Tatkala sakitnya sudah makin keras, panas demamnya makin memuncak, istri-istri dan tamu-tamu yang datang menjenguknya, bila meletakkan tangan di atas selimut yang dipakainya, terasa sekali panas demam yang sangat meletihkan itu. Dan Fatimah putrinya, setiap hari datang menengok. Ia sangat mencintai putrinya itu, cinta seorang ayah kepada anak yang hanya tinggal satu-satunya sebagai keturunan. Apabila ia datang menemui Nabi, ia menyambutnya dan menciumnya, lalu didudukkannya di tempat ia duduk. Tetapi setelah sakitnya demikian payah, putrinya itu datang menemuinya dan mencium ayahnya.
“Selamat datang. putriku”, katanya. Lalu didudukkannya ia di sampingnya. Ada kata-kata yang dibisikkannya ketika itu, Fatimah lalu menangis. Kemudian dibisikkannya kata-kata lain. Fatimah pun jadi tertawa. Bila hal itu oleh ‘Aisyah ditanyakan, ia menjawab : “Sebenarnya saya tidak akan membuka rahasia Rasulullah s.a.w.”
Tetapi setelah Rasul wafat, ia mengatakan, bahwa ayahnya membisikkan kepadanya, bahwa ia akan meninggal oleh sakitnya sekali ini. Itu sebabnya Fatimah menangis. Kemudian dibisikkannya lagi, bahwa putrinya itulah dari keluarganya yang pertama kali akan menyusul. Itu sebabnya ia tertawa.
Karena panas demam yang tinggi itu, sebuah bejana berisi air dingin diletakkan di sampingnya. Sekali-kali ia meletakkan tangan ke dalam air itu lalu mengusapkannya ke muka. Begitu tingginya suhu panas demam itu, kadang ia sampai tak sadarkan diri. Kemudian ia sadar kembali dengan keadaan yang sudah sangat payah sekali. Karena, perasaan sedih yang menyanyat hati, pada suatu hari Fatimah berkata mengenai penderitaan ayahnya itu :
“Alangkah beratnya penderitaan ayah!”
“Tidak. Takkan ada lagi penderitaan ayahmu sesudah hari ini”, jawabnya.
Maksudnya ia akan meninggalkan dunia ini, dunia duka dan penderitaan.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 568-569.
“Selamat datang. putriku”, katanya. Lalu didudukkannya ia di sampingnya. Ada kata-kata yang dibisikkannya ketika itu, Fatimah lalu menangis. Kemudian dibisikkannya kata-kata lain. Fatimah pun jadi tertawa. Bila hal itu oleh ‘Aisyah ditanyakan, ia menjawab : “Sebenarnya saya tidak akan membuka rahasia Rasulullah s.a.w.”
Tetapi setelah Rasul wafat, ia mengatakan, bahwa ayahnya membisikkan kepadanya, bahwa ia akan meninggal oleh sakitnya sekali ini. Itu sebabnya Fatimah menangis. Kemudian dibisikkannya lagi, bahwa putrinya itulah dari keluarganya yang pertama kali akan menyusul. Itu sebabnya ia tertawa.
Karena panas demam yang tinggi itu, sebuah bejana berisi air dingin diletakkan di sampingnya. Sekali-kali ia meletakkan tangan ke dalam air itu lalu mengusapkannya ke muka. Begitu tingginya suhu panas demam itu, kadang ia sampai tak sadarkan diri. Kemudian ia sadar kembali dengan keadaan yang sudah sangat payah sekali. Karena, perasaan sedih yang menyanyat hati, pada suatu hari Fatimah berkata mengenai penderitaan ayahnya itu :
“Alangkah beratnya penderitaan ayah!”
“Tidak. Takkan ada lagi penderitaan ayahmu sesudah hari ini”, jawabnya.
Maksudnya ia akan meninggalkan dunia ini, dunia duka dan penderitaan.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 568-569.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar