan da’wah muid-murid Yesus itu, khususnya riwayat Rasul Paulus meskipun dia ini bukan murid Yesus dan bahkan tidak pernah melihatnya. Akhirnya Yahya merasa dirinya menerima wahyu dan Tuhan yang lalu ditulisnyn dengan nama Kitab Wahyu.
Demikianlah secara singkat tentang riwayat lahirnya kitab kitab Injil dan lain-lainnya yang sekarang ini tergabung dalam satu kitab Suci bernama Kitab Perjanjian Baru.
------------------------
Sekitar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 30.

Selasa, 25 Maret 2014

PENYIRAMAN DAN SEWAAN (4)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata : “Rasulullah s.a.w. diambil darah (berbekam), dan beliau memberi upah kepada yang mengambil darahnya; kalaulah upah itu haram, tentu beliau tidak akan memberinya”. Diriwayatkan oleh Bukhary.
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 335.

BOLEH BERPAKAIAN BERWARNA PUTIH, MERAH KUNING DAN HITAM, ASALKAN DARI KATTUN BULU NANAS, SELAIN SUTRA (6)

Abu Sa’id (Amru) bin Huraits r.a, berkata : Saya teringat ketika melihat Rasulullah s.a.w. memakai serban hitam sambil melepaskan ujung serbannya pada bahunya. (HR. Muslim).

Dalam lain riwayat : Rasulullah s.a.w. berkhutbah dengan serban hitam.
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 620.

PASUKAN USAMA KEMBALI KE MADINAH

Usama bin Zaid yang telah melihat Nabi pagi itu pergi ke mesjid, seperti orang-orang Islam yang lain dia pun menduga bahwa Nabi sudah semhuh. Bersama-sama dengan anggota pasukan yang hendak diherangkatkan ke Syam yang sementara itu pulang ke Medinah, sekarang ia kembali menggabungkan din dengan markas yang di Jurf. Perintah sudah dikeluarkan supaya pasukannya itu siap-siap akan berangkat. Tetapi dalam pada itu, tiba-tiba ada orang yang datang menyusulnya, dengan membawa berita sedih tentang kematian Nabi. Ia membatalkan niatnya akan berangkat dan pasukannya diperintahkan kembali semua ke Medinah. Ia pergi ke rumah ‘Aisyah dan ditancapkannya benderanya di depan pintu rumah itu, sambil menantikan keadaan Muslimin.
Sebenarnya Muslimin sendiri dalam keadaan bingung. Setelah mereka mendengar pidato Abu Bakr dan yakin sudah bahwa Muhammad sudah wafat, mereka lalu terpencar-pencar. Golongan Anshar lalu menggabungkan diri kepada Sa’d bin ‘Ubada di Saqifa (Saqifa berarti ‘serambi beratap’; atau ‘ruangan besar beratap’ ; semacam balairung) Banu Sa’ida; Ali bin Abi Talib, Zubair bin’l-’Awwam dan Talha bin ‘Ubaidillah menyendiri pula di rumah Fatimah; pihak Muhajirin, termasuk Usaid bin Hudzair dari Banu ‘Abd’lAsyhal menggabungkan diri kepada Abu Bakr.
Sementara Abu Bakr dan Umar dalam keadaan demikian, tiba-tiba ada orang datang menyampaikan berita kepada mereka, bahwa Anshar telah menggabungkan diri kepada Sa’d bin ‘Ubada, dengan menambahkan bahwa: Kalau ada masalah yang perlu diselesaikan dengan mereka, segera susullah mereka, sebelum keadaan jadi berbahaya. Rasulullah s.a.w. masih di dalam rumah, belum lagi selesai (dimakamkan) dan keluarganya juga sudah menutupkan pintu.
“Baiklah”, kata Umar menujukan kata-katanya kepada Abu Bakr. “Kita berangkat ke tempat saudara-saudara kita dari Anshar itu, supaya dapat kita lihat keadaan meneka.”
Ketika di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan dua orang baik-baik dari kalangan Anshar, yang kemudian menceritakan kepada pihak Muhajirin itu tentang adanya orang-orang yang sedang mengadakan persepakatan.
“Tuan-tuan mau ke mana?” tanya dua orang itu.
Setelah diketahui bahwa mereka akan menemui orang-orang Anshar, kedua orang itu berkata :
“Tidak ada salahnya tuan-tuan tidak mendekati mereka. Saudara-saudara Muhajirin, selesaikanlah persoalan tuan-tuan.”
“Tidak, kami akan menemui mereka”, kata Umar.
Lalu mereka meneruskan perjalanan sampai di Serambi Banu Sa’ida. Di tengah-tengah mereka itu ada seorang laki-laki yang sedang berselubung.
“Siapa ini?” tanya Umar bin’l-Khattab.
“Sa’d bin ‘Ubada”, jawab mereka. “Dia sedang sakit.”
Setelah pihak Muhajirin duduk, salah seorang dari Anshar berpidato. Sesudah mengucapkan syukur dan puji kepada Tuhan ia berkata :
“Kemudian daripada itu. Kami adalah Ansharullah dan pasukan Islam, dan kalian dari kalangan Muhajirin sekelompok kecil dari kami yang datang ke mari mewakili golongan tuan-tuan . Ternyata mereka itu mau menggabungkan kami dan mengambil hak kami serta mau memaksa kami.”

SAMBUTAN ABU BAKR KEPADA ANSHAR
Yang demikian ini memang merupakan jiwa Anshar sejak masa hidup Nahi. Oleh karena itu, begitu Umar mendengar kata-kata tersebul ia ingin segera menangkisnya. Tetapi oleh Abu Bakr ditahan, sebab sikapnya yang keras sangat dikuatirkan.
“Sabarlah, Umar!” katanya. Kemudian ia memulai pembicaraannya, ditujukan kepada Anshar :
“Saudara-saudara! Kami dari pihak Muhajirin orang yang pertama menerima Islam. keturunan kami baik-baik, keluarga kami terpandang, kedudukan kami baik pula. Di kalangan Arab kamilah yang banyak memberikan keturunan, dan kami sangat sayang kepada Rasulullah. Kami sudah Islam sebelum tuan-tuan dan di dalam Quran juga kami didahulukan dari tuan-tuan; seperti dalam firman Tuhan :
“Orang-orang yang terdahulu dan mula-mula (masuk Islam) dari Muhajirin dan Anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dalam melakukan kebaikan.” (QS. 9 : 100) Jadi kami Muhajirin dan tuan-tuan adalah Anshar saudara-saudara kami seagama, bersama-sama menghadapi rampasan perang dan mengeluarkan pajak serta penolong-penolong kami dalam menghadapi musuh. Apa yang telah tuan-tuan katakan, bahwa segala kebaikan ada pada tuan-tuan, itu sudah pada tempatnya. Tuan-tuanlah dari seluruh penghuni bumi ini yang patut dipuji. Dalam hal ini orang orang Arab itu hanya mengenal lingkungan Ouraisy ini. Jadi dari pihak kami para amir dan dari pihak tuan-tuan para wazir.(Umara’ jamak amir, harfiah ‘yang memerintah’. pemimpin-pemimpin, dapat diartikan kepala-kepala Negara : wuzara’ jamak wazir ‘yang memberi dukungan, yakni ‘para menteri’).
Ketika itu salah seorang dari kalangan Anshar ada yang masih berkata :
“Saya tongkat lagi senjata. (Harfiah ‘Saya kayu pasak tempat ternak bergerak dan setandan kurma yang bertopang’, yakni ‘saya tempat orang yang mencari pengobatan dengan pendapatnya, seperti unta mengobati sakit gatalnya dengan bergaruk-garuk pada kayu pasak’. Perumpamaan Melayu di atas berarti ‘saya yang memberi dua pertolongan dalam perjalanan’.). Saudara-saudara Ouraisy, dari kami seorang amir dan dari tuan-tuan juga seorang amir.”
“Dan kami para amir dan dari tuan-tuan para wuzir, “ kata Abu Bakr, “Saya menyetujui salah seorang dari yang dua ini untuk kita. Berikanlah ikrar tuan-tuan kepada yang mana saja yang tuan-tuan sukai.”
Lalu ia mengangkat tangan Umar bin’l-Khattab dan tangan Abu ‘Ubaida bin’l-Jarrah. sambil dia duduk di antara dua orang itu. Lalu timbul suara-suara ribut dan keras. Hal ini dikuatirkan akan membawa pertentangan. Ketika itu Umar lalu berkata dengan suaranya yang lantang :
“Abu Bakr, bentangkan tanganmu!”
Abu Bakr membentangkan tangan dan dia diikrarkan seraya Umar :

IKRAR SAQIFA
“Abu Bakr, bukankah Nabi sudah menyuruhmu, supaya engkaulah yang memimpin Muslimin bersholat? Engkaulah penggantinya (khalifah). Kami akan mengikrarkan orang yang paling disukai oleh Rasulullah di antara kita semua ini.”
Kata-kata ini ternyata sangat menyentuh hati Muslimin yang hadir karena benar-benar telah dapat melukiskan kehendak Nabi sampai pada hari terakhir orang melihatnya. Dengan demikian pertentangan di kalangan mereka dapat dihilangkan. Pihak Muhajirin datang memberikan ikrar, kemudian pihak Anshar juga memberikan ikrarnya.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 579-582.

Senin, 24 Maret 2014

Pemerintahan Umar bin Khattab (13)

Perkembangan Peradaban dan Budaya Arab Pedalaman ke Budaya Perkotaan
Umar tidak hanya membentuk lembaga keuangan untuk dana tunjangan saja. Disebutkan bahwa lembaga pertama yang diadakan dalam Islam ialah lembaga administrasi, kendati administrasi yang di Syam ditulis dalam bahasa Latin, yang di Irak dalam bahasa Persia dan yang di Mesir dalam bahasa Kopti, dan masing-masing dipegang oleh orang-orang Rumawi, Persia dan Kopti, tidak termasuk Muslimin. Pembentukan kantor administrasi ini, seperti pembentukan kantor perpajakan dan didirikannya arta yasa untuk pembuatan uang logam dan baitulmal-baitulmal di berbagai kota besar, membuat perkembangan berjalan begitu cepat dan telah menyebabkan datangnya kemenangan dan tersebarnya kaum Muslimin di kedua imperium Persia dan Rumawi. Sebelum itu. pemerintahan Islam samasekali tidak mengenal lembaga-lembaga semacam ini.
Ketika itu yang menuliskan surat-surat adalah sahabat-sahabat Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam. Salinan surat-surat itu serta balasannya disimpan di rumahnya di Medinah. Waktu itu belum ada baitulmal, sebab begitu diterima dia sendiri yang membagi-bagikan hasil rampasan perang serta hasil zakat dan sedekah itu. Abu Bakr juga mengikuti jejaknya. Surat-surat yang dikirim kepada para panglima pasukan, kepada para pembangkang dan yang karenanya ia mengirimkan para panglima itu untuk memerangi mereka, serta kepada para jenderal dan prajurit yang dikerahkan ke Irak dan Syam—oleh Abu Bakr juga disimpan di rumahnya. Selanjutnya para panglima pasukan juga berbuat seperti Abu Bakr. Surat-surat mereka kepada Khalifah, perintah-perintah mereka kepada pasukan, surat-surat kepada musuh dan perjanjian-perjanjian perdamaian yang terjadi antara mereka dengan negeri-negeri yang sudah mereka kalahkan dan mengadakan perdamaian, semua mereka simpan di dalam tenda-tenda mereka. Abu Bakr membagikan semua rampasan perang yang diterima sampai habis tanpa tersisa. Sesudah kawasan kedaulatan Islam pada masa Umar makin luas, dan dengan sendirinya pekerjaan administrasi pemerintahan makin banyak, penunjukan garnisun-garnisun yang ada di seberang perbatasan dan pemasukan bertambah, maka tak dapat tidak perkembangan baru ini harus dihadapi dengan cara-cara yang dapat menjamin ketepatannya dalam memberikan kemudahan hegemonis untuk kepentingan negara, menegakkan keadilan untuk rakyat dengan kebijakan yang mantap di daerah-daerah yang baru dibebaskan, sehingga dalam upaya menggantikan kekuasaan yang dijalankan oleh para Kisra dan Kaisar itu dapat diterima penduduk setempat.
Sudah kita lihat bagaimana semua itu dijalankan dengan begitu penuh kesabaran, ketekunan serta kebijakan dengan pertimbangan yang mendalam. Bagaimana Umar mengatasinya dengan mengikuti tahap demi tahap pembebasan itu, tidak mendahului dan tidak pula tertinggal di belakang.
Sebenarnya jerih payah yang begitu besar dalam mengatur pemerintahan Islam itu, dalam waktu yang berlangsung antara hijrah Rasulullah dengan berdirinya kedaulatan Umar ini, patut sekali memperoleh penghormatan setinggi-tingginya. Mana pula imperium agung dengan sistemnya yang baru itu dibandingkan dengan ketika Rasulullah memegang urusan Medinah sesudah hijrah dan mempersaudarakan kaum Muslimin di sana!! Ya, mana pula pemerintahan Medinah yang kini mengawasi negeri-negeri Persia, Irak, Syam, Mesir dan seluruh Semenanjung Arab, dibandingkan dengan pemerintahan badui yang tidak melampaui perbatasan kota Medinah sebelum tahun ke-6 Hijri itu, tatkala Rasulullah mengadakan perjanjian Hudaibiah dengan pihak Mekah! Karena perjanjian inilah firman Allah ini turun : “Sungguh, Kami telah memberikan kemenangan yang nyata kepadamu. Untuk memberi pengampunan kepadamu atas kesalahanmu yang lalu dan yang kemudian, dan menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu, dan membimbingmu ke jalan yang lurus.” (al-Fath (48) : 1 – 2).
Sesudah masa itu kaum Muslimin mulai memasuki kehidupan zaman baru, berkembang sesuai dengan sistem pemerintahan baru itu sedikit demi sedikit. Pada tahun ke-7 Rasulullah mengajak para amir dan raja-raja kepada Islam dengan mengirim utusan-utusan. Jawaban Kisra dan kematiannya ditandai dengan wakilnya yang orang Persia di Yaman masuk Islam serta bergabungnya ke dalam panji Nabi yang orang Arab itu dan pengangkatannya di Yaman dengan namanya. Pada tahun ke-8 Mekah dibebaskan kemudian Ta’if dibebaskan disusul dengan penduduknya yang masuk Islam. Selanjutnya Rasulullah mengangkat wakilnya di kedua kota itu. Pada tahun ke-9 datang pula utusan-utusan dari segenap Semenanjung ke Medinah menyatakan keislamannya disertai kabilah-kabilah yang tergabung ke dalamnya. Kemudian dalam tahun ke-10 Rasulullah mengirimkan wakil-wakilnya untuk mengajarkan agama kepada mereka dan sekaligus memungut zakat dan sedekah. Pada tahun ke-11 Rasulullah wafat, dan Abu Bakr terpilih dan dilantik, dilanjutkan dengan tindakannya memberantas kaum pembangkang, yang menandakan berdirinya sistem kehidupan baru di Semenanjung itu. Pada tahun ke-12 ia mulai merintis langkah-langkah pembebasan dan kedaulatan, dengan menyerang Irak dan Syam. Pada tahun ke-13 Abu Bakr as-Siddiq wafat, lalu Umar terpilih dan dibaiat. Pada masanya itulah selesai pembebasan Irak, Persia, Syam, Mesir dan Barqah (Sirenaika). Dengan demikian Kedaulatan Islam menjadi suatu kenyataan. Peristiwa-peristiwa besar ini diselesaikan dalam waktu kurang dari lima belas tahun. Dengan demikian maka berubahlah haluan sejarah dan peradaban umat manusia pun menuju ke arah haluan yang baru pula. Segala jerih payah inilah yang patut memperoleh penghargaan dan penghormatan yang setinggi-tingginya itu.
Dalam tahun-tahun yang tidak begitu lama ini sistem pemerintahan berkembang sedikit demi sedikit, dan cara kehidupan badui Arab ke bentuk peradaban seperti yang sudah kami gambarkan itu. Tetapi bentuk ini masih dalam aslinya yang Arab Islam, membentuk sistem baru atas dasar musyawarah. Kemudian melangkah maju dengan prinsip-prinsip terbaru yang dikenal waktu itu. Kedua raja Persia dan Rumawi itu mendakwakan bahwa kekuasaan mereka diperoleh dari Tuhan. Tetapi Amirulmukminin memperoleh kekuasaannya dari mereka yang memilih dan membaiatnya. Dalam kekuasaan kedua raja itu tak ada batas yang akan dapat merintangi tindakan mereka yang mutlak dalam menghadapi kebebasan orang. Kebalikannya Amirulmukminin, ia terikat oleh apa yang ada dalam Kitabullah dan yang berlaku dalam Sunah Rasulullah, di samping mengadakan musyawarah dan konsultasi dengan kalangan pemikir dipandang penting sekali. Mereka yang diajak bermusyawarah bebas memberikan pendapat dalam batas-batas keimanan mereka yang sungguh-sungguh kepada Allah dan Rasul-Nya serta ajaran yang diamanatkan kepada orang Arab itu untuk disampaikan kepada umat manusia di segenap penjuru dunia. Kebebasan mereka dan kebebasan kaum Muslimin yang lain didasarkan pada persamaan sejati antara sesama mereka semua di depan Allah serta segala perintah dan larangan-Nya. Seorang amir tidak lebih utama daripada rakyat jelata, dari yang Arab dan yang bukan Arab, dengan kecuali ketakwaan dan amal kebaikannya. Keyakinan mereka akan adanya persamaan dan kebebasan, itulah yang mengangkat mereka sampai kepada rasa persaudaraan, mencintai saudaranya seperti mencintai diri sendiri.
Inilah prinsip-prinsip luhur yang telah mengembangkan pemerintahan Islam dan mengangkat martabat kaum Muslimin. Umar sangat menghormati prinsip-prinsip ini serta kecenderungannya yang luar biasa hendak menerapkannya secermat mungkin. Kedua kecenderungan inilah yang menjadi ciri keagungan dan kebanggaannya. Dan apabila dalam berhubungan dengan manusia atas dasar prinsip-prinsip itu, dan menjalankan sistem pemerintahan di bawah naungannya tanpa cacat dan dihormati semua orang, dan pemerintahan itu adil dan bersih, maka itulah yang merupakan faktor yang paling kuat demi keagungan dan kejayaan umat. Oleh karena itu, Muslimin di masa Umar telah mencapai puncaknya. Maka berdirilah Kedaulatan Islam pada masanya itu, dan berdiri pula sesudahnya, tegak dengan dasar yang kuat.
-------------------------
Umar bin Khattab, Sebuah Tela'ah Mendalam Tentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya, Muhammad Husain Haekal,diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Februari 2011, halaman 634-637.

PENYIRAMAN DAN SEWAAN (3)

Dari Tsabit bin Dhahak r.a.; “Bahwasanya Rasulullah s.a.w. melarang tanam-menanam. dan beliau menyuruh upah-mengupah”. Diriwayatkan oleh Muslim.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 335.

BOLEH BERPAKAIAN BERWARNA PUTIH, MERAH KUNING DAN HITAM, ASALKAN DARI KATTUN BULU NANAS, SELAIN SUTRA (5)

Jabir r.a berkata : Rasulullah s.a.w. ketika masuk ke Mekkah pada hari Fat-hu Makkah (pembukaan, kemenangan) memakai serban hitam. (HR. Muslim).
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 620.

KITAB PERJANJIAN BARU (1)

Kitab Perjanjian Baru mempunyai kedudukan yang jauh lebih penting daripada Perjanjian Lama bagi segala golongan agama Masehi. Pertama karena sebenarnya Kitab Perjanjian Lama itu asal mulanya khusus bagi bangsa dan agama Yahudi, kedua karena dalam Perjanjian Baru itu Allah menurunkan Anak-Nya yang tunggal yaitu Tuhan Yesus Kristus untuk diserahan kepada salib guna menebus segala dosa manusia. Artinya, dalam Perjanjian Lama, Allah hanya mengutus para Nabi; tetapi dalam Perjanjian Baru, Allah Sendirilah yang datang menyelamatkan manusia.
Adapun Kitab Perjanjian Baru itu terdiri dari Kitab-kitab Suci yang disebut Injil. Kata injil berarti “berita gembira”. Isi dari Injil-injil itu amat sederhana, yaitu riwayat kedatangan Tuhan Yesus ke dunia, sejak lahirnya dan penderitaannya hingga mati disalib dan bangkit lagi dari kubur lalu kembali kepada Bapa-Nya; diselingi oleh ajaran-ajaran serta mu’jizatnya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa Kitab Perjanjian Baru, tak ubahnya sebagai Perjanjian Lama, adalah kitab sejarah; ialah sejarah dan pekerjaan Tuhan setelah dan selama turun ke dunia. Dan sebagaimana yang telah terjadi, dahulunya banyak sekali kitab-kitab Injil tersiar dalam kalangan ummat Nasrani. Menurut riwayat sedikitnya ada 35 kitab Injil disamping keempat Injil yang diakui sah sampai sekarang ini. Tetapi pada sekitar penghabisan abad kedua, konggrs Gereja hanya mengakui 4 Injil yaitu yang terpakai hingga sekarang ini, ialah Injil Matius, Markus, Lukas dan Yahya. Injil lainnya diapokrifkan.
Menurut penyelidikan, umumnya ahli sejarah antara lain E. Meyer (Arnold Toynbee: A. Study of History VI hal. 434) berpendapat bahwa :
  1. Injil karangan Markus ditulis tahun 65
  2. Injil karangan Matius ditulis tahun 70
  3. Injil karangan Lukas ditulis tahun 95
  4. Injil karangan Yahya ditulis tahun 100
Dalam tahun-tahun tersebut di atas itulah orang-orang yang bernama Markus, Matius, Lukas dan Yahya menulis Injilnya masing-masing menurut pengalaman, ingatan dan berita yang dialami sendiri. Penulis Injil-injil itu adalah digerakkan Ruhulkudus oleh Allah, meskipun cara menulisnya itu berdasarkan ingatan serta suasana yang dialami masing-masing penulis itu. Apalagi para penulis termasuk manusia suci. Demikianlah i’tikad agama Masehi.
------------------------
Sekitar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 29.

Minggu, 23 Maret 2014

PENYIRAMAN DAN SEWAAN (2)

Dari Handhalah bin Qais r.a. ia berkata; “Saya bertanya kepada Rafi’ bin Khadij tentang sewaan tanah dengan emas dan perak, ia berkata : Boleh, sebab orang-orang di zaman Rasulullah s.a.w. menyewakan pohon-pohon yang jalan-jalan air, dan hulu-hulu air, dan macam-macam tanaman, maka rusaklah yang ini dan selamat yang itu, dan rusak yang itu, selamat yang ini; dan bagi orang-onang tidak ada sewaan kecuali ini karenanya beliau melarangnya. Adapun sesuatu yang dikenal (diketahui dengan jelas) dan dijamin itu boleh”. Diriwayatkan oleh Muslim, dan padanya ada keterangan bagi yang diringkaskan dalam Muttafaq ‘alaih tentang larangan sewaan tanah.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 334-335.

BOLEH BERPAKAIAN BERWARNA PUTIH, MERAH KUNING DAN HITAM, ASALKAN DARI KATTUN BULU NANAS, SELAIN SUTRA (4)

Abu Rimtsah (Rifa’ah) Attamimy r.a. berkata : Saya telah melihat Rasulullah s.a.w. memakai dua baju yang hijau. (Abu Dawud dan Attirmidzy).
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 619-620.

KEDATANGAN ABU BAKR

Sementara mereka dalam keadaan begitu tiba-tiba Abu Bakr datang. Ia segera kembali dari Sunh setelah berita sedih itu diterimanya. Ketika dilihatnya Muslimin demikian, dan Umar sedang berpidato, ia tidak berhenti lama-lama di tempat itu melainkan terus ke rumah ‘Aisyah tanpa menoleh lagi ke kanan-kiri. Ia minta izin akan masuk, tapi dikatakan kepadanya, orang tidak perlu minta izin untuk hari ini.
Bila ia masuk, dilihatnya Nabi di salah satu bagian dalam rumah itu sudah diselubungi dengan burd hibara (sejenis kain bersulam buatan Yaman). Ia menyingkapkan selubung itu dari wajah Nabi dan setelah menciumnya ia berkata :
“Alangkah sedapnya di waktu engkau hidup, alangkah sedapnya pula di waktu engkau mati.”
Kemudian kepala Nabi diangkatnya dan diperhatikannya paras mukanya, yang ternyata memang menunjukkan ciri-ciri kematian.
“Demi ibu-bapaku (ucapan sebagai tanda cinta dan mendoakan)? Maut yang sudah ditentukan Tuhan kepadamu sekarang sudah sampai kaurasakan. Sesudah itu takkan ada lagi maut menimpamu!”
Kemudian dikembalikannya kepala itu ke bantal, ditutupkannya kembali kain burd itu ke mukanya. Sesudah itu ia keluar. Ternyata Umar masih bicara dan mau meyakinkan orang bahwa Muhammad tidak meninggal. Orang banyak memberikan jalan kepada Abu Bakr.
“Sabar, sabarlah Umar!” katanya setelah ia berada di dekat Umar. “Dengarkan!”
Tetapi Umar tidak mau diam dan juga tidak mau mendengarkan. Ia terus bicara. Sekarang Abu Bakr menghampiri orang-orang itu seraya memberi isyanat, bahwa dia akan bicara dengan mereka. Dan dalam hal ini siapa lagi yang akan seperti Abu Bakr! Bukankah dia Ash-Siddiq yang telah dipilih oleh Nabi dan sekiranya Nabi akan mengambil orang sebagai teman kesayangan tentu dialah teman kesayangannya?! Oleh karena itu cepat-cepat orang memenuhi seruannya itu dan Umar ditinggalkan.
Setelah mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Abu Bakr berkata :
“Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah meninggal. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati.”
Kemudian ia membacakan firman Tuhan : “Muhammad hanyalah seorang rasul. Sebelum dia pun telah banyak rasul-rasul yang sudah lampau. Apabila dia mati atau terbunuh, apakah kamu akan berbalik ke belakang? Barangsiapa berbalik ke belakang, ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun. Dan Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. 3 : 144).

Ketika itu Umar juga turut mendengarkan tatkala dilihatnya orang banyak pergi ke tempat Abu Bakr. Setelah didengarnya Abu Bakr membacakan ayat itu. Umar jatuh tersungkur ke tanah Kedua kakinya sudah tak dapat menahan lagi, setelah ia yakin bahwa Rasulullah memang sudah wafat. Adapun orang banyak, yang sebelum itu sudah terpengaruh oleh pendapat Umar, begitu mendengar bunyi ayat yang dibacakan Abu Bakr, baru mereka sadar; seolah mereka tidak pernah mengetahui, bahwa ayat ini pernah turun. Dengan demikian segala perasaan yang masih ragu-ragu bahwa Muhammad sudah berpulang ke rahmat Allah, dapat dihilangkan.

BENARKAH MUHAMMAD SUDAH WAFAT
Sudah melampaui bataskah Umar ketika ia berkeyakinan bahwa Muhammad tidak mati, ketika mengajak orang lain supaya juga yakin seperti dia? Tidak! Para sarjana sekarang mengatakan kepada kita, bahwa matahari akan terus memercik sepanjang abad sebelum tiba waktunya ia habis hilang samasekali. Akan percayakah orang pada pendapat ini tanpa ia ragukan lagi kemungkinannya? Matahari yang memancarkan sinar dan kehangatan sehingga karenanya alam ini hidup, bagaimana akan habis, bagaimana akan padam sesudah itu kemudian alam ini masih akan tetap ada? Muhammad pun tidak kurang pula dari matahari itu sinarnya, kehangatannya, kekuatannya. Seperti matahari yang telah melimpahkan jasa, Muhammad pun telah pula melimpahkan jasa. Seperti halnya dengan matahari yang telah berhubungan dengan alam, jiwa Muhammad pun telah pula berhubungan dengan semesta alam ini, dan selalu sebutan Muhammad s.a.w. mengharumkan alam ini keseluruhannya. Jadi tidak heran apabila Umar yakin bahwa Muhammad tidak mungkin akan mati. Dan memang benar ia tidak mati, dan tidak akan mati.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 576-578.

Khilafah dan Syariah: Not Action Talk Only!


Sering banget ketika kita mempromosikan Khilafah dan Syariah lantas ada beberapa orang sirik dan panas kupingnya lalu bilang “Mas, jangan NATO dong, Not Action Talk Only” katanya “Ngomong doang, apa aksi nyatanya?!”

Maka ada beberapa yang harus diluruskan :
  1. Seinget saya, dulu guru Bahasa Indonesia ngajarin kalo “Ngomong” itu adalah aktivitas, termasuk kata kerja kayaknya deh, jadi talks = action, bahasa arabnya FI’IL (baru belajar kemaren) heheh…
  2. Namanya dakwah itu ya ngomong, asal katanya aja da’a-yad’uu-dakwatan artinya menyeru, berarti ya ngomong, bukan gebukin orang hehehe…
  3. Dalam beberapa hal, kita memang cuma bisa ngomong, karena Rasul pun mencontohkan begitu. Misal, ketika Rasul menjelaskan surga dan neraka, apa Rasul bawa mereka tour atau studi banding ke surga dan neraka? ya nggak lah.. Rasul Muhammad saw cuma ngomong kan.. apa itu berarti Rasul cuma NATO? ya nggak lah..
  4. Dalam banyak hal, kadang-kadang kita cuma bisa membatasi aktivitas pada ngomong, jadi nggak boleh aktivitas. Misal : menasehati orang judi nggak boleh kita aktivitas ikut judi. Menasehati orang supaya jadi Islam berarti jangan ikut-ikutan aktivitas murtadnya. Menasehati orang ikut-ikutan sistem demokrasi juga gak boleh sampe ikut-ikutan maksiat demokrasi. Betul atau bener? Jadi kalo nggak ikut sistem kufur dibilang NATO, mendingan gitu aja deh.. daripada ikutan maksiat. NAJIS.
  5. Terakhir saya cuma mau kasitau bahwa pendakwah memang banyak ngomongnya. Kalo dikit ngomongnya banyak gerak, itu orang-orang pacaran (wkwkwk… poin terakhir diabaikan aja, bukan dalil, guyonan only)

hehehee… damai selalu all :)

Sabtu, 22 Maret 2014

PENYIRAMAN DAN SEWAAN (1)

Dari Umar r.a. : “Bahwasanya Rasulullah s.a.w. mempekerjakan ahli Khaibar dengan syarat upah separuh dari hasil tanaman atau buah-buahan yang keluar dari tanah tersebut”. Muttafaq ‘alaih, dan pada sebuah riwayat lagi yang juga Muttafaq ‘alaih : “Dan mereka meminta kepada Rasulullah agar menetapkan mereka pada pekerjaan itu dan mereka akan memenuhi tugas kerja dengan upah separuh dari hasil kurma, maka Rasulullah s.a.w. bersabda pada mereka; “Kami tetapkan kalian demikian pada tanah itu selama kami mau, dan mereka tetap demikian sehingga sampai Umar mengusir mereka”. Dan dalam riwayat Muslim : “Bahwasanya Rasulullah s.a.w. menyerahkan pohon-pohon kurma dan tanahnya di Khaibar kepada Yahudi Khaibar supaya mereka mengerjakan tanah itu dengan biaya mereka dan mereka mendapat seperdua dari hasil buahnya”.
------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Buju’, halaman 334.

BOLEH BERPAKAIAN BERWARNA PUTIH, MERAH KUNING DAN HITAM, ASALKAN DARI KATTUN BULU NANAS, SELAIN SUTRA (3)

Abu Juhaifah (Wahb) bin Abdillah r.a. berkata : Saya telah melihat Nabi s.a.w. di Mekkah ketika ia di Abthoh (Almuhas-shob) dalam khemah berwarna merah yang terbuat dari kulit, maka Bilal keluar membawa air wudlu’ Nabi s.a.w. maka ada orang membasahi diri dan ada yang hanya mengambil sedikit dari bekas air wudlu’ itu. Kemudian Nabi s.a.w. keluar memakai pakaian merah, terlihat putih betisnya. Kemudian Bilal ber-adzan, sayapun memperhatikan mulut Bilal ke kanan ke kiri sambil membaca : HAYYA ‘ALASSHOLAH, HAYYA ALAL FALAH, kemudian ditancapkan di muka Nabi s.a.w. tongkat, dan Rasulullah s.a.w. maju menjadi imam dalam sholat, tiada terhalang himar atau anjing yang liwat di muka tongkat itu. (HR. Buchary dan Muslim).
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 619.

PERJANJIAN LAMA (5)

Perjanjian Lama Sebagai Wahyu Allah
Allah adalah pencipta dari alam ini seluruhnya. Allah adalah Tuhan yang maha mengetahui atas segala sesuatu. Allah berkuasa dan setiap gerak dan kejadian adalah karena kekuasaan dan kehendak-Nya. Allah adalah Tuhan yang maha benar dan sumber dari kebenaran. Allah berfirman dan firman-Nya yang disampaikan kepada manusia adalah semata-mata berisi kebenaran. Kebenaran yang terkandung dalam firman-Nya itu adalah satu, artinya tidak berlainan sebagian dengan lainnya. Wahyu Allah adalah firman Allah kepada para Nabi yang diutus-Nya berturut-turut untuk mengajarkan wahyu kepada manusia.
Perjanjian Lama yang telah dinyatakan sebagai wahyu Allah, sudah sewajarnya kalau ia memuat ayat-ayat yang tidak berlainan satu sama lain, dan tidak sewajarnya ada perselisihan apalagi pertentangan, baik mengenai persoalan kecil apalagi perkara pokok.
Perjanjian Lama sebagaimana adanya dan ujudnya, adalah keluruhannya merupakan sejarah bangsa Bani Israil sejak Adam hingga masa dekat lahirnya Yesus yang diuraikan dengan tertib berturut sebagai layaknya kalau manusia menyusun kitab sejarah.
Di samping kedua macam fakta yang menyangkut Kitab Perjanjian Lama tersebut di atas, adalagi satu fakta yang tidak kurang pentingnya, yaitu pengumpulan dan penyaringan naskah-naskah dalam kitab suci itu. Seperti yang telah diterangkan diatas, maka adalah Kitab Perjanjian Lama ini Kitab Suci agama Yahudi yang masih terpisah-pisah. Ulama-ulama agama Yahudi mengumpulkan tulisan-tulisan itu kemudian dipilih mana naskah yang sah dan diakui sebagai firman Allah lalu dikumpulkan menjadi satu. Naskah-naskah yang tidak terpilih karena dianggap tidak mengandung wahyu Allah disingkirkan dan ditetapkan sebagai apokrif, artinya harus tersembunyi tidak boleh dibaca. Naskah-naskah yang telah terpilih dan dianggap sebagai firman Allah itu, setelah terkumpul lalu disyahkan oleh Majlis Ulama Yahudi sebagai Kitab Suci yang syah (kanon) pada kira-kira tahun 515 sebelum Maehi., terdiri dari 48 naskah. Kemudian pada abad ketiga sebelum Masehi oleh ahli-ahli bahasa Yahudi Kitab Suci tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Gerika yang dinamakan terjemahan “Septuaginta”, sebagai yang telah diterangkan di atas juga. Kitab Perjanjian Lama sebanyak 48 kitab itu akhirnya oleh golongan Protestan dibuang yang sembilan karena dianggap apokrif, kemudian dari yang 48 itu oleh golongan Roma Katolik diapokrifkan, dua kitab. Dengan demikian Protestan memiliki Perjanjian Lama berisi 39 kitab dan golongan Roma Katolik memiliki Perjanjian Lama yang mengandung 46 kitab.
Begitulah kita mengetahui bahwa dalam sejarah perkembangan Perjanjian Lama, setidaknya telah mengalami dua kali penyaringan. Pertama pada tahun 515 sebelum Masehi oleh Majelis Ulama Yahudi, kemudian oleh golongan Protestan dan Katolik. Dasar daripada penyaringan itu ialah atas pertimbangan apakah masing-masing kitab-kitab itu merupakan wahyu Allah atau bukan. Mana yang menurut mereka dianggap wahyu Allah disyahkan, mana yang hanya di anggap sebagai dongengan dinyatakan apokrif. Peristiwa semacam itu terjadi pula dengan perkembangan Kitab Perjanjian Baru, di mana sidang-sidang Gereja diadakan berkali-kali untuk mengapokrifkan Injil-Injil dan surat-surat kiriman para Rasul, hingga akhirnya dewasa ini tinggal empat macam Injil saja. Memperhatikan perkembangan semacam itu, orang tidak dapat melepaskan diri dari timbulnya persangkaan bahwa masih terdapat kemungkinan pada masa yang akan datang akan terjadi lagi beberapa kali penilaian dan penyaringan baru terhadap Kitab Bybel yang ada sekarang ini, yang akan mengapokrifkan sebagian daripada isinya, berulang-ulang berturut-turut. Maka mungkin kitab itu bertambah lama bertambah tipis, kecuali barangkali akan tergali lagi penemuan naskah-naskah kuno yang dianggap wahyu Allah yang akan menggantkan kedudukan kitab-kitab yang mungkin diapokrifkan kelak. Kalau itu terjadi, maka itulah merupakan pertukaran atau pergantian kedudukan sebagai kitab wahyu Allah. Dan itu telah terjadi dalam perkembangan Bybel pada masa yang silam.
Inilah persoalan ketiga yang harus dijelaskan, mengapa penentuan sesuatu kitab sebagai wahyu Allah ditetapkan begitu saja atas keputusan persidangan manusia, dan setelah tetap, dapat pula dibatalkan oleh persidangan manusia lainnya.

Ayat-ayat Perjanjian Lama yang berselisih tentang fakta sejarah
Orang telah temukan banyak perselisihan dalam ayat-ayat Perjajian Lama, yang pada umumnya perselisihan itu berkisar pada fakta sejarah. Di bawah ini dikutipkan beberapa ayat yang berselisih itu;
Tersebut dalam Kitab Raja-raja yang kedua 8 : 26 sebagai berikut : “Adapun umur raja Ahazia pada masa ia naik raja itu dua likur tahun, maka kerajaanlah ia di Yerusalem setahun lamanya : ….. adapun nama bunda baginda itu Atalia, anak Amri, raja orang Israil.” Berselisih dengan Kitab Tawarikh yang kedua 22 : 2 sebagai berikut : “Adapun umur Ahazia pada masa ia naik raja itu empat pulub dua tahun, dan kerajaanlah ia di Yerusalem setahun lamanya, maka nama bunda baginda itu Atalia anak Omri.”

Tersebut dalam Kitab Raja-raja yang kedua 24 : 8 yaitu : “Bermula, maka umur Jojachin pada masa ia naik raja itu delapan belas tahun, maka kerajaanlah ia di Yerusalem tiga bulan lamanya dan nama bunda baginda Nehusta anak Elnatan dari Yerusalem.” Berselisih dengan yang tersebut dalam Kitab Tawarikh yang kedua 36 : 9 yakni : “Adapun umur Jehojachin pada masa ia naik raja itu delapan belas tahun, maka kerajaanlah ia di Yerusalem tiga bulan dan sepuluh hari lamanya, maka diperbuatnya barang-barang yang jahat kepada pemandangan Tuhan.” (Keterangan : Jojachin dan Jehojachin adalah satu orang. Dalam Bybel terjemahan bahasa Belanda, kedua ayat tersebut sama-sama memakai nama dalam logat Belanda : Jojachin : sedang dalam Bible terjemahan bahasa Inggeris, kedua ayat tersebut memakai logat Inggeris pula yaitu : Jehoiachin —Tetapi dalam terjemahan Bahasa Indonesia dipakai dua macam ejaan : Jojachin dan Jehojachin— mungkin salah cetak?)

Tersebut dalam Kitab Tawarikh yang kedua 11 : 20 sebagai berikut ini : “Kemudian daripada ini diperisterikannya Maacha, anak Absalom, yang memperanakkan baginya Abia dan Atai dan Ziza dan Selomit.” Berselisih dengan Kitab Tawarikh yang kedua itu juga, pasal 13 ayat 1 dan 2 : 1. “Bermula, maka pada tahun yang ke delapan belas dari pada kerajaan Jerobeam, naiklah Abia raja atas orang Yehuda. 2. Maka kerajaanlah ia tiga tahun lamanya di Yerusalem, dan nama bunda baginda itu Michaja dan Uriel dari Gibea maka di antara Abia dengan Yerobeampun adalah perang.”  (Keterangan : Diriwayatkan bahwa Rechabeam memperisterikan Maacha anak Absalom putera Dawud. Dari perkawinan ini lahirlah Abia. Jadi Abia abalah putera dan Maacha binti Absalom bin Dawud. Tetapi dalam lain ayat disebutkan bahwa Abia bukan anak Maacha cucu Dawud, tetapi anak seorang puteri dari Gibea yang bernama Uriel). Berselisih pula keterangan dalam Kitab Semuil yang kedua pasal 14 ayat 27 : “Maka diperanakkan bagi Absalom tiga orang anaknya laki-laki dan seorang anaknya perempuan, bernama Tamar, yaitu seorang anak perempuan yang elok rupanya.” (Keterangan : Dalam ayat ini diterangkan bahwa satu-satunya anak Absalom yang perempuan bernama Tamar bukan Maacha jadi berselisih dengan keterangan dalam Kitab Tawarikh II pasal 11 ayat 20 tersebut di atas).

Tersebut dalam Kitab Tawarikh I pasal 8 ayat 24 sebagai berikut : “Dan di Gibeon tinggal bapa dari Gibeon dan nama bininya ialah Maacha”. Berselisih dengan Kitab Tawarikh I itu juga yaitu 9 : 35 yang berbunyi : “Tetapi di Gibeon telah tinggal seorang bernama Jeiel, yaitu bapa dari Gibeon (saudaranya perempuan, bernama Maacha)”. (Keterangan : Kedua ayat tersebut di atas terjemahan dari Bybel bahasa Belanda penerbitan “Het Nederlandsch Bybel genoot sehaap” tahun 1935. Ayat tersebut pertama menerangkan bahwa Maacha adalah isteri dari bapanya Gibeon ialah Maacha, tetapi dalam ayat tersebut akhirnya dinyatakan bahwa Maacha bukan isteri Jeiel bapa Gibeon tetapi saudaranya perempuan. —Anehnya, dalam Bybel berbahasa Inggeris dan terjemahan dalam bahasa Indonesia tidak terdapat perselisihan; yaitu dalam kedua ayat tersebut dinyatakan bahwa Maacha adalah isteri dari bapanya Gibeon.— Hal yang pelik ini benar-benar perlu penjelasan).

Tersebut dalam Semuil II pasal 10 ayat 18 : “Tetapi kemudian larilah segala orang Syam itu dari hadapan orang Israil, maka daripada orang Syam itu dibinasakan Daud tujuh ratus buah rata dan empat puluh ribu orang berkuda tambahan pula dialahkannya Sobakh, panglima perang mereka itü, sehingga matilah ia di sana”. Berselisih dengan Kitab Tawarikh I pasal 19 ayat 18 demikian : “Maka larilah segala orang Syam dari hadapan orang Israil, dibinasakan Daud daripada orang Syam itu tujuhribu buah rata perang dan empatpuluh ribu orang yang berjalan kaki, tambahan pula dibunuhnya Sofakh, panglima perang itu”.

Dalam meriwayatkan kembalinya orang-orang Yahudi ke tanah Yerusalem dan ke tanah Yahuda dari negeri Babil di mana mereka ditawan oleh Raja Nebukadnezar, terdapat perselisihan besar antara riwayat dalam Kitab Ezra pasal 2 dengan Kitab Nehemya pasal VII mulai ayat 6. Perbedaan itu mengenai nama pemimpin-pemimpin rombongan yang kembali itu serta tentang jumlah pengikutnya. Di bawah ini dijelaskan perbedaan itu, mula-mula menurut kitab Ezra sedang keterangan dalam tanda kurung adalah menurut Kitab Nehemya :
  1. “Maka sekalian inilah dia, yang berjalan daripada tiap-tiap negeri, yaitu segala orang yang sudah dibawa dengan tertawan yang telah dipindahkan ke Babil oleh Nebukadnezar, raja Babil dan yang pulang ke Yerusalem dan ke tanah Yahuda, masing-masing ke negerinya : — (6. Bahwa inilah segala orang yang sudah berjalan di negeri-negeri itu, yaitu orang yang sudah dibawa dengan tertawan, yang sudah dipindahkan oleh Nebukadnezar, raja Babil, dan yang kembali ke Yerusalem dan Yahuda, masing-masing kepada negerinya).
  2. Yang datang serta dengan Zerubabil dan Yesua dan Nehemya dan Seraya dan Reilaya dan Mordechai dan Bilsan dan Mispar dan Bijwai dan Rehum dan Baena: maka inilah bilangan  segala orang laki-laki bangsa Israil. — (7. Yang sudah datang serta gan Zerubabil, Yesua, Nehemya, Azarya, Raamya, Nahamani, Mordechai, Bilsan, Misperet, Bijwai, Nehum dan Baena, bilangan yang laki-laki bangsa Israil).
  3. Bani Paros adalah 2172 — (8. Maka Bani Paros adalah 2172 orang),
  4. Bani Zefaca 372 — (9. 372 orang),
  5. Bani Arakh 775 — (10. 652 orang),
  6. Bani Pahat—Moab, daripada Bani Yesua Yoab, 2812 (11. 2818 orang),
  7. Bani Elam 1254 — (12. 1254 orang),
  8. Bani Zatu 945 — (13. 845 orang),
  9. Bani Zakai 760 — (14. 760 orang),
  10. Bani Bani 642 – (15. 648 orang),
  11. Bani Bebai 623 — (16. 628 orang).
  12. Bani Azjad 1222 — (17. 2322 orang)
  13. Bani Adohikam 666 — (18. 667 orang),
  14. Bani Bijwai 2056 — (19. 206-7 orang),
  15. Bani Adin - 654 — (20. 655 orang),
  16. Bani Ater daripada Yehizkia 98 — (20. 98 orang),
  17. Bani Bezai 323 — (21. 324 orang)

Demikianlah seterusnya Kitab Ezra pasal 2 mulai ayat 3 hingga ayat 60 menerangkan jumlah orang Yahudi yang kembali dari Babil ke negerinya masing-masing, dan dalam ayat 64 diterangkan bahwa jumlah mereka seluruhnya 42.360 orang. Padahal kalau jumlah orang dalam seluruh ayat itu kita jumlahkan, jumlah semuanya hanya 29818 orang saja. Mengapa dalam ayat 64 disebutkan jumlahnya 42360 orang?
Juga dalam Kitab Nehemy pasal VII mulai ayat 8 hingga ayat 60 menerangkan jumlah orang Yahudi yang kembali itu. Jumlah orang yang disebutkan dalam seluruh ayat itu jika dijumlahkan semua kita akan menemukan angka 31.089 orang. Akan tetapi dalam ayat 66 diterangkan bahwa jumlah mereka seluruhnya 42.360, jadi sesuai dengan Kitab Ezra tersebut di atas, padahal jumlah orang tiap bani berlainan antara Ezra dan Nehemy Keganjilan ini mungkin dapat dijawab dengan mengatakan bahwa banyak bani-bani yang tidak disebutkan jumlah orangnya baik dalam Ezra maupun dalam Nehemya. Tetapi ini tentulah belum merupakan jawaban yang memuaskan, karena jumlah yang telah kongkrit 42.360 dijelaskan dengan jumlah anggota bani-bani yang belum kongkrit, bahkan tak disebutkan jumlahnya mekipun dengan kata “kira-kira”.
Kemudian baik Kitab Ezra maupun Nehemya menyebutkan banyaknya hamba sahaya yaitu 7.337 orang, tetapi mengenai biduan laki-laki dan perempuan ada perselisihan yaitu Ezra menyebutkan 200 orang sedang Nehemya mengatakan 245 orang, selisih 45 orang. Tentang banyaknya hewan ternak ada persesuaian, yaitu kuda 736 ekor bagral 245 ekor onta 435 ekor dan keledai 6720 ekor. Tentang ini orang akan berfikir, apakah mungkin wahyu Allah sampai-sampai menerangkan jumlah orang, sehingga jumlah kuda, bagral,. onta dan keledai.
Maka orang akan menarik kesimpulan bahwa Kitab Perjanjian Lama itu, tiada lebih daripada kumpulan kitab sejarah yang ditulis oleh beberapa orang menurut ingatan dan catatannya masing-masing, hingga tidak mengherankan kalau terdapat perselisihan tentang fakta maupun peristiwanya, dan itu tidaklah mengapa, tidak mengurangi nilai sejarahnya, meskipun yang benar hanya salah satunya. Sebagaimana juga banyak nenek moyang yang mencatat peristiwa-peristiwa sejarah yang terdapat perbedaan satu dengan lainnya, yang kemudian peristiwa itu turun-temurun menjadi riwayat kepada anak cucu.
Contoh-contoh tersebut di atas hanya sabagian kecil saja dari perselisihan yang amat banyak terdapat antara ayat-ayat Perjanjian Lama, mengenai peristiwa dan fakta-fakta sejarah. Untuk tidak terlalu panjang-panjang, di sini kita sajikan beberapa contoh lagi tetapi tidak usah mengutip bunyi ayat-ayat itu selengkapnya, cukup maksudnya dengan ringkas agar tidak memperbanyak halaman kitab.

Menurut Kitab Raja-raja yang pertama pasal 15 ayat 33 : Baesa naik Raja pada tahun ketiga dari kerajaan Asa, dan Baesa menjadi raja itu 24 tahun, jadi penghabisan dia menjadi raja pada tahun ke 27 dari mulanya Asa menjadi raja —Tetapi dalam Kitab Tawarikh yang kedua pasal 16 ayat 1 diterangkan : pada tahun ke 36 dari kerajaan Asa. Baesa masih jadi raja dan memerangi Asa.

Setelah Daud mengalahkan Hadadezar, raja Zoba; maka Kitab Semuil yang kedua pasal 8 ayat 4 meriwayatkan bahwa Daud merampas 1.700 orang tentara berkuda, 20.000 orang tentara berjalan kaki –Tetapi  dalam Kitab Tawarikh yang pertama pasal 18 ayat 4 diriwayatkan lain, yaitu 1.000 rata (kereta perang) dan 20.000orang berjalan kaki.

Kitab Kejadian pasal 46 ayat 21 menerangkan bahwa anak-anak lelaki Benyamin bin Yakub ada 10 orang, yaitu : Bela, Becher, Asybel, Gera, Nauman, Echi, Rusy, Mupim, Hupim dan Ared —Tetapi Kitab Tawarikh yang pertama pasal 7 ayat 6 menerangkan bahwa anak Benyamin hanya tiga yaitu : Bela, Becher dan Jediael. Dalam ayat 7 dinyatakan bahwa Bela ini beranakkan Iri; dalam ayat 12 dikatakan bahwa Supim (bukan Mupim) dan Hupim itu anak Iri– Seterusnya  sampai pasal delapan Kitab Tawarikh ini, terdapat kekacauan nama bila dibandingkan dengan Kitab Kejadian pasal 46 tersebut di atas.
Bagaimanapun juga banyaknya perselisihan itu, namun dapat juga orang menjawab bahwa segala perselisihan itu tidak sekali-kali mengurangi nilai kewahyuan Kitab Perjanjian Lama dan Baru, karena perselisihan itu hanya mengenai fakta sejarah saja, tidak mengenai pokok-pokok kepercayaan dan ibadah.
Namun begitu, tentulah jawab sedemikian itu belum memuaskan orang. Adalah wajar kalau orang berpendapat bahwa sesuatu keterangan ayat kitab Suci wahyu Allah tidak selayaknya berselisih ayat dengan lainnya meskipun dalam soal yang sekecil-kecilnya. Kecuali jika diakui bahwa ayat-ayat yang bertentangan itu hanya sepihak yang benar dan itulah wahyu dan yang sepihak salah dan bukan wahyu. Tetapi kalau diakui demikian maka berarti bahwa Kitab Bybel itu sebagian wahyu Allah sebagian karangan manusia, tetapi pengertian inipun tidak layak karena menurunkan nilai Bybel yang dipercayai sebagai wahyu oleh golongan Masehi.

Ayat-ayat yang berselisih tentang kepercayaan
Lagi pula rupanya perselisihan ayat-ayat Perjanjian Lama itu setelah diperiksa, ternyata juga mengenai pokok kepercayaan. Di bawah ini beberapa dari padanya.
Apakah anak menanggung dosa orang tuanya?
Dalam Kitab Taurat, Kitab Keluaran pasal 20 ayat 1 – 4  berfirman Allah melarang manusia menyembah patung dan lain-lain Tuhan selain Allah. Dan ayat 5 Allah berfirman akan membalas durhaka segala bapa sampai anak-anaknya bahkan sampai turunannya yang ketiga dan keempat. Ayat itu berbunyi : “Janganlah kamu menyembah sujud dan berbuat bakti padanya, karena Akulah Tuhan, Allahmu, Allah yang cemburuan adanya, yang membalas durhaka segala bapa sampai kepada anak-anaknya dan kepada gilir yang ketiga dan yang keempatnya dari segala orang yang membenci akan Daku.” Berselisih dengan firman Allah dalam Kitab Nabi Jehezkiel pasal 18 ayat 20 yang memfirmankan bahwa anak tidak menanggung kesalahan bapanya, dan bapa tidak menanggung kesalahan anaknya, demikian : “Orang yang berbuat dosa, ia itu juga akan mati : maka anak tiada akan menanggung kesalahan bapanya, dan bapapun tiada akan menanggung kesalahan anaknya; kebenaran orang yang benar akan tertanggung atasnya dan kejahatan orang fasikpun akan tertanggung atasnya.”
Kedua ayat tersebut di atas adalah sama-sama firman Allah. Ayat pertama kepada Musa dan ayat kedua kepada Nabi Jehezkiel. Allah berfirman kepada Nabi Jehezkiel bahwa anak tiada akan di siksa karena kejahatan atau dosa bapanya, tiap orang hanya menanggung kejahatannya masing-masing, dan akan menerima rahmat Allah untuk kebenarannya masing-masing. Dengan demikian tidak ada dosa turunan. Dan ini adalah wajar dan sehat menurut akal.
Tetapi benarkah Allah telah berfirman kepada Musa bahwa anak akan disiksa Allah karena dosa bapanya, bahkan akan di siksa hingga keturunan yang keempat? Benarkah ayat 5 pasal 20 dari Kitab Keluaran itu firman Allah? Dalam ayat itu dipakai kata-kata “gilir” menurut terjemahan Bibel dalam bahasa Indonesia. Kalau menilik bahwa sebelum kata-kata itu tersebut kata “anak-anaknya” maka tidak ragu lagi bahwa “gilir” berarti “keturunan.” Apalagi dalam Bybel bahasa Belanda dipakai kata-kata “lid” yang selain berarti “anggauta” juga “derajah” yang biasa dipakai untuk tingkatan turunan. Bahkan dalam Bible bahasa Inggeris dipakai kata-kata “generation” yang berarti “keturunan.” “………….. God die de misdaad der vaderen bezoek aan de kinderen, aan het derde en aan het vierde lid dergenen die My haten.” “……….. visiting the iniquity of the fathers upon the children unto the third and fourth generation of them that hate me.”

Kitab Ulangan ialah sebagian kitab Perjanjian Lama yang memuat ajaran-ajaran Musa kepada bani Israil dengan berdasarkan firman Allah. Dalam Ulangan pasal 23 ayat 2 Allah berfirman bahwa tiap anak haram (anak zina) dilarang keras masuk ke dalam sidang ummat Tuhan (masuk tempat beribadah dan pertemuan serta upacara agama), sampai sepuluh turunan. Kutuk ini memang sesuai dengan firman Allah dalam Kitab Keluaran sebagaimana tersebut di atas bahwa dosa bapa ditanggung oleh anak-cucunya.
Inilah firman Allah tersebut :
“Seorang anak harampun jangan masuk ke dalam sidang ummat Tuhan jikalau anak-cucunya sampai kesepuluh sunat sekali pun tiada juga boleh masuk ke dalam sidang ummat Tuhan.”
Firman Allah itu berselisih dengan kenyataan yang termaktub dalam Perjanjian Lama bahwa Nabi Dawud itu keturunan Perez, sedang Perez adalah anak zina sebagai akibat dari perzinaan bapanya yaitu Yahuda dengan menantunya bernama Tamar. Yahuda bin Ya’kub itu ternyata mau bermain lacur. Menantunya perempuan yang telah menjadi janda yang bernama Tamar itu duduk di tepi jalan dengan mukanya bertudung menghadang mertuanya, ketika Yahuda melihat seorang perempuan duduk di tepi jalan dan mukanya bertudung, disangkanya perempuan sundal, lalu di ajaknja melacur dengan janji upah seekor anak kambing. Akhirya dari perzinaan itu lahirlah dua orang anak lelaki kembar bernama Perez dan Zerah. Riwayat ini tersebut dalam Taurat, yaitu kitab Kejadian pasal 38.
Adapun Nabi Dawud adalah keturunan kesembilan dari Perez, tersebut dalam Kitab Tawarikh yang pertama pasal 2 ayat 5 - 15 yang ringkasnya :
Perez beranak Hezron, Hezron beranakkan Ram, Rain mempunyai anak Aminadab, Aminadab beranakkan Nahesyon, Nahesyon beranakkan Salma, Salma mendapat anak Boaz, Boaz beranakkan Obed, Obed mempunyai anak Isai, dan Isai beranakkan Daud. (Silsilah itu sesuai dengan Kitab Perjanjian Baru : Matius 1 : 1 – 16 dan Lukas 3 : 23 – 24).
Jadi teranglah bahwa Nabi Daud adalah keturunan anak haram, karena itu terlarang keras memasuki sidang ummat Tuhan. Tetapi Allah telah mengangkat Daud menjadi Nabi-Nya, mengaruniakan kepadanya kerajaan, menurunkan firman dan wahyu-Nya kepadanya. Bahkan dalam Kitab Mazmur (Zabur) pasal 38 ayat 21 - 27. Allah telah memuliakan Daud setinggi-tingginya, menyirami dia, dengan minyak-Nya yang suci, menyokong dia dan membinasakan musuhnya. Dan dalam ayat 28 Allah mengangkat Daud anak sulungnya, demikian firman-Nya.
“Maka Akupun akan menjadikan dia akan anak sulung, yang maha tinggi di atas segala raja-raja di bumi.”
Dengan demikian, tidaklah orang akan berpikir bahwa Allah telah menyalahi firman-Nya sendiri, bahwa keturunan anak haram harus disingkirkan dari ummat Tuhan? Oleh karena demi untuk menjaga kesucian Allah, dan kehormatan Daud sendiri, maka pernyataan-pernyataan ayat-ayat Perjanjian Lama itu apakah tidak selayaknya harus diselidiki dan dinilai kebenarannya bahwa itu wahyu; antara lain :
  • Benarkah Allah berfirman bahwa dosa bapa ditanggung juga oleh anak cucunya ?
  • Benarkah Allah berfirman bahwa anak haram ikut menjadi kotor karena perzinaan bapa-ibunya? Dan kekotoran ini turun-temurun?
  • Benarkah Yahuda bin Nabi Ya’kub berzina dengan menantunya Tamar?
  • Benarkah Nabi Daud keturunan Perez?

Dalam Kitab Kejadian pasal 2 ayat 17 Allah melarang Adam memakan buah suatu pohon, bila memakannva Adam akan mati hari itu juga. Demikian sabdanya :
“Tetapi buah pohon pengetahuan akan hal baik dan jahat itu janganlah engkau makan, karena pada hari engkau makan dari padanya engkau akan mati.”
Tetapi kenyatanya, setelah Adam makan buah itu ia tidak mati. Walaupun ia tidak mengakui kesalahannya dan melemparkan kesalahan itu kepada isterinya, dan isterinya itu melemparkan kesalahannya kepada ular, sebagaimana tersebut dalam pasal 3 ayat 11 -13  : (11. “Maka firman Allah : Siapa gerangan memberi tahu engkau, bahwa engkau telanjang? Sudahkah engkau makan daripada pohon, yang telah kupesan jangan engkau makan buahnya”, 12. “Maka sahut Adam : Adapun perempuan yang telah Tuhan karuniakan kepadaku itu, ia itu memberikan daku buah pohon itu, lalu kumakan”. 13. “Maka firman Tuhan Allah kepada perempuan itu: Apakah ini yang telah kau berbuat ? Maka sahut perempuan itu : Si ular itu menipukan daku, lalu aku makan.”)
Allah tidak mematikan Adam sebagaimana hukum dalam firman-Nya, melainkan memperkenankan Adam terus hidup hingga 930 tahun.
Demikianlah sekedar tiga contoh perselisihan ayat-ayat Perjanjian Lama tentang kepercayaan atau soal yang pokok, tidak hanya mengenai fakta sejarah. Selain daripada itu masih ada hal-hal yang perlu dikemukakan, yaitu bahwa Kitab Perjanjian Lama rupanya juga memuat riwayat-riwayat yang ganjil, yang amat diragukan kebenaran terjadinya, yang mungkin menurut pendapat orang mirip kepada dongengan zaman kuno sebagaimana yang di miliki oleh setiap bangsa.

Ayat-ayat Perjanjian Lama tentang peristiwa ganjil
Cerita-cerita ganjil dan aneh sangat banyak diriwayatkan dalam Kitab Suci ini, antara lain seperti yang tersebut di bawah.

Nabi Yakub bergelut dengan Allah
Nabi Yakub pernah bergelut dengan Allah yang merupakan Diri sebagai seorang lelaki, dan Nabi Yakub menang. Riwayat ini tersebut dalam Kitab Kejadian pasal 32 ayat 24 seterusnya : (24. “Melainkan tinggallah Yakub seorang-orangnya, maka adalah seorang laki-laki bergumul dengan dia sampai terbit pajar”. 25. “Maka apabila dilihat orang itu akan hal tiada dapat di kalahkannya Yakub, maka dipegangnyalah akan pangkal paha Yakub, lalu pangkal paha Yakub itupun tergeliat dalam ia bergumul dengan dia”. 26. “Maka katanya : Lepaskanlah aku karena pajar sudah merekah; tetapi kata Yakub kepadanya : Tiadalah engkau kulepaskan sebelum engkau memberkati aku”. 27. “Maka kata orang itu kepadanya : Siapa namamu? Maka jawabnya : Yakub” . 28. “Maka kata orang itu Tiada lagi enkau bernama Yakub, melainkan Israil, karena telah engkau berlaku seperti Seorang raja di hadapan Allah dan kepada manusia, dan engkau sudah menang”. 29. “Maka bertanya Yakub, katanya : Katakanlah kiranya namamupun. Maka sahutnya : Mengapa engkau bertanya namaku? Maka diberkatinyalah akan dia di sana”. 30. “Maka dinamai Yakub akan tempat itu Paniel, karena katanya : Sudah kulihat Allah muka dengan muka, maka nyawaku selamatlah”.)
Alasan yang menguatkan bahwa lelaki yang bergelut dengan Yakub itu benar-benar Allah bukan orang atau malaikat, ialah : Pertama, Yakub sendiri merasa yakin bahwa lawannya bergelut itu adalah Allah jua. Kedua, ayat 10 dan Kejadian pasal 35 di mana Allah berfirman kepada Yakub : “Adapun namamu, Yakub itu, tiada lagi dipanggil Yakub, Israil akan jadi namamu; maka dinamai akan dia Israil”.

Allah bertamu ke rumah Ibrahim dan di jamu makan
Kitab Kejadian pasal 18 :
“1. Hatta, maka kemudian daripada itu kelihatanlah Tuhan kepada Ibrahim hampir dengan hutan pohon jati Mamre tatkala duduklah Ibrahim di pintu kemahnya ketika hari panas. 2. Maka diangkatnya matanya, dilihatnya bahwa tiga orang ada berdiri dihadapannya; serta terlihatlah ia akan dia maka berlarilah ia daripada pintu kemahnya pergi mendapatkan mereka itu, lalu tunduklah ia sampai ke bumi. 3. Sambil sembahyang : Ya Tuhan, jikalau kiranya Tuhan kasih akan hamba, maka jangan apalah Tuhan lalu dari hadapan hambamu. 4. Biarlah kiranya dibawakan orang sedikit air akan pembasah kakimu dan duduklah di bawah pohon kayu ini”.

Seterusnya Ibrahim dengan isterinya Sarah bergegas memasak santapan serta memotong anak lembu yang gemuk. Setelah hidangan itu selesai dan disajikan, maka para tamu itupun santaplah. Lalu Tuhan berfirman akan mengaruniakan Sarah yang telah tua itu seorang putera. (“10. Maka katanya : Bahwa tak dapat tiada Aku akan kembali kepadamu tahun yang datang ini pada masa begini, maka sesungguhnya Sarah, isterimu telah beranak laki-laki. Maka terdengarlah kata itu kepada Sarah dibelakang pintu kemah, yaitu tempat ia berdiri.”)
Seterusnya bila kita membaca Kitab tersebut hingga selesai pasal 20, kita dapat mengerti siapa tiga orang tamu itu masing-masing. Mereka itu ialah Tuhan Allah bersama dengan dua malaikat-Nya, yang sama-sama merupakan sebagai manusia. Allah datang diiringkan dua pesuruh-Nya (malaikat) untuk menghukum kaum Lut di negeri Sodom yang durhaka dan berdosa itu, dan singgah ke tempat Ibrahim.
(“22. Maka kedua orang itupun memalingkan mukanya dari sana lalu berjalan menuju ke Sodom, tetapi Ibrahim tinggal lagi terdiri di hadapan hadlirat Tuhan”.)
Pasal 19 ayat 1
“Maka sampailah kedua orang malaikat itu ke Sodom pada petang hari : maka pada itu Lutpun ada duduk dipintu negeri Sodom”.
Menurut yang diriwayatkan oleh para ahli agama yang tidak bersumber Perjanjian Lama, adalah tiga orang tamu Nabi Ibrahim itu malaikat ketiganya, diutus oleh Allah untuk menghukum kaum Lut. Ketiganya singgah di kediaman Ibrahim dan dijamu makan.
Adapun Ibrahim barulah menyangka bahwa mereka itu malaikat setelah mereka mengulurkan tangan kepada hidangan, tetapi tangan itu tidak sampai dan tak dapat menjamah makanan itu; karena malaikat tetap berbadan halus meskipun telah merupakan diri sebagai manusia, tak dapat bersentuhan dengan benda materi. Setelah itu barulah menjelaskan siapa mereka dan tugas yang telah dipikulkan Allah kepada mereka itu.

Lut sesudah dimabukkan
Bahwa Lut itu seorang yang shalih dan dikasihi Allah, adalah tak dapat diragukan lagi, itu tersebut dalam Perjanjian Lama. Dia; adalah anak saudara Ibrahim, kemenakan Ibrahim penghulu orang beriman. Lut dipelihara oleh Ibrahim, pamannya itu, dan keduanya adalah orang-orang beriman dan shalih. Kemudian Lut berpisah dengan pamannya dan pindah ke negeri Sodom. Rakyat Sodom itu ingkar kepada Tuhan serta berbuat jahat dan mesum, senantiasa memusuhi Lut yang selalu mencoba menasehati mereka. Setelah kemunkaran penduduk Sodom tak dapat diperbaiki bahkan bertambah merajalela, maka Tuhan turun beserta dua orang malaikat-Nya dan singgah di tempat kediaman Ibrahim, dan kemudian Tuhan perintahkan agar kedua malaikat itu meneruskan perjalanan ke Sodom untuk membinasakan penduduknya seperti telah diriwayatkan di atas sementara Ibrahim memohon kepada Tuhan agar menyelamatkan penduduk Sodom yang benar dan baik. Sesudah itu gaiblah Tuhan.
Akhirnya kedua malaikat itu sampai dinegeri Sodom dan bermalam dirumah Lut. Esoknya seluruh negeri dan penduduk Sodom dibinasakannya, hanya Lut dan kedua anaknya perempuan yang selamat. Isteri Lut. ikut binasa, berubah menjadi tiang garam. Maka tinggallah Lut dengan kedua puterinya itu di dalam sebuah gua di atas gunung. Karena hasrat yang kuat untuk mempunyai keturunan padahal tiada lelaki lain, puterinya yang sulung menghendaki agar bapanya memberikan ia keturunan. Maka di bawah inilah kata puterinya yang sulung itu kepada adiknya. (“32. Marilah kita beri minum anggur kepada bapa kita, lalu kita berseketiduran dengan dia supaya dapat kita memeliharakan anak buah daripada bapa itu. 33. Maka pada malam itu diberinyalah akan bapanya minuman anggur, lalu yang sulung itupun berseketiduran dengan bapanya, maka tiada bapanya sadar bilakah ia berbaring dan bilakah ia bangun”).
Pada keesokan malamnya, bergantilah adiknya melakukan yang demikian itu. (“36. Maka kedua anak Lut itupun mengandunglah, yaitu dari pada bapanya”).
Akhirnya, Lut mendapat dua orang cucu : dari anaknya sulung memperoleh cucu bernama Moab yang kelak akan menurunkan suku Moab; dan dari anaknya yang bungsu mendapat cucu bernama Bin-Ammi yang akan menurunkan orang Ammon. Tak dapat disangkal bahwa Lut melakukan perbuatannya itu diluar kesadarannya, tidak sengaja. Tuhan Allah niscaya memberinya ampun. Namun demikian, ujud perbuatannya memang kejahatan. Dan kemesuman kedua anaknya dilakukan dengan sengaja, melahirkan lagi ummat anak haram yang menurut Taurat dilarang keras memasuki sidang ummat Tuhan.
Akhirnya, Tuhan yang telah menyelamatkan Lut dari kebinasaan penduduk Sodom, sekarang telah membiarkan dia menjadi korban kejahatan anaknya sendiri.
Tiga buah cerita ganjil diatas, ditambah dengan keganjilan peristiwa yang terjadi antara Yahuda dan menantunya, serta perselisihan-perselihan sesama ayat-ayat firman Tuhan, adalah merupakan sebagian daripada hal-hal yang mungkin orang lebih suka tidak termuat dalam Perjanjian Lama. Mungkin juga keinginan semacam itu timbul dari hatinya yang cenderung akan kebersihan kitab yang dipercayai sebagai firman Tuhan itu, dan hal-hal dianggapnya cela menurut pertimbangan pikirannya. Diharap juga kiranya keinginan semacam itu diperhatikan oleh ahli-ahli Kitab Perjanjian Lama.
------------------------
Sekitar Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, H. Djarnawi Hadikusuma, PT. Percetakan Persatuan Yogyakarta, halaman 15-28.