"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Sabtu, 31 Januari 2015

Jalan Lurus

"Jalan Lurus" bukan tanpa hambatan dan bukan nyaman ditempuh, kadang menanjak, kadang curam, berliku-lintang dan penuh peluh. 
"Jalan Lurus" itu penuh dengan penat, namun diakhiri nikmat, bukan jalan orang-orang terlaknat, apalagi jalan orang-orang tersesat.
"Jalan Lurus" itu menaati Tuhanku yang juga Tuhanmu, Allah semata; perlu kesabaran juga istiqamah, dan semua akan dibayar sempurna.
"Jalan Lurus" penuh dengan celaan, ejekan, dan olokan; namun juga berlimpah sahabat penuh kebaikan.
"Jalan Lurus" jauh membentang, penuh dengan aral melintang, siapa yang memintanya berbilang, Allah akan memberinya senang.
"Jalan Lurus" dipenuhi penjagaan Allah, karena bagi-Nya segala hal itu mudah.
"Jalan Lurus" itu jalannya insan yang mudah beristighfar pada Allah, yang bersiteguh pada Al-Qur'an saat yang lain kehilangan arah.
"Jalan Lurus" itu; hanyalah jalan Islam.

URUSAN JIHAD (16)

Dari Samurah r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda: “Bunuhlah orang-orang musyrik yang tua (dewasa), dan biarkanlah anak-anak mereka”. Diriwayatkan oleh Abu Daud dan disahkan oleh Turmidzy.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 475.

Jumat, 30 Januari 2015

Keutamaan Sunnat Rawatib yang Mengikuti Sholat Fardlu (1)

Umm Habibah (Romlah) binti Abi Sufyan r.a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Tiada orang Muslim yang sholat sunnat karena Allah, pada tiap hari dua belas raka’at, melainkan Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di sorga. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 176-177.

Seorang yang Dinaungi Malaikat

TIME TUNNEL. Dilukiskan dalam sejarah perang Rasulullah  ﷺ bahwa perang Uhud adalah perang yang sangat memilukan dan teramat dahsyat. Pelajaran bagi segenap Muslimin atas ketidak-patuhan pada perintah Rasulullah  ﷺ sangat jelas terpapar di peristiwa ini.
Makam Syuhada Uhud
 Sebuah penggalan kisah dari Lorong Waktu tatkala perang telah usai dan kaum Muslimin meninjau para syuhada, terlihat Jabir bin Abdullah tengah mencari ayahnya. Hingga akhirnya ditemukan diantara para syuhada dengan tubuh yang telah dicincang oleh orang-orang musyrik. Jabir pun tak kuasa menangisi jasad ayahnya, Abdullah bin Amr bin Haram. Beliau adalah salah satu dari 70 orang yang berbaiat kepada Rasulullah s.a.w. pada bai'at 'Aqabah kedua dan oleh Rasulullah s.a.w. diangkat menjadi wakil dari kaum Bani Salamah. Dan tatkala Rasulullah  ﷺ telah hijrah ke Madinah, kebahagiaan baginya menemani siang dan malam karena bertemankan Nabi  ﷺ.
Di saat Jabir bin Abdullah dan keluarganya meratapi Abdullah bin Amr, lewatlah Rasulullah  ﷺ dan bersabda : "Kalian tangisi ataupun tidak, para Malaikat akan tetap menaunginya dengan sayap-syapnya...!"
Jauh selepas perang Uhud, Rasulullah  ﷺ melukiskan kegemaran Abu Jabir (Abdullah bin Amr bin Haram) untuk mati syahid kepada sang putra, Jabir. "Hai Jabir!, Tidak seorang pun di bawa berbicara oleh Allah, kecuali dari balik tabir. Tapi Allah telah berbicara secara langsung dengan bapakmu." Firman Allah kepadanya : "Hai hamba-Ku, mintalah kepada-Ku pasti kuberi...!" Maka ujarnya : "Ya Tuhanku; ku mohon kepada-Mu agar aku dikembalikan ke dunia, agar aku dapat mati syahid sekali lagi .....!". Firman Allah kepadanya : "Telah terdahulu ketentuan daripada-Ku bahwa mereka tidak akan dikembalikan lagi....!" "Kalau begitu oh Tuhan", mohon sampaikan kepada orang-orang dibelakangku nikmat karunia yang Engkau limpahkan kepada kami...!". Maka Allah ta'ala pun menurunkan QS 3 : 169 - 170.
Setelah semua syahid teridentifikasi, Rasulullah  ﷺ memerintahkan untuk memekamkan para syahid di tempat mereka tewas. Tatkala giliran Abdullah bin Amr bin Haram, Rasulullah  ﷺ berseru : "Kuburkan Abu Jabir beserta sahabatnya Amr bin Jamuh dalam satu liang, karena mereka selagi didunia bersahabat setia.
-----------------
Inspirasi :
Rijal Haolar Rasul (Karakteristik Perihidup 60 Shahabat Rasulullah), Khalid Muhammad Khalid, Penerbit : CV. Penerbit Diponegoro Bandung, Cetakan keduapuluh 2006, Bab "Abu Jabir, Abdullah bin Amr bin Haram", halaman 539 - 543.
Taht Râyah al-Rasûl (Perang Muhammad), Dr. Nizar Abazhah, Penerbit Zaman Jakarta, Cetakan Pertama 1432 H / 2011 M.

Kamis, 29 Januari 2015

URUSAN JIHAD (15)

Dari Ibnu Umar r.a; “Bahwasanya Nabi s.a.w. melihat seorang wanita terbunuh dalam peperangannya, maka lalu beliau melarang membunuh perempuan dan anak-anak”. Muttafaq ‘alaih.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 474-475.

Pesepak Bola Muda Jerman Ini Peluk Islam

REPUBLIKA.CO.ID, NURNBERG -- Pesepak bola muda asal Jerman, Danny Blum baru saja mengumumkan dirinya telah memeluk agama islam. Pemuda 24 tahun tersebut mendeskripsikan Islam sebagai  agama yang penuh harapan dan kekuatan.
“Islam memberikanku harapan dan kekuatan, berdoa menenangkan jiwaku,” kata Blum ke media terkemuka Jerman, Bild, Selasa (27/1).
Blum bergabung dengan 1. FC Nürnberg  klub divisi 2 Bundesliga bulan Juli silam. Tidak lama setelah resmi ditransfer, ia mengalami cidera parah pada lutut yang memaksanya untuk absen selama 6 bulan. Tidak melakukan apa-apa membuatnya berpikir “Hidup dalam kemewahan, tidak ada tanggung jawab atas apapun. Apa yang akan terjadi setelah pensiun," kata dia.
Pria asal Frankenthal, Jerman tersebut kemudian berbicara dengan teman-temannya tentang agama, pilihannya jatuh pada islam. “Aku sudah mengunjungi masjid dan langsung merasakan sesuatu dalam hati. Aku merasa bahwa ini adalah sesuatu untukku dan aku ingin mengetahui lebih jauh,” ujarnya.
Beberapa minggu lalu Blum memutuskan untuk menjadi Muslim. Sejak itu, ia kerap melakukan shalat lima waktu dan hanya makan makanan yang halal. Awalnya ia takut untuk memberi tahu orang tua soal pilihannya. “Orang tuaku penganut kristiani yang taat. Tapi kemudian mereka berkata bahwa aku harus memilik jalan yang menurutku benar,” katanya.
Selain berkonsultasi dengan rekannya, Blum juga melakukan riset melalui internet dan  buku bacaan. Menurutnya, islam adalah agama yang damai. “Kepercayaanku bilang, jangan paksa orang lain untuk melakukan hal yang tidak ingin mereka lakukan. Jika ingin, itu harus datang sukarela dari hati”
Tim tempatnya bermain juga tidak mempermasalahkan.“Sampai sekarang saya belum mendengan perkataan yang menyinggung. Tapi meski itu terjadi tak akan menggangguku. Setiap orang punya kepercayannya masing masing. Tiap orang harus menjalani jalannya masing-masing," kata dia.
Jerman sendiri adalah rumah bagi hampir 4 juga umat islam, termasuk 220.000 orang yag ada di Berlin. Pendatang dari turki adalah 2/3 bagian dari minoritas muslim disana.
 
sumber : republika.co.id

Rabu, 28 Januari 2015

Keutamaan Shaf Barisan Pertama dan Perintah Meratakan dan Menyempurnakan Barisan dan Rapat (15)

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Letakkanlah imam itu tepat di tengah, dan tutuplah semua lobang (sela-sela) barisan. (HR. Abu Dawud).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 175.

Evolusi Pasukan Utsmani

Sejak awal, Turki terkenal sebagai kaum petarung yang memiliki karakteristik yang sama seperti Arab badui. Mereka nomaden, tidur ditas kuda, tinggal di tenda-tenda tanpa pagar dan hidup bergantung dari keahlian panah dan pedang. Mereka sanggup bertahan dengan makanan dan minuman yang minim dalam kondisi ekstrim dan memiliki harga diri yang tinggi, dan ini menjadikan kaum Turki sebagai bahan mentah yang baik untuk pasukan perang. Bahkan Rasulullah s.a.w. memperingatkan kaum Muslim awal tentang potensi kaum Turki ini, "Dan tinggalkanlah (jangan memulai perang dengan) Turki sebagaimana mereka meninggalkan kalian." (THR. Abu Dawud).

 Pasukan awal Turki hanyalah terdiri dari pasukan berkuda dengan panah, pedang dan tombak. Berperang dengan cara konvensional. Ketika masa kepemimpinan Orhan bin Utsman, kaum Turki mulai mengenal otganisasi militer deng dibentuknya Yaya (pasukan khusus yang digaji).
Kemudian pada masa Murad I dan Beyazid sistem militer Utsmani dirombak guna menggantikan Yaya menjadi Kapikulu Ocak (Kesatuan Garda Pintu) yang merupakan pengawal pribadi Sultan sekaligus pasukan infanteri khusus. Yang selanjutnya memperkenalkan sistem devsirme (perekrutan kaum non-Muslim menjadi tentara Muslim) dari tawanan perang daerah yang ditaklukkan Utsmani. Kemudian dari pasukan yang baru memeluk Islam ini dikenal dengan pasukan Yeniseri.
Sampai pada masa Sultan Mehmed II, organisasi militer Utsmani makin beragam dan tersusun atas Kapikulu Ocak, kesatuan reguler yang terdiri dari divisi infanteri Yeniseri, divisi kavaleri Sipahi dan Akinci yang merupakan pasukan irreguler dengan perlengkapan yang lebih baik dan lebih terlatih. Divisi Sipahi kesultanan Utsmani adalah tentara Turki asli, keberadaannya sama tuanya dengan sejarah Turki sendiri, terbagi atas pasukan infanteri dan kavaleri dengan zirah yang berat ataupun ringan. Persenjataan yang sering digunakan adalah tombak, panah dan pedang, ada juga yang masih menggunakan gada dan kapak.
Dan pasukan Azap dan Bashi-Bazouk, pasukan non-reguler, pasukan sukarela dengan persenjataan dan perlengkapan terbatas. (Muhammad Al-Fatih 1453; Felix Y. Siauw; Penerbit : Al-Fatih Press, Jakarta Utara; Cetakan ke-7, Juni 2014, halaman 103-118).

Selasa, 27 Januari 2015

URUSAN JIHAD (14)

Dari ‘Aisyah r.a.: bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda kepada seorang laki-laki yang mengikut beliau pada perang Badar : “Kembalilah, sekali- kali aku tidak akan meminta pertolongan dari kaum musyrik”. Diriwayatkan oleh Muslim.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 474.

Menikmati Keterbatasan Rizki

Senang 5 tahun ini dapat menemani perjalanan hidup seorang teman. Satu sisi yang ingin aku share kepada teman-teman tentang dia ialah dalam menikmati keterbatasan rizki yang sedang Allah ta'ala sandangkan. Sang teman itu memiliki bisnis seadanya, jual voucher isi ulang pulsa elektrik dalam kondisi "hidup segan mati tak mau" terkepung dalam persaingan usaha. Setahuku modal yang ia putarkan tak lebih dari limaratus ribu rupiah. Tetapi sungguh dia terlihat santai meskipun terkadang gelisah lantaran kurang memuaskan pelanggan pulsanya. Bagaimana tidak ia terjerat dalam suasana tersebut, para pelanggannya yang notabene berduit dan berbayar tetap tiap bulan dengan suka cita berhutang padanya atau menjadikan dia gantungan kebutuhan akan pulsa ketika uang dalam genggaman pelanggannya habis, yang dibayar sebulan kemudian. Dengan kata lain modalnya yang mepet berhenti ditangan pelanggan-pelanggannya yang berduit. Ketika aku bertanya : "Kenapa tidak engkau tagih saja hutang mereka?" Dengan tegas ia menjawab : "Tidak !, kebaikan dan kelonggaran ini akan menjadi alat tukarku dengan ampunannya Allah ta'ala".
Mungkin ini yang dinamakan menikmati takdir seolah tak ada kamus batas sabar, barangkali ini yang ia pahami sabar itu dipukulan pertama datangnya ujian dan sisanya menikmati ketetapan-Nya. Mungkin pula ia tengah menjalankan sunnah sang Nabi s.a.w. menolong orang yang membutuhkan itu lebih utama dari kebutuhannya sendiri.
Semoga Allah ta'ala mengampuni dan merahmatimu sobat.

Senin, 26 Januari 2015

Keutamaan Shaf Barisan Pertama dan Perintah Meratakan dan Menyempurnakan Barisan dan Rapat (14)

Albara’ berkata : Kami jika sholat di belakang Rasulullah s.a.w. suka di sebelah kanan, sebab Nabi menghadap pada kami dengan mukanya.Maka saya dengar ia membaca do’a. : ROBBI QINI ADZAABAKAYAUMA TAB ‘ATSU AU TAJMA’U  IBAADAKA.( Ya Tuhan hindarkan saya dari siksa-Mu pada hari kau bangkitkan (kumpulkan) hamba-Mu. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 175.

Minggu, 25 Januari 2015

URUSAN JIHAD (13)

Dari Sha’b bin Jatsamah r.a. ia berkata; ditanyakan kepada Rasulullah tentang rumah-rumah kaum musyrikin yang diserang dengan tiba-tiba dan mereka mengenai wanita-wanita dan anak-anak; beliau bersabda : “Mereka itu dari golongan mereka”. Muttafaq ‘alaih.

Kaum Musyrikin diserang dengan tiba-tiba di waktu malam, anak anak dan wanita banyak yang kena senjata bukan sengaja, karena bercampur. Tapi sejak perang Hunain Rasulullah melarang membunuh wanita dan anak-anak.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 474.

Sabtu, 24 Januari 2015

Charlie Hebdo

Kantor majalah satir Prancis Charlie Hebdo yang menerbitkan karikatur penistaan Nabi Muhammad s.a.w. diserang oleh dua orang pada 07/01/2015. Sebanyak 12 orang tewas dalam serangan itu. Dua orang yang dikatakan sebagai pelaku serangan itu dan seorang lagi yang melakukan penyanderaan di sebuah toko makanan di Paris bagian dari serangan itu tewas ditembak polisi Prancis.
Tentu tragedi itu harus dipandang secara menyeluruh, termasuk dari sisi aksi reaksi. Tragedi itu bukan berdiri sendiri. Serangan itu dilatarbelakangi aksi provokasi berupa penistaan nabi Muhammad s.a.w. dan Islam oleh majalah Charlie Hebdo. Mengutuk serangan itu mestilah diikuti dengan mengutuk lebih keras lagi aksi Charlie Hebdo yang menistakan Islam dan nabi Muhammad s.a.w. Sebab jika tidak ada penistaan, niscaya serangan itu tidak terjadi.
----------------------------
Buletin Dakwah "Al-Islam" Edisi No. 739, Jum'at 16 Januari 2015 M/ 25 Rabiul Awal 1436 H.

Keutamaan Shaf Barisan Pertama dan Perintah Meratakan dan Menyempurnakan Barisan dan Rapat (13)

Aisyah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Sesungguhnya Allah dan Malaikat-Nya mendo’akan orang-orang barisan sebelah kanan (orang sebelah kanan shaf) barisan. (HR. Abu Dawud).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 175.

Jumat, 23 Januari 2015

URUSAN JIHAD (12)

Dari Ma’qil bin Nu’man bin Muqarrin r.a. ia berkata; “Saya menyaksikan Rasulullah s.a.w. apabila berperang tidak di permulaan hari, beliau akhirkan penyerbuan itu sampai matahari condong, dan angin berhembus dan pertolonganpun turun”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan Imam yang Tiga (Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzy), dan disahkan oleh Hakim, dan asalnya dari Bukhary.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 473-474.

Aku Ingin Kakek

Rasa sayang seorang kakek terhadap cucu, melebihi rasa sayangnya terhadap anak-anaknya sendiri. Karena begitu besar kasih sayang kepada cucunya, terkadang bisa menjadi cara seorang cucu untuk mendapatkan apa yang diinginkannya melalui jalur kakek. Misalnya, ketika anak meminta makanan yang disukainya disebuah warung. Terkadang orangtua tidak mengizinkan, karena makanan yang disukai anaknya sudah terlalu sering diminta. Namun, Bagaimana dengan kakek? Kakek sering memberikan lebih dari yang diminta cucunya. Cucunya hanya minta satu, tapi kakek memberikan dua.
Jarang sekali melihat seorang kakek yang menolak keinginan cucunya. Tapi, rasa sayang seorang kakek yang lebih itu dapat membantu peran orangtua dalam melahirkan generasi gemilang di usia belia.

Bagaimana caranya?
Ar Rahiqul Makhtum yang ditulis Syaikh Shafiyyu Rahman Al-Mubarakfury mengkisahkan sedikit peran Abdul Muththalib, kakek nabi. Berikut beberapa kisahnya :
Pertama
: Setelah Aminah (ibu Nabi) melahirkan, dia mengirim utusan ke tempat kakeknya, untuk menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran cucunya. Maka Abdul Muththtalib datang dengan perasaan suka cita, lalu membawa nabi kecil ke dalam ka’bah, seraya berdo’a kepada Allah dan bersyukur kepada-Nya. Dia memilih nama Muhammad bagi beliau. Nama yang belum dikena di kalangan bangsa arab.
Kedua : Saat nabi menjadi yatim piatu, nabi kembali kepangkuan sang kakek. Saat bersama kakek, ibnu hisyam berkata,” ada sebuah dipan yang diletakkan di ka’bah untuk Abdul Muththalib. Kerabatnya biasa duduk disekeliling dipan itu hingga Abdul Muththalib keluar ke sana, dan tak seorang pun yang berani duduk di dipan itu, sebagai penghormatan terhadap dirinya. Saat Nabi kecil yang montok, nabi duduk di atas dipan itu. Paman-paman beliau langsung memegang dan menahan agar tidak duduk di dipan itu. Tatkala Abdul Muththalib melihat kejadian ini, dia berkata, “biarkanlah anakku ini. Demi Allah sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung.” Kemudian Abdul Muththalib duduk bersama beliau di atas dipannya, sambil mengelus-elus punggung nabi dan senantiasa merasa gembira terhadap apapun yang beliau lakukan.
Ketiga : Nabi bersama kakek dari usia 6 tahun sampai 8 tahun 2 bulan 10 hari.

Dari ketiga kisah kakek nabi, Abdul Muththalib adakah inspirasi tentang peran kakek dalam pengasuhan anak?

Beginilah Inspirasinya
Inspirasi pertama : aku ingin kakek memberikan usulan nama.
Nama Muhammad adalah pemberian kakek. Bukan berarti ini sebuah keharusan yang diberikan kepada kakek. Peran kakek dalam mengusulkan sebuah nama untuk cucunya adalah salah satu bentuk penghargaan seorang anak terhadap orangtuanya. Sangat memungkinkan kakek akan merasa di “wong ke”(di hargai), ketika dimintakan pertimbangan soal nama untuk cucunya. Karena nabi sudah menjadi yatim sebelum lahir, maka kakek mempunyai peran besar atas pemberian nama untuk Muhammad.

Inspirasi kedua : aku ingin kakek berdo’a
Abdul Muththalib membawa nabi kecil ke dalam ka’bah dan berdo’a. Ini adalah peran kakek selanjutnya. Mintalah kakek pergi ke rumah Allah (masjid), kalau punya uang setiap kelahiran berangkat ke Makkah. Minta do’a khusus dari sang kakek untuk cucunya. Karena rasa sayang yang sangat besar dari seorang kakek terhadap cucu, maka akan terasa lepas tanpa beban jika kakek mendo’akan cucunya.

Inspirasi ketiga : aku ingin kakek menceritakan kesuksesannya
Dipan yang menjadi tempat khusus untuk abdul Muththalib, merupakan sebuah kesuksesan seorang kakek yang disegani oleh orang-orang disekelilingnya. Kehebatan kakek ini sangat membantu cucunya melihat keteladan langsung dari sang kakek.

Inspirasi keempat : aku ingin kakek berfikir positif tentang masa depanku
Abdul Muththalib tidak melarang nabi kecil naik ke atas dipannya. Justru dia mengatakan “ biarkanlah anakku ini. Demi Allah sesungguhnya dia akan memiliki kedudukan yang agung.”. Dipan yang menjadi kursi istimewa untuk kakek, menjadi saksi bisu atas kalimat seorang kakek. Nabi pun menjadi orang yang agung, dan membawa risalah Islam sepanjang zaman.

Inspirasi kelima : aku ingin kakek tidak lama memberikan kasih sayang yang lebih kepadaku.
Masa kebersamaan Abdul Muththalib bersama nabi hanya dua tahun dua bulan sepuluh hari. Tidak terlalu lama, dikarenakan kakeknya meninggal dunia. Tidak lamanya kakek bersama nabi bukan keinginan nabi, tapi ini atas kehendak Allah. Ada inspirasi dari kehendak Allah terhadap takdir seorang kakek bersama nabi.

Inspirasnya adalah perlu diatur intensitas pertemuan seorang anak terhadap kakek. Karena rasa sayangnya yang berlebih, kalau terlalu berlebihan rasa sayang itu dan terlalu lama diberikan akan menghilangkan konsep-konsep hidup yang lainnya.
Begitulah inspirasinya. Maka setiap kita akan dapat mengatakan.. Aku ingin Kakek.

Wallahu’alam..   (Kuttab al-Fatih)

Kamis, 22 Januari 2015

Keutamaan Shaf Barisan Pertama dan Perintah Meratakan dan Menyempurnakan Barisan dan Rapat (12)

Anas r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Sempurnakanlah shaf barisan yang muka kemudian berikutnya, maka jika ada kurang maka harus pada barisan yang di belakang. (HR. Abu Dawud).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 174-175.

Rabu, 21 Januari 2015

URUSAN JIHAD (11)

Dari Ka’ab bin Malik r.a., bahwasanya Nabi s.a.w. apabila beliau akan berperang beliau menutupnya dengan yang lainnya (jangan disangka hendak berperang). Muttafaq ‘alaih.

Itu salah satu di antara taktik perang, sebab di antaranya beliau pergi berperang dengan terang-terangan.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 473.

Selasa, 20 Januari 2015

Alun-alun Lama Kauman Ungaran

Abas
Alun-alun Lama Kauman yang berada diantara Jl. HOS Cokroaminoto dan Jl. Pemuda dahulu merupakan kawasan kawedanan (sekarang menjadi Kantor Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Jl. Pemuda No. 7 Kabupaten Semarang 50511). Dulu bangunan Kawedanan itu berfungsi sebagai tempat istirahat para seniman yang akan atau telah melakukan pertunjukan di alun-alun yang berada di depan bangunan tersebut. Lokasi ini sangat gampang sekali dicari karena berada di jalur bus umum dari Solo / Jogja / Purwokerto menuju kota Semarang. Di tengah taman alun-alun ini terdapat tugu Perjuangan sebagai penghormatan kepada pahlawan kota Ungaran yang gugur. Alun-alun lama Ungaran boleh jadi merupakan pusat kehidupan sosial-ekonomi di kota Ungaran saat ini, dari yang dahulunya sepi kini mulai diramaikan dengan suasana keriangan tujuan ber-refresing. Tiada hari yang berlalu dengan sepi sunyi lagi, kini dipenuhi juga oleh pedagang yang menjajakan makan menu apa saja dari cilok hingga masakan padang.
Taman Alun-alun Lama Ungaran menurutku terbagi dalam 3 zona  :
Zona Theater; dibagian barat taman yang terdiri dari panggung dan lapangan ber-paving block;
Zona Pahlawan; di bagian tengah taman menghadirkan patung-patung pahlawan perjuangan asal Ungaran, seperti Abas anggota BKR (Badan Keamanan Rakyat mewakili kelompok pemuda pejuang yang gugur bulan September 1945 di Ungaran, patung ini menghadap ke barat arah panggung; H. Dahlan, pemimpin laskar rakyat, patung ini menghadap ke timur laut; dan Letda Purnawirawan Oesoep seorang anggota purnawirawan DIM-0714 No.Reg : P-307 / X / 1992, NRP / NBI : 10932;
Zona Sosial; dibagian timur yang terdiri dari sitting area, untuk tempat bersosialisasi bagi penggunanya.

Pencapaian
H. Dahlan
Perjalanan menuju Taman Alun-alun Lama Ungaran ini di mulai dari Semarang, TravelNusa (Traveler Nusantara) menggunakan bus BRT Trans Semarang koridor 2 arah Terminal Sisemut Ungaran, lalu berhenti di Shelter Alun-alun lama Ungaran di Jl. HOS. Cokroaminoto atau sebelah Gedung Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Semarang di Jl. Pemuda No. 7 Ungaran 50511. Ketika hendak kembali pulang ke Semarang dengan menggunakan bus BRT Trans Semarang koridor 2 gunakanlah shelter Alun-alun Lama Ungaran untuk menuju Terminal Sisemut Ungaran, biasanya sih free alias gratis jika masih melanjutkan perjalanan ke arah Semarang.
Info tambahan, di bagian barat Taman Alun-alun Lama Ungaran ada jalan menuju desa Kalisidi. Bagi penyuka tantangan alam takkan melewati kesempatan untuk mencumbui Curug Lawe dan Curug Benowo di Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang ini.

Catatan Kecil
Oesoep
Selama perjalanan ke Taman Alun-alun Lama Ungaran, TravelNusa (Traveler Nusantara) melihat ada beberapa shelter baru bertebaran di sepanjang rute koridor 2, tapi tidak disinggahi, terkesan belum selesai dan masih ber-"segel". Info dari kondektur BRT Trans Semarang, shelter-shelter baru itu bagian dari rencana peluncuran rute bus BRT Trans Jateng yang bakal launching bulan Mei 2015. Informasi masih simpang-siur, rutenya melewati Mataram (Semarang) - Terminal Bawen dengan tarif Rp. 5.000,- Akankah terintegrasi dengan BRT Trans Semarang juga masih remang-remang, kita tunggu saja realisasinya.
Bagi mereka yang berlama-lama di Taman Alun-alun Lama Ungaran, tak usah khawatir sholat kalian, karena tak jauh dari tempat ini ada masjid besar Kauman.

Keutamaan Shaf Barisan Pertama dan Perintah Meratakan dan Menyempurnakan Barisan dan Rapat (11)

Anas r.a. berkata : Rasulullah bersabda : Rapatkan barisan kamu dan berdekat-dekatlah di antara kamu, serta ratakan leher kamu. Maka demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, sungguh saya telah melihat syaithon masuk di sela-sela shaf (barisan) bagaikan kambing kecil. (HR. Abu Dawud).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 174.

Masjid Jami' Baitul Muttaqien Walogito Semarang

Masjid Jami' Baitul Muttaqien
Jl. Walogito I No 78
Kelurahan Kembangarum Kecamatan Semarang Barat
Kotamadia Semarang

Senin, 19 Januari 2015

Kepung Wei untuk Menyelamatkan Zhao

Ketika Berposisi Lebih Unggul, Strategi 2 Seni Perang Sun Tzu. Kepung Wei untuk menyelamatkan Zhao (Wei Wei Jiu Zhao). Ketika musuh terlalu kuat untuk diserang, seranglah sesuatu yang berharga yang dimilikinya. Ketahui bahwa musuh tidak selalu kuat di semua hal. Entah dimana, pasti ada celah di antara senjatanya, kelemahan pasti dapat diserang. Dengan kata lain, anda dapat menyerang sesuatu yang berhubungan atau dianggap berharga oleh musuh untuk melemahkannya secara psikologis. (sumber : wikipedia dan Pandangan Kafy).

URUSAN JIHAD (10)

Dari Sulaiman bin Buraidah dari ayahnya dari ‘Aisyah r.a., ia berkata; Rasulullah apabila ia mengangkat seorang pemimpin tentara atau sariyah (regu tentara) beliau mewasiati hulubalangnya dengan taqwa kepada Allah, dan supaya baik-baik terhadap orang Islam yang beserta dia, lalu beliau bersabda : “Berperanglah fisabilillah dengan nama Allah, perangilah orang-orang yang kufur kepada Allah, dan janganlah kalian keterlaluan (jangan khianat tentang barang rampasan), jangan menipu, jangan memotong orang yang telah mati, jangan membunuh anak-anak; Apabila bertemu dengan musuhmu dan kaum musyrikin, ajaklah mereka kepada tiga macam, mana saja salah satu dari yang tiga itu mereka terima, maka terimalah dari mereka dan berhentilah; memerangi mereka. 1. Ajaklah mereka masuk Islam, dan apabila mereka mau, terimalah mereka, kemudian 2. Ajaklah mereka berpindah dari rumahnya ke rumah-rumah shahabat Muhajirin, dan apabila mereka menolak, beritahulah bahwa mereka sama dengan orang ‘Arab Islam lainnya, tidak dapat bagian dari rampasan perang dan tidak dapat fai (tawanan dengan tidak perang) sedikitpun, kecuali kalau mereka ikut berjihad bersama-sama orang Islam, 3. Kalau mereka itu menolak, maka mintalah upeti pada mereka, apabila mereka menerima, maka terimalah dari mereka; dan apabila mereka menolak juga, maka minta pertolongan kepada Allah dan perangilah mereka. Dan apabila engkau mengepung musuh di suatu benteng, dan mereka minta keamanan Allah dan keamanan Nabinya, janganlah kaulakukan, tapi buatlah keamananmu buat mereka, sebab kalian lebih mudah merusakkan keamanan kalian daripada merusak keamanan Allah. Dan apabila mereka menghendaki supaya engkau menempatkan mereka dalam hukum Allah, janganlah engkau lakukan, tapi lakukan dalam hukummu karena engkau tidak mengetahui apakah betul dalam hukum Allah atau tidak”. Dikeluarkan oleh Muslim.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 472-473.

Minggu, 18 Januari 2015

Keutamaan Shaf Barisan Pertama dan Perintah Meratakan dan Menyempurnakan Barisan dan Rapat (10)

Ibn Umar r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Luruskanlah barisan dan ratakan bahu dan tutuplah lobang-lobang (sela-sela) dan lunakkan terhadap saudara-saudaramu, dan jangan kau tinggalkan renggang di tengah-tengah barisan, untuk jalannya syaithon. Dan siapa yang menyambung barisan Allah akan menyambungnya dan siapa yang memutus barisan Allah akan memutus hubungannya. (HR. Abu Dawud).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 174.

Sabtu, 17 Januari 2015

URUSAN JIHAD (9)

Dari Nafii r.a. ia berkata ; “Rasulullah menyerbu kaum Banil Mustoliq sedangkan mereka sedang lengah, beliau membunuh mereka yang memerangi dan menawan milik-milik mereka”. Saya diberitahu akan kejadian itu oleh Abdullah bin Umar r.a.. Muttafaq ‘alaih. dan pada hadits itu : “Pada peperangan itu beliau dapat menawan Juwairiyah”
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 471.

Berakal Sempurna

Seorang yang sempurna akalnya menurut Rasulullah ﷺ adalah yang gemar mengkoreksi dirinya dan senantiasa mengumpulkan bekal amal untuk menyongsong kematiannya. Dan seorang yang rendah akalnya menurut Rasulullah ﷺ adalah yang selalu menurutkan hawa nafsunya dan berharap macam-macam kepada Allah ta'ala (baca Tarjamah Riadhus Shalihin 1 karya Salim Bahreisy,  halaman 92).

Ya Robb, tajamkan hati dan akalku untuk terus memperbaiki diri.

‘ABDULLAH BIN UMMI MAKTUM

Seorang Dha’if
Diantara para sahabat Rasulullah s.a.w. jang terkemuka di Medinah, ada seorang yang bernama ‘Abdullah bin Ummi Maktum. Ia seorang Muhajir, jang tadinya bersama-sama dengan rombongan pertama hijrah dari Mekah ke Medinah.
Ia seorang buta!
Tetapi dia amat disegani dan dihormati oleh seluruh penduduk Medinah, karena budi-pekertinya yang tinggi, lantaran amanahnya, jika memegang amanat, dan karena kebijaksanaannya untuk memutuskan sesuatu.
Berkali-kali apabila Rasulullah s.a.w. sendiri meninggalkan kota Medinah, pergi kemedan perang, atau pergi dengan ummat yang banyak menuju Mekah, dengan maksud melakukan ‘umrah (ditahun Hudaibiyah), maka yang beliau tunjuk sebagai Gubernur kota Medinah selama beliau tidak ada, ialah ‘Abdullah bin Ummi Maktum, yang buta itu.
Dan setiap kali ‘Abdullah bin Ummi Maktum mendatangi Rasulullah, maka Rasulullah menyambutnya dengan kata-kata sambutan yang khusus.
Khusus untuk ‘Abdullah bin Ummi Maktum sendiri! Yaitu : “Selamat datang, wahai saudara, yang menyebabkan aku ditegur oleh Tuhanku”.

Kisah Istimewa
Salam yang istimewa ini ada riwayatnya.
Sebelum Hijrah, sewaktu Rasulullah bersama-sama dengan ummatnya yang masih kecil sekali jumlahnya berada di Mekah, pernah terjadi suatu peristiwa yang istimewa.
Sepanjang sejarah Risalah, baru satu kali Rasulullah s.a.w. mengalami kejadian semacam itu, dan tak bisa beliau lupakan.
Yaitu satu peristiwa, dimana Rasulullah s.a.w. mendapat tegoran langsung, dengan wahyu Ilahy, secara halus tetapi tajam !
Apa peristiwa itu?
Pada suatu ketika Rasulullah s.a.w. sedang menghadapi beberapa pemimpin Quraisy. Pemuka-pemuka Quraisy ini dengan gigih terus-menerus mempergunakan segala pengaruh dan harta mereka untuk menantang da’wah Muhammad s.a.w. Diantara mereka ada yang digelari “Abu Jahil”, adalah salah seorang paman dari Rasulullah sendiri, Al-’Abbas bin ‘Abdil-Muthalib, dan ada beberapa orang pemimpin lagi seperti Umayah bin Khalaf, Al-Walied bin Mughirah dan lain-lain.
Pendeknya, semuanya orang-orang terkemuka yang berpengaruh, yang sekiranya mereka diwaktu itu masuk Islam, mungkin sekali sebagian besar dari penduduk Mekah akan terbawa oleh mereka masuk Islam, dan akan lebih licinlah kiranya jalan yang akan ditempuh Risalah selanjutnya.
Dapat difahamkan, bahwa Rasulullah s.a.w. ingin sekali melihat mereka menerima kalimah Tauhied dan beliau memusatkan segenap perhatian dan fikiran beliau untuk menghadapi mereka itu dalam percakapan dengan mereka tersebut.
Maka justru disaat itu datang ‘Abdullah bin Ummi Maktum, seorang miskin. Sudah miskin, diapun buta pula. Biarpun buta entah berapa jauhnja jalan yang telah ditempuhnya, selangkah demi selangkah, meraba-raba dengan ujung tongkatnya dan menanjakan jalan kiri-kanan. Usahanya ini semata-mata didorong oleh hasrat dan keinginan yang deras hendak menyambut panggilan Rasul, dan menerima firman Ilahy.
Sesampainya ditempat pertemuan Rasulullah dengan pemimpin-pemimpin Quraisy itu, serta merta dicurahkannyalah isi hatinya dengan caranya yang sederhana :
“Wahai Rasulullah, bacakanlah kepadaku, dan ajarkanlah kepadaku apa-apa yang telah diajarkan Allah kepadamu”.
Oleh karena tak kunjung mendapat sahutan dari Rasulullah yang sedang bertekun menghadapi pembesar-pembesar Quraisy itu, lalu dia mengulangi permintaannya sampai berkali-kali : …………… “Ajarkanlah kepadaku apa-apa yang telah diajarkan Allah kepadamu ! ……………..”.
Dengan sendirinya pembicaraan Rasulullah jadi terganggu oleh intrupsi semacam itu. Rasulullah memalingkan muka dari ‘Abdullah bin Ummi Maktum, dengan air muka yang kecut, lalu meneruskan pembicaraannya dengan pembesar-pembesar Quraisy tadi.
Setelah pembicaraan itu selesai, maka turunlah ayat-ayat pertama dari Surah ‘ABASA WA TAWALLA :
“Ia bermasam muka dan ia berpaling. Lantaran datang kepadanya orang buta itu”.
“Padahal, siapakah yang bisa memberitahumu barangkali ia akan jadi bersih. Atau ia akan ingat; lalu peringatan itu akan bermanfaat baginya !”
“Adapun orang yang merasa serbs cukup itu, engkau menghadap kepadanya. Padahal bukanlah salahmu, kalau dia tidak jadi bersih”.
“Tetapi orang yang berjalan (kaki), sengaja datang kepadamu; padahal dia takut kepada Allah tidak engkau pedulikan”.
“Jangan begitu! Karena sesungguhnya (ajaran-ajaran al-Qur’an itu) adalah peringatan”.
“Maka barangsiapa yang mau, biarlah dia ingat kepada-Nya”.
Kata-kata wahyu Ilahy itu turun sebagai tegoran, lantaran Rasulullah dalam kesungguhannya hendak meng-Islamkan para pembesar Quraisy yang congkak itu, tidak memperdulikan seorang jembel yang sengaja datang kepadanya dari jauh dan dengan susah payah karena memerlukan petunjuk Allah.
Tegoran itu halus tetapi tajam, menyayat laksana sembilu. Tegoran itu ditujukan langsung kepada Rasulullah s.a.w. sendiri.
Perih-pedih rasa hati, karena tegoran yang sangat tajam itu. Tetapi, walaupun bagaimana ayat-ayat Ilahy itu langsung dibacakan dan disampaikannya kepada orang banyak. Tiap-tiap wahyu wajib disampaikan. Dan jiwa Rasulullah cukup besar untuk menyampaikan setiap wahyu, sekalipun pada lahirnya menegor dirinya sendiri!
Seketika itu juga Rasulullah menghadapi dan melayani Ibnu Ummi Maktum, dan menanyakan dengan kata-kata yang lemah lembut : “Apakah yang engkau inginkan; apakak ada sesuatu yang engkau kehendaki ?”
Dan sesudah pembicaraan mereka selesai, dan Ibnu Ummi Maktum sudah bersiap hendak pulang, masih Rasulullah bertanya : “Apakah masih ada yang engkau perlukan ?”
Begitulah peristiwa itu. Satu peristiwa jang dalam sekali tergurisnya dihalaman sejarah Risalah Muhammad s.a.w. Tegoran yang terkandung dalam ayat-ayat pertama dari Surah ‘ABASA itu memang dihadapkan langsung kepada diri Rasulullah. Akan tetapi, pada hakekatnya, itu adalah suatu tegoran dan peringatan yang jangkauannya meliputi kita semua.

Apatah Hikmahnya ?
Pelajaran apakah yang dapat kita simpulkan dari peristiwa itu?
Ayat-ayat pertama dari Surah ‘ABASA tersebut, jang berdjalin dengan peristiwa Ibnu Ummi Maktum itu, meletakkan suatu prinsip, satu qa’idah, yang penting dan besar, dibidang mu’amalah antara sesama manusia. Ia menjawab pertanyaan : ………. Ukuran apakah yang patut dan pantas digunakan untuk menilai mutu pribadi seseorang dengan siapa kita hidup dan bergaul?
Maka dipentaskan secara dramatis dan dengan demikian, amat berkesan bahwa:
bukanlah harta-kekayaan, bukanlah kedudukan dan gengsi duniawi,— ………… bukanlah itu semata-mata yang harus dijadikan ukuran untuk menilai seseorang. Bukanlah setiap jang kuning dan berkilat itu, emas!!.
Dalam pergaulan hidup yang serba benda (materialis), kedudukan lahir, kekuatan physik dan kekayaan, itulah yang biasanya mempersona orang banyak, dan mudah menghasilkan pengikut bagi yang mempunyai itu semua, sekalipun pribadi dan akhlaknya bobrok. Yakni sampai pada suatu saat datangnya cobaan dan ujian, dimana kekayaan dan keunggulan physik semata-mata, tidak berdaya lagi dan segalanya akan ambruk.
Disamping itu, seringkali mutu pribadi yang tinggi baik dilihat dari sudut daya fikirnya ataupun budi-pekertinya ...., tetapi dikalangan orang-orang biasa, yang tak punya apa-apa. Dibawah baju yang koyak-koyak, dan didalam gubuk yang hampir runtuhpun, seringkali otak yang encer, moral yang tinggi, ketabahan hati yang teguh, lebih daripada dikalangan kebanyakan orang yang telah menampakkan dirinya sebagai “orang besar”, dan berlagak.

Nilai Taqwa
Ringkasnya, peristiwa Ibnu Ummi Maktum itu mementaskan dengan jelas tafsir dari satu qa’idah dalam syariat Islam : “Sesungguhnya yang termulia diantara kamu dalam penilaian Allah adalah orang yang lebih berbakti diantara kamu”.
Dan pada akhirnya, memang penilaian Allah itu jualah, penilaian yang menentukan! Yang menentukan kedudukan seseorang diantara sesama manusia didunia ini dan kedudukannya dialam akhirat nanti.
Maka dalam pertumbuhan ummat Muhammad s.a.w. semenjak ummat itu merupakan tunas, lalu mekar, mengurai berkelopak, tumbuh berkembang, sampai uratnja menghunjam kebumi dan pucuknya menjulang kelangit maka memang qa’idah inilah yang berlaku dari ukuran Ilahy inilah yang dipakai yakni ukuran taqwa.
Dan taqwa itulah yang melapangkan jalan, menciptakan iklim jang segar dalam jiwa seseorang untuk berkembang; menyinari bibit: potensi jang ada pada dirinya sehingga ia dapat mekar menurut bakatnya.
Maka seseorang memperoleh tempat, sesuai dengan perkembangan dan kapsitet masing-masing.
Taqwa itulah, sebenarnja yang menegakkan tiang tengah, “soko guru” bagi pribadi seseorang, yang pada hakekatnya memberi kata keputusan dalam menentukan mutunya, yakni apa jang dinamakan: watak, karakter.
Tidak ada rintangan berupa warna kulit atau keturunan. Tidak ada halangan “kelas” dan “suku” atau “golongan”.
Dalam suasana dan iklim yang demikianlah seseorang ‘Abdullah bin Ummi Maktum telah dapat berkembang sehingga patut diserahi tanggung-djawab sebagai Gubernur kota Medinah, selama Rasulullah bepergian, walaupun secara physik, dia seorang buta.

Beberapa Tokoh Teladan Lainnya
Seorang Bilal, seorang Habsyi yang tadinya seorang budak tawanan Musyrikien Quraisy, mendapat kedudukan yang terhormat dan disegani, baik sebagai pejuang, ataupun sebagai Guru dan Muazdin dikota Medinah.
Seorang Salman Al-Farisy, yang berasal dari Persi dapat menjadi seorang sahabat yang terkemuka, malah diangkat oleh Rasulullah sebagai anggauta rumah-tangga beliau.
Demikianlah pula seorang pemuda berumur 17 tahun seperti Usamah bin Zaid dapat diangkat sebagai Panglima tentara untuk dikirim kemedan perang Syam, lantaran Usamah mencukupi syarat-syarat yang diperlukan untuk tugas itu. Banyak diantara para pejuang tua diantara Muhajirin dan Anshar yang “sudah lebih banyak makan garam” perjuangan dan peperangan dengan suka dan ikhlas hati menerima pimpinan Usamah bin Zaid, dan turut kemedan perang dibawah komando Panglima muda ini. Tidak ada diantara mereka yang merasa “terlangkahi”, lantaran merasa mempunjai semacam “historis recht” untuk jadi Panglima……………. Bersih mereka dari gangguan ananiyah dan akuisme, yang semacam itu.
Kedudukan ………….. jiwa, “mental set-up” yang demikian ini dipentaskan dan didemonstrasikan oleh Khalifah Abu Bakar sendiri dengan cara yang mengharukan :
Waktu Usamah dengan tentaranya berangkat, diantarkannya Usamah beramai-ramai sampai keluar kota. Panglima Usamah menunggangi kuda-komando. Khalifah Abu Bakar berjalan kaki disampingnya. Maka tidaklah Usamah diwaktu itu berlagak besar dan merasa besar, ibarat sibujang baru berkeris, sigadlis baru bercincin, tak peduli siapa-siapa lagi. Malah Usamah merasa gelisah, melihat Khalifah berjalan kaki sedangkan dia menunggang kuda.
“Wahai Khalifah Rasulullah”, katanya, “Naiklah tuan mengendarai kudaku ini, kalau tidak aku akan turun berjalan kaki !”.
Jawab Khaljfah : “Demi Allah, jangan engkau turun; demi Allah aku tidak akan naik. Tidak apa-apa bagiku, kalau kuperdebukan kakiku pada jalan Allah barang sejam !”
Khalifah Abu Bakar memerlukan Umar bin Khaththab sebagai pembantunya. Tetapi Umar berada dibawah komando Usamah. Tak bisa Umar dihubungi begitu saja. Dengarkan bagaimana Khalifah Abu Bakar memintakan izin untuk Umar kepada Panglima Usamah :
“Jika engkau memandang baik, untuk membantu ku dengan Umar, silahkanlah”.
Inilah jiwa yang besar. Yang pandai mendudukkan sesuatu pada tempatnya. Yang tahu akan kewadjiannya yang essensiil sebagai Pemimpin-pembina ummat, yakni “membimbing untuk dapat melepaskan”. Sebelum patah, tunas pengganti diusahakannya tumbuh. Dan tunas itu hanya bisa mekar dibawah tekanan tanggung-jawab! Lalu diberinya tanggung-jawab itu. Hanya dengan begitu pembangunan ummat dapat berlangsung dengan kontinyu, makanya bisa: patah tumbuh, hilang berganti.
Kita lihat pula teman-teman ‘Abdullah bin Ummi Maktum yang lain yang sama-sama berasal dari rakyat jelata. Kita kenal ‘Ammar bin Yasir, seorang pemuda yang termasuk salah seorang dari lebih kurang 40 anggauta jamaah Islam ditahun pertama, yang kedua ibu-bapanya syahid kena siksa oleh Musyrikin Quraisy, dan dia sendiri kena siksa hampir mati lantaran hendak tetap beriman kepada Allah dan Rasul. Dia turut berhijrah ke Medinah, dilaluinya seluruh ujian dan penderitaan bersama-sama dengan Rasulullah sampai akhir. Dia berkembang menjadi seorang sahabat yang terkemuka dalam hal kecerdasan dan watak kepribadiannya.
Apabila seorang ahli-bait Rasulullah menyampaikan bahwa “‘Ammar bin Yasir datang ingin bertemu”, Rasulullah menyahut :
“Silahkan dia masuk dengan kesukaan dan kesenangan yang berlimpah”.
Demikian pula Nu’aim bin Mas’ud yang tadinya seorang tak dikenal, berasal dari suku Gathfan, berkembang menjadi salah seorang sahabat, tangan kanan Rasulullah yang memperoleh kepercayaan beliau sepenuhnya.
Dan beberapa waktu sebelum Rasulullah s.a.w. berpulang kerakhmatullah, beliau pernah berpesan kepada Abu Huzdaifah seorang sahabat yang bukan sembarangan pula, kata beliau : “Aku tak tahu berapa lama lagi aku akan berada ditengah-tengah kamu. Maka ikutilah, dua orang itu sesudah-ku (dan beliau menunjuk kepada Abu Bakar dan Umar r.a.). Dan mintalah petunduk kepada ‘Ammar, dan bila Ibnu Mas’ud mengatakan sesuatu, percayalah !”.
Disamping ‘Ammar, Ibnu Mas’ud, Abdullah Ibn Ummi Maktum dan Usamah ini, ada ratusan dan ribuan para dhu’afa yang bertahun-tahun berjihad sama-sama menegakkan qa’idah dan membina ummat, sama-sama “mengarak bola-perjuangan sampai kepada sasarannya” dengan cara yang gemilang.

Mereka Yang Merasa Sudah “Arrive
Adapun pembesar-pembesar Quraisy yang telah dilayani secara istimewa oleh Rasulullah itu, terus saja membandel, karena merasa diri sudah orang-orang besar, tidak perlu kepada petunjuk-petunjuk lagi. Mereka termasuk orang-orang yang mengusir Rasulullah beserta jamaah Islam yang masih lemah waktu itu, dari kota Mekah.
Barulah beberapa tahun sesudah itu, sesudahnya ternyata bahwa Ummat Islam dibawah pimpinan Rasulullah kian hari kian bertambah kuat, dan tak dapat dikalahkan, …….. barulah diantara mereka itu antara lain Al-’Abbas (paman Rasulullah) menerima panggilan Islam.
Ummat Islam beruntung sekali memiliki orang-orang berkaliber besar disamping Rasulullah s.a.w. seperti Abu Bakar, Umar, Usman, ‘Ali dan lain-lainnya. Tetapi bagaimana gerangan mereka akan dapat mengatasi segala tantangan dan rintangan dalam menegakkan Risalah sampai mencapai kemenangan, kalaulah tidak dengan tenaga lahir-batin pula daripada yang disebut kaum dhu’afa yang “tak pakai nomor” tadinya itu!
Inilah yang dimaksud oleh peringatan Rasulullah s.a.w. :
“Kamu hanya akan mencapai kemenangan dengan kekuatan golongan lemah diantara kamu !”
-----------------------
Disajikan kembali dari buku “dibawah naungan risalah” tulisan M. Natsir, Sinar Hudaya – Documenta 1971, halaman 9 - 22.

Jumat, 16 Januari 2015

Keutamaan Shaf Barisan Pertama dan Perintah Meratakan dan Menyempurnakan Barisan dan Rapat (9)

Albara’ bin Aazib r.a. berkata : Adanya Rasulullah s.a.w. memasuki sela-sela barisan (shaf) sambil mengusap dada dan bahu kami, dan berkata : Jangan bersalahan, maka akan berselisih hati kamu. Juga Nabi s.a.w. berkata : Sesungguhnya Allah merahmati, dan Malaikat mendo’akan orang.orang yang di baris (shaf) pertama. (HR. Abu Dawud).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 173-174.

Tamasya Umatku adalah Jihad fii Sabilillah

Seorang lelaki meminta izin bertamasya kepada Rasulullah, maka jawab Rasul : "Tamasya umatku adalah jihad fii sabilillah". (HR Abu Dawud).

Lemas diri saat mengingat sepotong kisah Rasulullah saat bersabda dengan kalimat yang indah sebagaimana terbaca diatas, sedangkan kita berada dalam kelalaian permainan, disibukkan oleh perkara-perkara fana, dilelahkan oleh urusan yang tak dibawa mati. Jika jihad fii sabilillah adalah saran Rasulullah bagi yang meminta bertamasya dan bersenang-senang, lalu bagaimana kaum Muslim ketika dalam kondisi tidak berjihad fii sabilillah?
Maka dakwah ini, perjuangan ini, perlu diorientasi ulang, agar tetap menggetarkan, tajam, mengguncang, dan dikalibrasi hingga selalu berjalan pada titik tertinggi. Dan ketika kita lelah, ketika situasi payah, ketika banyak halangan dakwah, ingatlah anda selalu bisa beristirahat kapanpun kita mau. Dan istirahat itu seperti ucapan Rasulullah, "tamasya umatku adalah jihad fii sabilillah".

Kamis, 15 Januari 2015

URUSAN JIHAD (8)

Dari Abdullah bin Assady r.a. ia berkata; Rasulullah bersabda : “Hijrah itu belum putus selagi musuh masih diperangi”. Diriwayatkan oleh Nasa’i dan disahkan oleh Ibnu Hibban.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 471.

Sang Inspirator

TIME TUNNEL. Hari ini aku rindu bertemu dengan saudara Muslim Madinah setelah panen rambutan 2 kantong kresek aku segera menuju mesin lorong waktu dan men-setting di tahun 2 Hijriah. Sampailah aku di pinggiran perkampungan Madinah dan kulangkahkan kakiku menuju salah satu kios pasar Madinah ke tempat saudara Muslim yang bekerja pada sahabat Rasulullah Abdurrahman bin ‘Auf yang senantiasa berbaik hati berbagi cerita keimanan.
“Assallamu ‘alaikum saudara Muslim Madinah, ini kubawakan hadiah buah rambutan untukmu, semoga membawa keberkahan.”, sapaku.
“Wa ‘alaikum sallam saudaraku dari masa depan.”, jawabnya sambil menikmati oleh-oleh dariku.
“Begini cara memakannya.”, kataku sambil menunjukkan caranya.
“Manis banget rasanya, subhanallah. O ya ada angin apa yang membawamu mengunjungiku?”, tanyanya.
“Ceritakan kepadaku tentang Abu Ayyub, saudara Anshar yang mendapat berkah menginapnya Rasulullah di rumahnya saat pertama kali sampai di Madinah.”, pintaku.
* * *
Kurang lebih setahun lalu ketika Rasulullah  ﷺ memasuki Madinah dengan mengendarai untanya dan berjalan di tengah-tengah barisan manusia yang penuh sesak berdesakan, mereka berebut memegang kekang unta Rasulullah, berharap beliau berkenan menjadi tamu dirumah mereka. Mula-mula rombongan Nabi sampai diperkampungan Bani Salim bin ‘Auf; mereka mencegat jalan unta sembari berkata : “Wahai Rasulullah tinggallah Anda pada kami, bilangan kami banyak, persediaan cukup, serta keamanan terjamin …..!” Dan tawaran itu dijawab Rasulullah : “Biarkanlah, jangan halangi jalannya, karena ia hanyalah melaksanakan perintah ….!”
Dan unta Nabi terus berjalan melewati perkampungan Bani Bayadhan, lalu Bani Sa’idah terus Bani Harits ibn Khazraj, kemudian sampai di perkampungan Bani ‘Adi bin Najjar. Di setiap kabilah yang dilewati mereka dengan gigih meminta Nabi menetap di perkampungan mereka.
Nabipun menjawab tawaran mereka dengan senyuman penuh kesyukuran sambil berkata : “Lapangkan jalannya, karena ia terperintah …..!”
Sepertinya Rasulullah telah menyerahkan pemilihan tempat tinggalnya kepada qadar Allah. Oleh karena itu beliau membiarkan saja tali kekang untanya terlepas bebas, hanya dihadapkan hatinya kepada Allah, seraya berdo’a “Ya Allah, tunjukkan tempat tinggalku pilihkanlah untukku ……!”.
Di muka rumah Bani Malik bin Najjar unta itu bersimpuh, kemudia ia bangkit dan berkeliling di tempat itu, lalu pergi ke tempat ia bersimpuh tadi dan kembali bersimpuh lalu tetap dan tidak beranjak dari tempatnya. Maka turunlah Rasulullah dari atas unta dengan penuh harapan dan kegembiraan.
Salah seorang Muslimin mendekat dengan wajah berseri-seri penuh suka cita, dialah Abu Ayyub al-Anshari Khalid bin Zaid, cucu Malik bin Najjar. Bergegas beliau membawa barang muatan dan memasukkan ke dalam rumahnya dan mempersilahkan Rasulullah  ﷺ masuk.
Pertemuan Rasulullah dengan Abu Ayyub al-Anshari bukanlah yang pertama kali. Sewaktu perutusan Madinah ke Mekah untuk mengangkat sumpah setia “Bai’atul Aqabah kedua”, dia salah satu dari 70 orang mukmin yang berjanji setia dan siap menjadi pembela.
Ketika Rasulullah memilih ruangan ground floor di rumah Abu Ayyub al-Anshari saat ia naik kekamarnya di tingkat atas ia pun mengigil tak kuasa membayangkan dirinya tidur dan berdiri diatas suatu tempat yang lebih tinggi dari tempat berdiri dan tidurnya Rasulullah ﷺ.
* * *
“Begitulah yang aku ketahui tentang beliau, Abu Ayyub al-Anshari.”, ucap saudara Muslim Madinah menutup ceritanya.
“Terimakasih telah membagi kisah, semoga Allah tambahkan kecintaanku dengan generasi terbaik ini, dan terus memberikan keistiqomahan meneladani Rasulullah dan para sahabat.”, kataku.
“Adakah cerita yang bisa engkau bagikan tentang Abu Ayyub al-Anshari di masa depan.”, tanya saudara Muslim Madinah.
“Kelak ketika pasukan Islam bergerak kea rah Konstantinopel dibawah kendali panglima Yazid bin Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Beliau, Abu Ayyub al-Anshari di usianya yang lanjut kurang lebih 70 tahun akan menemui syahidnya dan dimakamkan di jantung kota konstantinopel yang dijamanku kota itu bernama Istambul di Turki. Dan semangat juang beliau mengilhami Muhammad Al-Fatih beserta pasukannya membebaskan Palestina, dan makan meliau diperlakukan lebih layak sebagai seorang pejuang yang tetap meneladani sunah Rasulullah sampai akhir hayatnya.”, ceritaku.
“Allahu Akbar!!!”, pujinya.
“Aku pamit dulu sampai ketemu lagi saudaraku, assallamu ‘alaikum.”, kataku berpamit.
“Wa’alaikum sallam, semoga Allah panjangkan umur kita dalam kebaikan.”, jawabnya.
-----------------
Inspirasi :  
Hayat Muhammad (Sejarah Hidup Muhammad), Dr. Muhammad Husain Haekal, Ph.D, Penerbit : P.T. Pustaka Litera Antar Nusa Jakarta-Bogor, Cetakan Kesebelas, Januari 1990.
Rijal Haolar Rasul (Karakteristik Perihidup 60 Shahabat Rasulullah), Khalid Muhammad Khalid, Penerbit : CV. Penerbit Diponegoro Bandung, Cetakan keduapuluh 2006.

Rabu, 14 Januari 2015

Keutamaan Shaf Barisan Pertama dan Perintah Meratakan dan Menyempurnakan Barisan dan Rapat (8)

Annu’man bin Basyir r.a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w bersabda : Harus kamu ratakan barisanmu atau Allah akan menyelisihkan hati kamu. (HR. Buchary dan Muslim).

Artinya Allah akan memberi kepadamu perselisihan pendapat yang akan membawa sengketa.

Dalam lain riwayat : Rasulullah meratakan barisan kami sebagaimana meratakan kayu anak panah, hingga ia merasa kami telah mengerti. Dan pada suatu hari ia keluar dari rumah, dan terus berdiri akan bertakbir, tiba-tiba melihat orang maju dadanya dari barisan, maka bersabda : Hai hamba Allah harus kamu ratakan barisan kamu atau Allah akan menyalahi diantara hati-hati dan wajah kamu.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 172-173.

Selasa, 13 Januari 2015

URUSAN JIHAD (7)

Dari Abu Musa Al-Asy’ary r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : Barangsiapa yang bertempur (dengan niat) supaya kalimah Allah jadi yang tertinggi, maka ia di dalam sabilillah”. Muttafaq ‘alaih.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 471.

Senin, 12 Januari 2015

Keutamaan Shaf Barisan Pertama dan Perintah Meratakan dan Menyempurnakan Barisan dan Rapat (7)

Anas r.a. berkata : Ketika telah iqomat untuk sholat, maka Nabi menoleh kepada kami sambil berkata : “AQIIMUU SHUFUU FAKUM WATAROSHSHUU” (Ratakan barisan kamu dan rapatkan), sesungguhnya saya dapat melihat kamu dari belakang punggungku. (HR. Buchary).

Dalam lain riwayat : Maka seseorang dari kami merapatkan bahu dengan bahu kawannya, dan kaki dengan kaki kawannya.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 172.

Minggu, 11 Januari 2015

URUSAN JIHAD (6)

Dari Ibnu Abbas r.a. ia berkata Rasulullah s.a .w. bersabda : “Tidak ada hijrah setelah Futuh Makkah, tapi jihad dan niat”. Muttafaq ‘alaih.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 470-471.

Sabtu, 10 Januari 2015

Keutamaan Shaf Barisan Pertama dan Perintah Meratakan dan Menyempurnakan Barisan dan Rapat (6)

Anas r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Ratakanlah barisan karena menyempurnakan barisan (shaf) sholat itu termasuk dari kesempurnaan sholat. (HR. Buchary dan Muslim)

Dalam lain riwayat : Termasuk menegakkan sholat.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 172.

Jumat, 09 Januari 2015

URUSAN JIHAD (5)

Dari Jabir r.a. ta berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : “Aku lepas dari tiap-tiap orang Islam yang tinggal di antara orang-orang musyrik”. Diriwayatkan oleh Imam yang tiga (Abu Daud, Ibnu Majah dan Tirmidzy), dan sanadnya shahih, dan Bukhary menguatkan mursalnya.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 470.

Kamis, 08 Januari 2015

Keutamaan Shaf Barisan Pertama dan Perintah Meratakan dan Menyempurnakan Barisan dan Rapat (5)

Abu Mas’ud r.a. berkata : Adanya Rasulullah s.a.w. mengusap-usap bahu kami dalam sholat sambil berkata : Ratakan barisan dan jangan berselisih (salahan), maka berselisih hati kamu, hendaknya mendekat pada saya Orang-orang tua dan pandai-pandai dari kamu, kemudian orang yang di bawah mereka, kemudian yang di bawah mereka, kemudian yang di bawahnya. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 171-172.

Rabu, 07 Januari 2015

URUSAN JIHAD (4)

Dari ‘Abdullah bin Umar r.a. ia berkata; “Telah datang seorang laki-laki pada Nabi s.a.w. minta izin untuk jihad. Beliau bertanya : “Apa orang tuamu masih hidup?” Jawabnya : “Ya”. Beliau bersabda : “Berjihadlah dengan cara mengurus orang tuamu.” Muttafaq ‘alaih.

Mengurus dan mencari keridloan orang tua itu pun termasuk jihad. Rasulullah melarang berperang bila tanpa izin orang tua.

Dari Ahmad, Abu Daud, meriwayatkan pula hadits seperti itu dan Abu Sa’id dengan tambahan : “Kembalilah, dan mintalah izin pada orang tuamu, apabila mereka mengizinkan (pergilah berjihad) dan apabila tidak, berbuat baiklah engkau kepada mereka”.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 470.

Kavaleri

Foto : Belajar Online Sejarah
Kavaleri berasal dari bahasa Latin caballus dan bahasa Perancis chevalier yang berarti "kuda". Awalnya istilah kavaleri mengacu kepada pasukan khusus berkuda, namun dalam perkembangan zaman, kavaleri bertempur dengan menggunakan kendaraan lapis baja. Pasukan kavaleri berperan sebagai satuan yang mampu bergerak cepat dan mobile sekaligus berfungsi sebagai penyerang pendadakan atau pendobrak yang akan membuka jalan bagi pasukan infanteri.selain itu pasukan kavaleri pada dulunya (zaman phalanx dan legion) juga dianggap sebagai pasukan elit yang mampu mendobrak baris pertahan musuh dengan cepat dan mematikan. sebab lain pada masa itu hanya kaum bangsawan, tuan tanah, dan para ksatria yang boleh dan mampu membeli kuda. Dari informasi sejarah terdahulu kavaleri memiliki keunggulan di mobilitas. Di abad pertengahan kuda sangat banyak dan di manfaatkan oleh bangsa Mongolia. Oleh karena itu taktik yang digunakanya hit and run sangat mematikan hal ini dibantu oleh kecakapan orang Mongolia yang ahli memanah sambil mengendarai kuda untuk menaklukkan musuh. Dizaman modern fungsi kavaleri mulai berkurang dibandingkan perang dunia ke 2 dimana saat ini mulai banyaknya digunakan helikopter serang yang memiliki kelebihan yang lebih dibandingkan tank atau IFV sehingga tank lebih rawan apalagi ditambah infanteri yang bisa menghancurkan tank dengan senjata antitank.namun demikian tank tetap penting dalam mesan perang untuk memberikan efek kejut maupun perlindungan. Biasanya tank di ikuti oleh barisan infanteri yang menjaganya kombinasi antara tank dan infanteri tank baik bisa menghasilkan serangan yang mematikan. (sumber : wikipedia).

Selasa, 06 Januari 2015

Keutamaan Shaf Barisan Pertama dan Perintah Meratakan dan Menyempurnakan Barisan dan Rapat (4)

Abu Sa’id Akhudry r.a. berkata : Rasulullah s.a w. melihat pada sahabat sama-sama mundur-mundur ke belakang, maka ia bersabda : Majulah kamu ikutilah aku dan harus mengikuti kamu orang yang di belakangmu. Dan selalu orang mundur ke belakang hingga Allah mengundurkan mereka. Dalam lain riwayat : Hingga Allah mengundurkan ke neraka. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 171.

Senin, 05 Januari 2015

URUSAN JIHAD (3)

Dari ‘Aisyah r.a., ia berkata; Saya bertanya : “Ya Rasulullah, adakah kewajiban jihad bagi wanita?” Beliau bersabda : “Ya, jihad yang tanpa pertempuran. ialah ‘ibadah Haji dan ‘Umrah”. Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan asalnya dalam Bukhary.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 469.

Perdaya Langit untuk Melewati Samudera

Ketika Berposisi Lebih Unggul, Strategi 1 Seni Perang Sun Tzu. Perdaya Langit untuk melewati Samudera (Man Tian Guo Hai). Bergerak di kegelapan dan bayang-bayang, menggunakan tempat-tempat tersembunyi, atau bersembunyi di belakang layar hanya akan menarik kecurigaan. Untuk memperlemah pertahanan musuh anda harus bertindak di tempat terbuka menyembunyikan maksud tersembunyi anda dengan aktivitas biasa sehari-hari. (sumber : wikipedia dan Pandangan Kafy).

Minggu, 04 Januari 2015

Keutamaan Shaf Barisan Pertama dan Perintah Meratakan dan Menyempurnakan Barisan dan Rapat (3)

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Sebaik-baik Shaf barisan lelaki yang terdepan, dan yang terbusuk yaitu yang terbelakang yang akhir, dan sebaik-baik barisan perempuan yang terakhir, dan yang terbusuk ialah yang terdepan. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 171.

Sabtu, 03 Januari 2015

URUSAN JIHAD (2)

Dari Anas ra. bahwasanya Nabi s.aw. bersabda : “Perangilah orang-orang musyrik dengan harta kalian, dan jiwa-jiwa kalian dan lidah-lidah kalian.” Diriwayatkan oleh Ahmad, Nasa’i dan disahkan oleh Hakim.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 469.

Jumat, 02 Januari 2015

Keutamaan Shaf Barisan Pertama dan Perintah Meratakan dan Menyempurnakan Barisan dan Rapat (2)

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Andaikan orang-orang sama mengetahui besar pahala mendatangi adzan dan shaf pertama, kemudian umpama untuk mendapatkan itu harus mereka berundi, tentu akan berundi untuk mendapatkannya. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 170.

Source of All Victory

"Sesungguhnya Allah meletakkan pedang ditanganku untuk berjihad di jalan-Nya. Maka jika aku tidak mampu untuk bersabar dalam menghadapi kesulitan-kesulitan ini dan tidak aku lakukan kewajiban dengan pedang ini maka sangat tidak pantas bagiku untuk mendapat gelar Al-Ghazi yang aku sandang sekarang ini. Lalu bagaimana aku akan menemui Allah pada hari kiamat nanti?." (Fatih Sultan Mehmed).

Foto by Islamicartdb
Jum'at pertama setelah penaklukan Konstantinopel, pada 1 Juni 1453 M. Sultan mengadakan sholat Jum'at kali pertamanya di Konstantinopel bersama pasukannya. Muncul persoalan, "Siapakah yang layak menjadi imam sholat Jum'at?" Tak seorang pun berani menawarkan diri.
Melihat itu Sultan segera bangun dari tempat duduknya dan meminta kepada seluruh jama'ah untuk sama-sama berdiri. Kemudian Sultan bertanya, "Siapakah diantara kalian yang sejak remaja, sejak akil balighnya hingga hari ini pernah meninggalkan sholat wajib 5 waktu silakan duduk ?!". Subhanallah ! tak ada seorangpun diantara pasukan Islam Utsmani yang duduk.
Sultan tersenyum, kemudian bertanya lagi : "Siapa di antara kalian yang sejak akil baligh dahulu hingga pada hari ini pernah meninggalkan sholat sunnah rawatib. Kalau ada yang pernah meninggalkan sholat rawatib sekali saja, silakan duduk!". Sebagian kecil diantara pasukan Islam Utsmani yang merasa pernah meninggalkan sholat rawatib, mereka segera duduk.
Sultan Mehmed II pun kembali bertanya : "Siapa diantara kalian yang sejak masa akil baligh sampai hari ini pernah meninggalkan sholat tahajjut di kesunyian malam? Bagi yang merasa pernah meninggalkan atau kosong satu malam saja, silakan duduk?!". Akhirnya pasukan Islam Utsmani yang masih berdiri dipertanyaan kedua, kali ini dipertanyaan ketiga segera duduk rapi kembali. 
Namun, ada pemandangan yang menakjubkan, ternyata ada seorang yang masih tegak berdiri. Dialah Sultan Mehmed II bin Murad II bin Beyazid, sang pemimpin penaklukan Konstantinopel. Dialah yang pantas menjadi imam sholat jum'at kali pertama di Konstantinopel.
Inilah rahasia kemenangan Sultan Mehmed dalam upaya mewujudkan bisyarah Islam dan nubuwwah Rasulullah s.a.w. tentang penaklukan kota KOnstantinopel adalah kualitas amal saleh Sultan Mehmed II dalam mendirikan sholat. Tidak hanya sholat fardhu yang lima waktu, namun juga sholat sunnah rawatib dan sholat tahajjut. Seperti yang dikatakan Syaikh Syamsuddin guru Sultan Mehmed II, "Kalau seandainya ada pemimpin Muslim yang tidak pernah masbuq dalam sholatnya, dialah Sultan Muhammad Al-Fatih".
(Inspirasi dari Muhammad Al-Fatih 1453; Felix Y. Siauw; Penerbit : Al-Fatih Press, Jakarta Utara; Cetakan ke-7, Juni 2014, halaman 290-314).

Kamis, 01 Januari 2015

URUSAN JIHAD (1)

Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang meninggal dunia sedangkan belum pernah berperang dan belum berniat untuk itu, maka ia meninggal pada sebuah cabang dari nifaq”. Diriwayatkan oleh Muslim.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Jihad, halaman 469.