Dari Aisyah r.a. ; “Bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda: “Thawaf kamu di Baitullah dan sa’imu antara Shafa dan Marwah, cukup buat hajimu dan ‘umrahmu”. Diriwayatkan oleh Muslim.
Dari Ibnu Abbas r.a. : “Bahwasanya Nabi s.a.w. tidak berlari-lari kecil pada tujuh keliling dalam thawaf ifadlah”. Diriwayatkan oleh Imam yang Lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi, Nasa’i) kecuali Tirmidzi dan disahkan oleh Hakim.
Dari Anas r.a. ; “Bahwasanya Nabi s.a.w. sholat Dhuhur, ‘Ashar, Maghrib dan ‘Isya’, kemudian tidur sebentar di Muhasshab, kemudian naik kendaraan menuju Baitullah, kemudian thawaf padanya”. Diriwayatkan oleh Bukhary.
Dari ‘Aisyah r.a. ; “Bahwasanya ia tidak pernah berbuat demikian (yakni singgah di Abthah), tapi Rasulullah s.a.w. singgah di Abthah, karena ia adalah suatu tempat yang paling mudah bagi beliau keluar. Diriwayatkan oleh Muslim.
Singgah di Abthah ini bukan suatu ibadat, tapi singgahnya Rasulullah s.a.w. di sana itu hanyalah untuk memudahkan beliau pulang ke Madinah.
Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata ; “Orang-orang diperintahkan agar menjadikan urusan mereka yang terakhir (dalam ibadah haji) dengan thawaf di Baitullah, tapi wanita yang haidl diberikan kelonggaran”. Muttafaq ‘alaih (HR. Bukhary dan Muslim).
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 280-281.
Dari Ibnu Abbas r.a. : “Bahwasanya Nabi s.a.w. tidak berlari-lari kecil pada tujuh keliling dalam thawaf ifadlah”. Diriwayatkan oleh Imam yang Lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi, Nasa’i) kecuali Tirmidzi dan disahkan oleh Hakim.
Dari Anas r.a. ; “Bahwasanya Nabi s.a.w. sholat Dhuhur, ‘Ashar, Maghrib dan ‘Isya’, kemudian tidur sebentar di Muhasshab, kemudian naik kendaraan menuju Baitullah, kemudian thawaf padanya”. Diriwayatkan oleh Bukhary.
Dari ‘Aisyah r.a. ; “Bahwasanya ia tidak pernah berbuat demikian (yakni singgah di Abthah), tapi Rasulullah s.a.w. singgah di Abthah, karena ia adalah suatu tempat yang paling mudah bagi beliau keluar. Diriwayatkan oleh Muslim.
Singgah di Abthah ini bukan suatu ibadat, tapi singgahnya Rasulullah s.a.w. di sana itu hanyalah untuk memudahkan beliau pulang ke Madinah.
Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata ; “Orang-orang diperintahkan agar menjadikan urusan mereka yang terakhir (dalam ibadah haji) dengan thawaf di Baitullah, tapi wanita yang haidl diberikan kelonggaran”. Muttafaq ‘alaih (HR. Bukhary dan Muslim).
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Hajji, halaman 280-281.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar