"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Selasa, 31 Januari 2017

Tentang Tauhid

Alhamdulillah, washsholatu wassalaamu ‘ala rasulillah, amma ba’du. Berikut ini kita akan berbicara seputar permasalahan tauhid. Kita memohon taufik dan pertolongan hanya kepada Allah ;
  1. Berbagai jenis ibadah, tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah semata, seperti do’a, meminta pertolongan, istighosah, menyembelih qurban, bernadzar, takut, berharap, tawakkal, taubat dan cinta.
  2. Hal yang paling besar dan mulia yang Allah perintahkan kepada kita adalah bertauhid dalam ibadah, dan hal yang paling besar yang dilarang kepada kita adalah perbuatan syirik.
  3. Kesyirikan ada 2 jenis: (1) Syirik yang bisa mengeluarkan seseorang dari Islam yaitu Syirik Besar, (2) Syirik yang tidak membuat seseorang keluar dari Islam yaitu Syirik Kecil seperti perbuatan riya yang ringan.
  4. Dan di antara jenis kesyirikan adalah meminta hajat, beristighosah dan bersimpuh kepada yang sudah mati. Sebab, orang yang sudah mati amalannya terputus dan dia sudah tidak bisa melakukan sesuatu yang bermanfaat atau mudharat bahkan untuk dirinya sekalipun.
  5. Jenis kemunafikan ada 2 macam: (1) Munafik I’tiqadi (keyakinan –pent), (2) Munafik ‘Amali (perbuatan –pent). Munafik I’tiqadi disebutkan dalam banyak kesempatan di al Quran dan Allah akan membalas mereka dengan kerak neraka yang paling bawah
  6. Adapun Munafik ‘Amali, sebagaimana disebutkan dalam sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tanda orang munafik ada 3: (1) Kalau berbicara dia berdusta, (2) Kalau berjanji dia mungkir, (3) Kalau diberi kepercayaan, dia berkhianat”
  7. Kekufuran juga ada 2 macam: (1) Kufur yang mengeluarkan dari Islam yaitu, mendustakan, sombong padahal sudah membenarkan, meragukan, berpaling dan kufur kemunafikan (2) Kufur Kecil yang tidak mengeluarkan dari agama yaitu mengingkari kenikmatan sebagaimana firman Allah, “Sesungguhnya manusia itu benar-benar zhalim lagi kufur terhadap nikmat” (Ibrahim: 34)
  8. Tujuan diciptakannya manusia adalah beribadah kepada Allah, dan inilah yang disebut dengan agama. Kebutuhan manusia dengan agama lebih besar dibandingkan kebutuhan mereka dengan hal-hal lain yang penting dalam kehidupan.
  9. Karena seorang manusia, mau tidak mau harus mengenal mana-mana yang diridhoi Allah dan mana-mana yang dimurkaiNya. Mau tidak mau harus berbuat untuk mendapatkan kemanfaatan dan menolak kemudharatan.
  10. Dan hanya syariatlah yang bisa menunjukkan dan membedakan, mana yang manfaat dan mana yang mudharat. Demikianlah keadilan Allah kepada makhluknya, cahayaNya kepada hamba-hambaNya. Tidak mungkin seorang bisa hidup tanpa syariat yang memberikan petunjuk dan membedakan yang baik dengan yang buruk.
  11. Allah telah memberikan fitrah kepada manusia sedari awal untuk senantiasa bersimpuh di hadapanNya untuk beribadah kepadaNya. Semoga Allah memberi taufik kepada kita semua untuk senantiasa dalam kebaikan. Wallahu a’lam walhamdulillah
Syaikh Muhammad al-‘Utaibi, Imam dan Pengajar di Kementrian Wakaf Kuwait, sedang menempuh S3 di Universitas Islam Madinah. (Twitter : @mhommad118) - Twit Ulama

Senin, 30 Januari 2017

Hati-hati dari Pelit terhadap Ilmu

Ibnul Mubaarok berkata, “Siapa yang pelit dengan ilmunya, dia akan diuji dengan 3 perkara (1) Boleh jadi dia mati, sehingga hilanglah ilmunya, (2) atau dia lupa dengan ilmu tersebut, (3) atau dia menjadi orang berilmu yang menjilat penguasa.

Dr. Abdullah Al-Syurikah, Imam dan Khatib Masjid Ad Duwailah, Kuwait. (Twitter : @dr_alshoreka) - Twit Ulama

Haram Menggambar Binatang Di Kain Atau Batu dan Sebagainya, dan Perintah Merusaknya (1)

Ibn Umar رضي الله عنهما berkata : Rasulullah bersabda : Mereka yang membuat gambar akan disiksa pada hari qiyamat, dan diperintahkan supaya menghidupkan apa yang kamu buat itu. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 513.

Minggu, 29 Januari 2017

Bersin Di Kamar Mandi

Ishaq bin Manshur berkata, “Aku pernah bertanya pada Ahmad (bin Hambal –pent), kalau seorang bersin dan dia sedang berada di WC, (bagaimana hamdalah nya? –pent)”. Imam Ahmad berkata, “dia mengucapkan hamdalah dalam hatinya”.

Syaikh Prof.Dr Ahmad Muhammad al-Khalil Dosen Universitas Qashim, Saudi Arabia. (Twitter : @DrAlKhlil) - Twit Ulama  

Sabtu, 28 Januari 2017

Membaca Surat Al Ikhlas Ketika Meruqyah

Membaca do’a dan wirid untuk penyembuhan ketika sakit.
Bukhari membawakan bab dalam shohihnya ‘Meniupkan bacaan ketika ruqyah’. Lalu dibawakanlah hadits serupa di atas dan dengan cara seperti dijelaskan dalam point kedua.
 
عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها – قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ نَفَثَ فِى كَفَّيْهِ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ وَبِالْمُعَوِّذَتَيْنِ جَمِيعًا ، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ ، وَمَا بَلَغَتْ يَدَاهُ مِنْ جَسَدِهِ . قَالَتْ عَائِشَةُ فَلَمَّا اشْتَكَى كَانَ يَأْمُرُنِى أَنْ أَفْعَلَ ذَلِكَ بِهِ
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam hendak tidur, beliau akan meniupkan ke telapak tangannya sambil membaca QUL HUWALLAHU AHAD (surat Al Ikhlas) dan Mu’awidzatain (Surat An Naas dan Al Falaq), kemudian beliau mengusapkan ke wajahnya dan seluruh tubuhnya. Aisyah berkata, “Ketika beliau sakit, beliau menyuruhku melakukan hal itu (sama seperti ketika beliau hendak tidur, -pen).”  (HR. Bukhari no. 5748)

Jadi tatkala meruqyah, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dengan cara: Terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan lalu keduanya ditiup lalu dibacakanlah tiga surat tersebut. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara seperti ini diulang sebanyak tiga kali.

Kajian selengkapnya di  rumaysho.com 

Kenikmatan Bagi Hati

Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan, “Orang yang sedang jatuh cinta, tidak ada kenikmatan bagi hatinya yang melebihi nikmatnya mendengarkan perkataan orang yang dicintainya. Oleh karena itu bagi mereka yang mencintai Allah, tak ada kelezatan melebihi lezatnya mendengarkan al-Quran”

Dr. Ahmad bin Hamd Jailani, Da’i kementrian dalam negeri kerajaan Saudi, murid Syaikh Ibnu Baz, Januari 2013 pernah berkunjung ke Yogyakarta, Indonesia. (Twitter : @ahmadjelin) - Twit Ulama 

Larangan Menganggap Sial Sesuatu Hal (3)

Urwah bin Amir r.a. berkata : Ketika mas’alah sial karena ini dan itu, dibicarakan dalam majelis Nabi s.a.w. Maka Nabi s.a.w. bersabda : Sebaik-baiknya fa’al (ramalan yang baik dan menimbulkan harapan), dan jangan sampai menolak seorang Muslim dari hajatnya. Maka apabila seorang melihat sesuatu yang tidak di sukai hendaknya membaca : Allahumma la ya’ti bilhasanati illa antawala yadfa’ussayyi’ati illa anta, wala haula wala quwwata illa bika (Ya Allah tiada yang dapat mendatangkan kebaikan kecuali Engkau dan tiada yang menghindarkan bahaya kecuali Engkau, dan tiada daya dan tiada kekuatan kecuali dengan bantuan-Mu). (HR. Abu Dawud).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 512.

Jumat, 27 Januari 2017

Beramal Salih Setiap Hari

Tugas kita setiap hari ialah beramal salih sesuai perintah Allah, dan berusaha agar ia jangan sampai dimakan ujub, riya, atau takabur.
Berlatih melepaskan pengaruh diri dari orang lain dalam beramal salih, hingga apa yang kita amalkan ialah persembahan murni karena Allah.
Setiap saat kita senantiasa diuji, siapa yang ikhlas dia selamat, siapa yang berbuat karena manusia, rugi dia dunia dan akhirat.
Maka bila kita masih punya waktu dan punya tenaga, lebih baik gunakan perbaiki diri dan ummat.
Mencela, melucah, memaki, menista, semua itu melelahkan jiwa, perbanyak memberi maaf, itu meringankan dan menenangkan. Dan tidak ada patah semangat, bagi yang berjuang karena Allah.

Ustadz Felix Siauw; 11 Januari 2015 M

Jungkir Balik

Note Trip. 28 Rabi'ul Akhir 1438 H. Dalam perjalananku di seputaran Jawa Tengah senantiasa menyinggahi warung makan demi warung makan untuk membunuh laparku. Pembicaraan-pembicaran terbolak-balik yang muncul di media sosial mengandalkan nalar manusia yang sangat terbatas sudah masif lima tahun belakang ini ku dengar di kalangan jelata sepertiku.
Beberapa pembicaraan yang aku sarikan dari sekian banyak yang ku dengar. Sebut saja U disatu sisi dan A di sisi yang lain.
U : "Ciee.. yang anti kafir tapi masih maen twitter?"
A : "Yang anti kafir itu siapa ya? Eh kita pake twitter serius, bukan maenan ndul!"
*
U : "Rasul khan ngajarin kita buat nggak gampang marah!"
A : "Dan lebih-lebih lagi Rasul kagak ngajarin buat nge-hina ulama ndul!"
*
U : "Kebenaran itu relatif. Kebaikan itu absolut"
A : "Anda beragama Islam, menurut anda al-Qur'an itu kebenarannya relatif atau mutlak? atau mungkin menurut anda mungkin masih ada kesalahan dalam al-Qur'an?"
*
E : "Tenang aja ndul, ntar juga lewat. Kata anak gaul mah "This to shall pass"."
U : "Ane pernah bilang ke kamu suatu saat pasti ane ngerasain yang kamu rasain. Well, this is it!"
*
M : "Semangat ndul saya sedih dengerin kata-kata yang ditujukan kepadamu, mereka ngaku beragama tapi ucapannya bikin setan aja minder"
V : "kok tau setan minder?? kamu sebangsa setan ya? hahaha....!"
J : "Iya heran ane, "U" yang nge-hina, "U" yang nyolot, "U" yang mulai, eh... ucapan "U" seakan-akan jadi korban! Playing Victim, ngikut idola kamu ye?"
V : "Ini maksud ane bang "J". Liat ucapannya. sok-sok merendah sekarang, padahal kemarin di kasih tau yang bener malah di olok-olok"

Pembicaraan-pembicaraan di warung-warung seperti sudah dirancang dihembuskan ke akar rumput, membiasakan mereka menghina pemerintah, menghina ulama dan masih banyak lagi logika bolak-balik bin aneh yang dipaksakan.

Teman Duduk

Malik bin Dinaar رحمه الله berkata :
"كل أخ وجليس وصاحب لا تستفيد منه خيرًا في أمر دينك؛ ففرّ منه"

"Semua teman duduk dan sahabat yang engkau tidak mengambil faedah kebaikan agama darinya maka hendaknya engkau lari darinya." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abid Dunyaa)
----------
FP : Ma'had 'Umar bin Khattab Yogyakarta

Menjadi Pribadi yang Unggul

Wajib atas setiap muslim, yang beriman kepada Allah untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang menjadi ciri khas orang-orang fasik, orang-orang durhaka dan orang-orang zhalim. Wajib baginya untuk menjadi pribadi yang berbeda dari yang lainnya (dengan keunggulan dan kebaikan -pent) dan berhias diri dengan adab syar’i

Syaikh Prof. Dr. Nashir al-Aql; guru besar akidah dan mazhab kontemporer Universitas Imam Muhammad bin Su'ud, Riyadh 3/7/2013. (Twitter : @DrAlaql) - Twit Ulama

Sumpah Penghalang Kebaikan

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 224, Allah ta'ala menasehati orang beriman untuk memperhatikan sumpah yang diucapkan, dalam firman-Nya :

وَلَا تَجْعَلُوا۟ اللَّـهَ عُرْضَةً لِّأَيْمٰنِكُمْ أَن تَبَرُّوا۟ وَتَتَّقُوا۟ وَتُصْلِحُوا۟ بَيْنَ النَّاسِ ۗ وَاللَّـهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu menjadi penghalang untuk berbuat kebajikan untuk bertaqwa dan mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (224).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu Juraij radhiyallahu anhu dikemukakan bahwa ayat tersebut diatas (QS. 2 : 224) diturunkan berkenaan dengan sumpahnya Abu Bakr untuk tidak akan memberi belanja lagi kepada Misthah bin Utsatsah (fakir miskin yang hidupnya dibiayai oleh Abu Bakr ash-Shiddiq radhiyallahu anhu) karena ia ikut serta memfitnah ibunda 'Aisyah. Ayat tersebut sebagai teguran agar sumpah itu tidak menghalangi seseorang untuk berbuat kebaikan. (HR. Ibnu Jarir).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 224. "Dan janganlah kamu jadikan (nama) Allah dalam sumpahmu menjadi penghalang untuk berbuat kebajikan untuk bertaqwa dan mengadakan perdamaian di antara manusia. ...". Ayat ini melarang keras orang bersumpah dengan memakai nama Allah buat menghambat dirinya dari satu pekerjaan yang baik. Misalnya orang berkata : "Demi Allah saya tidak akan ke Mekah selama si anu masih bercokol disana. Atau Demi Allah, biar si anu dan si fulan itu berkelahi terus menerus, namun aku tidak akan mendamaikan mereka". Maka sumpah-sumpah seperti ini, yang menjadikan Allah penghalang dari suatu perbuatan yang baik, atau menjadikan Allah sasaran sumpah, amatlah dicela oleh Allah. "... Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". Allah mendengar Allah mendengar perkataan-perkataan yang terlanjur itu, sebab Nama-Nya telah dijadikan penghalang atau sasaran, dan Allah Maha Mengetahui bahwa perbuatan dan percakapan yang demikian adalah buah dari kekurangan adab kepada Allah yang tiada pantas bagi seorang yang beriman. Maka Rasulullah ﷺ bersabda berkenaan dengan sumpah-sumpah semacam itu : "Barangsiapa yang bersumpah atas sesuatu persumpahan, lalu dilihatnya ada hal yang lebih baik dari itu, hendaklah dia lakukan pekerjaan yang lebih baik itu, dan hendaklah dia bayar kaffarat sumpahnya" (HR. Bukhari dan Muslim).
Dikuatkan lagi dengan sabda beliau ﷺ : "Tidak ada nazar dan tidak ada sumpah pada perkara yang tidak dikuasai oleh anak Adam, dan tidak pula dalam hal yang maksiat kepada Allah dan tidak pula dalam hal yang memutuskan silaturahmi". (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad).
Misal perkara yang tidak dikuasai oleh anak Adam ialah :
  • Bersumpah akan berangkat meninggalkan kota kediaman dan berpindah ke negeri lain besok juga! Sebab hari esok bukanlah kepastian manusia, melainkan ketentuan Allah ta'ala, melainkan katakan saja "Insya ALLAH".
  • Bersumpah dalam hal maksiat. Misalnya : "Demi Allah, sebelum aku dapat berzina dengan perempuan itu, belumlah aku akan bertaubat". 
  • Bersumpah memutuskan silaturahmi; "Demi Allah aku tidak bertegur sapa dengan si anu dan lain sebagainya. 
Sumpah-sumpah tersebut sangat tidak disetujui oleh syara'.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 76 - 77.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 2, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan September 1987, halaman 200 - 202.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 64.

Kamis, 26 Januari 2017

Hindari 3 Orang

“Dan janganlah kamu mengikuti orang yang (1) hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, (2) serta menuruti hawa nafsunya dan (3) adalah keadaannya itu melewati batas” (QS. al Kahfi: 28)

Tiga sifat tercela yang menjadi rumusan yang sangat rinci yag menunjukkan kerusakan perkataan dan pemikiran orang yang memiliki tiga sifat tersebut dan kita tidak boleh mengambil perkataannya.

Dr. Abdul Aziz Al-Uwayyid. Pengajar Ushul Fiqh Universitas Al Qosim, Saudi Arabia. (Twitter : @alowyed) - Twit Ulama

Larangan Menganggap Sial Sesuatu Hal (2)

Ibn Umar r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Tidak ada tular-menular dan tidak ada kesialan karena sesuatu, dan kalau memang ada maka kemungkinan dalam rumah dan isteri dan kuda (kendaraan). (HR. Buchary dan Muslim).

Dan dalam riwayat Abu Dawud : Buraidah r.a. berkata : Nabi s.a.w. tidak pernah merasa sial dengan sesuatu apapun. (HR. Abu Dawud).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 512.

Rabu, 25 Januari 2017

Lautan Ilmu

Berkumpulnya ilmu yang benar dan semangat untuk menasihati manusia, “Sesungguhnya ketika aku membaca satu ayat dalam al-Quran, maka aku ingin agar semua manusia mengetahui ilmu tentang ayat ini sebagaimana yang aku ketahui”.
Sebuah perkataaan yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, lautan ilmunya umat ini.

Dr. Abdul ‘Aziz alu Abdul Latif, dosen Jurusan Aqidah Universitas Al-Imam, anggota lembaga editorial dan pusat penelitian dan studi Majalah al-Bayan. (Twitter : @dralabdullatif) - Twit Ulama

Selasa, 24 Januari 2017

Pokok Ajaran Ahlus Sunnah

Diantara sunnatullah yang terjadi adalah Dia menjadikan manhaj bagi setiap agama dan golongan yang membedakan dengan yang lainnya. Allah berfirman yang artinya, “Bagi setiap kalian Kami jadikan syariat dan manhaj” (QS. al-Maaidah-48). Dan berikut adalah pokok terpenting dari manhaj salaf Ahlu Sunnah wal Jamaah.

(1) Berdakwah kepada tauhid dan memperingatkan umat dari bahaya kesyirikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “maka hendaklah hal pertama yang engkau dakwahkan kepada mereka adalah agar mereka menyembah Allah semata dan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun” (Muttafaqun ‘alaihi)

(2) Berpegang teguh kepada sunnah dan berdakwah kepada sunnah dan memperingatkan umat dari bid’ah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Wajib bagi kalian untuk berpegang teguh pada sunnahku” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad) , “Hati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan” (HR Abu Dawud).

(3) Jelas, tegas dan menyeluruh dalam beragama (kaffah). Allah berfirman yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, masuklah dalam Islam secara kaffah” (al Baqarah: 208)

(4) Membedakan diri dari tukang pembuat bid’ah dan orang-orang fasik serta memperingatkan manusia dari bergaul dengan mereka, “Seorang itu tergantung agama teman dekatnya, maka perhatikanlah dengan siapa kau berkawan dekat” (HR. Ahmad, Abu Dawud)

(5) Santun dan lemah lembut dalam berdakwah kepada manusia, bahkan kepada orang-orang yang menentang. Allah berfirman yang artinya, “Maka karena rahmat Allah lah kamu bisa berlemah lembut kepada mereka” (Ali Imran: 159)

(6) Memahami agama ini sesuai dengan pemahaman para sahabat Nabi radhiallahu ‘anhum. Allah berfirman yang artinya, “Apabila mereka beriman seperti kalian (para sahabat) beriman, maka sungguh mereka telah mendapatkan petunjuk” (al Baqoroh: 137)

(7) Bersemangat menyatukan barisan umat Islam dan menyatukan kalimat mereka. Allah berfirman yang artinya, “Dan bepegangteguhlah kalian kepada agama Allah dan janganlah berpecah belah” (Ali Imran: 103)

(8) Memperingatkan agar jangan menyandarkan diri kecuali pada manhaj sahabat. Allah berfirman artinya, “Dan yang mengikuti jalan selain jalannya orang mukmin (para sahabat –pent), Kami akan palingkan dia ke mana dia mau berpaling, dan Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam dan itulah seburuk-buruk tempat kembali” (an Nisaa: 115)

(9) Memperingatkan umat dari bid’ah dan kesesatan. Allah berfirman yanga artinya, “Maka hati-hatilah terhadap mereka yang menyelisihi perintahNya, kelak akan ditimpakan kepada mereka fitnah dan akan menimpa mereka azab yang sangat pedih (an Nuur: 63)

(10) Beramal dengan ilmu yang dimiliki, bersungguh-sungguh melaksanakan ketaatan, senantiasa berusaha membersihkan jiwa dari segala kotoran. Allah berfirman yang artinya, “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampun kepadaNya atas dosa-dosamu” (Muhammad: 19)”

Syaikh Nawwaf bin Muhammad al-Salim, Da’i, Imam dan Khatib di Kementrian Waqaf Kuwait. Pengajar di Jurusan Teknologi. (Twitter : @NawwafAlsalem) - Twit Ulama  

Larangan Menganggap Sial Sesuatu Hal (1)

Anas r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Tidak ada tular-menular dan tidak ada sial karena sesuatu, dan saya senang kepada Fa’l. Ketika ditanya apakah Fa’l itu? Jawab Nabi : kata-kata yang baik. (HR. Buchary dan Muslim).

Biasa merasa untung atau sial karena burung. Jangan mempercayai adanya sial karena ini dan itu, atau bala’ karena ini dan itu, Rasulullah suka pada kata-kata yang baik, seperti memberitahu bahwa kejadian itu alamat baik, supaya manusia selalu optimis dan jangan pessimis (putus harapan). Manusia lebih baik mengharap rahmat Allah jangan sampai putus harapan, sebab itu berbahaya dalam kehidupan.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 511.

Senin, 23 Januari 2017

Ulama dan Keutamaannya

Berikut ini adalah kultwit seputar ulama dan keutamaannya yang diambil dari timeline Syaikh Dr. Abdullah Al-Syurikah. Semoga dengan membaca kultwit ini kecintaan kita kepada para ulama bertambah dan kita dapat meneladani perilaku mereka dalam kehidupan.
  1. Imam As-Syafi'i rahimahullah berkata: “Bila yang disebut wali Allah itu bukanlah para ulama, aku tidak tahu siapa lagi yang dimaksudkan dengan wali Allah itu.”
  2. Imam As-Syatibi rahimahullah berkata: “Telah tsabit (sah) dalam pokok agama ini bahwa orang alim di kalangan manusia itu menduduki posisi nabi (dalam membina umat), dan para ulama adalah pewaris nabi-nabi..”
  3. Sufyan Ibnu ‘Uyainah berkata: “Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah adalah orang yang kedudukannya di antara Allah dan para hambaNya, mereka adalah para nabi dan para ulama.”
  4. Sufyan Ibnu 'Uyainah berkata: “Tidaklah dikarunai kepada seseorang hal yang paling afdhal di dunia ini melainkan nubuwwah (amanah kenabian), dan tidaklah ada karunia yang lebih afdhal setelahnya melainkan ilmu dan pemahaman.” Seseorang bertanya kepada Ibnu 'Uyainah: “lalu siapakah yang mendapatkan hal itu?” Ia menjawab:“Seluruh Fuqoha”.
  5. At-Tastari berkata: “Barangsiapa yang ingin mengetahui majelisnya para nabi, lihatlah majelisnya para ulama, seperti itulah majelis mereka.”
  6. Abu Muslim Al-Khaulani berkata: “Para ulama di muka bumi itu bagaikan bintang-bintang di langit, bila mereka tampak orang-orang akan mengambil petunjuk dari mereka, dan bila mereka tidak terlihat, bingunglah orang-orang.”
  7. Hasan Al-Bashri berkata: “Ulama itu bagaikan air, di mana mereka berada di situlah mereka memberi manfaat bagi manusia.”
  8. Hasan Al-Bashri berkata: “Andai tidak ada ulama yang membimbing, niscaya manusia akan berperilaku layaknya hewan.”
  9. Sa'id bin Jabir ditanya: “Apa ciri-ciri keruntuhan manusia?” Ia menjawab: “Jika para ulama di tengah-tengah mereka telah hilang, runtuhlah para manusia.”
  10. Ibnu Taimiyyah berkata: “Wajib bagi kaum muslimin setelah mencintai Allah dan RasulNya, untuk mencintai orang-orang mu'min sebagaimana disebut dalam Al-Qur'an, terlebih para ulama yang mana mereka adalah pewaris para nabi.”
  11. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu berkata: “Barangsiapa yang meremehkan para ulama, lenyaplah akhiratnya.”
  12. Ibnu Taimiyyah berkata: “Dan orang-orang yang memiliki lisan yang jujur di kalangan umat ini, yang dengannya mereka disanjung dan dihormati di tengah masyarakat, merekalah para ulama pembawa hidayah, kesalahan mereka sangat sedikit dibandingkan kebenaran yang mereka sampaikan.”
  13. Qatadah berkata: “Ini adalah perjanjian yang diberikan oleh Allah atas para ulama yaitu barangsiapa yang mengetahui sesuatu hendaklah ia mengajarkannya, dan janganlah menyembunyikan ilmu, karena menyembunyikan ilmu akan menyebabkan kebinasaan.”

Dr. Abdullah Al-Syurikah, Imam dan Khatib Masjid Ad-Duwailah, Kuwait. (Twitter : @dr_alshoreka) - Twit Ulama

Minggu, 22 Januari 2017

Lamar

Apa yang terpikirkan jika ada seorang lelaki berwajah pas-pasan, belum berpenghasilan lantas merindukan punya pendamping keturunan bangsawan?
Banyak yang mengatakan hal itu bagai pungguk merindukan bulan. Mustahil kesampaian. Jarang ngaca, dan lain-lain.
Seolah-olah lelaki jelek dapatnya yang jelek. Yang miskin dapat yang miskin. Yang sarjana dapat yang sarjana. Apa iya?
Untunglah syariat Islam tak kenal kasta. Untuk urusan jodoh hanya punya dua standar : baik-buruk. Baik dapat baik. Buruk dapat buruk.
Itu artinya, meski wajah Anda tidak sesuai standar SNI masih berpeluang dapat akhwat baik berparas foto model selama Anda adalah orang baik.
Termasuk pula jika Anda pas-pasan isi kantong, cuma bisa makan singkong berpeluang dapat gadis baik yang punya rumah gedong. Jika anda baik.
Intinya, peluang jodoh-jodohan dalam Islam tak mengenal batasan materi, standar wajah dan asal keturunan. Maka jangan dulu minder.
Jika anda termasuk golongan yang pas-pasan baik muka, wajah maupun keturunan, maka perbaikilah perilaku Anda.
Punya impian melamar wanita sholehah, kaya raya, cantik menawan dan hafal Qur'an? Semua bisa diwujudkan. Jangan dulu minder.
Tentu ini berlaku juga kebalikannya bagi muslimah yang ingin dapat ikhwan idaman meski diri pas-pasan. Masih besar peluang untuk dapatkan.
Yang perlu kita ingat adalah jiwa setiap manusia termasuk hatinya berada dalam genggaman Allah. Ia lah yang bolak-balikkan hati.
Dialah Allah Al-Muqollobal Qulub. Jika ada yang tak suka kepada kita, atas kehendak-Nya bisa tergila-gila dengan kita, jika Allah berkehendak.
Hati manusia tak ada yang bisa menolak rasa. Benci, cinta, marah dan rindu itu titipan Allah. Maka, Allah bisa datangkan tiba-tiba kepada siapapun.
Bisa jadi, ia tak kenal kita. Melihat wajah kita pun keburu nunduk sebab emang serem hehehe... Tapi jika, Allah titipkan cinta tak kuasa ia menolak.
Itu artinya, rayulah pemilik hati manusia. Allah saja. Jujur kepada-Nya. Curhat apa adanya. Jangan jaim. Sebab Allah tau isi hati kita.
Jika ada saingan, nggak usah khawatir. Kuat-kuatan doa. Bukan kuat-kuatan harta. Harta tak bisa ikat hati manusia jika Allah tak kehendak (QS. 8 : 63).
Belajarlah dari kisah sahabat Rasul yang bernama Julaibib. Lelaki yang tak punya harta, pas-pasan, namun kuat ibadahnya. Tiba-tiba dapat kejutan.
Rasulullah jodohkan ia dengan wanita idaman pemuda saat itu : cantik, sholehah, kaya dan keturunan bangsawan.
Wanita ini hatinya telah Allah tundukkan. Sehingga saat Julaibib datang melamar, tak ada alasan keberatan. Ia menerima lamaran dengan senyuman.
Nah, jika hubungan kepada Allah sudah baik. Maka mulailah dengan ikhtiar yang baik. Pahami jurus melamar wanita idaman.
Selain dekati Allah, cara berikutnya yang tak boleh kita abaikan adalah dekati bapaknya selaku wali nikah. Ini ikhtiar utama.
Mungkin ia tolak kita. Tapi ingatlah rumus nikah : "Tak ada pernikahan tanpa izin wali nya" (HR. Muslim). Maka, wali pemegang kunci.
Karena itu nggak usah PDKT ke wanita idaman kita. Selain juga dilarang agama, khawatir fitnah. Mending dekati bapaknya.
Jika bapak si wanita setuju, tentu tak ada alasan untuk wanita tolak kita. Justru ia makin terpesona akan keberanian kita.
Bagi sebagian wanita, jika bisa taklukkan bapaknya, maka lunaklah hati mereka. Awalnya menolak lama-lama jinak. Berani?
Bahkan pernikahan tetap syah, jika bapak bersedia ijab qobul meski wanita belum terima. So, fokus ke bapak, bapak, bapak.
Ibunya sasaran berikutnya. Jika taklukkan hati ibu, maka wanita idaman pun ikut takluk. Tak mau kan dikutuk jadi batu?
Jika dirasa kedua kunci itu sudah dipegang, maka tunjukkan lamaran dengan cara berkesan. Jangan biasa-biasa aja. Sebab wanita suka kejutan.
Misalnya lamar dengan kalimat 'maukah telapak kakimu menjadi surga untuk anak-anakku nanti?". Ini menunjukkan visi yang panjang.
Atau sebelum melamar, murojaah hafalan 1 juz quran + 100 hadits. Ini baru lamaran yang hebat. Unik dan berkesan. Akhwat mana yang nolak?
Rumus sukses melamar : Minta kepada Allah + taklukkan ortu khususnya bapak + melamar yang unik = diterima. Segera lakukan.
Nah, yang terakhir. Bagian penting dari semuanya adalah pandai-pandailah mendokumentasikan semua tahapan. Buatlah diary khusus sampai lamaran sukses.
Kalau sukses, diary ini akan jadi pengikat hubungan dalam rumah tangga. Betapa istri anda beruntung dapatkan pejuang sejati.
Kalaupun gagal, anggaplah membacanya jadi hiburan buat Anda. Sekaligus evaluasi jangan-jangan ada rumus yang nggak dipakai.
So, jangan lama-lama pantengin Timeline ini. Segera lamar. Buat wanita, siap-siap dilamar. Buat catatannya juga boleh. Selamat mencoba. (Aliansi Cinta Keluarga <AILA>)

Sebaik - Baik Perbuatan

Tauhid adalah hak paling besar yang harus ditunaikan kepada Sang Khaliq, berbuat baik kepada orang tua adalah hak yang paling besar yang harus ditunaikan kepada makhluk.
Oleh karena itu, Allah sering gabung kedua perkara ini dalam al-Quran, “Sembahlah Allah semata dan janganlah engkau menyekutukannya dengan suatu apapun dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua” (QS. an-Nisaa : 36)

Dr. Abdullah Al-Ghufaily, dosen fiqh di Sekolah Tinggi Kehakiman, wakil ketua di Universitas Kehakiman dan ketua Markaz At Tibyan. (Twitter : @dr_alghfaily) - Twit Ulama

Larangan Mendatangi Dukun dan Ahli Nujum (6)

Abu Mas’ud Albadry r.a. berkata : Rasulullah telah melarang harga anjing dan pendapatan pelacuran, dan hasil dukun. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 510.

Sabtu, 21 Januari 2017

Damai Tercipta

Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate. Di medan pertempuran pasukan Harmonia yang ditugaskan menjauhkan tentara aliansi Grassland - Zexen dengan Pahlawan Api nampaknya sangat berhasil.
Hingga mereka pun tersadar dan mencoba kembali ke gedung upacara tempat rune bersemayan.
Efek kehancuran dari pertarungan antar rune menghancurkan tempat upacara. Pasukan serangga cukup gesit menjemput pasukan kecil pengawal pembawa api. Dan mereka pun membawa Viki untuk membantu men-teleportasi mereka.
Saat tempat upacara itu mendekati keruntuhannya, Hugo mencoba menjemput Luc. Tetapi bantuan itu di tolak oleh Luc dan Sarah, mereka tidak ingin hidup dalam kehinaan.
Setahun selepas kehancuran gedung upacara yang mengubur pula Luc dan Sarah, Grassland hidup dalam kedamaian. Le Buque perlahan mendapatkan kemerdekannnya dan menjadi bagian dari Grassland kembali. Merekapun dikumpulkan kembali dalam Festival Budehuc dan bersuka cita. (sumber : Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate 11, karya Aki Shimizu; Kadokawa Corporation; Tokyo Japan 2002).

Tentang Ziarah Kubur

Petunjuk Rasulullah ﷺ tentang ziarah kubur telah dijelaskan di dalam hadits-hadits yang shahih. Di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahih-nya dari Buraidah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah ﷺ sering mengajarkan kepada mereka (para sahabatnya) jika mendatangi pekuburan agar mengucapkan.
“Artinya : Keselamatan atas kalian, wahai penghuni kubur dari kaum mukminin dan muslimin. Kami insya Allah akan menyusul kalian. Kalian adalah pendahulu kami. Aku meminta kepada Allah kesejahteraan untuk kami dan kalian” [Ahmad II/300, 375,408. V/353,359,360. VI/71,76,111,180,221. Muslim dengan Syarh Nawawi VII/44,45. Nasa’i IV/94 dan Ibnu Majah I/494]
Imam Ahmad dan Tirmidzi –dan dia menyatakan hasan- meriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Rasulullah ﷺ melewati pekuburan Madinah, maka beliau menghadapkan wajahnya ke arah pekuburan itu dan berkata.

“Artinya : Keselamatan atas kalian, wahai penghuni kubur. Semoga Allah mengampuni kami dan kalian. Kalian pendahulu kami dan kami akan mengikuti” [Hadits Riwayat Tirmidzi III/369]

Para Khalifah yang Empat dan sahabat Nabi ﷺ yang lain serta Tabi’in yang mengikuti mereka dengan baik telah menjalankan petunjuk Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut.

Mereka yang mendatangi penghuni kubur itu, jika mereka melakukannya untuk berdoa kepada Allah di sisi kubur tersebut dengan sangkaan bahwa yang demikian itu lebih bermanfaat dalam berdo’a, sekaligus dengan tujuan ber-tawassul (menjadikannya sebagai perantara) dan meminta syafaat dengannya, maka yang demikian ini tidak ada dalam syariat agama. Sedangkan wasilah (sarana/perantara) memiliki hukum yang sama dengan hukum tujuan dalam hal pelarangan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Katakanlah, ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai sesembahan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi, dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagiNya” [Saba : 22]

Ayat ini menunjukkan bahwa (ilah/sesembahan) yang diseru (selain Allah) bisa jadi memiliki (kekuasaan di langit dan bumi) atau bisa pula tidak. Jika dia tidak memiliki, maka bisa jadi dia adalah sekutu (bagi Allah dalam kekuasaan-Nya itu), atau bisa juga bukan. Jika dia bukan sekutu (bagi Allah), bisa jadidia pembantu (bagi Allah), atau bisa juga bukan. Jika dia bukan pembantu (bagi Allah), maka bisa jadi dia adalah pemberi syafaat tanpa –harus mendapat- izin dari Allah, atau bisa pula bukan. Dan keempat macam (yang diseru) ini adalah batil, tidak bisa diterima. Lalu yang terakhir jelas bahwa pemberi syafaat tidaklah dapat memberi syafaat melainkan denan izin-Nya (dan ini syarat pertama, pent). Sedangkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berikut.

“Dan mereka tidak memberi syafa’at melainkan kepada orang-orang yang diridhai Allah” [Al-Anbiya : 28]

Menunjukkan bahwa keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada yang disyafaati –juga- merupakan sarat. Inilah dua syarat (dalam memperoleh) syafaat.

Para sahabat Radhiyallahu ‘ajmain dahulu tidaklah ber-tawassul dengan zat Rasulullah ﷺ. Yang mereka lakukan adalah meminta Nabi ﷺ supaya mendo’akan mereka. Jadi, memita tolong kepada orang yang hadir (ada di tempat), masih hidup lagi mampu memberi bantuan adalah dibolehkan, namun tidak boleh meminta sesuatu yang merupakan hak Allah Azza wa Jalla. Ini untuk orang yang masih hidup. Adapun orang yang sudah mati, tidak boleh ber-tawassul dan meminta syafaat kepadanya secara mutlak, bahkan itu merupakan salah satu di antara perantara-perantara menuju kesyirikan.

Adapun orang yang ber-I’tikaf (tinggal berdiam) di kuburan tersebut, maka (keadaannya) tidak lepas dari dua perkara yang berikut.
Pertama. Tujuannya, ber-it’ikaf disana adalah untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka yang seperti ini tidak boleh dilakukan karena padanya terkumpul dua bentuk kemaksiatan (penyelewengan), yaitu bermaksiat ber-ukuf (tinggal dikuburan) dan maksiat beribadah kepada Allah di kuburan karena yang demikian itu merupakan wasilah (mengantarkan kepada) syirik yang dilarang oleh Rasulullah ﷺ.
Adapun tentang keharaman ber-‘ukuf, Tirmidzi di dalam kitab Jami-nya dalam sebuah hadits yang dinyatakan shahih meriwayatkan dari Abu Waqid Al-Laitsi, ia berkata, “Kami pernah keluar bersama Rasulullah ﷺ menuju Hunain ketika kami belum lama (meninggalkan) kekafiran. Sementara itu, orang-orang musyrik memiliki sebatang Sidrah (jenis pohon) yang biasa mereka jadikan tempar ber-ukuf (berdiam) dan menggantungkan senjata-senjata mereka padanya, yang mereka sebut dengan Dzatu Anwat, maka (ketika) kami melewati sebatang pohon Sidrah (yang lain), kami berkata : “Ya Rasulullah ﷺ adakan untuk kami Dzatu Anwat sebagaimana mereka memiliki Dzatu Anwat, maka berkata Rasulullah ﷺ.

“Artinya : Allahu Akbar, sesungguhnya yang demikian adalah tradisi. Perkataan kalian, demi zat yang jiwaku di tangannya, sebegaimana perkataan Bani Israil kepada Musa. ‘Jadikan untuk kami tuhan-tuhan sebagaimana mereka memiliki tuhan-tuhan. (Musa) berkata, ‘Sesungguhnya kalian adalah kaum yang bodoh [Imam Ahmad I/96, 129. Muslim dengan Syarah Nawawi VII/36. Nasai IV/88,89 dan Tirmidzi III/366.]” Sungguh kalian akan mengikuti tradisi orang-orang sebelum kalian” [Hadits Riwayat Ahmad V/218, Tirmidzi IV/475]

Nabi ﷺ mengabarkan bahwa perkara yang mereka minta, yaitu menjadikan pohon sebagai temopat ‘ukuf (berdiam) dan menggantungkan senjata untuk mendapatkan berkah, adalah serupa dengan permintaan yang diajukan oleh Bani Israil kepada Musa “Alaihis Salam, maka demikian pula ‘ukuf (berdiam) di kubur. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Telah bersabda Rasulullah ﷺ.

“Artinya : Janganlah kalian jadikan rumah kalian sebagai kuburan dan jangan jadikan kuburku senagai tempat perayaan, dan bersalawatlah atasku, sesungguhnya shalawat kalian sampai kepadaku bagaimanapun keadaan kalian” [Hadits Riwayat Tirmidzi V/157, Abu Dawud II/534, dan Ibnu Majah I/348 di dalam Sunan]

Sedangkan yang berkenaan dengan beribadah kepada Allah di kuburan, maka Nabi ﷺ telah melarang yang demikian itu. Rasulullah ﷺ bersabda.

“Artinya : Semoga Allah membinasakan orang-orang Yahudi. Mereka menjadikan kubur para nabi mereka sebagai masjid (tempat ibadah)” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim]

Larangan menjadikan kubur sebagai masjid (tempat ibadah) mengandung larangan menjadikan kubur sebagai tempat beribadah kepada Allah atau untuk beribadah kepada selain-Nya, sama saja apakah terdapat bangunannya ataupun tidak.
Adapun (perbuatan) mendatangi penghuni kubur lalu berdoa kepadanya dan meyakini bahwa dia memiliki manfaat dan mudharat (bahaya), maka perbuatan ini adalah syirik besar. Orang yang melakukannya bisa jadi karena bodoh atau memang sudah mengetahuinya, maka dia seorang musyrik (pelaku syirik) dengan kesyirikan yang mengeluarkannya dari Islam. Adapun jika dia melakukannya karena bodoh/tidak tahu, maka harus dijelaskan kepadanya (hukum perbuatan tersebut). Jika dia kembali kepada kebenaran, maka alhamdulillah, tetapi jika tidak, maka dia dihukumi sama seperti orang yang sudah mengetahui. Dan dali tentang hal ini banyak sekali, antara lain firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Katakanlah, ‘Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah”. [Al-Kafirun : 1-4]

Begitu pula firman-Nya.


“Artinya : Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia” [Al-Ikhlas : 4]

Dan didalam hadits qudsi.

“Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan suatu amalan yang didalamnya dia mempersekutukan Aku dengan selainKu, maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya” [Hadits Riwayat Muslim]

Adapun yang dikatakan penanya tentang dibangunnya bangunan berhias di atas kubur tersebut, maka yang demikian ini adalah tidak boleh karena termasuk mengangungkan penghuni kubur, dan merupakan pengagungan yang bid’ah (mengada-ada), betentangan dengan wasiat Nabi ﷺ kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu.
“Artinya : Janganlah kamu meninggalkan gambar kecuali engkau telah menghancurkannya dan tidak pula kubur yang diagungkan melainkan engkau telah meratakannya” [Imam Ahmad I/96, 129. Muslim dengan Syarah Nawawi VII/36. Nasai IV/88,89 dan Tirmidzi III/366.]

Dan telah tetap dari Nabi ﷺ bahwa beliau melarang mengapuri kubur, duduk atasnya, dan dibuat bangunan di atasnya.[Lihat Hadits Riwayat Imam Ahmad III/295, 399. Muslim dengan Syarah Nawawi VII/37. Tirmidzi III/368. Abu Dawud III/552. Nasai IV/86,87. Ibnu Majah I/498]

Adapaun tanggung jawab (kewajiban) kita dalam hal ini telah dijelaskan oleh Rasulullah ﷺ dengan sabdanya.
“Artinya : Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka hendaknya ia merubah dengan tangannya, jika ia tidak mampu maka dengan lisannya dan bila ia tidak memapu maka dengan hatinya dan yang demikian itu selemah-lemah iman”. [Muslim dengan syarah Nawawi II/21,22. Abu Dawud I/677. Tirmidzi VI/407. Nasai VIII/111. Ibnu Majah II/230. Abdu bin Humaid di dalam Al-Muntakhib II/74.]

Maka wajib menghilangkan bangunan tersebut sebatas kemampuan, dan apa yang dikatakan penanya tentang tinggal bersama mereka tidak boleh selagi masih mungkin baginya tinggal bersama yang lain yang tidak melakukan perbuatan seperti yang mereka perbuat, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Maka bertawaqallah kamu kepada Allah menurut kesanggupannmu” [At-Taghabun : 16]

Adapun sembeliah dan nazar yang diperuntukkan kepada wali maka ini syirik besar, karena kedua-duanya adalah ibadah yang semestinya dilakukan untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala karena merupakan hak-hak-Nya khusus-Nya yang maha mulia dan maha tinggi, maka tidak boleh memalingkannya kepada selain Allah. Firman-Nya.

“Artinya : Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam, tiada sekutu baginya ; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)” [Al-An’am : 162-163]

Dan sabda Nabi ﷺ.
“Artinya : Barangsiapa yang bernazar untuk berbuat ketaatan kepada Allah maka ta’atilah (laksanakan) dan barangsiapa yang bernazar untuk bermaksiat kepadanya maka janganlah memaksiatinya (melaksanakannya)” [Hadits Riwayat Ahmad VI/36. Bukhari VII/233,234. Abu Dawud III/593. Tirmidzi IV/104. Nasai VII/17. Ibnu Majah I/687 dan Darimi II/184]

Demikian pula ketika seorang laki-laki (pada masa Rasulullah ﷺ) bernazar untuk menyembelih unta di Buanah, Rasulullah ﷺ bertanya padanya.
“Artinya : Apakah disana ada watsan (berhala) dari berhala-berhala jahiliyah yang disembah ?” Mereka mengatakan, “Tidak”, Nabi bertanya lagi, “Apakah di sana dilaksanakan perayaan dari perayaan-perayaan mereka (musyrikin jahiliah) ?” Mereka berkata, “Tidak”, Nabi bersabda, “Tunaikanlah nazarmu, sesungguhnya tidak ada penunaian untuk nazar yang bermaksiat kepada Allah dan apa yang tidak disanggupi anak Adam”[Hadits Riwayat Abu Dawud III/607 dan Baihaqi di dalam Sunan X/73]

Dalil ini menunjukkan bahwa sembelihan dan nazar untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala merupakan ibadah sedangkan memalingkannya kepada selain Allah adalah syirik.

[Fatawa Li Al- Lajnah Ad-Da’imah 1/1492-498, Fatwa no. 315 Di susun oleh Syaikh Ahmad Abdurrazzak Ad-Duwaisy, Darul Asimah Riyadh. Di salin ulang dari Majalah Fatawa edisi 3/I/Dzulqa’dah 1423H]

Selengkapnya di almanhaj.or.id  

Sifat Orang Beriman

Di antara sifat orang beriman, saling menasihati dengan kasih sayang dan tidak menyakiti. “Dan mereka saling menasihati dengan kasih sayang, merekalah golongan kanan” (QS. al-Balad: 17,18). Adapun sikap keras adalah kepada orang-orang non-muslim, “mereka bersikap keras dengan orang-orang kafir, dan saling kasih sayang antar mereka” (QS. al-Fath : 29)

Dr. Abdul Muhsin Al-Muthiri, Doktor dalam bidang tafsir, Fakultas Syari’ah Universitas Kuwait. (Twitter : @q8azm) - Twit Ulama

Jumat, 20 Januari 2017

Tanda Orang yang Tidak Cinta pada Allah

Ibnul Qayyim رحمه الله dalam Al-Jawab Al-Kafi, halaman 170; dengan kalimat nukilan sebagai berikut.
محبة كلام الله فانه من علامة حب الله وإذا أردت أن تعلم ما عندك وعند غيرك من محبة الله فانظر محبة القرآن من قلبك وإلتذاذك سماعه أعظم من إلتذاذ أصحاب الملاهي والغناء المطرب بسماعهم فإنه من المعلوم أن من أحب حبيبا كان كلامه وحديثه احب شيئا اليه كما قيل

ان كنت تزعم حبي فلم هجرت كتابي … أما تأملت ما فيه من لذيذ خطابي

وقال عثمان ابن عفان رضي الله عنه لو طهرت قلوبنا لما شبعت من كلام الله وكيف يشبع المحب من كلام من هو غاية مطلوبه


Semoga kita menjadi orang yang mencintai Allah dengan membuktikannya lewat mencintai kalam-Nya yaitu Al-Qur’an. Mencintainya berarti rajin membacanya, merenungkannya, menghayatinya, mengimani dan mengamalkan isinya serta rajin menggali ibrah dari kisah-kisah di dalamnya.

Kajian Selengkapnya di rumaysho.com  

Membaca Surat Ali 'Imraan

Yang juga termasuk bid’ah adalah upaya mereka untuk selalu membaca surat Ali ‘Imran pada hari Jum’at. Dalam hal itu mereka mendasarkan pada hadits Ibnu ‘Abbas رضي الله عنهما bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda, “Barangsiapa membaca surat yang di dalamnya disebut Ali ‘Imran pada hari Jum’at, maka Allah dan Malaikat-Nya akan bershalawat atas dirinya sampai terbenam matahari.”

Al-Albani رحمه الله mengatakan, “Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani di dalam kitab al-Ausath dan al-Kabiir, yang ia berstatus maudhu’.” [Maudhuu’: Dha’iif at-Targhiib (no. 451)].

[Disalin dari kitab kitab al-Kali-maatun Naafi’ah fil Akhthaa' asy-Syaai’ah, Bab “75 Khatha-an fii Shalaatil Jumu’ah.” Edisi Indonesia 75 Kesalahan Seputar Hari dan Shalat Jum’at, Karya Wahid bin ‘Abdis Salam Baali. Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]

Selengkapnya di almanhaj.or.id

Kedudukan


Berkata seorang ulama :

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْظُرَ مَنْزِلَتَهُ عِنْدَ اللهِ فَلْيَنْظُرْ كَيْفَ مَنْزِلَةُ اللهِ عِنْدَهُ

"Barang siapa yang ingin melihat kedudukan dirinya di sisi Allah maka hendaklah ia melihat kedudukan Allah di sisinya." (Thobaqoot Asy-Syaafi'iyyah Al-Kubroo 8/229)
----------
FP : Ma'had 'Umar bin Khattab Yogyakarta

Pembagian dan Bahayanya Syirik

Bentuk kesyirikan kepada Allah, ada 2 macam: (1) Syirik besar, (2) Syirik kecil.

Syirik besar menjadikan pelakunya keluar dari Islam dan menjadikan dia kafir, dia akan kekal selama-lamanya di neraka jahannam, semua amalannya akan terhapus, berbeda dengan syirik keci.
Adapun syirik kecil adalah sebuah dosa yang sangat amat dikhawatirkan terjerumus pada syirik besar, sampai-sampai syariat ini menyebutnya dengan istilah syirik. Tapi syirik kecil ini tidak membuat pelakunya keluar dari Islam dan tidak juga menjadikannya kekal di neraka dan tidak menyebabkan semua amalannya terhapus.
Di antara contoh syirik kecil adalah: bersumpah dengan selain nama Allah, perkataan “atas kehendak Allah dan kehendak Fulan”, perkataan “seandainya bukan karena Allah dan karena si Fulan” dan riya’
- semoga Allah mengampuni dosa kita semua.-

Dr. Abdullah Al-Syurikah, Imam dan Khatib Masjid Ad-Duwailah, Kuwait. (Twitter : @dr_alshoreka) - Twit Ulama

Larangan Mendatangi Dukun dan Ahli Nujum (5)

Mu’awiyah bin Alhakam r.a. berkata : Ya Rasulullah saya baru keluar (terlepas) dari Jahiliyah dan Allah telah mendatangkan agama Islam dan diantara kami ada orang-orang yang suka datang kepada dukun. Bersabda Nabi : Kau jangan mendatangi dukun-dukun itu. Dan ada diantara kami yang mempercayai burung (menggantungkan nasib pada burung). Jawab Nabi : Itu hanya kepercayaan saja dalam hati mereka, dan sukar dicegahnya, tetapi burung itu jangan menghentikan mereka dari maksud yang baik. Dan ada diantara kami yang pandai mencoret-coret. Jawab Nabi : Dahulu ada Nabi yang pandai menulis dan menggaris itu, maka siapa yang tepat tulisannya dengan tulisan Nabi itu maka itu yang benar. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 510.

Masjid An-Nur Puspogiwang Semarang

Masjid An-Nur
Jl. Puspogiwang II / 9
Kelurahan Gisikdrono - Kecamatan Semarang Barat
Kotamadia Semarang 50149

Masjid ini berada di perempatan Jl. Puspogiwang II dan Jl. Puspogiwang IV, dan bersebelahan dengan SDN Gisikdrono 1, Jl. Puspogiwang IV / 8 Semarang 50149. Arah kiblat di masjid ini sudah disesuaikan dengan posisi Ka'bah.

Bertemu di Jannatun-Na'im

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 223, Allah ta'ala memperbolehkan orang beriman mendatangi isteri-isteri mereka dari arah yang digemarinya dalam firman-Nya :

نِسَآؤُكُمْ حَرْثٌ لَّكُمْ فَأْتُوا۟ حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ ۖ وَقَدِّمُوا۟ لِأَنفُسِكُمْ ۚ وَاتَّقُوا۟ اللَّـهَ وَاعْلَمُوٓا۟ أَنَّكُم مُّلٰقُوهُ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
Perempuan-perempuan kamu (isteri-isteri kamu) adalah (seperti) ladang bagimu, maka datangilah ladangmu itu sebagaimana kamu kehendaki, dan buatlah kebaikan untuk dirimu, bertaqwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu akan menghadap-Nya, dan sampaikanlah berita gembira untuk orang-orang yang beriman. (223).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Jarir dikemukakan bahwa orang-orang yahudi beranggapan, apabila menggauli isterinya dari belakang ke farjinya, anaknya akan lahir bermata juling. Maka turunlah ayat tersebut diatas (QS. 2 : 223) yang membantah anggapan tersebut diatas. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Tirmidzi).
Dalam riwayat lain dikemukana bahwa Umar datang menghadap kepada Rasulullah ﷺ dan berkata : "Ya Rasulullah, celaka?". Nabi ﷺ bertanya : "Apa yang menyebabkan kamu celaka?" Ia menjawab : "Aku pindahkan sukdufku tadi malam (berjima' dengan isteriku dari belakang)". Nabi ﷺ terdiam dan turunlah ayat tersebut diatas (QS. 2 : 223) yang kemudian beliau ﷺ sambung : "Berbuatlah dari muka atau dari belakang, tetapi hindarkanlah dubur (anus) dan yang sedang haid". (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Dalam riwayat lainnya yang bersumber dari Ibnu Umar رضي الله عنهما dikemukakan bahwa orang-orang pada waktu itu menganggap munkar kepada seseorang yang menggauli isterinya dari belakang. Maka turunlah ayat tersebut diatas (QS. 2 : 223) yang menyalahkan sikap dan anggapan tersebut. (HR. Bukhari).
Dalam riwayat lain yang bersumber dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما dikemukakan bahwa penghuni di sekitar Yatsrib (madinah), tadinya menyembah berhala yang berdampingan dengan kaum yahudi ahli kitab. Mereka menganggap bahwa kaum yahudi terhormat dan berilmu, sehingga mereka banyak meniru dan menganggap baik segala perbuatannya. Salah satu perbuatannya yang dianggap baik oleh mereka ialah tidak menggauli isterinya dari belakang. Adapun penduduk kampung sekitar Quraisy (Mekah) menggauli isterinya dengan segala keleluasaannya. Ketika kaum Muhajirin (orang Mekah) tiba di Madinah, salah seorang dari mereka kawin dengan seorang wanita Anshar (orang Madinah). Ia berbuat seperti kebiasaannya, tetapi ditolak oleh isterinya dengan berkata : "Kebiasaan orang disini, hanya menggauli isterinya dari muka". Kejadian ini akhirnya sampai kepada Nabi ﷺ, sehingga turunlah ayat tersebut diatas (QS. 2 : 223) yang membolehkan menggauli isterinya dari depan, belakang atau terlentang, tetapi di tempat yang lazim. (HR. Abu Dawud dan Hakim)

Tafsir Ayat
QS. 2 : 223. "Perempuan-perempuan kamu (isteri-isteri kamu) adalah (seperti) ladang bagimu, ...". Ladang tempat kamu menanamkan benihmu, menyambung keturunan manusia. "..., maka datangilah ladangmu itu sebagaimana kamu kehendaki, ...". Datangilah ladang sesukamu, tanamilah benih sekehendak mau. "..., dan buatlah kebaikan untuk dirimu, ...". Artinya, sejak kamu masih mencari isteri, ambillah dari keluarga orang yang beriman beragama, perhatikan apakah pula dari keluarga yang subur dan biasa melahirkan banyak anak? Sebab syahwat faraj (kelamin) ditakdirkan Tuhan pada manusia bukan untuk melepas syahwat saja, melainkan untuk menurunkan  ummat manusia. Sebab itu ditekankan pula, "..., bertaqwalah kepada Allah ...". Sehingga mani tidak dibuang-buang seketika isteri berkain kotor. "... dan ketahuilah bahwa kamu akan menghadap-Nya, ...", untuk mempertanggung-jawabkan bagaimana caranya kamu membangun rumah tangga, adalah hanya semata-mata karena hawa nafsu ataukah benar-benar hendak menegakkan kebahagiaan dan taat kepada Allah. "..., dan sampaikanlah berita gembira untuk orang-orang yang beriman". Bahwasannya suami-isteri yang sama taat kepada Allah akan dipertemukan dan diserumahkan juga kelak di dalam syurga jannatun-Na'im. (QS. ar-Ra'du (13) : 23 dan QS. al-Mu'min (40) : 8). Inilah kabar gembira yang sejati.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 75 - 76.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 2, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan September 1987, halaman 198 - 199.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 63.

Kamis, 19 Januari 2017

Mohon Rahmat dan Petunjuk yang Lurus

Di surat al-Kahfi (18) ayat 10 :
"Rabbanaa aatinaa milladunka rahmah wahayyi' lanaa min amrinaa rasyadaa"

Artinya :
Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi Engkau dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini.

Keterangan
Do'a ini dibaca oleh para pemuda yang berlindung di gua dari kekejaman dan kejaraan raja Dikyanus. Mereka di gua itu sampai bertahun-tahun dan selamat, sehingga keluar sudah bukan raja Dikyanus yang berkuasa. 
Dengan ringkas Allah ta'ala mewahyukan kepada beberapa orang pemuda yang sedang ditimpa kesulitan, lalu meninggalkan kampung halaman mereka dan pergi bersembunyi ke dalam gua. Dan dalam perjalanan itu tidak lupa mereka memohon rahmat perlindungan dari Tuhan, disertai pula tuntunan dan pimpinan jangan sampai mereka tersesat dari jalan yang benar.
-------------------------------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 444.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 15, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit P. Pusaka Panjimas Jakarta, cetakan September 1999, halaman 168 - 169.

Kemaha Lembutan Allah

“Sesungguhnya Allah Maha Lembut kepada hamba-hamba-Nya” (QS. Asy-Syura: 19).

Ketika engkau merasa bahwa semua usaha sudah tertutup, engkau akan tahu makna “Maha Lembut” yang kebaikan-Nya akan sampai padamu secara halus, sehingga terlaksanalah apa yang menurutmu mustahil.

Dr. Abdullah bin Balqasim; lulusan S3 Universitas Darman, Sudan. (Twitter : @dr_Balgasem) - Twit Ulama

Rabu, 18 Januari 2017

Berbuat baik Selama Hidup

Ada yang berkata, “Dia wafat dalam keadaan shalat”, “dia wafat dalam keadaan sujud”, “dia wafat dalam keadaan berpuasa”, apakah Anda mengira bahwa hal seperti itu terjadi begitu saja?!

Siapa yang hidupnya dipenuhi dengan suatu hal, maka dia akan mati dalam hal itu pula. Maka berbuat baiklah dalam kehidupanmu, niscaya Allah akan memberikan husnul khatimah kepadamu.

Dr. Muhammad Abdullah Al-Wuhaibi, Professor Akidah dan Perbandingan Madzhab di King Saud University. (Twitter : @mohammadalwh) - Twit Ulama

Larangan Mendatangi Dukun dan Ahli Nujum (4)

Ibn ‘Abbas r.a. berkata : Rasulullah bersabda : Siapa yang mempelajari ilmu nujum berarti telah mempelajari sebagian dari sihir bertambah menurut banyak yang dipelajarinya. (HR. Abu Dawud).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 509-510.

Selasa, 17 Januari 2017

Tugas Kita Hanya Menasihati

Ayat ini membuatku berhenti untuk merenunginya, “Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata: “Hai kaumku sesungguhnya aku telah menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kamu tidak menyukai orang-orang yang memberi nasehat”. (QS. al-A'raf: 79)

Dr. Abdul Aziz Arab, Doktor jurusan Fiqh dan perbandingan Fiqh, anggota Rabithah Ulama Islam. (Twitter : @Abdulaziz_arab) - Twit Ulama 

Do'a agar Jadi Hamba yang Selalu Bersyukur

Dari Ibnu 'Abbas radhiallahu 'anhumaa bahwasanya Rasulullah ﷺ berdoa :

رَبِّ اجْعَلْنِي لَكَ شَكَّارًا، لَكَ ذَكَّارًا، لَكَ رَهَّابًا، لَكَ مِطْوَاعًا، لَكَ مُخْبِتًا، إِلَيْكَ أَوَّاهًا مُنِيبًا، رَبِّ تَقَبَّلْ تَوْبَتِي، وَاغْسِلْ حَوْبَتِي، وَأَجِبْ دَعْوَتِي، وَثَبِّتْ حُجَّتِي، وَسَدِّدْ لِسَانِي، وَاهْدِ قَلْبِي، وَاسْلُلْ سَخِيمَةَ صَدْرِي
Wahai Robbku jadikanlah aku hamba yang selalu bersyukur kepada-Mu, selalu berdzikir kepada-Mu, selalu takut kepada-Mu, selalu ta'at kepada-Mu, selalu menghiba kepada-Mu, selalu kembali kepada-Mu, Ya Robbku, terimalah taubatku, cucilah dosa-dosaku, kabulkanlah doaku, kokohkanlah hujjahku, luruskanlah lisanku, tunjukilah hatiku, dan bersihkanlah dadaku dari penyakit-penyakit. (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi dan ia berkata : Hadits Hasan Shahih).

Senin, 16 Januari 2017

Doa Sebelum Salam

Doa yang sangat agung yang perlu kita jaga agar selalu membacanya setiap kali kita sholat (sebelum salam) adalah doa, “Allahumma a’inni ‘ala dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibadatika”
(Ya Allah tolonglah aku untuk senantiasa berdzikir mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik kepada-Mu)

Nabi pernah berwasiat kepada Mu’adz untuk senantiasa berdoa dengan doa ini di setiap akhir shalatnya.
Ibnu Taymiyyah mengatakan, “Aku merenung mengenai doa yang paling manfaat, maka aku dapati bahwa seorang hamba yang berdoa pada Rabbnya agar ditolong untuk berbuat taat adalah doa yang paling bermanfaat”

Prof. Dr. Sa’ad Al-Khathlan, dosen di King Saud University (KSU) Riyadh, Saudi Arabia.(Twitter : @saad_alkhathlan) - Twit Ulama

Larangan Mendatangi Dukun dan Ahli Nujum (3)

Qubaishah bin Almuchariq r.a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah bersabda : Coret-coret (menggaris) atau menebak nasib dengan burung atau melempar burung supaya terbang kalau ke kanan baik kalau ke kiri sial, semua perbuatan itu dari Jibit. (HR. Abu Dawud).

Jibit : Segala kepercayaan yang tidak tertuju kepada Allah, mengenai nasib diri, atau menggantungkan nasib raba-rabaan yang tidak berdasarkan tuntunan Allah dan keterangan Rasulullah ﷺ seperti : Iyafah, menggores dan menyuruh orang menunjuk lalu diceriterakan nasib, atau dengan burung dan sebagainya.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 509.

Minggu, 15 Januari 2017

Terlempar dalam Lorong Waktu

Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate. Setelah pertarungan antar rune Hugo mendapatkan serangan balik dari kekuatan rune. Ia terlempar, dan pingsan.
Pikirannya terbawa kenangan masa kecil Luc dan Sasarai. Ketika terlahir sebagai pembawa true rune keduanya mesti dipisah agar kekuatan masing-masing tidak saling terhisap oleh rune. Sasarai diasuh dalam istana, sedangkan Luc diasingkan dalam penjara. Sampai kemudian Luc diasuh oleh Leknaat di pulai penyihir.
Suatu hari Leknaat mempetunjukkan kepada Luc sebuah "Batu Tulis Perjanjian" yan akan terukir nama 108 perang yang terlibat dalam perang, dan takdirnya telah ditetapkan oleh bintang takdir.
Pengalaman Luc sebagai penyaksi "Batu Tulis Perjanjian" terus bergulir dari peristiwa pendampingan Tir Mc Dohl dan Riou Genkaku. Luc bertanya kepada Leknaat apakah hasil pertempuran rune hanyalah "Ketiadaan". Tetapi Leknaat selalu tak menjawab tanyanya itu.
Hugo kembali terlempar dalam lorong waktu hingga tiba saat diskusi Luc, Yuber, Albert Silverberg dan Sarah soal senjata penghancur rune yang tersembunyi di Grassland. Penghancuran rune akan memakan banyak korban, tetapi bisa diminimalisir dengan memisahkan penduduk dengan  penguasa/ pemilik rune.

Hugo kembali terlempar dalam lorong waktu. Hingga tiba pada kenangan Lulu dan Jimba. Lulu mengatakan tak menyesal telah mati, Jimba mengingatkan banyak yang mesti harus Hugo urus di Grassland.
Tiba-tiba perjalanan lorong waktunya buyar saat tersadar suara yang tak asing lagi; "Hugo, tanganmu ! Cepat !!!, Chris Lightfellow). (sumber : Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate 11, karya Aki Shimizu; Kadokawa Corporation; Tokyo Japan 2002).

Jaga Senyum Anda

Ibu, Tersenyumlah selalu di hadapannya, Anda tak tahu apa arti senyum Anda baginya.

Dr. Khalid al-Syinu, da’i dari Bahrain, Doktor bidang Fiqih dari Universitas Bahrain. 04/06/2015 (Twitter : @khalidalsheno) - Twit Ulama

Sabtu, 14 Januari 2017

Pertempuran Akhir

Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate. Sementara itu Hugo di dalam lorong tempat upacara penyatuan rune bertemu sosok sahabat kecilnya, Lulu. Hingga ia larut dalam kenangan masa lalu dan meminta ma'af tidak mampu menghentikan langkahnya menuju kematian. Tiba-tiba Lulu KW itu berkata : "Menaruh perhatian pada orang yang sudah mati. Apa pantas bagi seorang Pahlawan Api?" Hugo terkejut dengan kalimat itu dan tiba-tiba sosok Lulu KW menghilang dan berubah menjadi Luc.
"Selamat datang di tempat upacara Hugo!", sapa Luc.
Kemudian mereka berdialog soal rune yang menyelamatkan dunia. Tetapi bagi Luc dengan menghancurkan satu rune maka dunia akan terselamatkan, cukup dengan sedikit pengorbanan.
Pertarungan True Fire Rune dan True Wind Rune pun tak terelakkan lagi. Dan saat posisi Hugo terjepit, muncullah Geddoe dan Chris Lightfellow bersama anak buah masing-masing.
Geddoe memperingatkan Luc untuk mengembalikan rune yang dikuasainya ke tempat asalnya. Tetapi Luc mengabaikan perkataan Geddoe. Akhirnya Geddoe memberi komando pertarungan. Roland Lesaurus, Aila dan Jacques membidikkan panahnya ke arah Luc. Hujan anak panah itupun ditepisnya dengan kekuatan True Wind Rune. Geddoe bergerak merapat pada Chris Lightfellow dan melakukan summon gabungan membidik Luc, Duaarrr !!!, benturan itu mengagetkan pasukan aliansi dan Harmonia di luar tempat upacara.
Serangan gabungan itu mampu melumpuhkan pertahanan Luc. Panah dari busur Jacques menembus bahu kanan Luc dan menghempaskannya.
Sasarai pun telah sampai di ruangan itu, dan iapun berdiskusi dengan Luc soal ucapannya tentang kebenaran dan kebodohan.
Tetapi Luc menganggap keputusannya menghancurkan rune adalah benar. Luka panah itu begitu menyerap energi Luc hingga ia terjatuh dan meminta pada Hugo untuk segera dibunuh. Tiba-tiba tubuhnya meledak dan rune menghisap Luc, kesadarannya telah dikuasai oleh Moster jelmaan Rune-nya.
Sasarai dengan True Wind Rune-nya mencoba menahan kekuatan Moster jelmaan dari Rune-nya Luc. Sedangkan Hugo meminta Geddoe dan Chris Lightfellow menggabungkan kekuatan rune mereka untuk menyerang moster Luc.
Kekuatan rune saling melawan satu sama lain, dan akan menyusut kemudian akan bereaksi yang tak pernah diduga, Hugo pun terlempar. (sumber : Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate 11, karya Aki Shimizu; Kadokawa Corporation; Tokyo Japan 2002).

Amalan Untuk Orang tua Setelah Wafat

Amalan paling besar untuk berbuat baik kepada orang tua Anda ketika mereka berdua hidup ataupun setelah mereka wafat adalah: Anda mengahapalkan al-Quran.

Fahad Al-Kundari, imam masjid besar negara Kuwait, dan insya Allah recital Al-Qur’an beliau telah masyhur 26/9/2013 (Twitter : @fahadalkandri) - Twit Ulama

SHALAT TASBIH

Diantara shalat yang disyariatkan adalah shalat tasbih, yaitu seperti yang disebutkan di dalam hadits Ibnu Abbas رضي الله عنهما berikut ini.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِلْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ يَا عَبَّاسُ يَا عَمَّاهْ أَلاَ أُعْطِيْكَ أَلاَ أُمْنِحُكَ أَلاَ أُحِبُّوْكَ أَلاَ أَفْعَلُ بِكَ عَشْرَ خِصَالٍ إِذَا أَنْتَ فَعَلْتَ ذَلِكَ غَفَرَ اللهُ لَكَ ذَنْبَكَ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ قَدِيْمَهُ وَحَدِيْثَهُ خَطْأَهُ وَعَمْدَهُ صَغِيْرَهُ وَكَبِيْرَهُ سِرَّهُ وَعَلاَنِيَّتَهُ عَشَرَ خِصَالٍ أَنْ تُصَلِّيَ أَرْبَعَ رَكْعَاتٍ تَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وِسُوْرَةً فَإِذَا فَرَغْتَ مِنْ الْقُرْاءَةِ فِيْ أَوَّلِ رَكْعَةٍ وَأَنْتَ قَائِمٌ قُلْتَ سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ خَمْسَ عَشَرَةَ مَرَّةً ثُمَّ تَرْكَعُ فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ رَاكِعٌ عَشَرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ الرُّكُوْعِ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا ثُمَّ تّهْوِيْ سَاجِدًا فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ سَاجِدٌ عَشْرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ السُّجُوْدِ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا ثُمَّ تَسْجُدُ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا فَذَلِكَ خَمْسٌ وَسَبْعُوْنَ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ تَفْعَلُ ذَلِكَ فِيْ أَرْبَعِ رَكْعَاتٍ إِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ تُصَلِّيَهَا فِيْ كُلِّ يَوْمٍ مَرَّةً فَافْعَلْ فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِيْ كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّةً فَإِنْ لََمْ تَفْعَلْ فَفِيْ كُلِّ شَهْرٍ مَرَّةً فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُ فَفِيْ كُلِّ سَنَةِ مَرَّةً فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِيْ عُمْرِكَ مَرَّةً
Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Abbas bin Abdil Muththalib :”Wahai Abbas, wahai pamanku, maukah engkau jika aku memberimu ? Maukah engkau jika aku menyantunimu? Maukah engkau jika aku menghadiahkanmu? Maukah engkau jika aku berbuat sesuatu terhadapmu? Ada sepuluh kriteria, yang jika engkau mengerjakan hal tersebut, maka Allah akan memberikan ampunan kepadamu atas dosa-dosamu, yang pertama dan yang paling terakhir, yang sudah lama maupun yang baru, tidak sengaja maupun yang disengaja, kecil maupun besar, sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan. Sepuluh kriteria itu adalah : Hendaklah engkau mengerjakan shalat empat rakaat ; yang pada setiap rakaat engkau membaca surat al-Fatihah dan satu surat lainnya. Dan jika engkau sudah selesai membaca di rakaat pertama sedang engkau masih dalam keadaan berdiri, hendaklah engkau mengucapkan : (سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ ) subhanallah, walhamdulillah, walailaha illallah, wallahu akbar (Mahasuci Allah, segala puji bagi Allah, tidak ada Ilah (yang haq) selain Allah, dan Allah Maha Besar) sebanyak lima belas kali. Kemudian ruku, lalu egkau membacanya sepuluh kali sedang engkau dalam keadaan ruku. Lalu mengangkat kepalamu dari ruku seraya mengucapkannya sepuluh kali. Selanjutnya, turun bersujud, lalu membacanya sepuluh kali ketika dalam keadaan sujud. Setelah itu, mengangkat kepalamu dari sujud seraya mengucapkannya sepuluh kali. Kemudian bersujud lagi dan mengucapkannnya sepuluh kali. Selanjutnya, mengangkat kepalamu seraya mengucapkannya sepuluh kali. Demikian itulah tujuh puluh lima kali setiap rakaat. Dan engkau melakukan hal tersebut pada empat raka’at, jika engkau mampu mengerjakannya setiap hari satu kali, maka kerjakanlah. Dan jika engkau tidak bisa mengerjakannya setiap hari maka kerjakanlah setiap jum’at satu kali. Dan jika tidak bisa, maka kerjakanlah sekali setiap bulan. Dan jika tidak bisa, maka kerjakanlah satu kali setiap tahun. Dan jika tidak bisa juga, maka kerjakanlah satu kali selama hidupmu” Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah. [Hadits hasan lighairihi. Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam Kitaabush Shalaah, bab Shalaatut Tasbiih, (hadits no. 1297), an lafazh di atas adalah miliknya. Dan diriwayatkan oleh Ibnu Majah di dalam kitab Iqaamatush Shalaah wa Sunnah Fiihaa, bab Maa Jaa-a fii Shalaatit Tasbih, (hadits no. 1386)]

Dapat saya katakan, berikut ini beberapa manfaat yang berkaitan dengan hadits shalat tasbih.
Pertama : Khithab di dalam hadits ini ditujukan kepada Al-Abbas رضي الله عنهما, tetapi hukumnya berlaku umum, bagi setiap orang muslim. Sebab, landasan dasar dalam khithab Rasulullah ﷺ adalah umum dan tidak khusus.

Kedua : Sabda beliau di dalam hadits di atas : “Niscaya Allah akan memberikan ampunan kepadamu atas dosa-dosamu, yang pertama dan yang terakhir, lama dan baru, sengaja dan tidak disengaja, kecil maupun besar, sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan”, adalah sepuluh kriteria.
Jika ada yang mengatakan : “Sabda beliau ; Sengaja maupun tidak sengaja, kata al-khatha’ di sini berarti yang tidak berdosa.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau bersalah” [Al-Baqarah : 286]

Lalu bagaimana Allah menjadikannya termasuk ke dalam perbuatan dosa?
Jawabnya : Di dalam kata al-khatha’ itu terkandung kekurangan atau ketidak sempurnaan, sekalipun tidak mengandung dosa. Dan shalat ini memiliki pengaruh tersebut.

Ketiga : Di dalam kitab, At-Tanqiih Limma Jaa-a fii Shalaatit Tasbiih, dia mengatakan : “Ketahuilah, mudah-mudahan Allah merahmatimu, bahwa hadits-hadits yang menyuruh mengerjakan amal-amal yang mencakup pengampunan dosa seperti ini tidak semestinya bagi seorang hamba untuk bersandar kepadanya, lalu membebaskan dirinya untuk mendekati perbuatan dosa. Kemudian dia beranggapan, jika dia melakukan suatu perbuatan, niscaya semua dosanya akan diampuni. Dan ini merupakan puncak dari kebodohan dan kepandiran. Apa yang membuatmu yakin, hai orang yang tertipu, bahwa Allah akan menerima amalmu itu dan selanjutnya akan mengampuni dosa-dosamu? Sedang Allah Azza wa Jalla telah berfirman.

إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ

“Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertakwa” [Al-Ma’idah : 27]

Perhatikan dan camkanlah hal tersebut. serta ketahuilah bahwa pintu masuk syaitan ke dalam diri manusia itu cukup banyak. Berhati-hatilah, jangan sampai syaitan memasuki dirimu melalui pintu ini
Dan Allah telah menyifati hamba-hambaNya yang beriman sebagai orang-orang yang mengerjakan amal shalih serta senantiasa berusaha berbuat taat kepadaNya. Namun demikian, hati mereka masih saja gemetar dan khawatir jika amal mereka tidak diterima sehingga ditimpakan siksaan ke wajah mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ
“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka.
أُولَٰئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ
Mereka itu bersegera untuk melakukan kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya” [Al-Mu’minun : 60-61]

Dan apa yang kami kisahkan di dalam menafsirkan ayat ini merupakan pendapat mayoritas ahli tafsir
Di dalam kitab Al-Jaami (XII/132) Al-Qurthubi menyebutkan dari Al-Hasan, bahwasanya dia mengatakan : “Kami pernah mengetahui beberapa orang yang takut kebaikan mereka akan ditolak, (merasa) lebih prihatin daripada kalian yang tidak takut diadzab atas perbuatan dosa kalian”
Dan ketahuilah bahwa dosa-dosa yang berkaitan dengan hak-hak manusia tidak tercakup ke dalam hadits di atas. Namun demikian, suatu keharusan untuk mengembalikan hak kepada pemiliknya, serta bertaubat dari hal tersebut dengan taubat nasuha’. [At-Tanqiih Limaa Jaa-a Fii Shalaatit Tasbiih (hal.101-102)]

Keempat : Tidak disebutkan penetapan bacaan dalam rakaat-rakaat tersebut dan tidak juga penetapan waktu pelaksanaannya

Kelima: Lahiriyah hadits menyebutkan bahwa shalat tasbih itu dikerjakan dengan satu salam, baik malam hari maupun siang hari, sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-Qari di dalam kitab Al-Mirqaat dan Al-Mubarakfuri di dalam kitab At-Tuhfah (I/349).

Keenam : Yang tampak adalah bacaan dzikir yang diucapkan sepuluh kali sepuluh kali itu diucapkan setelah dzikir yang ditetapkan di tempatnya masing-masing. Artinya, di dalam ruku’ dzikir-dzikir itu dibaca setelah dzikir ruku yang diucapkan sebanyak sepuluh kali, dan setelah ucapan : Sami’allaahu liman hamidah, Rabbana lakal hamdu, dan juga berdiri dari ruku dibaca sebanyak sepuluh kali. Demikianlah, hal itu dilakukan di setiap tempat masing-masing.

Ketujuh : Jika melakukan kelupaan dalam shalat ini, lalu mengerjakan dua sujud sahwi, maka dia tidak perlu lagi mengucapkan tasbih sepuluh kali seperti sujud-sujud shalat lainnya

Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (II/350) dari Abdul Aziz bin Abi Razmah, dia bercerita, kukatakan kepada Abdullah Ibnul Mubarak :”Jika melakukan kelupaan dalam shalat itu, apakah dia perlu bertasbih sepuluh kali sepuluh kali di dalam dua sujud sahwi?” Dia menjawab :”Tidak, karena ia berjumlah tiga ratus kali tasbih” [risalah At-Tanqiih Limaa Jaa-a Fii Shalaatit Tasbiih (hal.100-107)]

[Disalin dari kitab Bughyatul Mutathawwi Fii Shalaatit Tathawwu, Edisi Indonesia Meneladani Shalat-Shalat Sunnah Rasulullah ﷺ, Penulis Muhammad bin Umar bin Salim Bazmul, Penerbit Pustaka Imam Asy-Syafi’i]

Sumber almanhaj.or.id

Larangan Mendatangi Dukun dan Ahli Nujum (2)

Shof’iyah binti Abi Ubaid menerima keterangan dari salah seorang isteri Nabi bahwa Nabi bersabda : Siapa yang datang kepada tukang tebak dan menanyakan sesuatu lalu dipercayainya, maka tidak diterima sholatnya empat puluh hari. (HR. Muslim).

Sebab kepercayaan kepada tebakan itu seolah-olah mendahului takdir atau membuka tirai ghaib, yang mana sudah tentu akan merusak kepada iman terhadap takdir dan ghaib yang menjadi hak Allah semata-mata.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 509.

Jumat, 13 Januari 2017

Membanggakan Keshalihan

Yahya bin Ma'iin rahimahullah berkata:

مَا رَأَيْتَ مِثْلَ أَحْمَدَ بْنَ حَنْبَلٍ صَحِبْنَاهُ خَمْسِيْنَ سَنَةً مَا افْتَخَرَ عَلَيْنَا بِشَيْءٍ مِمَّا كَانَ فِيْهِ مِنَ الصَّلاَحِ وَالْخَيْرِ

"Aku tidak pernah melihat yang seperti Ahmad bin Hanbal, kami bersahabat dengannya selama 50 tahun, sama sekali ia tidak pernah membanggakan sesuatupun yang merupakan kesholehan dan kebaikannya." (Hilyatul Auliyaa' 9/181)
----------
FP : Ma'had 'Umar bin Khattab Yogyakarta

Mensyukuri Nikmat Allah

Allah berfirman; “Syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (QS. an-Nahl : 114)

Sebagaimana nikmat yang diberikan adalah dari-Nya dan semata hanya karunia-Nya. Maka demikian juga mengingat dan bersyukur atas segala kenikmatan-Nya takkan bisa dilakukan kecuali karena taufik dari-Nya –Ibnul Qoyyim-

Dr. Shalih As-Sulthan, Dosen Fakultas Syariah Universitas Al-Qashim, Saudi Arabia  (Twitter : @_salehalsultan) - Twit Ulama

Sebuah Tanda dari Allah Ta'ala

Rambut mulai beruban, kulit mulai mengeriput, gigi mulai tanggal, mata mulai merabun...adalah sebagian peringatan Allah yang berulang-ulang agar kita tidak sombong dan lupa diri, agar tidak merasa kuat selalu, merasa hidup selalu, merasa hebat selalu...

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. Ar-Ruum : 54).

Sakit, lemah, letih, tua, keriput, dan lain-lain, semuanya peringatan bahwa engkau hanyalah sementara...
Sungguh merugi seseorang yang terus diberi peringatan akan tetapi ia tidak merasa sementara di dunia ini...

Firanda Andirja; 2 Januari 2015 M.

Haid

Di dalam al-Qur'an surat al-Baqarah (2) : 222, Allah ta'ala menasehati orang beriman untuk tidak "mendekati" isterinya selama masa haid :

وَيَسْـَٔلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ ۖ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا۟ النِّسَآءَ فِى الْمَحِيضِ ۖ وَلَا تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّىٰ يَطْهُرْنَ ۖ فَإِذَا تَطَهَّرْنَ فَأْتُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ أَمَرَكُمُ اللَّـهُ ۚ إِنَّ اللَّـهَ يُحِبُّ التَّوّٰبِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Dan mereka menanyakan kepadamu tentang haid. Katakanlah, "Itu adalah penyakit". Sebab itu hindarilah perempuan selama masa haid dan janganlah dekati mereka sebelum suci. Bila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. (222).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Anas dikemukakan bahwa orang-orang yahudi tiada mau makan bersama-sama ataupun mencampuri isterinya yang sedang haid, bahkan mengasingkan dari rumahnya. Para sahabat bertanya (dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما dan as-Suddi si penanya adalah Tsabit bin ad-Dahdah) kepada Nabi ﷺ tentang hal itu. Maka turunlah ayat tersebut diatas (QS. 2 : 222). Bersabda Nabi ﷺ : "Berbuatlah apa yang pantas dilakukan dalam pergaulan suami isteri, kecuali jima'". (HR. Muslim, Tirmidzi, al-Barudi dan Ibnu Jarir).

Tafsir Ayat
QS. 2 : 222. "Dan mereka menanyakan kepadamu tentang haid. ...". Para sahabat Rasulullah di Madinah bertanya bagaimana cara yang mesti dilakukan terhadap isteri yang sedang haid (datang bulan, menstruasi). Sementara kaum Muslimin di Madinah bertetangga dengan orang yahudi yang memiliki peraturan yang keras terhadap perempuan sebagaimana termaktub pada Perjanjian Lama, "Kitab Imamat Orang Lewi", pasal 15. Dari ayat 19 sampai ayat 24 diterangkan larangan mendekati perempuan sedang haid, sampai-sampai mereka mesti menyisihkan diri, terasing, segala yang didudukinya pun menjadi najis. Menjamah tempat tidurnya pun najis. Maka Allah ta'ala menyuruh nabi Muhammad ﷺ menjawab pertanyaan itu, ".... Katakanlah, "Itu adalah penyakit". ...". Artinya, di hari-hari perempuan itu sedang haid terganggulah keadaannya yang biasa. Atau kotorlah keadaannya pada waktu itu. ".... Sebab itu hindarilah perempuan selama masa haid dan janganlah dekati mereka sebelum suci. ...". Menjauhi dan jangan mendekati, yang dimaksud disini bukanlah supaya laki-laki benar-benar menjauh, sehingga sampai berpisah tempat. Al-Qur'an selalu memakai kata-kata yang halus berkenaan dengan persetubuhan. Jagalah jangan sampai, karena berdekat-dekat juga, syahwat tidak tertahan, lalu dilangsungkan juga persetubuhan. "....Bila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu sebagaimana yang diperintahkan Allah kepadamu. ...". Baru boleh didekati, setelah dia bersih, apabila dia telah bersuci dan berbuatlah sebagaimana lazimnya suami isteri. ".... Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri". Dengan jawaban ini tertolak kemusykilan bahwa di waktu haid perempuan itu najis, sebagaimana peraturan yang dipegang orang yahudi. Menurut ayat ini, seketika haid perempuan bukanlah najis, sebab di waktu itu tengah ada pembersihan dalam rahimnya, buat sedia lagi menerima sesudah haid.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 74.
Tafsir Al-Azhar Juzu' 2, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit PT. Pustaka Panjimas Jakarta, cetakan September 1987, halaman 197 - 198.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 63.

Kamis, 12 Januari 2017

Membaca Surat Yaasiin

Yang juga termasuk perbuatan bid’ah adalah berkeinginan untuk selalu membaca surat Yaa-siin pada malam Jum’at. Dalam hal itu, mereka menyebutkan satu hadits: “Barangsiapa membaca surat Yaasiin pada malam Jum’at, maka akan diberikan ampunan kepadanya”.  Syaikh al-Albani rahimahullahu mengatakan, “Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Ashbahani dan ia dha’if jiddan (sangat lemah sekali).” [Dha’if jiddan. Hal itu disampaikan oleh Syaikh al-Albani di dalam kitabnya, Dha’iif at-Targhiib (no. 450)]

[Disalin dari kitab kitab al-Kali-maatun Naafi’ah fil Akhthaa' asy-Syaai’ah, Bab “75 Khatha-an fii Shalaatil Jumu’ah.” Edisi Indonesia 75 Kesalahan Seputar Hari dan Shalat Jum’at, Karya Wahid bin ‘Abdis Salam Baali. Penerbit Pustaka Ibnu Katsir]

Selengkapnya di almanhaj.or.id    

Beristighfar Kunci Dekat Dengan Allah

“Karena itu mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, Sesungguhnya Tuhanku amat dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)”. (QS. Huud : 61). Semakin banyak Anda beristghfar, semakin dekat Anda kepada Allah. Astaghfirullah wa atuubu ilaih.

Dr. Abdullah bin Balqasim, lulusan S3 Universitas Darman, Sudan. 16/6/2013. (Twitter : @dr_Balgasem) - Twit Ulama 

Larangan Mendatangi Dukun dan Ahli Nujum (1)

‘Aisyah r.a. berkata : Beberapa orang bertanya kepada Nabi tentang dukun. Jawab Nabi : Mereka bukan apa-apa. Berkata mereka : Adakalanya mereka itu menceriterakan dan terjadi benar. Nabi bersabda : itu kalimat yang hak dicuri oleh Jin, maka disampaikan kepada dukun dan ditambah dengan seratus kalimat dusta. (HR. Buchary dan Muslim).

Dalam lain riwayat : ‘Aisyah r.a. berkata : Rasulullah ﷺ bersabda : Malaikat turun di awan dan menceriterakan hal-hal yang telah diputuskan di langit, dan didengar oleh Jin lalu disampaikan kepada dukun dengan ditambah seratus kata dustanya.

Jadi jangan sampai kita mempercayai kepada dukun seolah-olah telah mengetahui ghaib, sebab nyata bahwa itu raba-raba semata-mata.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 508.

Rabu, 11 Januari 2017

Manfaat Sedekah

Sedekah memiliki efek yang ajaib yaitu mengangkat musibah,menghindarkan dari penyakit ‘ain dan keburukan para pendengki. Kalaulah tidak ada dalil tentang itu selain pengalaman orang-orang terdahulu dan sekarang, maka cukuplah (menunjukkan besarnya manfaat sedekah -ed) Ibnul Qayyim رحمه الله.

Dr. Abdul ‘Aziz alu Abdul Latif, dosen Jurusan Aqidah Universitas Al Imam, anggota lembaga editorial dan pusat penelitian dan studi Majalah al-Bayan, 4/4/2016. (Twitter : @dralabdullatif) - Twit Ulama

Selasa, 10 Januari 2017

Haram Menangisi Mayyit dengan Suara (10)

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah bersabda : Dua macam dalam kelakuan manusia dapat menjerumuskan dalam kufur, yaitu menghinakan nasab turunan orang, dan menangisi mayyit sambil merintih, dan menghitung-hitung kebesaran kebaikan mayyit. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 507.

Jangan Lupa Jaga Lisan

Ada yang teringat bahwa shalat adalah cahaya, bahwa puasa adalah perisai, bahwa sedekah adalah bukti keimanan, namun dia terlupa bahwa seorang muslim sejati adalah ketika orang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.

Dr. Suleman Al-Ruba’i Kepala Jurusan Aqidah dan Madzhab Kontemporer Fakultas Syari’ah dan Ilmu Islam Universitas Qosiim. (Twitter : @sulemanalrobei) - Twit Ulama

Senin, 09 Januari 2017

Kekuatan Seorang Muslim

Siapa yang yakin dengan firman Allah, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (QS. al-Mukmin : 60). Maka dia harus berdoa untuk keluarga kita di Suriah, Myanmar dan berdoa agar Allah menolong para mujahid dan menyatukan mereka di atas kalimat kebenaran.

Dr. Yusuf al-Ahmad Dosen Fikih di Jurusan Syariah Universitas Ibnu Su’ud, Riyadh. 11/6/2013. (Twitter : @yusufalahmed) - Twit Ulama

Minggu, 08 Januari 2017

Kembalinya Earth Rune

Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate. Chris Lightfellow dan Ksatria Zexen yang lain berhasil mendekati tempat upacara, hingga muncul sosok Wyatt Lightfellow menghadang jalan mereka. Salome Harras mengingatkan Chris Lightfellow bahwa sosok Wyatt Lightfellow di depan mereka adalah palsu. Borus Redrum dan Percival Fraulein merangsek maju dan membatu. Leo Gallen pun segera merangsek maju dan membatu pula. Lalu Salome Harras dan Roland Lesaurus segera menyerang dan mereka pun membatu. Hingga tinggal berhadapan Wyatt Lightfellow KW dengan Chris Lightfellow. Wyatt Lightfellow KW itu meminta Chris Lightfellow menyerahkan rune-nya, tetapi ditolaknya. Sampai ketika Wyatt Lightfellow KW itu terus berusaha menguasai pikiran Chris Lightfellow, ia disadarkan bisikan lembut Yun akan besarnya cinta sang ayah, hingga membuatnya tersadar. Dan melawan hasutan Wyatt Lightfellow KW yang ternyata adalah Sarah.
Dengan kekuatan Water Rune-nya Chris Lightfellow melawan Earth Rune yang dipegang Sarah, sebuah rune yang bukan milik pemiliknya yang sah. Hingga terlepaslah Earth Rune itu dan kembali kepada sang pemilik, Sasarai, yang memang berada tak jauh dari tempat pertarungan itu. (sumber : Manga Gensō Suikoden III - The Successor of Fate 11, karya Aki Shimizu; Kadokawa Corporation; Tokyo Japan 2002).