"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Rabu, 31 Oktober 2012

Jadi PCL pun berlanjut

Pada tanggal 25 September 2012 sampai dengan 26 Oktober 2012, aku kembali mendapatkan kesempatan dari BPS Kota Semarang untuk membantu STKU 2012 pada triwulan ketiga menggantikan PCL sebelumnya yang mengundurkan diri. Meski tanpa bekal yang cukup terhadap program ini sebelumnya, karena tidak mulai dari awal. Pada triwulan ketiga ini mendapatkan tugas di wilayah 3374 33-74 dengan jenis usaha STKU-G (Perdagangan), STKU-H (Transportasi dan Pergudangan) dan STKU-K (Lembaga Keuangan Bukan Bank).
Survei Triwulanan Kegiatan Usaha (STKU) bertujuan untuk memperoleh data mengenai perkembangan margin perdagangan dan pengangkutan yang akan digunakan dalam penyusunan Produk Domestik Bruto (PDB) / Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sektor perdagangan.

YAHUDI MULAI CEMAS

Ajaran-ajaran Muhammad serta teladan dan bimbingan yang diberikannya telah meninggalkan pengaruh yang dalam sekali ke dalam jiwa orang, sehingga tidak sedikit orang yang berdatangan menyatakan masuk Islam, dan kaum Muslimin pun makin bertambah kuat di Medinah. Ketika itulah orang-orang Yahudi mulai memikirkan kembali posisi mereka terhadap Muhammad dan sahahat-sahabatnya. Mereka dengan dia telah mengadakan perjanjian. Mereka bermaksud ingin merangkulnya ke pihak mereka dan supaya ketahanan mereka bertambah kuat terhadap orang-orang Kristen. Dan dia lebih kuat dari mereka itu semua, ajarannya bertambah kuat. Malah sekarang ia memikirkan orang-orang Quraisy yang telah mengusirnya dan mengusir kaum Muhajirin dari Mekah serta godaan mereka terhadap kaum Muslimin yang dapat mereka goda dari agamanya. Adakah orang-orang Yahudi itu akan membiarkan dakwahnya terus tersebar dan kekuasaan rohaninya makin meluas, dengan cukup puas berada di sampingnya dalam aman sentosa yang berarti akan menambah keuntungan dan kekayaan dalam perdagangan mereka? Barangkali memang akan begitu kalau mereka yakin hahwa dakwahnya itu tidak akan sampai kepada orang-orang Yahudi sendiri dan tidak akan sampai meluas kepada orang-orang awam, sedang ajaran mereka yang berlaku ialah tidak akan mengakui adanya seorang nabi yang bukan dari Keluarga Israil.

ISLAMNYA ABDULLAH IBN SALLAM
Akan tetapi ada seorang rabbi yang cerdik-pandai, yaitu Abdullah bin Sallam yang telah berhubungan dengan Nabi, ia pun lalu memeluk Islam; dan dinjurkannya pula keluarganya. Lalu mereka pun bersama-sama memeluk agama Islam.
Tetapi Abdullah bin Sallam masih merasa kuatir akan ada kata-kata yang tidak biasa yang akan dilontarkan orang-orang Yahudi jika mereka mengetahui ia sudah menganut Islam. Maka dimintanya kepada Nabi untuk menanyai mereka tentang dirinya itu sebelum mereka mengetahui bahwa dia sudah Islam. Ternyata mereka berkata : Dia pemimpin kami, pendeta kami dan orang cerdik-pandai kami. Setelah Abdullah berhadapan dengan mereka dan sekarang jelas sudah sikapnya, bahkan mengajak mereka menganut ajaran Islam, mereka pun merasa kuatir akan nasibnya itu nanti. Maka di seluruh perkampungan Yahudi itu ia pun mulai difitnah dan diumpat dengan kata-kata yang tak senonoh. Dalam hal ini mereka lain sepakat akan berkomplot terhadap Muhammad menolak kenabiannya. Secepat itu pula sisa-sisa orang yang masih musyrik dari kalangan Aus dan Khazraj serta mereka yang pura-pura masuk Islam segera menggahungkan diri dengan mereka, baik karena mau mengejar keuntungan materi atau karena mau menyenangkan golongannya atau pihak yang berpengaruh.
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 214-215

LEWAT WAKTU DAN TERHALANG (1)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata ; “Pernah Rasulullah s.a.w. terhalang (untuk masuk Mekah), maka beliau mencukur rambutnya dan mencampuri isterinya dan menyembelih kurbannya, sehingga beliau ber’umrah di tahun mukanya”. Diriwayatkan oleh Bukhary.

Sebelum Makkah jatuh di tangan kaum Muslimin, beliau dihalangi oleh orang-orang Quraisy untuk masuk Makkah.
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 282.

TUNAIKAN AMANAT (4)

Abu Chubaib (Abdullah) bin Azzubair r.a. berkata : Ketika Azzubair sedang tegak berdiri dalam perang Al-jamal, tiba-tiba ia memanggil saya, lalu berkata : Anakku! Hari ini tiada seorang yang terbunuh melainkan ia dhalim (bersalah) atau madh-lum (teraniaya), dan saya merasa akan terbunuh madh-lum, dan yang sangat memberatkan padaku yalah hutangku, apakah kiranya hutang-hutang itu akan meninggalkan sisa dari kekayaanku?. (yakni : Apakah harta kekayaan kami dapat mencukupi untuk membayar semua hutang itu?). Kemudian ia berkata : Juallah semua kekayaan itu dan bayarkan hutang-hutangku, kemudian ia mewasiyatkan sepertiga dari hartanya, sedang sepertiganya dan sepertiga itu diwasiyatkan untuk cucuk-cucuknya yaitu putra-putra Abdullah bin Azzubair, yakni bila ada sisa dan yang sudah dibayarkan hutang, maka sepertiga dari sisanya itu diberikan kepada anak-anak dari Abdullah bin Azzubair, ketika itu putra-putranya ada sembilan putra dan sembilan putrid. Berkata Abdullah : Ayahku selalu berpesan tentang hutangnya dan berkata : Jika menghadapi kesukaran, maka minta bantuan kepada majikanku (maulaku). Berkata Abdullah : Sungguh saya tidak mengerti siapakah maulanya, sehingga saya bertanya : Siapakah maulamu? Jawabnya : Allah.
Maka ketika saya menghadapi kesukaran selalu saya berdo’a : Ya Maula Azzubair, tolong bayarlah hutangnya. Sehingga terbayarlah semuanya. Maka terbunuhlah Azzubair, dan tidak meninggalkan uang dinar atau dirham, hanya beberapa tanah di Ghobah dan sebelas rumah di Madinah dan dua rumah di Basrah, dan sebuah rumah di Kufah, dan sebuah rumah di Mesir. Sebenarnya hutang Azzubair itu, hanya karena orang datang kepadanya menitipkan uang. Kemudian oleh Azzubair ditolak dikatakan : Saya tidak suka dititipi kuatir kalau hilang, jadi lebih baik saya hutang. Juga Azzubair belum pernah menjadi Amir atau Amil yang menarik hasil dari suatu daerah, hanya biasa ia ikut ke luar dalam perang bersama Rasulullah, dan Abubakar dan Umar dan Usman r.a. Berkata Abdullah. Kemudian setelah saya hitung hutangnya, saya dapatkannya kira-kira = 2.200.000 (dua juta dua ratus ribu). Maka saya bertemu pada Hakim bin Hizam dan ia bertanya : Hai kemenakanku, berapakah hutang saudaraku? Saya sembunyikan sebagian dan saya katakana : hanya seratus ribu. Berkata Hakim : Demi Allah, saya rasa hartamu semua tidak cukup sekian banyaknya itu. Berkata Abdullah : Bagaimana kalau hutangnya sampai dua juta dua ratus ribu? Jawab Hakim : Saya fikir kamu tidak kuat memikul itu, tetapi kalau kamu merasa keberatan kamu minta bantuan kepadaku. Berkata Abdullah : Dan Azzubair dahulu membeli tanah Alghobah itu seharga seratus tujuh puluh ribu, kemudian Abdullah berkata : Siapa yang merasa menghutangi Azzubair harus datang kepada kami di Ghobah, maka datang Abdullah bin Dja’far yang menghutangi Azzubair empat ratus ribu, dan berkata kepada Abdullah bin Zubair : Kalau kamu suka saya berikan uang itu kepada kamu. Abdullah bin Zubair, berkata : Tidak. Kalau tidak undurkan saja saya biar yang lain-lain saja kau bayar lebih dahulu dan saya di belakang-belakang saja. Jawab Abdullah : Tidak. Berkata Abdullah bin Dja’far : Kalau begitu, berikan kepadaku bagian dari tanah di Ghobah ini. Jawab Abdullah : Baiklah, untukmu dari sini sampai sini. Kemudian Abdullah menjual sebagian dari padanya dan dapat membayar lunas hutang ayahnya semuanya, bahkan masih sisa empat bagian setengah. Maka pergilah Abdullah ke tempat Mu’awiyah, bertepatan di sana ada Amru bin Usman bin Affan dan Almundzir bin Azzubair dan Ibn Zam’ah. Maka Mu’awiyah bertanya : Berapa taksiran tanah di Gbobah? Jawab Abdullah : Tiap bagian seratus ribu. Berapa bagian sisanya? Jawab Abdullah : Empat setengah bagian. Maka berkata Almundzir : Saya ambil satu bagian dengan harga seratus ribu. Amru bin Usman berkata : Saya juga mengambil satu bagian dengan harga seratus ribu. Kemudian Ibn Zam’ah berkata : Saya juga ambil satu bagian dengan harga seratus ribu. Kemudian Mu’awijah bertanya : Berapa sisanya? Jawab Abdullah : Sisa satu bagian setengah.
Berkata Mu’awijah : Saya ambil dengan harga seratus lima puluh ribu. Kemudian Abdullah bin Dja’far menjual bagiannya kepada Mu’awijah dengan harga enam ratus ribu. Dan setelah selesai Abdullah bin Zubair membayar semua hutang ayahnya, maka ditagih oleh putra-putra Azzubair, supaya segera membagi waris mereka.
Jawab Abdullah : Demi Allah, saya tidak akan membagi warismu sebelum empat tahun, yang harus saya siarkan pada tiap musim. Siapa yang merasa mempunyai hutang di tangan Azzubair, hendaknya datang kepada kami, akan kami bayarnya. Maka tiap tahun Abdullah menyiarkan dalam tiap musim, sehingga selesai empat tahun, barulah ia membagi waris Azzubair, sesudah mengambil dari padanya sepertiga untuk wasiyat Azzubair. Dan Azzubair meninggalkan empat isteri masing-masing mendapat 1.200.000 (satu juta dua ratus ribu). Sehingga dihitung semua harta kekayaan Azzubair di waktu matinya 50.200.000 (lima puluh juta dua ratus ribu).
(HR. Buchary).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 214-218.

Selasa, 30 Oktober 2012

WASIAT ALI BIN ABI THALIB

Ketika Ali bin Abu Thalib tertikam oleh pembunuhnya, dia berkata : “Bagaimanakah keadaan penikam saya sekarang?” Orang-orang menjawab : “Kami sudah menahannya.” Dia berkata : “Berilah dia makan dari makananku dan berilah dia minuman dari minumanku. Nanti jika aku hidup, maka aku akan mnembuat perhitungan dengan dia dan jika aku mati, maka hukumlah dia dengan satu kali pancung dan jangan kalian menambahkan pula hukuman untuknya.”
Kemudian dia berwasiat kepada putranya al-Hasan r.a. untuk memandikannya dan agar dia tidak memakaikan kepadanya kain kafan yang mahal. Dia berkata : “Sesungghunya aku telah mendengar Rasulullah saw. Bersabda : ”Janganlah kamu memakaikan kain kafan yang mahal-mahal harganya karena ia akan cepat hancur.” Dan iringilah mayatku antara dua jalan, jangan terlalu cepat dan jangan pula terlalu pelan karena dengan berjalan cepat itu, jika aku beramal baik, maka berarti kalian telah menyegerakan aku kepada kebaikanku itu dan jika amalku buruk, maka berarti kalian telah melemparkan aku dari bahu kalian kepada keburukanku.”
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 87-88.

SIFAT IBADAT HAJI DAN MASUK MEKAH (13)

Dari Ibnu Zubair r.a., ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : Sholat di mesjidku ini lebih utama daripada seribu sholat di lain-lain mesjid, kecuali Masjidil Haram; dan sholat di Masjidil Haram adalah lebih utama dari seratus sholat di mesjidku ini”. Diriwayatkan oleh Ahmad dan disahkan oleh Ibnu Hibban.
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 281-282.

TUNAIKAN AMANAT (3)

Hudzaifah dan Abu-Hurairah r.a. keduanya berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Allah akan mengumpulkan semua manusia, maka berdirilah kaum Mu’minin di dekat sorga, maka pergilah mereka kepada nabi Adam a.s. minta bantuannya : Wahai ayah mintakan untuk kami supaya dibukakan pintu sorga. Jawab Adam : Adakah yang mengeluarkan kamu dari sorga, selain dosa ayahmu ini? Maka bukanlah saya yang berhak untuk itu, pergilah kamu kepada putraku Ibrahim khalilullah a.s. Maka pergilah mereka kepada Nabi Ibrahim a.s. Jawab Nabi Ibrahim : Bukan saya yang berhak untuk itu, saya sebagai khalilullah di belakang-belakang, pergilah kamu kepada Musa a.s. yang telah berbicara langsung dengan Allah. Maka pergilah mereka kepada Musa a.s. Jawab Musa a.s. : itu bukan bagianku, pergilah kamu kepada Isa kalimatullah. Jawab Isa : itu bukan bagianku. Maka pergilah mereka kepada Nabi Muhammad s.a.w. Maka berdirilah Nabi Muhammad s.a.w. dan diizinkan baginya, kemudian dilepaskan amanat dan rahim (kerabat/famili) berdiri di kanan kiri shirat (jembatan yang menuju ke sorga). Maka menyebranglah bagian pertama bagaikan kilat. Abu Hudzaifah bertanya : Bagaikan kilat? Jawab Nabi : Tidakkah kamu melihat lalu lintasnya sekejap mata. Kemudian bagian kedua, bagaikan kecepatan terbang burung, kemudian bagaikan lari orang yang sangat kencang, dan semua itu dilarikan oleh ‘amal perbuatan mereka sendiri, sedang Nabimu (Nabi Muhammad s.a.w,) ketika itu berdiri di atas shirat sambil berdo’a: Robbi sallim sallim (Ya Tuhan selamatkan-selamatkan), hingga (sampai giliran pada orang-orang yang) lemah ‘amal perbuatan kebaikannya, sehingga orang itu tidak dapat berjalan kecuali merangkak-rangkak (ngesot), sedang di tepi kanan kiri shirat ada bantolan yang diperintah untuk mengambil orang-orang yang harus diambilnya, maka ada yang luka tetapi selamat, dan ada yang tersungkur ke dalam neraka. Abu Hurairah berkata : Demi Allah yang jiwa Abu Hurairah ditangan-Nya, dasar neraka jahannam itu dalamnya sejauh tujuh puluh tahun menurun (ke bawah). (HR. Muslim).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 212-214.

Senin, 29 Oktober 2012

MENAHAN DIRI DARI MAKANAN DAN PAKAIAN

Di sini Muhammad adalah contoh kekuatan jiwa yang ideal sekali atas kehidupan ini, suatu kekuatan yang membuat dia sudah tidak peduli lagi akan memberikan segala yang ada padanya kepada orang lain. Itu sebabnya sampai ada orang yang mengatakan : Dalam memberi Muhammad sudah tidak takut kekurangan. Dan supaya jangan ada sesuatu dalani hidup ini yang dapat menguasainya, sebaliknya dia yang harus menguasai maka ia keras sekali menahan diri dalam arti hidup materi, sama kerasnya dengan keinginannya hendak mengetahui segala rahasia yang ada dalam hidup materi itu, ingin mengetahui hakekat sesungguhnya tentang semua itu. Begitu jauhnya ia menahan diri sehingga lapik tempat dia tidur hanya terdiri dari kulit yang diisi dengan serat. Makannya tak pernah kenyang. Tak pernah ia makan roti dan tepung sya’ir’ (Sya’ir termasuk famili Graminea yang mungkin lebih dekat kepada jenis jelai daripada gandum) dua hari berturut-turut. Sebagian besar makannya adalah bubur (Sawiq semacam bubur dibuat dari gandum atau jelai dicampur dengan kurma). Pada hari-hari yang lain ia makan kurma. Jarang sekali ia dan keluarganya dapat makanan roti sop (Tharid biasanya hidangan roti yang dibasahi dengan kuah kaldu dan daging). Bukan sekali saja ia harus menahan lapar. Sudah pernah perutnya diganjal dengan batu untuk menahan teriakan rongga pencernaannya itu.
Itulah yang sudah biasa dikenal tentang makannya, meskipun ini tidak berarti ia pantang sekali-sekali makan makanan yang enak-enak. Juga ia dikenal suka sekali makan kaki anak kambing, labu, madu dan manisan.
Begitu juga kesederhanaannya dalam hal pakaian sama seperti dalam makanan. Suatu hari ada seorang wanita memberikan sehelai pakaian kepadanya yang memang diperlukan. Tetapi kemudian diminta oleh orang lain yang juga memerlukannya guna mengafani mayat. Pakaian itu diberikannya. Pakaiannya yang dikenal terdiri dari sebuah baju dalam dan baju luar, yang terbuat dari wol, katun atau sebangsa serat. Tetapi sekali-sekali ia tidak menolak memakai pakaian dari tenunan Yaman sebagai pakaian yang mewah sesuai dengan acara bila memang menghendaki demikian. Juga alas kaki yang dipakainya sederhana sekali. Tak pernah ia memakai sepatu selain waktu mendapat hadiah dari Najasyi berupa sepasang sepatu dan seluar.
Sungguhpun begitu dalam hal menahan diri dari menjauhi masalah duniawi bukanlah berarti ia hidup menyiksa diri. Cara ini juga tidak sesuai dengan ajaran agama. Dalam Quran dapat dibaca : “Makanlah dan makanan yang baik yang sudah Kami berikan kepadamu.” (QS. 2 : 57)
“Dan tempuhlah kebahagiaan akhirat seperti yang dianugerahkan Allah kepadamu, tapi juga jangan kau lupakan kebahagiaan hidup duniawi. Dan berbuatlah kebaikan kepada orang lain seperti Allah telah berbuat baik kepadamu.” (QS 28 : 77)
Dan dalam hadits : “Berbuatlah untuk duniamu seolah kau akan hidup selama-lamanya, dan berbuat pula untuk akhiratmu seolah-olah kau akan mati besok.”
Akan tetapi Muhammad ingin memberikan teladan yang begitu tinggi kepada manusia tentang anti kekuatan dalam menghadapi hidup itu, suatu kekuatan yang tak dapat dipengaruhi oleh perasaan lemah, tak dapat diperbudak oleh kekayaan, oleh harta-benda, oleh kekuasaan atau oleh apa saja yang akan menguasainya, selain Allah. Persaudaraan yang didasarkan kepada kekuatan, yang manifestasinya telah diberikan oleh Muhammad sebagai teladan tertinggi seperti yang sudah kita lihat itu, adalah persaudaraan murni yang sungguh ikhlas dan mulia, suatu persaudaraan yang bersih samasekali. Sebabnya ialah karena adanya rasa keadilan yang terjalin dalam kasih-sayang dan karena yang bersangkutan hanya didorong oleh kemauan sendiri yang bebas mutlak. Tetapi, oleh karena Islam menyertakan rasa keadilan di samping rasa kasih-sayang itu, maka ia juga menyertakan maaf di samping keadilan itu, maaf yang dapat diberikan bila mampu. Rasa kasih-sayang demikian itu hendaklah dengan hati terbuka dan benar-benar, dan hendaklah dengan tujuan mau mencapai perbaikan yang sungguh-sungguh.

SUNAH MUHAMMAD
Inilah dasar yang telah diletakkan oleh Muhammad dalam membangun peradaban baru itu, yang dengan jelas tersimpul dalam cerita yang diambil dari Ali bin Ahi Talib ketika ia bertanya kepada Rasulullah tentang sunahnya, dengan dijawab :
“Ma’rifat adalah modalku, akal pikiran sumber agamaku, cinta adalah dasar hidupku, rindu kendaraanku, berzikir kepada Allah adalah kawan dekatku, keteguhan perbendaharaanku, duka adalah kawanku, ilmu adalah senjataku, ketahahan adalah pakaianku, kerelaan sasaranku, faqir adalah kebanggaanku, menahan diri adalah pekerjaanku, keyakinan makananku, kejujuran perantaraku, ketaatan adalah ukuranku berjihad perangaiku dan hiburanku adalah dalam sholat.”
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 212-214

SIFAT IBADAT HAJI DAN MASUK MEKAH (12)

Dari Aisyah r.a. ; “Bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Thawaf kamu di Baitullah dan sa’imu antara Shafa dan Marwah, cukup buat hajimu dan ‘umrahmu”. Diriwayatkan oleh Muslim.

Dari Ibnu Abbas r.a. : “Bahwasanya Nabi s.a.w. tidak berlari-lari kecil pada tujuh keliling dalam thawaf ifadlah”
. Diriwayatkan oleh Imam yang Lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi, Nasa’i) kecuali Tirmidzi dan disahkan oleh Hakim.

Dari Anas r.a. ; “Bahwasanya Nabi s.a.w. sholat Dhuhur, ‘Ashar, Maghrib dan ‘Isya’, kemudian tidur sebentar di Muhasshab, kemudian naik kendaraan menuju Baitullah, kemudian thawaf padanya”.
Diriwayatkan oleh Bukhary.

Dari ‘Aisyah r.a. ; “Bahwasanya ia tidak pernah berbuat demikian (yakni singgah di Abthah), tapi Rasulullah s.a.w. singgah di Abthah, karena ia adalah suatu tempat yang paling mudah bagi beliau keluar.
Diriwayatkan oleh Muslim.

Singgah di Abthah ini bukan suatu ibadat, tapi singgahnya Rasulullah s.a.w. di sana itu hanyalah untuk memudahkan beliau pulang ke Madinah.

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata ; “Orang-orang diperintahkan agar menjadikan urusan mereka yang terakhir (dalam ibadah haji) dengan thawaf di Baitullah, tapi wanita yang haidl diberikan kelonggaran”
. Muttafaq ‘alaih (HR. Bukhary dan Muslim).
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 280-281.

SIFAT IBADAT HAJI DAN MASUK MEKAH (11)

Dari Abu Bakrata r.a., ia berkata ; “Rasulullah s.a.w. berkhotbah pada kami di hari Nahr”. Alhadist, Muttafaq ‘alaih.

Dari Sarra binti Nabhan r.a., ia berkata ; Rasulullah saw. berkhotbah pada kami di hari Ru-us, dan beliau bersabda : “Bukankah ini pertengahan hari-hari tasyriq?”
Alhadits, diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanad yang hasan.

Hari ru-us, ialah hari kedua dari hari Nahr, (tanggal 12)
---------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 280.

TUNAIKAN AMANAT (2)

Hudzaifah bin Aljaman r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. telah menceriterakan kepada kami dua hadits (kejadian), saya telah melihat kenyataan (kejadian) yang pertama, dan sedang menanti yang kedua.
Pertama : Nabi s.a.w. menceriterakan ketika amanat masih kuat dalam lubuk hati manusia, kemudian turunlah Qur’an, maka mereka mempelajari Qur’an dan sunnaturrasul, dan sungguh patuh melaksanakan amanat yang terkandung di dalamnya.
Kedua : Nabi menceritakan hal terangkatnya amanat dari hati manusia. Berkata : Seorang tidur maka tercabutlah amanat dari hatinya hingga tinggal bekas yang sangat sedikit. Kemudian ia tidur maka tercabut pula sisa bekas amanat itu, sehingga tinggal bagaikan belulang (kapalan), bagaikan api yang terinjak oleh kakimu kemudian bengkak padahal tiada berisi apa-apa. Kemudian Nabi mencontohkan dengan mengambil batu, lalu dipijak dengan kakinya. Maka setelah itu orang-orang seperti biasa berbai’at, (berjual beli) tetapi tidak terdapat lagi orang yang jujur (amanat). Sehiagga disebut-sebut : Di sana pada Bani Fulan masih ada seorang yang amanat (dapat dipercaya), lalu dipuji : Alangkah tabah, sabar, peramah dan cerdiknya. Padahal dalam hati orang yang dipuji itu tidak ada sedikitpun dari iman, walau seberat biji sawi daripada iman. Kemudian Hudzaifah berkata : Sungguh saya telah mengalami suatu masa, di mana saya tidak pilih-pilih orang dalam berbai’at, bila ia seorang muslim ia patuh ta’at pada agamanya bila ia seorang keristen atau Yahudi ia takut pada hukum negara. Adapun kini, maka saya tidak dapat mempercayai dalam berbai’at kecuali pada Fulan (satu dua orang) saja.
(HR. Buchary dan Muslim)
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 211-212.

Minggu, 28 Oktober 2012

WASIAT USMAN BIN AFFAN R.A.

Ketika Usman bin Affan telah meninggal dunia, ada sebagian orang yang memeriksa kamar simpanan barang-barangnya. Di dalamnya ditemukan sebuah lemari dan di dalam lemari itu terdapat sebuah kotak yang berisikan sebuah kertas yang bertuliskan :
“Inilah wasiat Usman bin Affan :
Bismillahirrahmanirrahim
Usman bin Affan bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Tunggal, bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan Rasul-Nya shallailahu ‘alaihi wasallam, bahwa surga adalah kenyataan yang benar dan bahwa neraka adalah kenyataan yang benar. Dan sesungguhnya Allah akan membangkitkan orang-orang yang berada di dalam kubur yang tidak ada keraguan sedikit pun padanya. Sesungguhnya Allah sama sekali tidak akan mengingkari janji-Nya. Di atas persaksian inilah dia (Usman) hidup dan di atasnya dia mati dan di atasnya pula dia akan dibangkitkan, insya Allah ‘azza wajalla.”
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 87.

SIFAT IBADAT HAJI DAN MASUK MEKAH (10)

Dari Ibnu Umar r.a.; “Bahwasanya ‘Abbas bin Abdulmuthalib minta izin kepada Rasulullah s.aw, untuk bermalam di Mekah beberapa malam Mina (yang seharusnya bermalam di Mina) lantaran adanya tugas pemberian minuman bagi Jama’ah Hajji. (Dahulu pemberian minuman bagi jama’ah haji diserahkan kepada keluarga Rasulullah s.a.w., dan tugas ini diserahkan kepada ‘Abbas bin Abdulmuthallib.

Dari ‘Ashim bin ‘Ady r.a. ; “Bahwasanya Rasulullah s.a.w. memberi kelonggaran kepada penggembala-penggembala unta bermalam di luar Mina; mereka melontar di hari Nahr (hari kesepuluh), lalu mereka melontar untuk dua hari, (hari kesebelas dan keduabelas), kemudian mereka melontar di hari Nafar (hari keempatbelas)”.
Diriwayatkan oleh Imam yang Lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi, Nasa’i) dan disahkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Hibban.
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 279.

TUNAIKAN AMANAT (1)

Abu Hurairah r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Tanda orang munafiq itu tiga. Jika berkata-kata dusta, dan jika berjanji menyalahi, dan jika dipercaya khiyanat (cidra). (HR. Bukhary dan Muslim).

Dalam lain riwayat ada tambahan : Walau ia puasa dan sholat dan mengaku diri seorang Muslim.

Nifaq atau Munafiq ialah orang yang lahirnya Islam (Muslim) sedang batinnya kafir, bertentangan antara lahir dengan batin, karena itu Rasulullah melukiskannya dengan tiada kejujuran dalam semua halnya, baik kata-kata maupun perbuatannya. Maka walaupun ia masih tetap mengaku Muslim dengan sholat dan puasanya, namun sifat nifaq atau sebutan munafiq tak terlepas dari padanya, selama sifat-sifat tidak jujur itu belum terhapus daripadanya.
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 210.

Sabtu, 27 Oktober 2012

KESAYANGANNYA KEPADA BINATANG

Kebaikan dan kasih-sayang yang sudah menjadi sendi persaudaraan itu, yang dalam peradaban dunia modern sekarang juga menjadi dasar bagi seluruh umat manusia, tidak hanya terhatas sampai di situ saja, melainkan melampaui sampai kepada binatang juga. Dia sendiri yang bangun membukakan pintu untuk seekor kucing yang sedang berlindung di tempat itu. Dia sendiri yang merawat seekor ayam jantan yang sedang sakit; kudanya dielus-elusnya dengan lengan bajunya. Bila dilihatnya Aisyah naik seekor unta, karena menemui kesukaran lalu binatang itu ditarik-tariknya, ia pun ditegurnya : “Hendaknya kau berlaku lemah-lembut.”
Kasih-sayangnya itu meliputi segala hal, dan selalu memberi perlindungan kepada siapa saja yang memerlukannya.

PERSAUDARAAN ATAS DASAR KEADILAN DAN KASIH-SAYANG
Tetapi ini bukan sikap kasih-sayang karena lemah atau mau menyerah, juga bersih dari segala sifat mau menghitung jasa atau sikap tinggi hati. Ini adalah persaudaraan dalam Tuhan antara Muhammad dengan semua mereka yang berhubungan dengan dia. Di sinilah dasar peradaban Islam yang berbeda dengan sebagian besar peradaban-peradaban lain. Islam menekankan pada keadilan di samping persaudaraan itu, dan berpendapat bahwa tanpa adanya keadilan ini persaudaraan tidak mungkin ada.
“Barangsiapa menyerang kamu, seranglah dengan yang seimbang, seperti mereka menyerang kamu.“ (QS 2 : 194)
“Dengan hukum qishash berarti kelangsungan hidup bagi kamu, hai orang-orang yang mengerti.“ (QS. 2 : 179)
Sifatnya harus untuk mempertahankan jiwa semata-mata dengan kemauan yang bebas sepenuhnya dan untuk mencari rida Tuhan tanpa ada maksud lain. Itulah sumber persaudaraan yang meliputi segala kebaikan dan kasih-sayang. Ini harus bersumber juga dari jiwa yang kuat, tidak mengenal menyerah selain kepada Allah, dan dengan ketaatan kepada-Nya ia tidak pula merasa lemah. Tak ada rasa takut akan menyelinap ke dalam hatinya kecuali dan perbuatan maksiat atau dosa yang dilakukannya. Dan jiwa itu tidak akan jadi kuat kalau ia masih di bawah kekuasaan yang lain dan tidak akan jadi kuat kalau ia masih di bawah kekuasaan hawa nafsunyu. Muhammad dan sahabat-sahabatnya telah hijrah dan Mekah supaya jangan berada di bawah kekuasaan Quraisy dan jangan ada jiwa mereka yang akan jadi lemah karenanya. Jiwa itu akan menyerah kepada kekuasaan hawa nafsu kalau sudah jasmani yang dapat berkuasa ke dalam rohani dan akal pikiran dapat dikalahkan oleh kehendak nafsu. Dan akhirnya kehidupan materi ini juga yang dapat menguasai hidup kita padahal kita sudah tidak memerlukan yang demikian, sebab ini memang sudah berada di bawah kekuasaan kita.
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 210-212

SIFAT IBADAT HAJI DAN MASUK MEKAH (9)

Dari Miswar bin Mukhramah r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. pernah menyembelih sebelum bercukur, dan beliau menyuruh shahabat-shahabatnya demikian”. Diriwayatkan oleh Bukhary.

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda : “Tidak wajib bercukur bagi wanita, hanya wajib baginya menggunting rambut saja”. Diriwayatkan oleh Abu Daud dengan sanadnya yang hasan.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 276-277.

BERAT SIKSA

Abu Zaid (Usamah) bin Zaid bin Haritsah r.a. berkata : Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Seorang dihadapkan di hari qiyamat. Kemudian dilemparkan ke dalam neraka, maka keluar usus perutnya, Lalu berputar-putar di dalam neraka bagaikan himar yang berputar di sekitar penggilingan maka berkerumun ahli neraka padanya sambil bertanya : Hai Fulan, mengapakah engkau, tidakkah kau dahulu menganjurkan kebaikan dan mencegah mungkar? Jawabnya : Benar, aku dahulu menganjurkan kebaikan, tetapi tidak saya kerjakan, dan mencegah mungkar tetapi saya kerjakan. (HR. Buchary dan Muslim)
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 208.

Jumat, 26 Oktober 2012

WASIAT UMAR BIN KHATHTHAB

Ibnu Umar berkata : “Ketika Umar tertikam, kepalanya aku letakkan di pangkuanku. Kemudian dia berkata : Letakkan kepalaku di atas tanah!’ Akan tetapi, pada saat itu aku tidak melakukannya, karena aku menyangka bahwa dia mengatakan semacam ungkapan keluhan rasa sakit. Kemudian dia berkata dengan tegas : Wahai anakku, letakkan kepalaku di atas tanah! Celakalah aku dan ibuku sekiranya Allah tidak memberi ampunan kepadaku.”
Pada saat dia akan meninggal dunia, al-Mughirah bin Syu’bah berkata kepadanya : “Selamat dengan kesenangan surga untukmu, wahai Amirul Mukminin.” Dia menjawab : “Bagaimana kamu tahu?” Demi yang diriku di Tangan-Nya, sekiranya aku mempunyai kekayaan dari timur sampai ke barat, sungguh aku akan menebus surga itu dengannya dari dahsyatnya permulaan ini.”
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 86.

SIFAT IBADAT HAJI DAN MASUK MEKAH (8)

Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash r.a.; “Bahwasanya Rasulullah s.a.w. berdiri di Haji Wada”. Maka mulailah orang-orang bertanya kepadanya, seorang laki-laki bertanya : “Saya tidak sadar lalu saya bercukur sebelum menyembelih?” Beliau bersabda : “Sembelihlah, tidak apa-apa”. Lalu datang yang lainnya, dan berkata : “Saya tidak sadar, lalu saya menyembelih sebelum melontar?”. Rasulullah s.a.w. bersabda : “Lontarlah dan tidak apa-apa”. Maka tidak ada yang ditanyakan di hari itu tentang yang didahulukan dan diakhirkan, melainkan jawabannya : “Kerjakanlah, tidak apa-apa”. Muttafaq ‘alaih (HR. Bukhary dan Muslim).
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 276-277.

NASIHAT (2)

Djarir bin Abdullah Albadjaly r.a. berkata : Saya telah berbai’at kepada Rasulullah s.a.w. atas tetap menegakkan sholat dan mengeluarkan zakat dan nasihat baik kepada sesama muslim. (HR. Buchary dan Muslim).

Jujur dan ikhlas dalam pergaulan, tidak berlaku curang terhadap sesama muslim.

Anas r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Tiada sempurna iman salah satu kamu, sehingga kasih sayang pada sesama muslim, sebagaimana ia kasih pada dirinya sendiri.  (HR. Buchary dan Muslim).

Hadits ini telah mencakup segala maksud tujuan yang baik dari rencana sosialisme dengan menghindari segala kejahatan-kejahatan mereka, sebab hadits ini memulai perbaikan dan hak persamaan dari dalam jiwa, karena mengerti benar-benar bahwa semua amal perbuatan yang tidak terdorong oleh kebaikan dalam jiwa, pasti akan sia-sia dan gagal serta membahayakan akibatnya. Sebaliknya sesuatu yang memang ter dorong oleh kebaikan jiwa, pasti akan berhasil baik. Sebagai mana telah dibuktikan oleh sejarah ummat Islam di masa keemasanya. Sengaja oleh Rasulullah sifat ini dimasukkan dalam kesempurnaan iman, sebab iman itu merupakan kesadaran, kesadaran tentang kejadian diri sendiri dan kedudukan dalam pergaulan masyarakat bersama. Karena itu Islam mengajarkan supaya tidak berhari raya sebelum mengeluarkan zakat fitrah untuk fakir miskin, atau jangan berhari raya sebelum menyediakan kurban ud-hiyahnya.
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 194.

Kamis, 25 Oktober 2012

AKHLAK DAN BUDI PEKERTINYA

Bukan hanya kata-katanya itu saja yang menjadi sendi ajaran adanya persaudaraan demikian itu, yang dalam peradaban Islam merupakan bagian yang penting sekali, melainkan juga perbuatan serta teladan yang diberikannya adalah contoh persaudaraan dalam bentuknya yang benar-benar sempurna. Dia adalah Rasulullah Utusan Allah; tapi tidak mau ia menampakkan diri dalam gaya orang berkuasa, atau sebagai raja atau pemegang kekuasaan duniawi. Kepada sahahat-sahahatnya ia berkata : ”Jangan aku dipuja, seperti orang-orang Nasrani memuja anak Mariam. Aku adalah hamba Allah. Sebutkan sajalah hamba Allah dan Rasul-Nya.”
Sekali pernah Ia mendatangi sekelompok sahahat-sahahatnya sambil bertelekan pada sebatang tongkat. Mereka berdiri menyambutnya. Tapi dia berkata : “Jangan kamu berdiri seperti orang-orang asing yang mau saling diagungkan.”
Apabila ia mengunjungi sahabat-sahabatnya ia pun duduk di mana saja ada tempat yang terluang. Ia bergurau dengan sahabat-sahabatnya, bergaul dengan mereka, diajaknya mereka bercakap-cakap, anak-anak mereka pun diajaknya bermain-main dan didudukkannya mereka itu di pangkuannya. Dipenuhinya undangan yang datang dari orang merdeka atau dari si budak dan si miskin. Dikunjunginya orang yang sedang sakit, yang jauh tinggal di sana, di ujung kota. Orang yang datang minta maaf dimaafkannya. Dan ia yang memulai memberi salam kepada orang yang dijumpainya. Ia yang lebih dulu mengulurkan tangan menjabat sahabat-sahabatnya. Apabila ada orang yang menunggu ia sedang sholat, di percepatnya sholatnya lalu ditanyanya orang itu akan keperluannya. Sesudah itu kembali lagi ia meneruskan ibadatnya. Baik hati ia kepada setiap orang dan selalu senyum. Dalam rumah tangga, Ia ikut memikul beban keluarga : ía mencuci pakaian, menambalnya dan memerah susu kambing. Ia juga yang menjahit terompahnya, menolong dirinya sendiri dan mengurus unta. Ia duduk makan bersama dengan bujang, ía juga mengurus keperluan orang yang lemah, yang menderita dan orang miskin. Apabila ia melihat seseorang yang sedang dalam kebutuhan ia dan keluarganya mengalah, sekalipun mereka sendiri dalam kekurangan, tak ada sesuatu yang disimpannya untuk besok; sehingga tatkala ia wafat baju besinya sedang tergadai di tangan seorang Yahudi — karena untuk keperluan belanja keluarganya, Sangat rendah hati ia, selalu memenuhi janji. Tatkala ada sebuah delegasi dari pihak Najasi datang, dia sendiri yang melayani mereka, sehingga sahabat-sahabat menegurnya : “Sudah cukup ada yang lain,” kata sahahat-sahabatnya itu.
“Mereka sangat menghormati sahabat-sahabat kita,” katanya. “Saya ingin membalas sendiri kebaikan mereka.”
Begitu setianya ia, sehingga bila ada orang menyebut nama Khadijah, selalu menimbulkan kenangan yang indah baginya. Di sinilah Aisyah berkata : “Saya tidak pernah iri hati terhadap seorang wanita seperti terhadap Khadijah, bilamana saja mendengar ia mengenangkannya. Ketika ada seorang wanita datang, ia menyambutnya begitu gembira dan ditanyainya baik-baik. Bila wanita itu sudah pergi, ia berkata : “Ketika masih ada Khadijah ia suka mengunjungi kami. Bahwa mengingat hubungan baik masa lampau adalah termasuk iman.”
Begitu halusnya perasaannya begitu lembutnya hatinya, ia membiarkan cucunya bermain-main dengan dia ketika ia sholat. Bahkan ia sholat dengan Umama, putri Zainab putrinya, sambil dibawa di atas bahunya; bila ia sujud diletakkan bila ia berdiri dibawanya lagi.
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 209-210

SIFAT IBADAT HAJI DAN MASUK MEKAH (7)

Dari Abdullah bin Mas’ud r.a.; Bahwasanya ia jadikan Baitullah di sebelah kirinya dan Mina di sebelah kanannya, lalu ia melemtarkan Jumrah dengan tujuh batu kecil, dan ia berkata: “Inilah cara berdirinya (Nabi s.a.w.) yang diturunkan kepadanya surat Al-Baqarah”. Muttafaq ‘alaih.

Dari Jabir r.a., ia berkata ; “Rasulullah s.a.w. melontarkan Jumrah di hari Nahr waktu dluha, adapun sesudah itu beliau melontar apabila matahari condong”
. Diriwayatkan oleh Muslim.

Dari Ibnu Umar r.a; “Bahwasanya ia pernah melontar Jumrah Shughra dengan tujuh batu kecil, bertakbir tiap-tiap mengiringi batu, kemudian ia maju, kemudian ke tempat yang rata, lalu berdiri menghadap qiblat, kemudian berdo’a dan mengangkat dua tangannya, dan ia berdiri lama; kemudian ia melontar Jamratul Wustha, kemudian ía pergi ke kiri lalu ke tempat yang rata dan menghadap qiblat, lalu mendo’a sambil mengangkat dua tangannya, dan berdiri lama; kemudian ia melontar Jamrotal Aqabah dari tengah-tengah lembah, tapi ia tidak berdiri di situ, kemudian ia kembali dan berkata ; “Demikianlah saya lihat yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w.”
. Diriwayatkan oleh Bukhary.

Padanya r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Ya Allah, rahmatilah orang-orang yang bercukur”. Mereka berkata : “Dan yang menggunting rambut ya Rasulullah”. Beliau berkata pada ketiga kalinya : “Dan yang menggunting rambut”
. Muttafaq ‘alaih (HR. Bukhary dan Muslim).

Yakni sehabis ibadah haji. Laki-laki bertahallul dengan mencukur kepalanya atau menggunting sebahagian rambutnya. Perempuan bertahallul dengan menggunting sebahagian rambutnya saja tidak boleh dicukur.
---------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 276-277.

NASIHAT (1)

Abu Ruqayyah (Tamim) bin Aus Addary r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Agama itu nasihat. Kami bertanya : Untuk siapa? Jawab Nabi : Bagi Allah, dan Kitab-Nya, dan Rasul-Nya, dan pemimpin-pemimpin serta kaum muslimin pada umumnya. (HR. Muslim).

Nasihat bagi Allah : Yalah mempercayai keesaan Allah dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya, dan mempercayai kitab Allah yang sebenarnya dengan tiada meragukan walau sedikitpun. Dan ta’at pada Rasulullah sebagai utusan yang menyampaikan ajaran Allah. Dan terhadap pemimpin-pemimpin Islam membantu usaha-usaha kebaikan mereka dalam penyiaran agama. Dan juga membantu umumnya kaum muslimin sebagai saudara yang telah dijalin oleh iman kepada Allah.
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 193-194.

WASIAT ABU BAKAR ASH-SHIDDIQ R.A.

Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. akan meninggal dunia, memenintah seseorang memanggil Umar bin Khaththab r.a. Setelah Umar hadir, dia berkata : Sesungguhnya aku hendak mewasiatkan sesuatu kepadamu, jika kamu mau menerimanya : “Sesungguhnya Allah mempunyai hak terhadapmu pada malam hari yang tidak akan Dia terima apabila hak itu kamu bayar pada siang hari. Dan sesungguhnya Allah SWT mempunyai hak terhadapmu pada siang hari yang tidak akan Dia terima apabila kamu bayarkan pada malam hari. Sesungguhnya Allah tidak akan menerirna amal-amal sunatmu kecuali apabila kamu sudah melaksanakan amal-amalmu yang fardlu. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya mizan (timbangan) amal seseorang akan menjadi berat di akhirat karena mereka mengikuti kebenaran di dunia, sedangkan untuk melakukan hal itu adalah berat bagi mereka. Maka, adalah hak dari mizan itu untuk menjadi berat apabila ia diisi dengan kebenaran. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya mizan (timbangan) amal seseorang akan ringan di akhirat karena mereka mengikuti kebatilan di dunia, sedangkan untuk melakukan hal itu adalah ringan bagi mereka. Maka, adalah hak dari mizan itu untuk menjadi ringan apabila ia diisi dengan kebatilan. Bukankah kamu sudah mengetahui bahwa Allah menurunkan dalam Al-Qur‘an ayat-ayat yang menunjukkan harapan beriringan dengan ayat-ayat yang menunjukkan ketakutan (ancaman) dan sebaliknya ayat-ayat yang menunjukkan ketakutan (ancaman) beriringan dengan ayat-ayat yang menunjukkan harapan? Semua itu agar setiap hamba-Nya selalu dalam keadaan harap bercampur cemas atau senang bercampur hati-hati agar dia tidak akan masuk kejurang kehancuran dan agar seorang hamba tidak berprasangka yang tidak benar kepada Allah. Jika, engkau memegang wasiatku ini, maka tidak akan ada hal gaib yang lebih engkau sukai selain maut, sedangkan maut itu adalah sesuatu yang tidak akan dapat engkau elakkan. Akan tetapi, jika engkau menyia-nyiakan wasiatku ini, maka tidak akan ada hal gaib yang lebih engkau benci selain maut.”
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 85-86.

Rabu, 24 Oktober 2012

MENGANJURKAN KEBAIKAN DAN MENCEGAH KEMUNGKARAN (13)

Abu Bakar Asshiddiq r.a. berkata : Hai sekalian manusia, kamu membaca ayat ini : YA AYYUHALLADZINA AAMANU ALAIKUM ANFUSAKUM LAA YADHURRUKUM MAN DLOLLA IDZAHTADAITUM hingga akhirnya. (Hai sekalian orang yang beriman, jagalah dirimu, tidak membayakan kamu kesesatan orang yang sesat, asalkan kamu mendapat hidayat), dan kamu letakkan pengertiannya tidak pada tempatnya. Sedang saya telah mendengar Rasulullah bersabda : Sesungguhnya jika orang-orang melihat orang dholim berbuat kejam jahat, dan tidak mereka cegah (tahan tangannya), mungkin sudah hampir Allah akan meratakan kepada mereka siksa-Nya. (HR. Abu Dawud, Attirmidzy dan Annasa’i)
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 206.

SIFAT IBADAT HAJI DAN MASUK MEKAH (6)

Dari Urwah bin Mudlarris r.a., ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Barangsiapa yang hadir pada sholat kami ini (Shubuh), yakni di Muzdalifah, dan wuquf bersama kami sehingga kami berangkat, dan ia telah wuquf di Arafah sebelum itu, malam atau siang, maka telah tammatlah hajinya, dan ia buang kotoran-kotorannya (rambutnya)”. Diriwayatkan oleh Imam yang Lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi, Nasa’i), dan disahkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Khuzaimah.

Dari Umar r.a., ia berkata ; “Sesungguhnya orang-orang musyrik tidak turun ke Mekah sehingga naik matahari, dan mereka berkata : “Bercahayalah hai Tsabir (Tsabir = Gunung yang paling tinggi di Makkah.), dan Nabi s.a.w. menentang mereka dan beliau turun ke Mekah sebelum terbit matahari”
. Diriwayatkan oleh Bukhary.

Dari Ibnu ‘Abbas dan Ustman bin Zaid r.a., mereka berkata ; “Nabi s.a.w. tetap bertalbiyah sehingga beliau melemparkan Jumratul’aqabah”
. Diriwayatkan oleh Bukhary.
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 275-276.

Selasa, 23 Oktober 2012

PERSAUDARAAN ADALAH DASAR PERADABAN ISLAM

Batu pertama ini ialah persaudaraan umat manusia : persaudaraan yang akan mengakibatkan seseorang tidak sempurna imannya sebelum dapat mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri dan sebelum persaudaraan demikian itu dapat mencapai kebaikan dan rasa kasih sayang tanpa suatu sikap lemah dan mudah menyerah. Ada orang yang bertanya kepada Muhammad ; “Perbuatan apakah yang baik dalam Islam?”. Dijawab : “Sudi memberi makan dan memberi salam kepada orang yang kaukenal dan yang tidak kaukenal.”
Dalam khutbah pertama yang diucapkannya di Medinah ia berkata : “Barangsiapa yang dapat melindungi mukanya dari api neraka sekalipun hanya dengan sebutir kurma, lakukanlah itu. Kalau itu pun tidak ada maka dengan kata-kata yang baik. Sebab dengan itu, kebaikan itu mendapat balasan sepuluh kali lipat.”
Dan dalam khutbahnya yang kedua dikatakannya : “Beribadadah kamu sekalian kepada Allah dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan apapun. Benar-benar takutlah kamu kepada-Nya Hendaklah kamu jujur terhadap Allah tentang apa yang kamu katakan baik itu; dan dengan ruh Allah hendaklah kamu sekalian saling cinta mencintai. Allah sangat murka kepada orang yang melanggar janjinya sendiri.”
Dengan kata-kata ini dan yang semacam ini ia berbicara dengan sahabat-sahabatnya itu, ia berkhutbah di mesjid kepada orang banyak, sambil bersandar pada batang pohon kurma yang dijadikan penopang atap masjid itu, yang kemudian lalu disuruh buatkan mimbar terdiri dari tiga tiang tangga. Waktu menyampaikan khutbah ia berdiri pada tangga pertama, dan pada tingkat tangga kedua di waktu ia duduk.
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 208-209

SIFAT IBADAT HAJI DAN MASUK MEKAH (5)

Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata; “Rasulullah s.a.w. telah mengutus saya digolongkan orang yang berat”, atau ia berkata: “Digolongkan orang yang lemah, dari Muzdalifah pada waktu malam".

Dari ‘Aisyah r.a ia berkata; “Saya telah minta izin kepada Rasulullah s.a.w. di malam Muzdalifah untuk berangkat terlebih dahulu karena ia adalah wanita yang lemah, yakni yang berat, dan Rasulullah s.a.w. mengizinkannya”
. Muttafaq ‘alaih.

Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata ; Rasulullah s.a.w telah bersabda kepada kami : “Janganlah kalian melontar Jumrah sehingga naik matahari”
. Diriwayatkan oleh Imam yang Lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi, Nasa’i), kecuali Nasa’i dan padanya ada inqitha. (pada sanadnya ada Hasan Al-’Irni, Iman Ahmad berkata :  “Hasan Al-‘Irni tidak mendengsr hadits dari Ibnu ‘Abbas)

Dari ‘Aisyah r.a., ia berkata; “Nabi s.a.w. mengirimkan Ummu Salamah di malam Nahar, dan ia melontar Jumrah sebelum fajar, kemudian ia pergi dan turun ke Mekah”
. Diriwayatkan oleh Abu Daud dan sanadnya dengan syarat Muslim.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 274-275.

MENGANJURKAN KEBAIKAN DAN MENCEGAH KEMUNGKARAN (12)

Ibn Mas’ud r.a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Pertama kerusakan yang terjadi pada Bani Isra’il, yaitu seseorang jika bertemu kawannya sedang berbuat kejahatan ditegur: Ya Fulan bertaqwalah pada Allah dan tinggalkan perbuatan yang tidak halal itu, kemudian pada esok harinya bertemu lagi sedang berbuat itu juga mendadak tidak ditegur, bahkan Ia telah menjadi teman makan minum dan duduk-duduknya. Maka ketika démikian keadaan mereka, Allah menutup hati masing-masing, sebagaimana firman Allah : LU’INALLADZINA KAFARU MIN BANI ISRA’ILA ‘ALA LISANI DAWUDA WA ‘ISABNI MARYAM DZALIKA BIMA ‘ASHAU WA KAANU YATADUN. KAANU LA YATANAHAUNA ‘AN MUNKARIN FA’ALUHU LABI’SA MAKAANU YAF’ALUN. TARAA KATSIRAN MINHUM JATAWALLAUNAL LADZINA KAFARU? LABI’SA MAQODDAMAT LAHUM ANFUSUHUM AN SAKHI-THO LLAHU ‘ALAIHIM WA FIL’ADZAABI HUM KHOLIDUN. WALAU KAANU YU’MINUNA BILLAHI WANNABIYYI WAMA UNZILA ILAIHI MATTAKHODZUHUM AULIYAA’A WALAA KINNA KATSIRAN MINHUM FAASIQUN.
(Orang kafir dari bani Isra’il telah dikutuk atas lidah Nabi Dawud dan Isa bin Maryam, yang demikian itu karena mereka ma’siyat dan melampaui batas. Mereka tidak cegah mencegah dari mungkar yang berlaku (yang mereka lakukan), sungguh busuk perbuatan mereka. engkau melihat kebanyakan mereka berwalikan kepada orang kafir. Sungguh busuk perbuatan itu bagi diri mereka sendiri, bahwa Allah telah murka pada mereka, dan di dalam siksa mereka kekal. Andaikan mereka percaya pada Allah dan Nabi, dan apa yang diturunkan padanya tentu tidak menjadikan orang kafir sebagai wali (pemimpin), tetapi kebanyakan mereka fasiq). Kemudian Nabi berkata : Tidak, jangan berlaku Sebagai mereka. Demi Allah kamu harus menganjurkan kebaikan dan mencegah mungkar, dan menahan tangan orang dholim, dan kau kembalikannya ke jalan hak, dan kau batasi di dalam hak itu. Atau kalau tidak, maka Allah akan menutup hatimu, kemudian melaknat (mengutuk) kamu Sebagaimana mengutuk mereka.
(HR. Abu Dawud dan Attirmidzy).

Dalam lain riwayat : Ketika terjadi kema’siyatan di tengah-tengah bani Isra’il, dicegah oleh ulama-ulama mereka, dan tidak berhenti. Mendadak para ulama’ itu juga ikut serta dalam majlis mereka, makan minum. Maka Allah menutup hati mereka, dan mengutuk mereka, di atas lidah Nabi Dawud dan Isa bin Marjam, karena ma’siyat dan pelanggaran mereka yang melampaui batas. Tadinya Rasulullah bersandar, kemudian duduk tegak dan berkata : Tidak, demi Allah yang jiwaku ada ditangan-Nya, kamu harus membelokkan mereka dan menghentikannya kepada hak belaka.
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 205-206.

DEMI ALLAH, SESUNGGUHNYA AKU MENYAKSIKANNYA TELAH SELAMAT

Seorang bekas budak wanita Umar bin Abdul Aziz datang ke rumahnya. Setelah mengucapkan salam dia pergi ke tempat shalat di rumah Umar dan shalat dua rakaat. Akan tetapi, karena matanya sangat ngantuk, dia tertidur di situ dan dalam tidurnya ia melihat sebuah mimpi yang jelas.
Setelah bangun, dia segera menghadap kepada Umar dan berkata : “Wahai Amirul Mukminin, demi Allah sungguh aku lihat suatu keanehan dalam tidurku!” Umar berkata : “Keanehan apakah itu?” Dia menjawab : “Aku telah melihat bahwa neraka telah menghembuskan nyala apinya kepada orang-orang yang akan menghuninya, kemudian dibentangkanlah Titian Shiratul Mustaqim dan dia diletakkan di atas neraka.” Umar berkata: “Hah (dalam keadaan cemas).” Wanita itu melanjutkan kataannya : “Kemudian didatangkanlah Walid bin Abdul Malik. Dia menyeberang di atas Shirat, namun dia tidak dapat maju kecuali beberapa langkah saja sehingga dia dihempaskan Shirat, lalu terjatuh ke dalam neraka Jahannam.”, Umar berkata : “Kemudian (dalam keadaan cemas)?” Dia melanjutkan perkataannya : “Kemudian didatangkanlah Sulaiman bin Abdul Malik. Dia menyeberang di atasnya, tetapi dia tidak dapat maju kecuali pada jarak yang sedikit sehingga dia dihempaskan oleh Shirat. Dia jatuh ke dalam neraka Jahannam.” Umar berkata : “Kemudian?” Kemudian didatangkanlah engkau, wahaiAmirul Mukminin ....“ Ketika itu, Umar berteriak dan pingsan, lalu wanita itu mendekati Umar dan mengatakan dengan suara keras pada telinganya : “Wahai Amirul Mukminin! Demi Allah, saya sudah menyaksikan bahwa engkau telah selamat.” Kemudian Umar bangun dan memeriksa kakinya.
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 69.

Senin, 22 Oktober 2012

MENGANJURKAN KEBAIKAN DAN MENCEGAH KEMUNGKARAN (11)

Abu Said Alchudry ra. Berkata : Bersabda Nabi sa.w. : Seutama-utama jihad perjuangan yaitu kalimat hak yang diucapkan pada raja yang kejam dholim. (HR. Abu Dawud dan Attirmidzy).

Abu Abdullah (Thoriq)bin Syihab Albadjaly r.a. berkata : Seorang bertanya kepada Rasulullali ketika Ia telah meletakkan kakinya di kaki pelananya : Apakah jihad yang terutama? Jawab Nabi : Kalimat hak yang diucapkan di muka raja yang dholim (kejam). (HR. An-nasa’i).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 203-204.

SIFAT IBADAT HAJI DAN MASUK MEKAH (4)

Dari Umar r.a.; Bahwasanya ia mencium Hajar Aswad, dan ia berkata: “Aku tahu bahwa kamu adalah sebuah batu yang tidak bisa memberi madlarat dan memberi manfa’at, sekiranya aku tidak melihat Rasulullah s.a.w. mencium kamu, aku tidak akan mencium kamu”. Muttafaq ‘alaih.

Dari Abu Thufail r.a., ia berkata; “Saya pernah melihat Rasulullah s.a.w. thawaf di Baitullah dan beliau manjamah rukun dengan sebuah tongkat, lalu beliau cium tongkat itu”
. Diriwayatkan oleh Muslim.

Dari Ya’la bin Umayyah r.a., ia berkata ; ”Rasulullah s.a.w. thawaf dengan berselendangkan selendang hijau”. Diriwayatkan oleh Imam yang lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi, Nasa’i) kecuali Nasa’i. dan disahkan oleh Tirmidzy.

Dari Anas r.a., ia berkata ; ”Di antara kami ada yang bertalbiyah dan tidak di ingkari, dan ada yang bertakhir, dan tidak di ingkari”
. Muttafaq ‘alaih.
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 273.

Minggu, 21 Oktober 2012

ZAKAT DAN PUASA

Dalam suasana kaum Muslimin yang sudah mulai tenteram menjalankan tugas-tugas agama itu, pada waktu itu kewajiban zakat dan puasa mulai pula dijalankan hukumnya. Di Yathrib inilah Islam mulai menemukan kekuatannya. Ketika Muhammad sampai di Medinah, bila ketika itu waktu-waktu sholat sudah tiba, orang berkumpul bersama-sama tanpa dipanggil. Lalu terpikir akad memanggil orang sholat dengan mempergunakan terompet seperti orang-orang Yahudi. Tetapi dia tidak menyukai terompet itu. Lalu dianjurkan mempergunakan genta, yang akan dipukul waktu sholat, seperti dilakukan oleh orang-orang Nasranj.

PERMULAAN SHOLAT
Tetapi kemudian sesudah ada saran dari Umar dan sekelompok Muslimin — menurut satu sumber, — atau dengan perintah Tuhan melalui wahyu, menurut sumber lain — penggunaan genta ini pun dibatalkan dan diganti dengan azan. Selanjutnya diminta kepada Abdullah bin Zaid bin Tha’laba : “Kau pergi dengan Bilal dan bacakan kepadanya — maksudnya teks azan — dan suruh dia menyerukan azan itu, sebab suaranya lebih merdu dari suaramu.”
Di samping mesjid ada sebuah rumah kepunyaan seorang wanita dari Banu’n-Najjar yang lebih tinggi dari mesjid. Bilal naik ke atas rumah itu lalu menyerukan azan. Dengan demikian, setiap hari di waktu fajar seluruh penduduk Yathrib mendengar seruan sholat itu diucapkan dengan alunan suara yang indah dan lembut sekali, yang ditujukan Bilal ke segenap penjuru, dan menggema ke telinga pendengarnya : “Allahu Akbar! Allahu Akbar! Asyhadu an la ilaha illa Allah, Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah. Hayy ‘ala’ sh-shala hayy ‘ala’l-falah. Allahu Akbar. Allahu Akbar. La ilaha illa Allah.” (Allah Maha Besar! Allah Maha Besar! Aku bersaksi tak ada tuhan selain Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah. Marilah sholat. Marilah mencapai kemenangan. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Tak ada tuhan selain Allah).
Dengan demikian ini rasa takut yang selama ini membayangi kaum Muslimin telah berubah jadi aman dan tenteram. Yathrib kini telah menjadi Madinat-’r-Rasul — menjadi Kota Rasulullah. Penduduk kota ini yang bukan Islam sudah pula merasakan adanya kekuatan kaum Muslimin — suatu kekuatan yang bersumber dari lubuk hati yang sudah mengenal pengorbanan, yang sudah mengalami pelbagai macam penderitaan, demi membela iman. Kini mereka memetik buahnya, buah kesabaran dan ketabahan hati. Mereka merasakan adanya kebebasan beragama yang telah ditentukan Islam itu dan bahwa tidak ada kekuasaan seseorang atas manusia lain, dan bahwa agama hanya bagi Allah semata, hanya kepada-Nya adanya pengabdian itu. Di hadapan Tuhan semua manusia itu sama. Balasan yang akan mereka terima sesuai dengan perbuatan yang mereka lakukan dan dengan niat yang telah mendorong perbuatan itu.
Sekarang jalan sudah terbuka di hadapan Muhammad dalam menyebarkan ajaran-ajarannya itu. Dan biarlah pribadinya dan segala tingkah lakunya yang akan menjadi teladan tertinggi dalam ajaran-ajarannya itu.
Dan biarlah ini pula yang akan menjadi batu pertama dalam pembinaan peradaban Islam.
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 206-208

SIFAT IBADAT HAJI DAN MASUK MEKAH (3)

Dan daripadanya r.a., ia berkata; “Nabi s.a.w. menyuruh mereka berlari-lari kecil tiga keliling dan berjalan biasa empat kali keliling antara dua rukun (Hajar Aswad) dan Rukun Yamani”. Muttafaq ‘alaih.

Dari Ibnu Umar r.a.; “Bahwasanya Rasulullah s.aw. apabila thawaf di Baitullah, mula-mula berjalan cepat dengan langkah pendek tiga kali, dan jalan biasa empat kali” Dan dalam sebuah riwayat : “Saya lihat Rasulullah saw. apabila thawaf dalam haji atau ‘umrah, pertama datang, beliau berjalan cepat tiga kali di Baitullah dan jalan biasa empat kali”
. Muttafaq ‘alaih.

Dari padanya r.a., Ia berkata “Saya tidak pernah melihat Rasulullah s.a.w. menjamah di Baitullah melainkan dua rukun Alyamani, ialah penjuru Hajar Aswad dan penjuru Yamani”
. Diriwayatkan oleh Muslim.
----------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 272.

Masjid Jami AL-HIKMAH Polaman Mijen Semarang

Masjid Al-Hikmah Polaman Mijen Semarang
Masjid Jami AL-HIKMAH
Kelurahan Polaman Kecamatan Mijen
Semarang 50217

Berdasarkan informasi dari Nur salah seorang sesepuh yang bertempat tinggal 50 meter dari Masjid, dahulunya Masjid ini berupa Langgar atau Musholla pada awal pendiriannya tahun 1956. Seiring perkembangan perekonomian masyarakat setempat secara swadaya kemudian mengembangankan Langgar / Musholla ini menjadi masjid. Dan pada tahun 1990 Takmir Masjid memprakarsai penambahan menara pada Masjid ini, sebuah romantisme yang kental terhadap masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Mimbar Khutbah, mencontoh dari desain masjid Rasulullah
Mimbar Khutbah di Masjid ini bercermin pada Mimbar Khutbah yang Rasulullah desain di Masjid-Masjid pada masa itu. Mimbar Khutbah terdiri dari tiga tiang tangga, waktu menyampaikan khutbah beliau berdiri pada tangga pertama, dan pada tingkat tangga kedua di waktu beliau duduk.1)
-------------------------------------------------
1) SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 209.

Sabtu, 20 Oktober 2012

MENGANJURKAN KEBAIKAN DAN MENCEGAH KEMUNGKARAN (10)

Hudzaifah r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Demi Allah yang jiwaku ada di tangan-Nya, harus kamu menganjurkan kebaikan dan mencegah mungkar, atau kalau tidak. Pasti Allah akan menurunkan siksa padamu, kemudian kamu berdo’a, maka tidak diterima dari kamu. (HR. Attirmidzy).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 203.

MENGANJURKAN KEBAIKAN DAN MENCEGAH KEMUNGKARAN (9)

Abu Said (Alhasan) Albashry berkata : ‘Aidz bin ‘Amr r.a. masuk ke rumah Ubaidillah bin Zijad, lalu berkata : Hai anakku, sesungguhnya saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Sesungguhnya sejahat-jahat pemimpin (pemerintah) ialah : yang kejam yang suka menghancurkan/ memaksa kepada rakyatnya. Maka janganlah kau termasuk golongan mereka, maka berkata Ubaidillah bin Zijad : Duduklah, kau hanya sisa buang-buangan sahabat Muhammad s.a.w. Berkata A’idz : Apakah ada kotorannya sahabat Muhammad itu, sebenarnya kotoran buang-buangan itu hanya ada pada orang-orang yang sesudah mereka, dan lain-lain mereka. (HR. Muslim).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 202-203.

SIFAT IBADAT HAJI DAN MASUK MEKAH (2)

Dari Jabir r.a.., Ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Saya menyembelih di sini, dan Mina itu seluruhnya tempat menyembelih, hendaklah kalian menyembelih di tempat-tempat kalian berhenti; dan saya wuquf di sini dan Arafah seluruhnya tempat wuquf, dan saya wuquf di sini dan Muzdalifah seluruhnya tempat wuquf”, Diriwayatkan oleh Muslim.

Dari ‘Aisyah r.a.; “Bahwasanya Nabi s.a.w. tatkala beliau datang ke Mekah, beliau masuk dari atasnya dan keluar dari bawahnya”
. Muttafaq ‘aiaih.

Masuk dari celah-celah gunung yang tinggi (dari jurusan Madinah) dan keluar dari celah-celah gunung yang rendah.

Dari Ibnu Umar r.a.; “Bahwasanya ia tidak datang ke Mekah kecuali ia bermalam di Dzituwa hingga shubuh, lalu mandi, dan ia menyebutkan bahwa demikian itu dari Nabi s.a.w. Muttafaq ‘alaih.
--------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 271.

Jumat, 19 Oktober 2012

PERKAWINAN NABI DENGAN AISYAH

Muhammad sudah cukup merasa lega dengan hasil demikian ini. Kaum Muslimin pun merasa tenteram menjalankan kewajiban agam mereka, baik dalam berjamaah ataupun sendiri-sendiri. Mereka tidak lagi kuatir ada gangguan atau akan takut difitnah. Ketika itulah Muhammad menyelesaikan perkawinannya dengan Aisyah binti Abu Bakar, yang waktu itu baru berusia sepuluh atau sebelas tahun. Ia adalah seorang gadis yang lemah-lembut dengan air muka yang manis dan sangat disukai dalam pergaulan. Ketika itu ia sedang menjenjang remaja putri, mempunyai kegemaran bermain-main dan bersukaria. Pertumbuhan badannya baik sekali.
Pertama ia pindah ke tempatnya yang sekarang di samping tempat Sauda di sisi mesjid, ia melihat Muhammad adalah seorang ayah yang penuh kasih-sayang, seorang suami yang penuh cinta-kasih. Ia tidak keberatan ikut bermain-main dengan barang-barang mainannya itu. Dengan itu Aisyah telah menghiburnya pula dari pikiran yang berat-berat yang selalu menjadi bebannya karena suasana politik Yathrib yang kini sudah mulai diarahkan dengan sebaik-baiknya itu.
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 206

SOSOK ALI BIN ABI THALIB

Ibnu Tayyah menghadap kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib dan melapor : “Wahai Amirul Mukminin, Baitul Mal sudah dipenuhi oleh emas dan perak.,” Dia menjawab : “Allahu Akbar”. Kemudian, dia berdiri sambil bertelekan ke bahu Ibnu Tayyah dan berjalan sehingga ketika sampai di Baitul Mal, dia membaca syair : “Inilah panen saya dan yang terbaik padanya,“ sedangkan setiap orang yang memetik, maka tangannya akan menuju ke mulutnya.
Wahai Ibnu Tayyah. kumpulkan semua orang tua yang ada di Kufah. Kemudian diumumkanlah hal itu di depan khalayak ramai, maka ia menyerahkan semua yang ada di Baitul Mal sambil berkata : “Wahai si kuning dan si putih (emas dan perak) perdayalah orang selainku,’ Sehingga, habislah semua yang ada di Baitul Mal dan tidak ada yang tersisa satu dinar dan dirham pun. Kemudian, dia memerintahkan untuk membersihkan Baitul Mal dan shalat dua rakaat.”
Mu’awiyah bin Abu Shafyan berkata kepada Dhirar bin Dhamrah: “Beritakan kepada saya sifat-sifat Ali.” Dia berkata : “Apakah kamu akan melindungiku?” “Katakan saja itu kepada saya.” Dhirar kembali bertanya : “Apakah kamu akan melindungiku?” Dia menjawab : “Tidak, saya tidak akan melindungimu.” Dhirar berkata : “Kalau begitu saya akan mengatakannya kepadamu, demi Allah, sesungguhnya ia berpandangan jauh ke depan, dia sangat kuat, dia berbicara dengan sangat ringkas dan tepat, dia menghukum dengan adil, ilmu pengetahuan menyemburat dari seluruh sisinya (perbuatan dan perkataannya). Dia berbicara dengan penuh hikmah (bijaksana) dari segala segi. Dia menyepi dari dunia dan segala perhiasannya. Dia berteman dengan (ibadah) malam dan kegelapannya. Demi Allah, dia banyak menangis karena takut kepada Allah, banyak bertafakur, setelah berusaha. Dia selalu menghitung-hitung dirinya. Dia lebih menyukai pakaian yang kasar, makanan orang fakir. Dia seperti salah seorang yang biasa dan kami yang akan memenuhi panggilan apabila kami memanggilnya. Dia akan memulai mengucapkan salam apabila bertemu dengan kami. Demi Allah, walaupun kami adalah para bawahannya. Kami tidak berbicara dengannya dalam keadaan takut, kami tidak selalu mendahulukan dia dalam berpendapat. Jika dia tersenyum, giginya terlihat seperti mutiara yang tersusun rapi. Dia menghormati ahli agama, mencintai kaum fakir miskin. Di hadapannya orang-orang yang kuat tidak akan berani berbuat batil dan orang-orang yang lemah tidak akan berputus asa dari keadilannya. Demi Allah, sungguh saya sudah menyaksikannya pada suatu kesempatan di suatu malam yang kelam. Di atas tempat beribadahnya, dia memegang jenggotnya dan berguling-guling seperti orang yang digigit ular. Dia menangis seperti orang yang sedang bersedih. Saya mendengarnya berkata : “Wahai dunia, apakah kamu yang tampil ke hadapanku ataukah engkau yang rindu kepadaku? Tidak mungkin! tidak mungkin! Perdayalah olehmu orang-orang selain aku, saya telah menalak kamu tiga kali dan tidak ada rujuk padanya, umurmu pendek, kehidupanmu hina, bahayamu besar sekali... Aduhai, betapa sedikitnya bekalku, betapajauhnya perjalanan yang akan ditempuh. dan betapa sepinya perjalanan itu!”
Sctelah Dhirar mengatakan semua itu, air mata Mu’awiyah meieleh sehingga membasahi jenggotnya dan dia mengusapnya iengaii saku bajunya sedangkan semua orang yang ada di sekelilingnya juga menangis terisak-isak. Kemudian Mu’awiyah berkata:
“SemogaAllah merahmati ayah 1-lusain, demi Allah dia memang sepeiti jtu ....“ Setelah itu, Mu’awiyah berkata lagi: “Bagaimanakah kesedihanmu terhadapnya, wahai Dhirar?” Dia menjawab: “Seperti kesedihan seorang wanita yang anaknya disembelih di dalam rumahnya, lalu air matanya tidak akan pernah kering, kesedihannya tidak akan pernah terhenti.” Kemudian dia berdiri dan keluar....”

WASIAT ALI BIN ABI THALIB
“Sesungguhnya ketakutan yang paling saya takuti adalah menuruti hawa nafsu dan panjangnya angan-angan duniawi. Sikap menuruti hawa nafsu akan menjadi penghalang dari kebenaran, sedangkan angan-angan yang panjang akan membuat kita lupa akhirat. Bukankah dunia ini berlalu sambil melambaikan tangan selamat jalan? Bukankah akhirat berjalan maju ke depan? Sedangkan, keduanya (dunia dan akhirat) memiliki penduduk masing-masing. Maka, jadilah kamu penduduk akhirat dan janganlah kamu menjadi penduduk dunia karena hari dunia ini adalah hari beramal yang tidak akan dihisab sedangkan hari akhirat adalah hari penghisaban yang tidak ada waktu untuk beramal.”
Pada suatu ketika, Ali r.a. mengiringi jenazah. Tatkala mayat itu diletakkan di liang lahad, para keluarganya menangis dan meraung. Ali berkata : “Sekiranya mereka melihat dengan mata kepala mereka apa-apa yang dilihat oleh mayat itu, mereka akan lupa kepada mayat mereka karena dahsyatnya apa-apa yang mereka lihat itu. Sesungguhnya mereka pasti akan kembali kepada mayat mereka itu dan pasti kembali, sehitigga tidak satu pun dari mereka yang tersisa ....“ Kemudian Ali r.a. berdiri dan berkata : “Saya berpesan kepada kamu semua, wahai hamba Allah agar kamu bertakwa kepada Allah yang telah memberikan kepada kamu pengalaman yang akan kamu jadikan sebagai pelajaran. Dia telah menetapkan ajalmu. Dia menciptakan pendengaran yang akan menyadari apa-apa yang didengar. Dia telah menciptakan penglihatan agar kamu dapat melihat dari semua kegelapan. Dia telah menciptakan hati agar dapat memahami apa-apa yang tersirat. Sesungguhnya Allah tidaklah menciptakan kamu dengan sia-sia dan tidak pula menurunkan peringatan dengan begitu saja. Dia memuliakan kamu dengan nikmat-nikmat yang luas dan menyediakan bagimu balasan-balasan. Maka, bertakwalah kamu kepada Allah, bersungguh-sungguhlah dalam meminta kepada-Nya, dan bersegeralah untuk beramal sebelum datangnya penghancur kelezatan dunia (mati) karunia sesungguhnya kenikmatan dunia ini tidak akan kekal dan kesusahannya tidak dapat kita pastikan akan selalu terelak dari kita. Dunia adalah bayangan yang menipu dan sandaran yang rapuh. Wahai para hamba Allah, ambillah pelajaran-pelajaran dari kejadian- kejadian dan pengalaman; hendaklah kamu sadar dengan peringatan, manfaatkanlah ajaran-ajaran, seakan-akan kamu sekarang ini sudah menggantungkan kuku-kuku kematian yang akan mencengkerammu dan bergabung ke rumah tanah. Kamu dikejutkan oleh hal-hal yang dahsyat dengan tiupan terompet, kebangkitan dari kubur, penghalauan Padang Mahsyar, sidang-sidang penghisaban di bawah pantauan Yang Maha Kuat lagi Perkasa. Setiap orang akan mempunyai pengarah yang akan membawanya ke Mahsyar dan sekaligus akan menjadi saksi terhadapnya : ‘Teranglah bendera bumi (Padang Mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing), serta didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan keputusan diberikan kepada mereka dengan adil, sedangkan mereka tidak akan dizhalimi.’ (az-Zumar : 69) Maka, pada hari itu semua negeri akan bergoncang, semua orang akan saling memanggil meminta tolong, seluruh binatang buas akan dikumpulkan, seluruh rahasia akan ditampakkan, seluruh dada akan bergoncang, neraka akan dibuka sedangkan Jahim sudah menyala dan Hamim sudah membara. Wahai para hamba Allah, takutlah kamu kepada Allah sebagaimana takutnya orang yang gemetar dan sangat berhati-hati serta awas. Dia akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk keselamatannya. Dia akan berpacu dalam mencari keselamatan, dan dia akan menghadap ke hari yang dijanjikan dengan bekal yang dibawanya. Cukup Allah sajalah yang akan menjadi pembalas dan penolong kita, cukup pulalah kitab penghisaban yang akan menjadi bukti amal kita, serta cukup surga sajalah yang akan menjadi balasan kita, sedangkan neraka adalah hukuman dan bencana yang paling dahsyat. Saya mohon ampun kepada Allah untuk diriku dan kamu.”
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 14 - 18.

SIFAT IBADAT HAJI DAN MASUK MEKAH (1)

Dari Jabir bin Abdullah r.a.; “Bahwasanya Rasulullah s.a.w. berhaji, kami pergi bersama beliau hingga tatkala kami sampai di Dzulhulaifah, Asma binti Umais melahirkan; maka Rasulullah s.a.w. bersabda : “Mandilah, dan bercawatlah dengan sebuah kain, kemudian berihramlah; Lalu Rasulullah s.a.w. sholat di mesjid, kemudian naik Qaswa (nama untanya) sehingga apabila sampai di Baida beliau bertalbiah dengan tauhid (yang artinya): “Saya penuhi panggilan Engkau ya Allah saya penuhi panggilan Engkau saya penuhi panggilan Engkau, sesungguhnya segala puji, segala nikmat dan segala kerajaan adalah bagi Engkau, tiada sekutu bagi Engkau”. Sehingga apabila kami sampai di Baitullah beliau menjamah Hajar Aswad kemudian (thowaf dengan) berlari kecil tiga kali dan berjalan empat kali, kemudian beliau datang ke maqam Ibrahim lalu sholat. Lalu kembali lagi ke Ka’bah, menjamah Hajar Aswad. Kemudian beliau keluar dari Bab (Shafa) ke Shafa, dan tatkala hampir ke Shafa, beliau membaca (yang artinya): “Sesungguhnya Shafa dan Marwah itu adalah dari syi’ar Allah”. Mulailah dengan apa yang dimulai oleh Allah. Lalu beliau naik ke Shafa sehingga melihat Baitullah, kemudian menghadap kiblat lalu bertauhid dan bertakbir, dan beliau mengucapkan (yang artinya): “Tiada Tuhan melainkan Allah yang Esa tiada sekutu bagi-Nya, Bagi-Nya segala kerajaan, dan bagi-Nya segala puji, dan Allah berkuasa atas segala perkara, tiada Tuhan melainkan Allah, yang menyempurnakan janjinya, dan menolong hamba-Nya, dan menghancurkan golongan-golongan musuh sendirian”. Kemudian beliau mendo’a di antaranya, berbuat demikian itu tiga kali. Kemudian beliau turun dan Shafa menuju ke Marwah, sehingga apabila dua kakinya menginjak tengah-tengah lembah itu, beliau sa’i (dengan lari-lari kecil) dan ketika beliau naik, lalu berjalan biasa ke Marwah kemudian berbuat di Marwah itu sebagaimana yang dilakukan di Shafa; dan rawi menyebut hadits itu selengkapnya. Dan padanya ada tersebut: “Dan ketika datang hari Tarwiyah, mereka berangkat menuju Mina dan Nabi s.a.w. naik kendaraannya;lalu beliau sholat Dhuhur, ‘Ashar, Maghrib, ‘Isya’ dan Shubuh di Mina, kemudian diam sebentar hingga terbit matahari, lalu beliau teruskan perjalanannya (melewati Muzdalifah dan tidak berhenti), sehingga sampai di Arafah, dan beliau dapati kemahnya telah dipasang di Namirah, lalu beliau turun (berhenti) padanya sehingga apabila matahari telah condong, beliau menyuruh menyediakan Qaswa, dan disediakan. Kemudian beliau datang ke tengah-tengah lembah dan berkhutbah di hadapan manusia jama’ah; kemudian adzan, lalu qamat dan sholat Dhuhur, kemudian qamat lagi dan sholat ‘Ashar, (dijama’) dan tidak sholat apa-apa di antara dua sholat itu Kemudian beliau naik kendaraannya sehingga sampai di tempat Wukuf, dan beliau jadikan perut untanya itu rapat ke batu, dan beilau jadikan jalan yang dipakai berjalan orang-orang itu ada di depannya, lalu menghadap qiblat; dan beliau tetap berdiri hingga terbenam matahari, dan hilanglah yang kuning sedikit sehingga matahari terbenam betul-betul,. lalu beliau berangkat dan beliau mengencangkan kendali untanya sehingga kepala untanya menyentuh tempat duduk kendaraan itu, dan beliau berisyarat dengan tangannya yang kanan (sambil berkata) : “Wahai manusia, perlahan-lahan, perlahan-lahan”. Dan tiap-tiap sampai kepada tanah pasir yang lebar, beliau longgarkan kendalinya sehingga mendaki, sehingga datang ke Muzdalifah, lalu beliau sholat Maghrib dan ‘Isya dengan satu kali adzan dan dua kali qamat, dan beliau tidak sholat sunnat apa-apa di antara dua sholat itu. Kemudian beliau berbaring hingga terbit fajar, lantas beliau sholat Shubuh ketika kelihatan waktu shubuh, dengan satu kali adzan dan satu kali qamat. Kemudian beliau naik lagi kendaraannya sehingga sampai di Masy’arilharam, kemudian menghadap qiblat, lalu berdo’a, bertakbir dan bertahlil. Dan beliau tetap berdiri hingga terang, lalu beliau berangkat sebelum terbit matahari sehingga sampai di tengah-tengahnya lembah Muhasir, lalu beliau percepat sedikit perjalanannya, kemudian menempuh jalan tengah yang sampai ke Jumratul-Kubra, sehingga beliau datang ke Jumrah yang dekat pohon, kemudian beliau melontarnya dengan tujuh batu kecil, sambil bertakbir tiap-tiap melontar, tiap-tiap batu sebesar jari kelingking, beliau pergi ke tempat penyembelihan, lalu beliau menyembelih. Setelah itu Rasulullah s.a.w naik kendaraan dan turun ke Baitullah (untuk thawaf), lalu beliau sholat Dhuhur di Mekkah”. Diriwayatkan oleh Muslim dengan panjang.
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 267-270.

MENGANJURKAN KEBAIKAN DAN MENCEGAH KEMUNGKARAN (8)

Ibn Abbas r.a. berkata : Rasulullah melihat seorang laki-laki yang bercincin emas, maka dilepasnya dan di buang, sambil bersabda : Sengaja salah satu kamu mengambil bara api dan menaruhnya di tangannya. Kemudian setelah Rasulullah s.a.w. pergi dari Majlis itu. Orang-orang berkata kepada yang mempunyai cincin itu : Ambillah cincinmu pergunakan untuk lain-lainnya. Jawabnya: Tidak, demi Allah saya tidak akan mengambil sesuatu yang telah dibuang (dicabut) oleh Rasulullah s.a.w. (HR. Muslim).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 202.

Kamis, 18 Oktober 2012

MENGANJURKAN KEBAIKAN DAN MENCEGAH KEMUNGKARAN (7)

Abu Said Alchudry r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Awaslah kamu daripada duduk di pinggir-pinggir jalan. Berkata sahabat : Ya Rasulullah kami tidak dapat meninggalkan majlis untuk mengobrol di sana. Sabda Nabi : Jika kamu merasa tidak dapat meninggalkan, maka berilah hak jalan. Mereka bertanya : Apakah hak jalan ya Rasulullah? Jawab Nabi : Memejamkan mata (tidak bermata keranjang), dan menahan gangguan (tidak mengganggu orang) dan menjawab Salam, dan menganjurkan kebaikan dan mencegah mungkar (kejahatan). (HR. Buchary dan Muslim).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 201-202.

MIQAT / TEMPAT MEMULAI IHRAM (1)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. ; “Bahwasanya Nabi s.a.w. telah menetapkan miqat bagi orang Madinah ialah Dzulhulaifah, dan bagi orang Syam adalah Juhfah, dan bagi orang Nejd adalah Qarnalmanazil, dan bagi orang Yaman adalah Yalamlam; dan waktu untuk miqat-miqat itu adalah bagi orang-orang tersebut dan orang-orang yang melalui miqat-miqat itu dari negeri-negeri lain hendak melaksanakan haji dan umrah; adapun bagi yang lain-lainnya, maka miqatnya dari mana ia mau, sehingga bagi orang Mekkah miqatnya dari Mekkah”. Muttafaq ‘alaih (HR. Bukhary dan Muslim)
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 260.

Rabu, 17 Oktober 2012

ISI PERJANJIAN DENGAN YAHUDI

Antara kaum Muhajirin dan Anshar dengan orang-orang Yahudi Muhammad membuat suatu perjanjian tertulis yang berisi pengakuan atas agama mereka dan harta-benda mereka, dengan syarat-syarat timbal balik, demikian bunyinya :
“Dengan nama Allah, Pengasih dan Penyayang. Surat Perjanjian ini dari Muhammad — Nabi ; antara orang-orang beriman dan kaum Muslimin dari kalangan Quraisy dan Yathrib serta yang mengikut mereka dan menyusul mereka dan berjuang bersama-sama mereka; bahwa mereka adalah satu umat, di luar golongan orang lain.”
“Kaum Muhajirin dari kalangan Quraisy tetap menurut adat kebiasaan baik yang berlaku (‘Ala rib’atihim atau riba’atihim menurut kebiasaan baik yang berlaku). di kalangan mereka, bersama-sama menerima atau membayar tebusan darah (Yata’aqalun, saling memberi dan menerima diat atau tebusan darah) antara sesama mereka dan mereka menebus tawanan mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil di antara sesama orang-orang beriman.”
“Bahwa Banu ‘Auf adalah tetap menurut adat kebiasaan baik mereka yang berlaku, bersama-sama membayar tebusan darah seperti yang sudah-sudah. Dan setiap goongan harus menebus tawanan mereka sendiri dengan cara yang baik dan adil di antara sesama orang-orang beriman.”
Kemudian disebutnya tiap-tiap suku (suku atau batn ialah anak-kabilah, lebih kecil dari kabilah) Anshar itu serta keluarga tiap puak: Banu’l-Harith, Banu Sa’ida, Banu Jusyam, Banu’n-Najjar, Banu ‘Amr bin ‘Auf dan Banu’n-Nabit. Selanjutnya disebutkan.
“Bahwa orang-orang yang beriman tidak boleh membiarkan seseorang yang menanggung heban hidup dan utang yang berat di antara sesama mereka. Mereka harus dibantu dengan cara yang baik dalam membayar tebusan tawanan atau membayar diat.
“Bahwa seseorang yang beriman tidak boleh mengikat janji dalam menghadapi mukmin lainnya.
Bahwa orang-orang yang beriman dan bertakwa harus melawan orang yang melakukan kejahatan di antara mereka sendiri, atau orang yang suka melakukan perbuatan aniaya, kejahatan, permusuhan atau berbuat kerusakan di antara orang-orang beriman sendiri, dan mereka semua harus sama-sama melawannya walaupun terhadap anak sendiri.
“Bahwa seseorang yang beriman tidak boleh membunuh sesama mukmin lantaran orang kafir untuk melawan orang beriman.
Bahwa jaminan Allah itu satu : Dia melindungi yang lemah di antara mereka.
“Bahwa orang-orang yang beriman itu hendaknya saling tolong-menolong satu sama lain.
“Bahwa barangsiapa dari kalangan Yahudi yang menjadi pengikut kami, ia berhak mendapat pertolongan dan persamaan; tidak menganiaya atau melawan mereka.
“Bahwa persetujuan damai orang-orang beriman itu satu; tidak dibenarkan seorang mukmin mengadakan perdamaian sendiri dengan meninggalkan mukmin lainnya dalam keadaan perang di jalan Allah. Mereka harus sama dan adil adanya.
“Bahwa setiap orang yang berperang bersama kami, satu sama lain harus saling bergiliran.
”Bahwa orang-orang beriman itu harus saling membela terhadap sesamanya yang telah tewas di jalan Allah.
“Bahwa orang-orang yang beriman dan bertakwa hendaknya berada dalam pimpinan yang baik dan lurus.
“Bahwa orang tidak dibolehkan melindungi harta-benda atau jiwa orang Quraisy dan tidak boleh merintangi orang beriman.
“Bahwa barangsiapa membunuh orang beriman yang tidak bersalah dengan cukup bukti, maka ia harus mendapat balasan yang setimpal, kecuali bila keluarga si terbunuh sukarela (menerima tebusan).
“Bahwa orang-orang yang beriman harus menentangnya semua dan tidak dibenarkan mereka hanya tinggal diam.
“Bahwa seseorang yang beriman yang telah mengakui isi piagam ini dan percaya kepada Allah dan kepada hari kemudian, tidak dibenarkan menolong pelaku kejahatan atau membelanya, dan bahwa barangsiapa yang menolongnya atau melindunginya, ia akan mendapat kutukan dan murka Allah pada hari kiamat, dan tak ada sesuatu tebusan yang dapat diterima.
“Bahwa bilamana di antara kamu timbul perselisihan tentang sesuatu masalah yang bagaimanapun, maka kembalikanlah itu kepada Allah dan kepada Muhammad — ‘alaihishshalatu wassalam.
“Bahwa orang-orang Yahudi harus mengeluarkan belanja bersama-sama orang-orang beriman selama mereka masih dalam keadaan perang
“Bahwa orang-orang Yahudi Banu ‘Auf adalah satu umat dengan orang-orang beriman. Orang-orang Yahudi hendaknya berpegang pada agama mereka, dan orang-orang Islam pun hendaknya berpegang pada agama mereka pula, termasuk pengikut-pengikut mereka dan diri mereka sendiri, kecuali orang yang melakukan perbuatan aniaya dan durhaka. Orang semacam ini hanyalah akan menghancurkan dirinya dan keluarga nya sendiri.
“Bahwa terhadap orang-orang Yahudi Banu’n-Najjar, Yahudi Banu’l-Harith, Yahudi Banu Sa’ida, Yahudi Banu-Jusyam, Yahudi Banu Aus, Yahudi Banu Tha’laba, Jafna dan Banu Syutaiha (dalam al-Bidaya wan-Nihaya oleh ibn Kathir disebut Syatana), berlaku sama seperti terhadap mereka sendiri.
“Bahwa tiada seorang dari mereka itu boleh keluar kecuali dengan izin Muhammad s.a.w.
“Bahwa seseorang tidak boleh dirintangi menuntut haknya karena dilukai; dan barangsiapa yang diserang ia dan keluarganya harus berjaga diri kecuali jika ia menganiaya. Bahwa Allah juga yang menentukan ini.
“Bahwa orang-orang Yahudi berkewajiban menanggung nafkah mereka sendiri dan kaum Muslimin pun berkewajiban menanggung nafkah mereka sendiri pula. Antara mereka harus ada tolong-menolong dalam menghadapi orang yang hendak menyerang pihak yang mengadakan piagam perjanjian ini.
“Bahwa mereka sama-sama berkewajiban, saling nasehat-menasehati dan saling berbuat kebaikan dan menjauhi segala perbuatan dosa.
“Bahwa seseorang tidak dibenarkan melakukan perbuatan salah terhadap sekutunya, dan bahwa yang harus ditolong ialah yang teraniaya.
“Bahwa orang-orang Yahudi berkewajiban mengeluarkan belanja bersama orang-orang beriman selama masih dalam keadaan perang.
“Bahwa kota Yathrib adalah kota yang dihormati bagi orang yang mengakui perjanjian ini.
“Bahwa tetangga itu seperti jiwa sendiri, tidak boleh diganggu dan diperlakukan dengan perbuatan jahat.
“Bahwa tempat yang dihormati itu tak boleh didiami orang tanpa izin penduduknya.
“Bahwa bila di antara orang-orang yang mengakui perjanjian ini terjadi suatu perselisihan yang dikuatirkan akan menimbulkan kerusakan, maka tempat kembalinya kepada Allah dan kepada Muhammad Rasulullah saw. dan bahwa Allah bersama orang yang teguh dan setia memegang perjanjian ini.
“Bahwa melindungi orang-orang Quraisy atau menolong mereka tidak dibenarkan.
“Bahwa antara mereka harus saling membantu melawan orang yang mau menyerang Yathrib ini. Tetapi apabila telah diajak berdamai maka sambutlah ajakan perdamaian itu.
“Bahwa apabila mereka diajak berdamai, maka orang-orang yang beriman wajib menyambutnya. kecuali kepada orang yang memerangi agama. Bagi setiap orang. dan pihaknya sendiri mempunyai bagiannya masing-masing.
“Bahwa orang-orang Yahudi Aus, baik diri mereka sendiri atau pengikut-pengikut mereka mempunyai kewajiban seperti mereka yang sudah menyetujui naskah perjanjian ini dengan segala kewajiban sepenuhnya dan mereka yang menyetujui naskah perjanjian ini.
“Bahwa kebaikan itu bukanlah kejahatan dan bagi orang yang melakukannya hanya akan memikul sendiri akibatnya. Dan bahwa Allah bersama pihak yang benar dan patuh menjalankan isi perjanjian ini.
Bahwa orang tidak akan melanggar isi perjanjian ini, kalau ia bukan orang yang aniaya dan jahat.
“Bahwa barangsiapa yang keluar atau tinggal dalam kota Medinah ini, keselamatannya tetap terjamin. kecuali orang yang berbuat aniaya dan melakukan kejahatan.
“Sesungguhnya Allah melindungi orang yang berbuat kebaikan dan bertakwa.”

PINTU BARU DALAM KEHIDUPAN POLITIK
Inilah dokumen politik yang telah diletakkan Muhammad sejak seribu tiga ratus lima puluh tahun yang lalu dan yang telah menetapkan adanya kebebasan beragama, kebebasan menyatakan pendapat; tentang keselamatan harta-benda dan larangan orang melakukan kejahatan. Ia telah membukakan pintu baru dalam kehidupan politik dan peradaban dunia masa itu. Dunia, yang selama ini hanya menjadi permainan tangan tirani, dikuasai oleh kekejaman dan kehancuran semata. Apabila dalam penandatanganan dokumen ini orang-orang Yahudi Banu Quraiza, Banu’flNadzir dan Banu Qainuqa’ tidak ikut serta, namun tidak selang lama sesudah itu mereka pun mengadakan perjanjian yang serupa dengan Nabi.
Demikianlah, seluruh kota Medinah dan sekitarnya telah benar-benar jadi terhormat bagi seluruh penduduk. Mereka berkewajiban mempertahankan kota ini dan mengusir setiap serangan yang datang dari luar. Mereka harus bekerja sama antara sesama mereka guna menghormati segala hak dan segala macam kebebasan yang sudah disetujui bersama dalam dokumen ini.
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 199-206

MENGANJURKAN KEBAIKAN DAN MENCEGAH KEMUNGKARAN (6)

Ummul-Hakam (Zainab) bin Jahsy r.a. berkata : Pada suatu hari Rasulullah s.a.w. masuk ke rumahnya bagaikan orang ketakutan dan berkata : LA ILAHA ILLALLAH WAILUN LIL ‘ARABI MIN SYARRIN QADIQTARABA, FUTIHAL YAUMA MIN RADMI YA’JUJA WAMA’JUJA MITSLU HADZIWI, WA HALLAQA BIUSHBU’AIHI, AL-IBHAMI WALLATI TALIHA FAQULTU YA RASULALLAH ANAHLIKU WA FINASHSHALIHUN? QALA : NA’AM, IDZA KATSURAL KHABATSU
(Tiada Tuhan kecuali Allah, awaslah bangsa Arab dari bahaya yang telah hampir tiba, ini telah terbuka tirai bendungan. Ya’juja wa ma’juja sebesar lobang ini sambil melengkungkan jari telunjuk ke ibu jarinya). Saya bertanya : Ya Rasulullah mungkinkah kami binasa padahal masih ada orang salihin ditengah-tengah kami? Jawab Nabi : Ya apabila kejahatan keliwat banyak.
(HR. Buchary dan Muslim).

Rasulullah memperingatkan ummatnya akan adanya fitnah yang akan menguji iman, dan kekuatan akhlak melawan arus kerusakan moril yang dibawa oleh komplotan anti agama.
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 200-201.

KERENDAHAN HATI SEORANG PEMIMPIN

Diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas bahwa Abbas bin Abdul Muthallib mempunyai sebuah pipa saluran air (pancuran) yang terletak di atas jalan yang biasa dilalui oleh Umar bin Khatthab. Suatu ketika, Umar telah memakai pakaiannya pada hari Jum’at, sementara pada waktu itu Abbas telah membelih dua ekor ayam. Ketika Umar melewati pancuran tersebut tiba-tiba darah ayam tersebut mengenai dan membasahi baju Umar. Kemudian Umar memerintahkan Abbas untuk menanggalkan (mencabut) pancuran tersebut. Lalu, dia kembali ke rumah dan memakai pakaian yang baru dan dia berangkat ke masjid untuk shalat Jumat bersama kaum muslimin. Setelah itu Abbas datang kepadanya dan berkata : “Demi Allah, sesungguhnya pancuran tersebut diletakkan oleh Rasulullah s.a.w.”. Umar berkata kepada Abbas : “Dan saya bersumpah kepadamu bahwa kamu harus naik ke atas punggung saya untuk kembali meletakkan pancuran tersebut sesuai dengan yang diletakkan oleh Rasulullah saw..” Abbas pun melakukan itu.
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 11 - 12.

IHRAM DAN APA-APA YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA (10)

Dari Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sesungguhnya Ibrahim menjadikan Mekah tanah haram, dan mendo’akan kebaikan untuk penduduknya, dan saya jadikan Madinah tanah haram sebagaimana ibrahim jadikan Mekkah tanah haram, dan saya mendo’akan supaya ada berkah dalam sho’nya dan mudnya seperti Ibrahim mendo’akannya bagi penduduk Mekkah”. Muttafaq ‘alaih.

Dari ‘Ali bin Abi Thalib r.a., ia berkata ; Rasulullah s.a.w. telah bersabda : “Madinah itu adalah tanah haram antana Air dan Tsaur”. Diriwayatkan oleh Muslim. (Batas tanah haram Madinah ialah seperti luasnya antara Air dan Tsaur (dua buah bukit di Madinah).
------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 266-267.

Selasa, 16 Oktober 2012

MENGANJURKAN KEBAIKAN DAN MENCEGAH KEMUNGKARAN (5)

Umu Salamah r.a. (Hind) binti Abi Umayyah (Hudzaifah) berkata : Bersabda Nabi s.a.w.: Sungguh akan terangkat beberapa amir (gubernur) yang kamu kenal kebaikan dan kejahatan mereka. Maka siapa yang membenci dalam hatinya berarti telah bebas, dan siapa yang menentang berarti selamat. Sebaliknya siapa yang rela dan mengikut, maka itulah yang binasa. Sahabat bertanya : Ya Rasulullah, tidakkah lebih baik kami perangi mereka? Jawab Nabi : Tidak (jangan diperangi) selama mereka masih melakukan sholat. (HR. Muslim).

Untuk menghindari fitnah, kami dilarang mempergunakan senjata, dan dapat diterima walau hanya pernyataan kebencian dengan hati.
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 200.

IHRAM DAN APA-APA YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA (9)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata ; Tatkala Allah ta’ala menundukkan Mekhah untuk Rasul-Nya s.a.w., maka berdirilah Rasulullah s.a.w. berkhotbah di depan orang-orang, lalu beliau memuji dan menyanjung Allah, kemudian beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah menghalangi tentara gajah terhadap Mekah (Tentara gajah yang dipimpin oleh Raja Abrahah yang hendak menghancurkan Ka’bah) dan menyerahkannya kepada Rasul dan mukminin, dan sesungguhnya ia tidak halal bagi seseorang sebelum saya, dan dihalalkan bagi saya hanya sebentar saja di waktu siang dan tidak akan halal untuk seseorangpun sesudah saya. Maka tidak boleh dikejar buruannya, dan tidak boleh diambil durinya, dan tidak halal barang yang tercecer padanya melainkan Untuk diambil oleh pemberitahu (yang akan mengumumkan : “Siapa yang kehilangan barang itu?”); dan barangsiapa yang dibunuh, maka walinya (keluarganya) boleh memilih yang baik dari dua perkara (diyat = dendaan, atau qishas = hukuman mati). Maka Al-’Abbas berkata : “Kecuali idkhir ya Rasulullah, karena ia dipergunakan di kuburan-kuburan kita dan rumah-rumah kita”. Beliau bersabda : ”Kecuali idkhir (semacam tumbuh-tumbuhan yang wangi)”. Muttafaq’alaih.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 265-266.

Senin, 15 Oktober 2012

PERSAHABATAN MUHAMMAD DENGAN PIHAK YAHUDI

Dengan adanya persatuan kaum Muslimin dengan cara persaudaraan itu Muhammad sudah merasa lebih tenteram. Sudah tentu ini merupakan suatu langkah politik yang bijaksana sekali dan sekaligus menunjukkan adanya suatu perhitungan yang tepat serta pandangan jauh. Baru tampak kepada kita arti semua ini bila kita melihat segala daya-upaya kaum Munafik yang hendak merusak dan menjerumuskan kaum Muslimin ke dalam peperangan antara Aus dengan Khazraj dan antara Muhajirin dengan Anshar. Akan tetapi suatu operasi politik yang begitu tinggi dan yang menunjukkan adanya kemampuan luar biasa, ialah apa yang telah dicapai oleh Muhammad dengan mewujudkan persatuan Yathrib dan meletakkan dasar organisasi politiknya dengan mengadakan persetujuan dengan pihak Yahudi atas landasan kebebasan dan persekutuan yang kuat sekali. Orang sudah melihat betapa mereka menyambut baik kedatangannya dengan harapan akan dapat dibujuknya ke pihak mereka. Penghormatan mereke ini dengan segera dibalasnya pula dengan penghormatan sama serta mengadakan tali silaturahmi dengan mereka. Ia bicara dengan kepala-kepala mereka, didekatkannya pembesar-pembesar mereka, dibentuknya dengan mereka itu suatu tali persahabatan, dengan pertimbangan bahwa mereka juga Ahli Kitab dan kaum monotheis. Lebih dari itu bahwa pada waktu mereka berpuasa ia pun ikut puasa. Pada waktu itu kiblatnya dalam sholat masih menghadap ke Bait’l-Maqdis, titik perhatian mereka, tempat terkumpulnya semua Keluarga Israil. Persahabatannya dengan pihak Yahudi dan persahabatan pihak Yahudi dengan dia makin sehari makin bertambah erat dan dekat juga.
Orang yang begitu mulia, sangat rendah hati, orang yang penuh kasih sayang, selalu memenuhi janji, sifatnya yang pemurah, selalu terbuka bagi si miskin, bagi orang yang hidup menderita, ini juga yang memberikan kewibawaan kepadanya terhadap penduduk Yathrib. Dan semua ini telah sampai kepada suatu ikatan perjanjian persahabatan dan persekutuan serta menetapkan adanya kebebasan beragama. Perjanjian ini — menurut hemat kita — merupakan suatu dokumen politik yang patut dikagumi sepanjang sejarah. Dan fase yang dialami dalam sejarah hidup Rasul ini belum pernah dialami oleh seorang nabi atau rasul lain. Pernah ada Isa, ada Musa, ada nabi-nabi yang lain sebelum itu. Mereka terbatas hanya pada dakwah agama saja. Mereka menyampaikan itu kepada orang dengan jalan berdebat, dengan jalan mukjizat. Sesudah itu mereka tinggalkan di tangan para penguasa yang kemudian, dan untuk menyiarkan dakwahnya itu harus dilakukan dengan kekuatan politik dan membela kebebasan orang yang sudah beriman kepadanya itu dengan kekuatan senjata yang disertai peperangan pula. Agama Kristen disiarkan oleh murid-muridnya yang kemudian sesudah Isa. Mereka dan pengikut-pengikut mereka masih selalu mengalami siksaan. Baru setelah ada raja-raja yang cenderung kepada agama ini ia dilindunginya dan disiarkan. Begitu juga halnya dengan agama lain, di dunia Timur ataupun di Barat.
Sebaliknya Muhammad, tersebarnya Islam serta menangnya misi kebenaran itu harus berada di tangannya. Ia menjadi Rasul, menjadi negarawan, pejuang dan penakluk. Semua itu demi Allah, demi misi kebenaran, yang oleh karenanya ia diutus. Dalam hal ini semua, sebenarnya dia adalah orang besar, lambang kesempurnaan insani par exellence dalam arti kata yang sebenarnya.
---------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 198-199