"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Sabtu, 31 Maret 2018

Cara Menguji Sahabat

Al-Ahnaf bin Qais berkata kepada anaknya, “wahai anakku, kalau engkau ingin bersaudara dengan seseorang, buatlah dia marah, kalau dia bisa bersikap objektif, maka berkawanlah dengan dia. Namun kalau tidak, hati-hatilah, karena bisa bersikap objektif di kala marah adalah sikap orang-orang mulia”.

Dr. Muhammad al-Hijari al-Muthairi, Doktor dalam bidang tafsir dan ilmu al-Qur'an Universitas Kuwait. (Twitter : @drmalmutiri) - Twit Ulama  

Nalar Somplak

Note Trip. Dalam sebuah perjalanan tahun 2017 lalu aku mendengarkan pembicaraan orang di bangu depanku. Anggap saja mereka si Gendut dan si Kurus, sekira percakapan mereka :
Gendut : "Orang Islam fanatik itu memang aneh, padahal Tuhan memilih nabi bukan berdasarkan agama."
Kurus : "Bodo amat dengan logika gilamu, bagiku semua nabi itu seorang Muslim. “Ibrahim bukanlah seorang Yahudi ataupun Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang bertauhid dan muslim, dan dia sekali-kali bukan termasuk golongan orang-orang musyrik.” (QS. Ali Imran : 67). Jadi jangan berharap aku ngikuti nalar somplakmu".
Semakin hari menempuh perjalanan semakin senang aku melihat kesadaran beragama saudara-saudara Muslimku. Kalian inspirasiku dalam keta'atan.

Jumat, 30 Maret 2018

Amalan Surga

Di dalam buku “Ihya’ Ulumiddin” karya Imam al-Ghazali pada halaman 592 menuturkan sebuah riwayat bahwa seorang laki-laki meminta kepada Nabi s.a.w. : “Ya Rasulullah, tunjukilah aku kepada amal yang dapat kiranya aku memperoleh surga!”. Maka menjawab Nabi s.a.w. : “Hendaklah kamu menjadi muadzin!”. Menjawab orang itu : “Aku tidak sanggup menjadi muadzin”. Menyambung Nabi s.a.w. : “Hendaklah kamu menjadi imam!”. Menyahut orang itu lagi : “Aku tidak sanggup menjadi imam”. Lalu Nabi s.a.w. bersabda : “Bersholatlah di belakang imam!”. (HR. Bukhari).
-------------------------------------------
Ihya’ Ulumiddin Jilid 1, Imam al-Ghazali, Penerbit C.V. Faizan Jakarta, cetakan kesembilan 1986.

Karena Ketidaktahuan

Ketidaktahuan merupakan sebab berpalingnya seseorang dari sesuatu. Oleh karenanya, mayoritas orang berpaling dari kebenaran dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan mereka.

Allah ta'ala berfirman,
 
بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ الْحَقَّ ۖ فَهُم مُّعْرِضُونَ

“Sebenarnya kebanyakan mereka tidak mengetahui yang hak, karena itu mereka berpaling” [QS. Al-Anbiya`: 24].

Syaikh Prof. Dr. Sa’ud bin Ibrahim al-Syuraim, Imam dan Khatib Masjidil Haram, Dosen dan Profesor di Universitas Ummul Qura Mekkah. (Twitter : @saudalshureem) - Twit Ulama  

Kamis, 29 Maret 2018

Mohon Dihindarkan dari Sifat Dengki

Di dalam al-Qur'an surat al-Hasyr (59) ayat 10;

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوٰنِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ
“Robbanaghfir lanaa wa lii ikhwaaninal-ladziina sabaquunaa bil iimaan, wa laa taj’al fii quluubinaa ghillal-lilladziina aamanuu robbanaa innaka rouufur rahiim.”

Artinya :
Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.

Keterangan :
Menurut keterangan ahli tafsir, adalah para tabi’in dituntut berdo’a dengan do’a ini. (al Baghawy 7 : 54). Do’a yang dibaca orang-orang mukmin untuk orang-orang Anshar dan orang-orang Muhajirin, yang telah dahulu beriman.
------------------------
Al-Quraan dan Terjemahannya, Departeman Agama RI, Pelita II/1978/1979, halaman 917.
Pedoman Dzikir dan Do’a, Prof Dr. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Penerbit PT. Bulan Bintang Jakarta, cetakan kesepuluh 1987, halaman 370.

Menghindari Berlebih-lebihan

Ibnu Hajar - رحمه الله - mengatakan, “kami dan juga ulama-ulama sebelum kami berpendapat bahwa setiap orang yang berlebih-lebihan dalam agama maka dia akan terputus dari rahmat Allah. Hal ini bukan maksudnya melarang orang untuk mencari kesempurnaan dalam beribadah, bahkan itu adalah perkara terpuji. Akan tetapi yang dilarang di sini adalah berlebih-lebihan yang justru menyebabkan orang jadi bosan, atau berlebihan dalam melaksanakan ibadah yang sunnah namun justru mengakibatkan meninggalkan ibadah yang lebih utama atau justru mengakibatkan mengerjakan kewajiban di luar batas waktunya. Contohnya: Seseorang sholat malam semalam suntuk sehingga matanya tidak kuasa menahan kantuk di akhir malam sehingga diapun tertidur dan tidak mengerjakan shalat Subuh berjamaah”. (Fathul Bari 1/94).

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, pengasuh web IslamQA. (Twitter : @almonajjid) - Twit Ulama

Berharap Rahmat Allah

Di dalam al-Qur'an Surat az-Zumar (39) : 9 ; الله سبحانه وتعالى menjelaskan bahwa :

أَمَّنْ هُوَ قٰنِتٌ ءَانَآءَ الَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ الْءَاخِرَةَ وَيَرْجُوا۟ رَحْمَةَ رَبِّهِۦ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ الْأَلْبٰبِ

Atau adakah orang yang beribadah di waktu malam dalam keadaan sujud, berdiri, (karena) takut (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya (sama dengan orang yang durhaka)? Katakanlah, "Apakah sama orang-orang yang tidak mengetahui?" Hanya sesungguhnya yang dapat menerima pelajaran ialah orang-orang yang berakal.

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang disampaikan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Umar رضي الله عنهما dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan "" dalam ayat ini (QS. az-Zumar : 9) ialah Utsman bin 'Affan رَضِيَ اللََّهُ عَنْه (yang selalu bangun malam sujud kepada الله سبحانه وتعالى).
Sedangkan menurut Juwaibir yang bersumber dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما yang dimaksud dengan ayat ini (QS. az-Zumar : 9) adalah 'Ammar bin Yasir رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, Ibnu Mas'ud رَضِيَ اللََّهُ عَنْه dan Salim maula Abu Hudzaifah رَضِيَ اللََّهُ عَنْه.

Tafsir Ayat
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
أَمْ مَنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا

(Apakah kamu, hai orang musyrik, yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri.

Yakni dalam keadaan sujud dan berdirinya mereka berqunut. Karena itulah ada sebagian ulama yang berdalilkan ayat ini mengatakan bahwa qunut ialah khusyuk dalam sholat bukanlah doa yang dibacakan dalam keadaan berdiri semata, yang pendapat ini diikuti oleh ulama lainnya.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Firas, dari Asy-Sya'bi, dari Masruq, dari Ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa al-qanit artinya orang yang selalu taat kepada الله سبحانه وتعالى dan Rasul-Nya.
Ibnu Abbas رضي الله عنهما, Al-Hasan, As-Saddi, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ana-al lail ialah tengah malam, yakni waktu-waktu tengah malam.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Mansur yang mengatakan, bahwa telah sampai kepadanya bahwa makna yang dimaksud ialah waktu malam yang terletak antara Magrib dan Isya.
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ana-al lail ialah permulaan, pertengahan, dan akhirnya.
يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ

Sedangkan ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya.

Yaitu dalam ibadahnya ia takut dan berharap kepada Allah. Dan merupakan suatu keharusan dalam ibadah terpenuhinya hal ini, juga hendaknya perasaan takut kepada Allah mendominasi sebagian besar dari masa hidupnya.
قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُون
َ
Katakanlah, 'Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”
 
Maksudnya, apakah orang yang demikian sama dengan orang yang sebelumnya yang menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah? (Jawabannya tentu saja tidak sama).

إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَاب
ِ
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Yakni sesungguhnya yang mengetahui perbedaan antara golongan ini dan golongan yang sebelumnya hanyalah orang yang mempunyai akal; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 425-426.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 913.
Tafsir Ibnu Katsir Online 

Rabu, 28 Maret 2018

Jika Ditimpa Bencana

Senang dengan musibah yang menimpa ummat Islam, adalah tanda kemunafikan yang jelas, “Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu bencana, mereka berkata: “Sesungguhnya kami sebelumnya telah memperhatikan urusan kami (tidak pergi perang)” dan mereka berpaling dengan rasa gembira.” (QS. at-Taubah : 50).

Dr. Ruqayyah al-Muharib Dosen wanita dalam bidang ilmu hadits di Universitas Putri An-Nuurah. (Twitter : @rokaya_mohareb_) - Twit Ulama 

Selasa, 27 Maret 2018

Renungkan Bersama !

Adz-Dzuhli berkata : aku mendengar Ibnu Mu’in mengatakan, “Membela sunnah lebih utama dari pada berjihad”. Akupun bertanya : “Orang yang menginfakkan hartanya, lelah badannya untuk berjihad, apakah membela sunnah lebih afdhal dari pada ini?”. Adz-Dzuhli berkata, “Ya, jauh lebih afdhal membela sunnah.”

Dr. Muhammad bin Ghaits. Doktor dalam bidang syariah, da’i khatib dan peneliti di UEA. (Twitter : @D_ghaith) - Twit Ulama  

Senin, 26 Maret 2018

Jangan Kau Remehkan !

Ibnul Qoyyim - رحمه الله - mengatakan, boleh jadi engkau tidur, tapi puluhan doa naik untukmu. Dari si fakir yang pernah kau tolong, dari si lapar yang pernah kau beri makan, dari si sedih yang pernah kau hibur atau dari si miskin yang kau bantu. Maka jangan kau remehkan setiap perbuatan baik.

Dr. Muhammad Majdu’ asy-Syahri pengasuh situs aefaf.com penasihat masalah rumah tangga.(Twitter : @mmajdo) - Twit Ulama   

Minggu, 25 Maret 2018

Memperoleh Penghambaan Kepada-Nya

Sebagaimana Islam itu berserah diri kepada Allah dengan penghambaan kepada Allah berupa sholat, puasa dan sedekah, maka Islam pula bermakna menunaikan hak kaum Muslimin dan tidak menggangu mereka.

Maka siapa yang bersikap zhalim atau mengganggu saudaranya sesama muslim, maka dia telah merusak keislamannya sesuai dengan tingkat kezhalimannya, sehingga dia pun berhak mendapatkan hukuman Allah karena kezhaliman tersebut.

Abdullah bin Abdurrazaq al-Badr, putra Syaikh Abdurrazaq al-Badr. (Twitter : @AbuBadrr) - Twit Ulama  

Sabtu, 24 Maret 2018

Cara Beramal

Imam Malik رحمه الله berkata, “Barangsiapa yang ingin Allah bukakan hatinya dengan kebahagiaan, maka hendaklah ia kerjakan amalan secara tersembunyi, dengan kualitas yang lebih baik daripada amalannya yang dikerjakan secara terang-terangan.”

Syaikh Khalid Ibrahim Ash-Sha'qaby, da'i di kementrian pendidikan dan pengajaran KSA. (Twitter : @KhaledAlSaqaby) - Twit Ulama 

Jumat, 23 Maret 2018

Bila Terdengar Seruan Adzan

Di dalam buku "Ihya’ Ulumiddin" karya Imam Al-Ghazali رحمه الله, halaman 512 beliau menuliskan bahwa  bersabda Nabi ﷺ : “Idzaa sami-tumun nidaa-a faquuluu mitsla maa yaquulul muadzdzin”. (Apabila kamu mendengar seruan adzan, maka ucapkanlah apa yang diucapkan oleh muadzdzin itu).
Mengucapkan yang demikian itu adalah sunat, kecuali mengenai :
“Hayya ‘alash-sholaah” dan “Hayya ‘alal falaah”, maka ucapkan pada keduanya “Laa haula wa laa quwwata illa billaah”. Dan pada ucapan muadzdzin : “Qodqoomatish-sholaah”, maka pendengar mengucapkan : “’Aqaamanallaahu wa adaamahaa maa daamatis samaa waatu wal ardl” (Ditegakkan Allah kiranya sholat itu dan dikekalkan-Nya selama kekal langit dan bumi).
Dan pada tatswib, yaitu ucapan muadzdzin pada sholat subuh; “Ashsholaatu khoirum-minan-nauum” (Sholat itu lebih baik daripada tidur), maka pendengarnya mengucapkan “Shodaqta wa bararta wa nashahta” (Benar engkau telah berbuat kebajikan dan engkau telah memberi nasehat).
Ketika selesai adzan, maka dibacakan do’a, yaitu :
“Allahumma robbahaadzihid da’watittaammati wash-sholaatil qoo-imati, aati Muhammadanil wasiilaata wal fadliilata wad darajatar rafii’ata wab ‘atshul maqoomal mahmuudal ladzii wa ‘adtahu, innaka laa tukhliful mii ‘aad” (Ya Allah, Ya Tuhanku yang memiliki do’a ini, yang sempurna dan sholat yang berdiri tegak. Berikanlah kepada Muhammad jalan kelebihan dan derajat tinggi. Dan bangkitkanlah dia pada tempat terpuji yang telah Engkau janjikan! Sesungguhnya Engkau tiada menyalahi janji).
Di dalam buku "Mukhtashar-Zadul Ma'ad" karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah رحمه الله, halaman 137, beliau menuliskan bahwa berdo'a untuk diri sendiri setelah mengucapkan do'a seusai adzan dan memohon karunia Allah ta'ala, niscaya Dia akan mengabulkannya. Disebutkan di dalam hadits shahih, Beliau bersabda; "Do'a tidak akan tertolak antara adzan dan iqomah". Sahabat bertanya; "Apa yang harus kami ucapkan wahai Rasulullah?". Beliau menjawab ; "Mohonlah afiat kepada Allah di dunia dan di akhirat". (HR. at-Tirmidzy dan Ahmad).
Pada beberapa riwayat Rasulullah ﷺ banyak mengajarkan kepada para sahabat do'a ke'afiatan. Di dalam buku "Tarjamah Riadhus Shalihin 2" halaman 370-371, Rasulullah ﷺ mengajarkan kepada Ibnu Umar رضي الله عنهما do'a sebagai berikut :
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ

 "Allahumma inni a’udzu bika min zawali ni’matika wa tahawwuli afiyatika wafaj’atiniqmatika wa jami’i sakhotika" (Wahai Tuhanku, bahwasannya aku berlindung diri dengan Engkau dari kehilangan nikmat, dari berpindah ke'afiatan, dari datang bencana dengan tiba-tiba dan dari segala kemarahan Engkau).
-----------------------------
Bibliography :
Tarjamah Riadhus Shalihin 2, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979.
Ihya’ Ulumiddin Jilid 1, Imam Al-Ghazali, Penerbit CV. Faizan Jakarta, cetakan kesembilan 1986.
Mukhtashar-Zadul Ma'ad, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah رحمه الله, Penerbit Pustaka Azzam Jakarta, cetakan pertama, Pebruari 1999. 

Mengucapkan Selamat Ramadhan

Tidak apa-apa saling mengucapkan selamat dengan masuknya bulan Ramadhan, berdasarkan apa yang diriwayatkan dalam Sunan dan Shahih Ibnu Majah, bahwa Rasulullah ﷺ mengatakan, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh berkah”

Dr. Shalih al-Syamrani, Dosen Fiqih di Universitas Ummul Qura, Saudi Arabia. (Twitter : @d_alshamrani) - Twit Ulama 

Kamis, 22 Maret 2018

Mohon Tetap Bersyukur dan Kebaikan untuk Anak Cucu

Di al-Qur'an surat al-Ahqaaf (46) ayat 15;

رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَصْلِحْ لِى فِى ذُرِّيَّتِىٓ ۖ إِنِّى تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّى مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Robbi auzi’nii an asykura ni’matakal latii an’amta ‘alaiyya wa ‘alaa waalidayya wa an a’mala shoolihan tardhaahu wa ashlih lii fii dzurriyyatii, innii tubtu ilaika wa innii minal muslimiin”.

Artinya :
Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang sholeh yang Engkau ridhoi, berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.

Keterangan :
Di dalam tafsir al-Azhar Juzu’ 26 karya Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka) diterangkan bahwa dipangkal ayat bahwa setelah manusia berumur empat puluh tahun, barulah mantap tumbuhnya kedewasaan. Barulah manusia mensyukuri nikmat kehidupan yang telah dianugerahkan Tuhan kepadanya, karena memang setelah umur empat puluh tahun, pada umumnya manusia baru mencapai kematangan dan kemantapan sebagai insan.
------------------------
Al-Quraan dan Terjemahannya, Departeman Agama RI, Pelita II/1978/1979, halaman 824.
Tafsir al-Azhar Juzu’ 26, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Pustaka Islam Surabaya, cetakan ketiga 1984, halaman 36-44.

Akan Datang Zaman

Nabi ﷺ telah memberitakan tentang suatu zaman dimana akan keluar orang-orang bodoh di zaman tersebut mejadi pemimpin umat. Mereka pun berfatwa tanpa ilmu, akhirnya menyesatkan umat. Saya berpandangan bahwa fatwa para tokoh filsafat yang membenarkan prinsip agama mereka, itu menunjukkan benarnya berita Nabi ﷺ.

Dr. Fawz Abdullathif Kurdi, Dokter Akidah di Riyadh. (Twitter : @fowz_3k) - Twit Ulama

Penuh Ikhlas Ibadah pada Allah Ta'ala

Di dalam al-Qur'an Surat az-Zumar (39) : 3 ; الله سبحانه وتعالى menjelaskan bahwa :

أَلَا لِلَّـهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا۟ مِن دُونِهِۦٓ أَوْلِيَآءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى اللَّـهِ زُلْفَىٰٓ إِنَّ اللَّـهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِى مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّـهَ لَا يَهْدِى مَنْ هُوَ كٰذِبٌ كَفَّارٌ

Ketahuilah hanya bagi Allah agama yang suci. Dan orang-orang yang mengadakan pelindung-pelindung selain-Nya (berkata); "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka lebih mendekatkan kami kepada Allah." Sesungguhnya Allah akan memutuskan diantara mereka tentang apa yang mereka mempersilahkannya. Sesungguhnya Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang yang dia dusta lagi sangat ingkar.

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang dikemukakan oleh Juwaibir yang bersumber dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما, bahwa ayat ini (QS. az-Zumar : 3) turun berkenaan dengan tiga suku bangsawan; "Amir, Kinanah dan Bani Salamah, yang menyembah berhala dan menganggap bahwa malaikat itu puteri-puteri Allah, serta penyembahan terhadap berhala-berhala hanyalah untuk menghampirkan diri kepada الله سبحانه وتعالى.
Ayat ini (QS. az-Zumar : 3) turun sebagai penegasan dari الله سبحانه وتعالى bahwa ucapan mereka itu hanyalah dusta belaka dan kedustaannya itu akan dibuktikan kelak di akhirat.

Tafsir Ayat
أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).
Maksudnya, tiada suatu amal pun yang diterima kecuali yang dikerjakan oleh pelakunya dengan niat ikhlas hanya karena Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Bahwa yang dimaksud ialah persaksian yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan hanya Allah.
Kemudian الله سبحانه وتعالى memberitahukan tentang alasan orang-orang musyrik yang menyembah berhala-berhala, bahwa mereka mengatakan :
مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى

Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.

Yakni sesungguhnya hal yang mendorong mereka menyembah berhala-berhala itu hanyalah karena berhala-berhala tersebut mereka pahat dengan rupa malaikat-malaikat yang terdekat (dengan Allah) menurut dugaan mereka. Lalu mereka sembah patung-patung itu yang mereka anggap sebagai malaikat-malaikat.yang terdekat, agar malaikat-malaikat tersebut mau meminta pertolongan bagi mereka di sisi الله سبحانه وتعالى untuk menolong mereka, memberi mereka rezeki, dan melepaskan dari mereka perkara duniawi yang menimpa diri mereka. Adapun terhadap hari kemudian, maka mereka mengingkari dan kafir terhadapnya.
Kekeliruan semacam inilah yang sengaja dilakukan oleh orang-orang musyrik di masa silam dan masa sekarang. Lalu datanglah kepada mereka para rasul yang menolak keyakinan seperti ini, melarangnya, serta menyeru mereka untuk memurnikan penyebaran hanya kepada الله سبحانه وتعالى semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang dibuat-buat oleh orang-orang musyrik dari diri mereka sendiri. Allah tidak mengizinkan hal itu, tidak merestuinya, bahkan murka terhadapnya dan melarangnya.
إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ

Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka (kelak di hari kiamat) tentang apa yang mereka berselisih padanya.

Yakni kelak Allah akan memutuskan perkara di antara semua makhluk­-Nya pada hari mereka dikembalikan, dan Dia akan membalas setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.

إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ

Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.

Maksudnya, الله سبحانه وتعالى tidak menunjuki mereka ke jalan hidayah, yaitu orang-orang yang tujuannya dusta dan mengada-adakan kebohongan terhadap الله سبحانه وتعالى serta hatinya kafir kepada ayat-ayat-Nya, juga ingkar kepada hujah-hujah dan bukti-bukti yang jelas dari-Nya. Kemudian الله سبحانه وتعالى menjelaskan bahwa Dia tidak beranak, tidak seperti apa yang dikira oleh orang-orang yang bodoh dari kalangan kaum musyrik yang mengira bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah, juga tidak seperti yang diduga oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani terhadap Uzair dan Isa.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 425.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 911.
Ibnu Katsir Online   

Rabu, 21 Maret 2018

Nasihat Dunia Dan Akhirat

Pesan yang memuat kebaikan dunia dan akhirat : Nabi kita Muhammad ﷺ bersabda, “Bertaqwalah kepada Allah dimana pun engkau berada. Ikutilah keburukan dengan kebaikan, niscaya kebaikan tersebut akan menghapus keburukan sebelumnya. Dan perlakukanlah orang lain dengan akhlak yang baik”

Dr. Muhammad bin Ghaits. Doktor dalam bidang syariah, da'i khatib dan peneliti di UEA. (Twitter : @D_ghaith) - Twit Ulama  

Selasa, 20 Maret 2018

Tahun Yang Berlalu

Tahun-tahun yang telah berlalu dari umurmu adalah amanah, dan Anda akan ditanya tentang umur Anda itu, untuk apa Anda habiskan? Apakah menginvestasikan umur Anda untuk kebaikan, atau Anda menyia-nyiakannya,

Dr Khalid Manshur ad Durais pengajar Jurusan ilmu hadits di salah satu Universitas di Riyadh. (Twitter : @KhalidMAlDrees) - Twit Ulama 

Sa'atnya Meneladani Rasulullah ﷺ

Masalah besar yang kita saksikan dengan sangat jelas dan terang di dunia Islam adalah bahwa komitmen terhadap akhlak yang diserukan oleh Islam dan dianjurkan dalam al-Qur'an dan as-Sunnah masih sangat jauh dari harapan.
Kita lihat bahwa Islam berada pada suatu lembah sementara kaum muslimin berada pada lembah lainnya. Orang Islam hanya sebatas nama, identitas dan kebangsaan saja, adapun dalam pengamalan, komitmen dan mu'amalah serta perangai, sama sekali tidak tersentuh oleh nilai-nilai ajaran Islam sedikit pun, arahan-arahannya tidak memiliki peran, rambu-rambunya tidak memiliki kedudukan, dan prinsip-prinsipnya tidak dihormati.
Demikian pula kita saksikan dari hari kehari manusia semakin jauh dari petunjuk Islam, dan semakin lalai dalam merealisasikannya. Fenomena inilah yang menjelaskan mengapa kaum Muslimin ditimpa kondisi yang sangat menyedihkan; bencana-bencana menimpa mereka setiap hari, kekalahan militer dan psikis yang menimpa mereka di setiap tempat dan ketertinggalan dalam bidang teknologi, indutri, dan pertanian dimana umat-umat lain jauh melangkah mendahului kita.
Sungguh telah tiba masanya umat Islam kembali kepada agamanya, telah tiba waktunya bagi kaum Muslimin untuk kembali kepada Islam yang hanif dan telah tiba waktu yang sangat kondusif agar mereka merenungkan layaknya seorang arif lagi mendalam pemahamannya, agar mereka menyingkap bahwa para pendahulu mereka yang shalih mulia karena Islam, kekuatan mereka bersumber dari Islam, kemajuan mereka disebabkan karena Islam dan bahwa generasi pelanjut tidak mungkin memiliki kemuliaan, kekuatan dan kemajuan melainkan dengan berpegang teguh kepada Islam, sebagaimana diperintahkan dalam kitab Allah Azza wa Jalla dan sangat dianjurkan oleh sunnah Nabi ﷺ.

Inilah Rasulullah
Keterangan Ilahi yang menjelaskan kepada kita tentang Rasulullah ﷺ dan menerangkan sifat beliau; "Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar, berbudi pekerti yang luhur". (QS. al-Qalam : 4).
Pada tempat yang lain Allah ta'ala menjelaskan kepada kita mengenai akhlak Rasulullah ; "Jadilah pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh". (QS al-A'raaf : 199).
Dalam Shahih Muslim dari Sa'd bin Hisyam, ia bertanya kepada 'Aisyah رَضِيَ اللََّهُ عَنْه tentang akhlak Rasulullah ﷺ. 'Aisyah menjawab; "Akhlak beliau adalah al-Qur'an". Ia lalu berkata, "Saya bertekad segera berdiri dan pergi, serta tidak bertanya lagi sesuatu apapun".
Anas bin Malik رَضِيَ اللََّهُ عَنْه -pelayan Rasulullah ﷺ- berkata; "Rasulullah adalah manusia yang paling baik akhlaknya".
Lebih lanjut Anas رَضِيَ اللََّهُ عَنْه berkata; Saya tidak pernah menyentuh kain sutera yang lebih lembut dari tangan Rasulullah ﷺ, dan tidak pernah sama sekali saya mencium bau yang lebih wangi dari wewangian beliau . Saya pernah menjadi pelayan Rasulullah ﷺ selama sepuluh tahun dan beliau sama sekali tidak pernah berkata kepada saya, "Cih", dan tidak pernah mengatakan terhadap apa yang aku perbuat, "Mengapa kamu melakukan ini?", dan tidak pernah aku melakukan sesuatu lalu beliau berkata, "Seandainya kamu melakukan ini?!"
Nabi ﷺ memotivasi orang-orang beriman untuk senantiasa komitmen terhadap akhlak yang baik dan menjauhi perangai yang keji.
At-Tirmidzy meriwayatkan dari Abu Ad-Darda' رَضِيَ اللََّهُ عَنْه bahwa Nabi bersabda ﷺ; "Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan seorang mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah benar-benar membenci kekejian yang kotor".
Beliau juga menjelaskan bahwa yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga adalah akhlak yang baik dan takwa kepada Allah.
Dalam Sunan at-Tirmidzy disebutkan dari Abu Hurairah رَضِيَ اللََّهُ عَنْه; "Bahwa Rasulullah ditanya tentang apa yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam surga? Beliau menjawab, "Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik"".
Beliau juga ditanya tentang yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka? Beliau menjawab, "Mulut dan kemaluan". Lalu beliau menjelaskan bahwa orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.
Di dalam Sunan at-Tirmidzy disebutkan dari 'Aisyah رَضِيَ اللََّهُ عَنْه dari Nabi ﷺ, "Sesungguhnya orang mukmin yang paling sempurna imanya adalah mereka yang paling baik akhlaknya dan yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik terhadap isterinya".
Rasulullah ﷺ menjadikan orang yang paling dekat tempat duduknya dari beliau pada hari kiamat adalah orang yang memiliki akhlak terpuji, dan yang paling jauh darinya adalah orang yang memiliki akhlak tercela.
Di dalam Sunan at-Tirmidzy disebutkan dari Jabir رَضِيَ اللََّهُ عَنْه dari Nabi ﷺ, "Sesungguhnya orang yang paling aku cintai di antara kalian, paling dekat majelisnya kepadaku pada hari kiamat adalah orang yang baik akhlaknya. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci di antara kalian dan paling jauh majelisnya dariku pada hari kiamat adalah orang yang banyak berceloteh, lebar mulut dan al-mutafaihiquun". Mereka berkata, "Kami telah mengetahui orang yang banyak berceloteh dan lebar mulut, lalu apa yang dimaksud dengan al-mutafaihiquun?" Beliau menjawab, "Orang-orang yang sombong".
--------------------------------
Inspirasi :
Tazkiyatun Nafs
, Ibnu Taimiyah رحمه الله, Penerbit : Darus Sunnah Press, Jakarta Timur, Cetakan Pertama : November 2008.

Senin, 19 Maret 2018

Katakanlah “Aku Sholat Dulu”..!

Jangan katakan pada sholatmu, “aku ada pekerjaan dulu”, tapi katakan pada pekerjaanmu, “aku sholat dulu”!!

Sholat itu mendatangkan kesuksesan, bagaimana mungkin bisa sukses orang yang tidak sholat? Semoga Allah meneguhkan kita dan memberi hidayah pada kita untuk ta'at kepada-Nya dan beribadah dengan baik kepada-Nya. ‏

Dr. Ahmad Isa al-Mu’sharawi, ketua lajnah tashih al-Qur'an di al-Azhar, Doktor ilmu hadits Universitas al-Azhar, Mesir. (Twitter : @elmasrw) - Twit Ulama  

Minggu, 18 Maret 2018

Jangan Remehkan Kesombongan

Secuil kesombongan lebih berbahaya daripada segunung dosa. Karena kesombongan bukan hanya sebuah dosa. Namun ia merupakan pintu untuk dosa-dosa lainnya. Awal kesombongan adalah menolak kebenaran karena hawa nafsu.
Nabi ﷺ pernah bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat secuil kesombongan”

Syaikh Abdul Aziz Ath-Tharifi, Da'i di Saudi, pernah menjabat sebagai Peneliti Ilmiah di Departemen Masalah Islam di Riyadh. (Twitter : @abdulaziztarefe) - Twit Ulama 

Sabtu, 17 Maret 2018

Sesuai Besarnya Semangat

Sekadar niat, semangat, keinginan dan kemauan seorang hamba, sekadar itu pulalah taufik dan pertolongan Allah untuknya. Maka, bantuan Allah turun kepada hamba sesuai dengan besarnya semangat mereka (Ibnul Qayyim - رحمه الله -)

Syaikh Sami al-‘Azimy mantan ketua program ekonomi Islam di Universitas Kuwait, Staff di Dewan pencentakan dan penyebaran al Quran dan Sunnah di Kuwait. (Twitter : @sami_alazmy) - Twit Ulama  

Jumat, 16 Maret 2018

Faedah Fiqhiyah

Pendapat yang kuat bahwasannya orang yang pingsan tidak wajib meng-qodo sholat, di-qias-kan dengan orang gila karena akalnya hilang secara total dan tidak di-qias-kan dengan orang tidur. Sebagaimana orang gila yang sadar tidak disuruh untuk meng-qodo sholat.
Berbeda dengan orang yang tidur maka akalnya tidak hilang secara sempurna.
Bagitu pula halnya orang yang hilang akalnya karena dibius karena kebutuhan operasi misalnya, maka tidak juga diwajibkan untuk meng-qodo. Akan tetapi menurut Syaikh Bin Baaz jika ia meng-qodo selama tiga hari maka lebih hati-hati.

Pelajaran Berharga

“Dan bukan maksudku untuk memberatkanmu” (QS. al-Qashash : 27)

(Perkataan ayah wanita Madyan, yang hendak memberikan syarat dalam perjodohan putrinya dengan Nabi Musa alaihissalam –pent).
Sebuah pelajaran yang berharga dari perkataan singkat ini bagi setiap ayah yang sering memaksakan syarat dan berbagai permintaan,serta banyak ikut campur dalam urusan rumah tangga putrinya yang akhirnya membuat susah menantunya.

Dr. Abdullah Muhammad al-Muqhim, dosen Universitas Ibnu Su'ud, Riyadh. (Twitter : @ALMOQHEM) - Twit Ulama   

Kamis, 15 Maret 2018

Hisablah Dirimu Sebelum Yaumul Hisaab

Segala puji bagi Allôh yang menerima taubat dari para hamba-Nya, dan memaafkan kesalahan, rahmat dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, melipatgandakan kebaikan dengan karunia-Nya dan mengangkat derajat pelakunya. Dan aku bersaksi bahwa bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allôh tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang melemahkan-Nya di bumi maupun di langit. Dan aku bersaksi bahwa Nabi kita dan pemimpin kita Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya, Allôh telah menguatkannya dengan pertolongan-Nya dan mu'jizat-Nya. Ya Allôh bersholawatlah dan bersalamlah serta berkahilah untuk hamba-Mu dan rasul-Mu Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya, yang telah mendahului kepada kebaikan. Ammâ ba'du.
Bertaqwalah kalian kepada Allôh dengan mendekatkan diri kepada Allôh dengan sesuatu yang membuat ridho Allôh, dan menjauhkan diri dari apa yang membuat marah Allôh dan menyakiti-Nya. Sungguh telah beruntung dan telah menang orang yang bertaqwa, dan merugi orang mengikuti hawa nafsunya.
Wahai para hamba Allôh, ketahuilah bahwa kesuksesan seorang manusia dan kebahagiaannya adalah terletak bagaimana dia mengatur dirinya, memuhasabah dirinya baik dalam perkara yang kecil maupun yang besar. Maka barangsiapa yang memuhasabah dirinya dan mengatur ucapan dan perbuatannya serta hatinya dengan apa yang membuat dicintai dan diridhoi  Allôh   maka sungguh dia telah beruntung dengan keuntungan yang besar.
Allôh berfirman :

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)  [النازعات/40-41]

"Dan adapun orang yang takut berdiri di hadapan Allôh kelak dan menahan hawa nafsunya maka surga adalah tempat tinggalnya"

Dan Allôh berfirman :

وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ (46) [الرحمن/46]

"Dan bagi orang yang takut berdiri di hadapan Robbnya dua surga",

Dan Allôh 'azza wa jalla berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) [الحشر/18]

"Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allôh dan hendaklah setiap jiwa melihat apa yang sudah dia kerjakan untuk esok hari, dan bertaqwalah kepada Allôh, sesungguhnya Allôh mengetahui apa yang kalian kerjakan"

Dan Allôh 'azza wa jalla berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ (201) [الأعراف/201]

"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila digoda oleh sekelompok syetan mereka segera ingat, maka tiba-tiba mereka bisa melihat/sadar"
Dan Allôh ta'âlâ juga berfirman :

وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ (2) [القيامة/2]

"Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang suka mencela"

Berkata para mufassirin: "Allôh bersumpah dengan jiwa yang senantiasa mencela dirinya karena kurang dalam melaksanakan kewajiban dan mencela karena melakukan sebagian kemaksiatan, maka jiwa tersebut banyak mencela sehingga luruslah perkara jiwa tersebut.
Dan dari Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhu beliau berkata: Rosûlullôh shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allôh dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam" (HR. Al Bukhôri dan Muslim), dan hal ini tidak mungkin dilakukan kecuali dengan memuhasabah jiwa.

Dan dari Syaddâd bin Aus dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau berkata :

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، ثُمَّ تَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

"Orang yang cerdik adalah orang yang menundukkan dirinya dan beramal untuk setelah mati, dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan atas Allôh dengan berbagai angan-angan." (Hadits Hasan).

Berkata 'Umar bin Al Khoththôb rodhiyallôhu 'anhu:

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوها قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا، وَتَأهَّبُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ
"Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal"

Berkata Maimûn bin Mahrôn :

المُتَّقِي أَشَدُّ مُحَاسَبَةً لِنَفْسِهِ مِنَ الشَّرِيْكِ الشَّحِيْحِ لِشَرِيْكِهِ
"Orang yang bertaqwa lebih keras dalam memuhâsabah dirinya daripada seorang sekutu (rekan kerja) yang tamak yang membuat perhitungan dengan rekan kerjanya"

Dan berkata 'Abdullôh bin Mas'ûd :

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ جَالِسٌ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَنْقَلِبَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ لَهُ: هَكَذَا فَذَهَبَ، وَأَمَرَّ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ

"Seorang yang beriman melihat dosa-dosanya seperti dia berada di bawah gunung, dia takut apabila gunung tersebut menimpanya, dan seorang fasiq melihat dosa-dosanya seperti lalat yang terbang di atas hidungnya, maka dia singkirkan seperti ini, yaitu diusir dengan telapak tangannya" (HR. Al Bukhôri).

Seorang yang beriman memuhâsabah dirinya dan mengawasinya serta meluruskannya supaya berada di atas keadaan yang paling baik, maka dia memuhâsabah dirinya atas amal perbuatannya, memaksakan dirinya sendiri supaya beribadah dan taat sehingga bisa beribadah dengan keikhlashan yang sempurna, bersih dari kotoran bid'ah, riyâ, ujub dalam amal, dia mencari dengan amalannya wajah Allôh dan negeri akhirat, dan memuhâsabah dirinya supaya amal sholihnya bisa sesuai dengan sunnah Nabi, terus-menerus dilakukan dan kontinyu tanpa tertolak dan tanpa terputus, Allôh ta'âlâ berfirman :

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69)
"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam jalan Kami maka Kami akan tunjuki dia jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allôh bersama orang-orang yang muhsin"

Khuthbah Jum'ah Di Masjid Nabawi 18/3/1436 H; Khotîb: Syeikh Ali bin Abdurrohmân Al Hudzaifi hafizohullah; Diterjemahkan oleh Ust Abdullah Roy, MA.

Baca selengkapnya disini

Yang Paling Banyak Salah

قال محمد بن سيرين -رحمه الله-
:
( إنَّ أكثر الناس خطايا أكثرهم ذكرًا لخطايا الناس ) 
[المجالسة وجواهر العلم 86/6]

"Orang yang paling banyak salahnya adalah orang yang paling banyak mengingat kesalahan orang lain" (Muhammad ibn Sirin -رحمه الله-)

Dr. Shalih As-Sulthan (Twitter : @_salehalsultan) - Twit Ulama      

Rabu, 14 Maret 2018

Sebuah Hukuman Besar

Di antara hukuman dosa yang terbesar yang dirasakan seorang hamba adalah ketika dia tidak bisa merasakan lezatnya berbuat ketaatan. Dalam hadits disebutkan bahwa iman itu memiliki rasa yang manis, yang didapatkan sesuai dengan kadar kesungguhan seorang hamba. ‏

Syeikh Naif al-Yahya, sedang menempuh S3 Jurusan Perbandingan Fikih. (Twitter : @Naif_ALYahya) - Twit Ulama 

Selasa, 13 Maret 2018

Semangat…!

"Jika Allah telah menolong setiap urusanmu, Allah akan menyiapkan segala macam sebab kebahagiaan untukmu yang mungkin tidak Anda sadari. Maka katakanlah dengan penuh keyakinan, Kuserahkan segala urusanku kepada Allah".

Dr. Muhammad al-Hijari al-Muthairi, Doktor dalam bidang tafsir dan ilmu al-Qur'an Universitas Kuwait.(Twitter : @drmalmutiri) - Twit Ulama  

Senin, 12 Maret 2018

Menyebarkan Hikmah

Al-Hasan mengatakan, “Seorang mukmin akan berusaha menyebarkan hikmah (agama) Allah. Jika hikmah Allah tersebut diterima, ia memuji Allah. Dan jika ditolak, ia tetap memuji Allah”.

As-Sijziy berkata, “Alasan kenapa tetap memuji Allah meski ditolak adalah karena ia telah diberikan taufiq untuk menunaikan kewajiban dirinya (untuk berdakwah -pent)”.

Dr. Muhammad bin Ghaits. Doktor dalam bidang syariah, da'i khatib dan peneliti di UEA. (Twitter : @D_ghaith) - Twit Ulama  

Minggu, 11 Maret 2018

Bagaimana Istiqomah ?

Sebagian salaf ditanya, bagaimana kondisi kalian bisa istiqomah? Mereka menjawab, “Kita melakukan hal yang sunnah, seakan-akan itu kewajiban. Kita pun menjauhi hal yang makruh, seakan-akan itu keharaman. Dengan itulah kita bisa istiqomah. ‏

Syaikh Prof.Dr. Sa'ud Al-Funaisan, Profesor bidang Syariah Universitas Imam Muhammad bin Su'ud, Riyadh. (Twitter : @saudAlfunaysan) - Twit Ulama 

Sabtu, 10 Maret 2018

Seburuk – buruk Teman

Seburuk-buruk teman adalah teman yang membuatmu harus melakukan banyak basa-basi kepadanya. Seburuk-buruk teman adalah teman yang membuatmu harus mengatakan padanya, “Do’akan saya!”. Seburuk-buruk teman adalah teman yang membuatmu sering memberikan permakluman”
(Yahya bin Mu’adz)

Syaikh Prof. Dr. Ahmad al-Batiliy, Profesor bidang Ilmu Sunnah di Universitas Al-Imam, Riyadh. (Twitter : @DrAhmadAlbatli) - Twit Ulama 

Jumat, 09 Maret 2018

Tentang Sunat di Pemandian Umum

Berada di embung atau kolam selepas air terjun begitu menyenangkan bila dapat berendam ataupun mandi. Begitu pula berendam ataupun mandi menikmati hangatnya sumber air panas alam di suatu tempat di lereng gunung. Tentulah berada semisal ditempat tersebut yang terkenal pastilah berkumpul banyak orang dan inilah buah pikir Imam al-Ghazali yang mestinya menjadi rambu-rambu bagi yang ingin tetap berada dalam kebaikan.
Di dalam buku “Ihya’ Ulumiddin” karya Imam al-Ghazali pada halaman 490 - 494 menuturkan bahwa masuk hammam (pemandian umum) itu mempunyai beberapa sunat yang mesti dipenuhi. Sunat tersebut berupa NIAT, tidak masuk hammam karena dunia dan tidak untuk bermain-main karena dorongan hawa nafsu. Tetapi maksudnya mendatangi hammam ialah memenuhi kebersihan yang amat disukai, karena perhiasan bagi sholat. Kemudian memberi kepada penjaga tempat pemandian umum itu UANG SEWA-nya sebelum masuk. Maka sesungguhnya apa yang akan dipakai oleh orang itu secara maksimal tiada diketahui. Dan begitu pula apa yang ditunggu oleh panjaga tempat pemandian umum itu. Maka menyerahkan uang sewanya sebelum masuk adalah menolakkan kebodohan dari salah satu dari dua yang ditukarkan itu dan untuk membaikkan bagi dirinya.
Kemudian orang yang masuk ke dalam pemandian umum itu, MENDAHULUKAN KAKINYA YANG KIRI, ketika masuk seraya membaca do’a yang artinya : “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Aku berlindung dengan Allah dari kotoran yang najis, keji lagi dikejikan, setan yang terkutuk”.
Kemudian masuk ke tempat pemandian umum itu di dalam KEADAAN YANG SUNYI atau MENUNGGU KESUNYIAN tempat pemandian umum itu. Karena jikalau tidak ada pada tempat pemandian umum itu, selain dari ahli agama dan orang-orang yang memelihara auratnya, maka memandang kepada badan-badan yang terbuka, adalah banyak sedikitnya bercampur dengan perasaan malu. Dan itu mengingatkan kepada memandang aurat-aurat orang. Kemudian tidaklah terlepas manusia itu dalam gerak-geriknya dari terbuka aurat, disebabkan terangkat tepi kain sarungnya, lalu jatuhlah pandangan kepada aurat dengan tidak sengaja. Karena itulah Ibnu Umar r.a. menutup kedua matanya.
Dan MEMBASUH KEDUA BAHAGIAN TUBUH ketika masuk. Dan janganlah bersegera masuk tempat pemandian yang sangat panas, sehingga keluarlah peluhnya pada pertamanya. Dan bahwa mengingati akan panasnya api neraka dengan panasnya tempat pemandian umum itu. Dan mengumpamakan dirinya terkurung pada tempat yang panas itu satu jam dan membandingkannya kepada neraka jahannam. Karena tempat pemandian umum itu adalah rumah yang lebih menyerupai dengan neraka jahannam, di mana, apinya di bawah dan gelapnya di atas.
Kita berlindung dengan Alllah dari yang demikian !
Setengah daripada sunat, bahwa TIADA MEMBERI SALAM KETIKA MASUK KE TEMPAT PEMANDIAN UMUM itu. Jika orang memberi salam kepadanya, maka jangan dijawabnya dengan kata-kata salam, tetapi berdiam diri saja, jika ada orang lain yang menjawabnya. Dan kalau ia suka, maka baiklah menjawab : “Kiranya Allah memberikan kesehatan kepadamu!”. Tiada mengapa ia berjabat tangan dengan orang yang masuk, seraya mengucapkan sebagai permulaan percakapan : “Kiranya Allah memberikan kesehatan kepadamu!”. Kemudian TIADA MEMBANYAKKAN PERCAKAPAN DI DALAM TEMPAT PEMANDIAN UMUM itu dan tiada membaca ayat al-Qur’an, kecuali dengan hati saja. Tiada mengapa membaca A’udzu billah, artinya memohonkan perlindungan dengan Allah daripada setan, dengan suara keras.
MAKRUH, MASUK TEMPAT PEMANDIAN UMUM DIANTARA MAGHRIB DAN ‘ISYA dan mendekati matahari terbenam. Karena ketika itu adalah waktu berkeliaran setan-setan.
TIADA MENGAPA BADANNYA DIGOSOK ORANG LAIN. Telah dinukilkan demikian dari Yusuf bin ‘Asbath bahwa dia meninggalkan wasiat untuk dimandikan dia oleh orang yang bukan sahabatnya. Dia berkata : “Bahwa orang itu telah menggosokkan badanku sekali di tempat pemandian umum, maka aku bermaksud membalaskan jasanya dengan sesuatu yang disukainya. Dan sesungguhnya dia akan bergembira dengan yang demikian itu”.
Kemudian tatkala telah siap dari tempat pemandian umum itu, maka BERSYUKURLAH KEPADA ALLAH ‘Azza wa Jalla atas nikmat-Nya. Orang mengatakan bahwa air yang panas pada musim dingin adalah suatu nikmat yang diminta.
Berkata Ibnu Umar r.a. : “Tempat pemandian umum itu adalah termasuk nikmat yang diadakan oleh manusia ramai”.
Adapun dari segi kesehatan, maka orang mengatakan bahwa mandi di tempat pemandian umum itu sesudah memakai obat yang membersihkan rambut kepala, menjamin daripada penyakit kusta. Dan ada yang mengatakan bahwa membersihkan rambut kepala pada tiap-tiap bulan sekali, menghilangkan bintik-bintik kuning pada badan, membersihkan warna kulit dan menambah kekuatan tenaga bersetubuh. Dan orang mengatakan bahwa membuang air kecil di tempat pemandian umum itu, dengan berdiri pada musim dingin, adalah lebih bermanfa’at daripada minum obat. Dan ada yang mengatakan bahwa tidur pada musim panas sesudah mandi di hammam itu menyamai dengan minum obat. Dan membasuh dua tapak kaki dengan air dingin, setelah keluar dari hammam adalah menjamin daripada penyakit bengkak pada otot kaki.
Dimakruhkan menuang air dingin ke atas kepala ketika keluar dari hammam. Demikian juga meminumnya. Yang tersebut itu adalah hukumnya mengenai laki-laki.
Adapun wanita, maka telah bersabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam : “Tidak halal bagi laki-laki memasukkan isterinya ke hammam dan dalam rumahnya mempunyai hammam”. (HR. At-Tirmidzi, an-Nasa’i dan al-Hakim dari Jabir dan dipandangnya shahih).
Dan hadits masyur : “Bahwa haram kepada laki-laki memasuki hammam, selain dengan berkain sarung. Dan haram atas wanita memasuki hammam, kecuali sedang bernifas atau sakit”. (HR. An-Nasa’i dan al-Hakim dari Jabir)
Dan ‘Aisyah radhiyallahu anhuma telah memasuki hammam di waktu dia menderita sakit.
Kalau wanita itu masuk hammam karena sesuatu kepentingan, maka janganlah masuk kecuali dengan kain sarung yang lengkap. Dimakruhkan bagi laki-laki memberi kepada wanita sewa hammam, karena yang demikian itu merupakan pertolongan kepada wanita untuk berbuat yang makruh.
-------------------------------------------
Ihya’ Ulumiddin Jilid 1, Imam al-Ghazali, Penerbit C.V. Faizan Jakarta, cetakan kesembilan 1986.

6 Kitab Safar Ibn Qayyim -رحمه الله-

 مفخرة ألَّف ابن القيم ٦كتب وهو مسافر وليس معه كتبه! مفتاح دار السعادة، روضة المحبين، زاد المعاد، بدائع الفوائد، الفروسية، تهذيب سنن أبي داود
مفتاح دار السعادة، روضة المحبين، زاد المعاد، بدائع الفوائد، الفروسية، تهذيب سنن أبي داود

Ibn Qayyim -رحمه الله- menulis 6 kitab saat safar :
1. Miftah Dar As-Sa'adah
2. Raudhatul Muhibbin
3. Zaadul Ma'ad
4. Bada'i Al-Fawaid
5. Al-Furusiyah
6. Tahdzib Sunan Abi Daud

Semuanya ditulis saat beliau dalam safar dan dengan tanpa membawa referensi apapun!

ماجد الغامدي - (Twitter : @majed405) - Twit Ulama    

Kamis, 08 Maret 2018

Tentang Kewajiban di Pemandian Umum

Berada di embung atau kolam selepas air terjun begitu menyenangkan bila dapat berendam ataupun mandi. Begitu pula berendam ataupun mandi menikmati hangatnya sumber air panas alam di suatu tempat di lereng gunung. Tentulah berada semisal ditempat tersebut yang terkenal pastilah berkumpul banyak orang dan inilah buah pikir Imam al-Ghazali yang mestinya menjadi rambu-rambu bagi yang ingin tetap berada dalam kebaikan.
Di dalam buku “Ihya’ Ulumiddin” karya Imam al-Ghazali pada halaman 488 - 490 menuturkan bahwa masuk hammam (pemandian umum) itu mempunyai beberapa kewajiban. Kewajiban terhadap auratnya sendiri dan terhadap aurat orang lain. Kewajiban terhadap auratnya sendiri, yaitu menjaganya dari pandangan orang lain dan memelihara dari sentuhan orang lain. Maka tiada yang mengurus auratnya dan membersihkan auratnya melainkan tangannya sendiri. Dan mencegah tukang gosok badan daripada menyentuh paha dan diantara pusat sampai kepada bulu kemaluannya. Dan mengenai mubahnya menyentuh anggota badan selain dari tempat keluar najis, muka dan belakang (sau-ah), untuk menghilangkan daki, itu ada kemungkinan. Tetapi yang lebih dapat dikiaskan itu haram, karena berhubungan menyentuh kedua sau-ah (baik yang muka dan yang di belakang) itu, tentang haramnya dengan memandang. Begitu pula hendaknya dengan bahagian aurat yang lain, yakni kedua paha.
Dan kewajiban terhadap aurat orang lain, yaitu memejamkan matanya sendiri daripada melihat aurat orang lain dan melarang orang lain membuka auratnya. Karena melarang dari perbuatan munkar itu wajib. Dari itu harus atasnya mengingatkan yang demikian dan tidak harus atasnya menerima.
Kewajiban memperingatkan itu tidak hilang, kecuali karena takut dipukul atau dimaki atau akan dilakukan terhadap dirinya sesuatu yang haram. Maka tidak boleh ia menantang yang haram itu, yang dipaksakan kepadanya nanti oleh orang yang ditantang, kepada mengerjakan suatu haram yang lain.
Ketahuilah bahwa perbuatan itu tiada berfaedah dan janganlah dikerjakan perbuatan yang demikian maka yang seperti itu tiada mengapa. Bahkan harus diperingati secara yang demikian. Maka tiada terlepas hati, daripada berkesan dengan mendengar tantangan dan merasa berjaga-jaga diri ketika disebut perbuatan maksiat.
Dan yang demikian memberi kesan tentang menjelekkan perbuatan itu dan menjauhkan diri daripadanya. Maka tidak boleh ditinggalkan !.
Dan karena alasan seperti itulah, maka tidak memasuki tempat permandian umum pada waktu sekarang, menjadi tanda berhati-hati. Karena tiada terlepas daripada melihat aurat terbuka, lebih-lebih yang di bawah pusat hingga yang diatas bulu kemaluan. Karena manusia sekarang tidak memandang aurat lagi. Sedang Agama menghitungkannya aurat dan menjadi sebahagian anggota yang terhormat bagi aurat itu.
Dari itu, disunatkan mengosongkan tempat pemandian umum itu.
Berkata Bisyr bin al-Harts : “Alangkah sulitnya seeorang yang tidak mempunyai uang selain sedirham yang dibayarkannya supaya boleh ia memakai tempat pemandian umum!”.
Dilihat orang Ibnu Umar radhiyallahu anhuma pada tempat pemandian umum dan mukanya ke dinding. Ia menutup kedua matanya dengan sepotong kain.
Berkata setengah mereka : “Tidak mengapa masuk ke tempat pemandian umum, asal dengan dua helai kain, sehelai untuk menutup aurat dan sehelai lagi untuk menutup kepala yang mencukupi untuk kepala itu dan untuk memelihara kedua matanya”.
-------------------------------------------
Ihya’ Ulumiddin Jilid 1, Imam al-Ghazali, Penerbit C.V. Faizan Jakarta, cetakan kesembilan 1986.

Rasulullah ﷺ Sebagai Teladan

Rasulullah ﷺ sama sekali tidak pernah minum khamar, tidak pernah mendekati perbuatan keji, tidak pernah terjerumus ke dalam perbuatan sia-sia dan perjudian kaum jahiliyah, dan tidak berkawan dengan orang-orang yang bejat

Syaikh Musa al-‘Azmi, Ulama Kuwait, penulis Kitab “Al-Lu’lu Al-Maknun fis Sirati An-Nabiyyi Al-Ma-mun”, murid Syaikh Dr. Utsman Al-Khamis. (Twitter : @Musa_al3azmi) - Twit Ulama

Rabu, 07 Maret 2018

Bahaya Wahabi

Note Trip. Sekira bulan akhir bulan Maret 2017 selepas kunjungan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia tercinta, saat aku melakukan perjalanan ke Yogyakarta. Aku duduk bersama seorang bapak yang kemudian makan siang bareng sesampainya di Terminal Jombor, sembari membicarakan obrolan orang yang duduk di bangu depan kami.
Pak Agus (sebut saja begitu) teman sebangku perjalananku ke Yogyakarta, memulai pembicaraan : "Sempat dengar perkataan bapak yang duduk dibangku depan kita dik?"
"Yang bagian mana pak?", tanyaku
"Itu lho, "Di jaman pak harto, sekte wahabi yang dianut raja Salman sempat dilarang, setelah berafiliasi dengan Golkar akhirnya berjalan dengan pembinaan. Sekarang jemaahnya dibina oleh partai penguasa, beruntung saya sempat berada dalam aliran tersebut yang kemudian membawa saya kepada pemahaman perlu mengimani al-qur'an, injil bahkan beserta shuhuf-shuhuf torah yang ada di dalamnya dan melepas hadits-hadits tulisan orang-orang yang tidak memiliki jaminan dari Tuhan", ingat kah perkataan yang itu dik?"
"Ingat pak", jawabku.
"Menurut adik?", tanya beliau.
"Yang saya garis bawahi dia menafikan hadits-hadits, itu sangat berbahaya dalam menghadapi fitnah akhir zaman", jawabku.
"Berhati-hatilah dik, bila bergaul dengan orang-orang model seperti itu, pemikirannya sangat jauh dari watak Ahlus Sunnah wal Jamaah, pemikiran seperti itu bisa berasal dari syiah, liberal, atheis dan kroni-kroninya, tetaplah belajar agama yang benar, berdoa senantiasa untuk selalu dikucuri hidayah.", pak Agus menasehatiku.

Sebelum berpisah beliau sempat memberiku PR, "Buka Qur'annya ya dik!, surat Ali Imran ayat 71 - 73".

Datang Ajal Berakhirlah Amal

قال العلامة ابن عثيمين - رحمه الله
 :
" الأعمال لا تنتهي بانتهاء مواسمها؛
وإنما تنتهي الأعمال بانتهاء الأجل "  
[ لقاء الباب المفتوح ٥١]

Amal tidak berakhir dengan selesainya musim kebaikan. Amal hanya akan berakhir jika datang ajal. (Ibnu Utsaimin -رحمه الله-)

Syaikh Prof. Dr. Ahmad al-Batiliy, Profesor bidang Ilmu Sunnah di Universitas Al-Imam, Riyadh. (Twitter : @DrAhmadAlbatli) - Twit Ulama    

Selasa, 06 Maret 2018

Seruan Mentaati-Nya

Bertakwalah pada Allah dengan menaati-Nya, Taatlah pada Allah dengan bertakwa pada-Nya. Tahanlah tanganmu, jangan menumpahkan darah kaum Muslimin! Tahanlah perutmu, jangan mengambil harta mereka! Tahanlah lisanmu, jangan mengganggu kehormatan mereka! (Abu Bakar ash-Shiddiq)

Dr. Ahmad Isa al-Mu'sharawi, ketua lajnah tashih al-Qur'an di al-Azhar, Doktor ilmu hadits Universitas al-Azhar, Mesir. (Twitter : @elmasrw) - Twit Ulama 

Senin, 05 Maret 2018

Bahaya Orang-orang Munafik

Allah lebih banyak mengkhususkan penyebutan orang-orang munafik ketimbang orang yahudi, karena orang-orang Yahudi tidak pernah menyembunyikan permusuhan dan selalu menampakkannya, adapun orang munafik, mereka menyembunyikan permusuhan dan menampakkan perkawanan.

Syaikh Abdul Aziz Ath-Tharifi, Da'i di Saudi yang juga pernah menjabat sebagai Peneliti Ilmiah di Departemen Masalah Islam di Riyadh, Arab Saudi. (Twitter : @abdulaziztarefe) - Twit Ulama 

Minggu, 04 Maret 2018

Nikmat Dunia Terbesar

Kelezatan, kegembiraan, kebahagiaan dan kenyamanan yang tidak mungkin untuk digambarkan hanya akan diperoleh dengan ilmu, bertauhid dan beriman kepada Allah (Ibnu Taymiyyah -رحمه الله-)

Dr. Abdullah al-Ju'aitsin Dosen ilmu hadits di Universitas Ibnu Su'ud, da'i di kementrian agama Saudi Arabia. (Twitter : @aboali1406) - Twit Ulama 

Sabtu, 03 Maret 2018

Obscura

Note Trip. Dalam sebuah perjalanan kereta api ke arah barat Weleri setahun lalu, aku mendengarkan pembicaran yang menyenangkan dan menambah wawasan dan cinta.

Sodron tiba-tiba ngromet : "Maaf, bro. Kamu dosa loh pakai Facebook, HP dan Twitter. Itukan produk kafir. Ayo, cuci tangan yang bersih, syukur-syukur mandi besar sekaliyan...!"
Jumino pun menjawab : "Sini bro aku kasih tahu ya...! Pada tahun 965-1040 masehi Ibn Al Haitham sudah membahas perihal optik. Merumuskan 19 derajat di ufuk timur dan barat sebagai titik fajar dan senja, dia patahkan pula teori Ptolemeus tentang melihat, yang semula dikira mata memancarkan cahaya, menjadi bahwa pantulan cahaya pada bendalah yang ditangkap mata. Dalam kajiannya, dia juga berhasil merumuskan kedudukan cahaya terhadap kaca seperti pembiasan dan pembalikan. Ibn Al Haitham juga merintis pembakaran kuarsa untuk dijadikan kaca, dan menemukan padu-padan lensa serta prinsip kerja kamera. Awalnya, untuk mempelajari gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui permukaan datar. Inilah yang disebut "Al Kamrah", yang kemudian dialih bahasa menjadi "Kamera Obscura" atau fenomena ruang gelap. Teori yang dicetuskan Ibn Al Haitham ini telah mengilhami penemuan film yang disambung-sambung dan dimainkan. Dan Johannes Kepler di tahun 1571-1630 masehi yang memperkenalkan istilah dan konsep ini ke barat. Terinspirasi, pada tahun 1827 Joseph Nicephore Niepce di Prancis mulai menciptakan kamera permanen. Sekira 60 tahun kemudian George Eastman mengembangkan kamera yang lebih canggih pada zamannya. Tapi ketahuilah 'kamera' tercanggih yang selalu harus kita waspadai adalah yang merekam hidup kita, dari baligh sampai mati, tanpa kenal habis baterai dan penuh memori. Raqiib. 'Atiid. Jadi hentikan ocehanmu perihal karya orang barat mendahului ilmuan Muslim. Paham..!!"

Sungguh aku semakin cinta dengan agamaku, ketawadhu'an hamba dihadapan Khaliqnya, selalu menumbuhkan akal yang tertuntun agar berguna bagi agamanya. Tidak bertindak jumawa seolah sang perkasa.

Hati-hati dari perkara syubhat !

Imam Sufyan Ats-Tsauri -رحمه الله- berkata: segala kesesatan pasti dihias-hiasi, maka jangan engkau jual agamamu kepada orang-orang yang membencimu karena agama. Janganlah engkau tertipu dengan kebatilan meskipun ia dipenuhi dengan hiasan-hiasan, kuatkan dirimu di atas sunnah yang jelas ini, niscaya engkau akan selamat.

Dr. Muhammad bin Ghaits, Doktor dalam bidang syariah, da'i khatib dan peneliti di UEA. (Twitter : @D_ghaith) - Twit Ulama 

Jumat, 02 Maret 2018

Mohon Ampun untuk Orang yang Telah Bertaubat

Di surat al-Mu’min (40) ayat 7 - 9;

رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَىْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا فَاغْفِرْ لِلَّذِينَ تَابُوا۟ وَاتَّبَعُوا۟ سَبِيلَكَ وَقِهِمْ عَذَابَ الْجَحِيمِ

رَبَّنَا وَأَدْخِلْهُمْ جَنّٰتِ عَدْنٍ الَّتِى وَعَدتَّهُمْ وَمَن صَلَحَ مِنْ ءَابَآئِهِمْ وَأَزْوٰجِهِمْ وَذُرِّيّٰتِهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

وَقِهِمُ السَّيِّـَٔاتِ ۚ وَمَن تَقِ السَّيِّـَٔاتِ يَوْمَئِذٍ فَقَدْ رَحِمْتَهُۥ ۚ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Robbanaa wa si’ta kulla syai’in rahmatan wa ‘ilmaa, faghfir lilladziina taabun wattaba’uu sabiilaka wa qihim ‘adzaabal jahiim. Robbana wa adkhilhum jannaati ‘adninil-latii wa’adtahum wa man sholaha min aabaa ihim wa azawaajihim wa dzurriyyaatihim innaka antal ‘aziizul hakiim. Waqihimus-sayyiaati wa man taqis syyiaati yaumaidzin faqad rahimtah wa dzaalika huwal fauzul ‘dziim.”

Artinya :
Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala. Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam syurga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang sholeh di antara bapak-bapak mereka, dan istri-istri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar.

Keterangan :
Do’a ini semula dibaca oleh para malaikat yang memikul ‘Arsy dan para malaikat yang berada di sekelilingnya. Mereka para malaikat bertasbih memuji Allah dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang beriman.
Dan menurut keterangan ahli tafsir, Abu Bakr radhiyallahu anhu berdo’a dengan do’a ini dikala telah berumur genap 40 tahun. Do’a ini diajarkan kepadanya oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari nash al-Qur’an. (al Khazin 6 : 134).
------------------------
Al-Quraan dan Terjemahannya, Departeman Agama RI, Pelita II/1978/1979, halaman 760.
Pedoman Dzikir dan Do’a, Prof Dr. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Penerbit PT. Bulan Bintang Jakarta, cetakan kesepuluh 1987, halaman 369.

Boleh Diceritakan Dengan Ketentuan

Aku berpendapat bahwa tidak masalah menceritakan kisah su’ul khotimah dari kejadian yang ada dengan dua syarat :
1) Su’ul khotimah tersebut benar-benar terbukti secara syar’i maupun akal,
2) nama orang atau ciri-ciri orang tersebut tidak disebutkan.

Dr. Muhammad Hisyaam Thaahiri, mendapatkan gelar Doktor dari Fakultas Akidah Universitas Islam Madinah, Imam dan Khotib di Kementrian Wakaf Kerajaan Arab Saudi. (Twitter : @dr_abusalah) - Twit Ulama 

Kamis, 01 Maret 2018

Daki Badan

Di dalam buku “Ihya’ Ulumiddin” karya Imam al-Ghazali pada halaman 488 menuturkan bahwa daki badan yang terdapat pada seluruh badan karena keringat dan debu jalan, dapat dihilangkan dengan mandi. Dari itu tidak mengapa memasuki tempat permandian umum (hammam).
Para sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memasuki tempat-tempat permandian umum di negeri Syam (Syria) dan berkata sebahagian dari mereka : “Sebaik-baik rumah ialah rumah yang mempunyai hammam, yang menyucikan badan dan mengingatkan kepada api neraka”. Diriwayatkan yang demikian dari Abid-Darda’ dan Abi Ayyub Al-Anshari radhiyallahu anhu.
Berkata setengah mereka : “Sejahat-jahat rumah, ialah rumah yang menjadi tempat pemandian umum, yang menampakkan aurat dan menghilangkan malu”. Yang ini membentangkan bahayanya dan yang itu (keterangan di atas tadi) membentangkan faedahnya. Dan tiada mengapa mencari faedahnya ketika terpelihara daripada bahayanya.
-------------------------------------------
Ihya’ Ulumiddin Jilid 1, Imam al-Ghazali, Penerbit C.V. Faizan Jakarta, cetakan kesembilan 1986.

Penggabungan Perkataan dan Praktik

Hasan berkata, “seandainya Allah ‘azza wa jalla mau, Dia bisa jadikan agama ini sekedar ucapan saja tanpa praktek, atau praktek saja tanpa ucapan. Akan tetapi Dia jadikan agama-Nya ini perkataan sekaligus praktek, praktek sekaligus perkataan.

Dr. Muhammad Majdu’ asy-Syahri pengasuh situs aefaf.com penasihat masalah rumah tangga. (Twitter : @mmajdo) - Twit Ulama