Segala puji bagi Allôh yang menerima taubat dari para hamba-Nya, dan memaafkan kesalahan, rahmat dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, melipatgandakan kebaikan dengan karunia-Nya dan mengangkat derajat pelakunya. Dan aku bersaksi bahwa bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allôh tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak ada yang melemahkan-Nya di bumi maupun di langit. Dan aku bersaksi bahwa Nabi kita dan pemimpin kita Muhammad adalah hamba-Nya dan rasul-Nya, Allôh telah menguatkannya dengan pertolongan-Nya dan mu'jizat-Nya. Ya Allôh bersholawatlah dan bersalamlah serta berkahilah untuk hamba-Mu dan rasul-Mu Muhammad, keluarganya, dan para sahabatnya, yang telah mendahului kepada kebaikan. Ammâ ba'du.
Bertaqwalah kalian kepada Allôh dengan mendekatkan diri kepada Allôh dengan sesuatu yang membuat ridho Allôh, dan menjauhkan diri dari apa yang membuat marah Allôh dan menyakiti-Nya. Sungguh telah beruntung dan telah menang orang yang bertaqwa, dan merugi orang mengikuti hawa nafsunya.
Wahai para hamba Allôh, ketahuilah bahwa kesuksesan seorang manusia dan kebahagiaannya adalah terletak bagaimana dia mengatur dirinya, memuhasabah dirinya baik dalam perkara yang kecil maupun yang besar. Maka barangsiapa yang memuhasabah dirinya dan mengatur ucapan dan perbuatannya serta hatinya dengan apa yang membuat dicintai dan diridhoi Allôh maka sungguh dia telah beruntung dengan keuntungan yang besar.
Allôh berfirman :
"Dan adapun orang yang takut berdiri di hadapan Allôh kelak dan menahan hawa nafsunya maka surga adalah tempat tinggalnya"
Dan Allôh berfirman :
"Dan bagi orang yang takut berdiri di hadapan Robbnya dua surga",
Dan Allôh 'azza wa jalla berfirman :
"Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allôh dan hendaklah setiap jiwa melihat apa yang sudah dia kerjakan untuk esok hari, dan bertaqwalah kepada Allôh, sesungguhnya Allôh mengetahui apa yang kalian kerjakan"
Dan Allôh 'azza wa jalla berfirman :
"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila digoda oleh sekelompok syetan mereka segera ingat, maka tiba-tiba mereka bisa melihat/sadar"
Dan Allôh ta'âlâ juga berfirman :
"Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang suka mencela"
Berkata para mufassirin: "Allôh bersumpah dengan jiwa yang senantiasa mencela dirinya karena kurang dalam melaksanakan kewajiban dan mencela karena melakukan sebagian kemaksiatan, maka jiwa tersebut banyak mencela sehingga luruslah perkara jiwa tersebut.
Dan dari Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhu beliau berkata: Rosûlullôh shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allôh dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam" (HR. Al Bukhôri dan Muslim), dan hal ini tidak mungkin dilakukan kecuali dengan memuhasabah jiwa.
Dan dari Syaddâd bin Aus dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau berkata :
"Orang yang cerdik adalah orang yang menundukkan dirinya dan beramal untuk setelah mati, dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan atas Allôh dengan berbagai angan-angan." (Hadits Hasan).
Berkata 'Umar bin Al Khoththôb rodhiyallôhu 'anhu:
Berkata Maimûn bin Mahrôn :
Dan berkata 'Abdullôh bin Mas'ûd :
"Seorang yang beriman melihat dosa-dosanya seperti dia berada di bawah gunung, dia takut apabila gunung tersebut menimpanya, dan seorang fasiq melihat dosa-dosanya seperti lalat yang terbang di atas hidungnya, maka dia singkirkan seperti ini, yaitu diusir dengan telapak tangannya" (HR. Al Bukhôri).
Seorang yang beriman memuhâsabah dirinya dan mengawasinya serta meluruskannya supaya berada di atas keadaan yang paling baik, maka dia memuhâsabah dirinya atas amal perbuatannya, memaksakan dirinya sendiri supaya beribadah dan taat sehingga bisa beribadah dengan keikhlashan yang sempurna, bersih dari kotoran bid'ah, riyâ, ujub dalam amal, dia mencari dengan amalannya wajah Allôh dan negeri akhirat, dan memuhâsabah dirinya supaya amal sholihnya bisa sesuai dengan sunnah Nabi, terus-menerus dilakukan dan kontinyu tanpa tertolak dan tanpa terputus, Allôh ta'âlâ berfirman :
Khuthbah Jum'ah Di Masjid Nabawi 18/3/1436 H; Khotîb: Syeikh Ali bin Abdurrohmân Al Hudzaifi hafizohullah; Diterjemahkan oleh Ust Abdullah Roy, MA.
Wahai para hamba Allôh, ketahuilah bahwa kesuksesan seorang manusia dan kebahagiaannya adalah terletak bagaimana dia mengatur dirinya, memuhasabah dirinya baik dalam perkara yang kecil maupun yang besar. Maka barangsiapa yang memuhasabah dirinya dan mengatur ucapan dan perbuatannya serta hatinya dengan apa yang membuat dicintai dan diridhoi Allôh maka sungguh dia telah beruntung dengan keuntungan yang besar.
Allôh berfirman :
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى
النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى (40) فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى (41)
[النازعات/40-41]
"Dan adapun orang yang takut berdiri di hadapan Allôh kelak dan menahan hawa nafsunya maka surga adalah tempat tinggalnya"
Dan Allôh berfirman :
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ (46) [الرحمن/46]
"Dan bagi orang yang takut berdiri di hadapan Robbnya dua surga",
Dan Allôh 'azza wa jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ
اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (18) [الحشر/18]
"Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Allôh dan hendaklah setiap jiwa melihat apa yang sudah dia kerjakan untuk esok hari, dan bertaqwalah kepada Allôh, sesungguhnya Allôh mengetahui apa yang kalian kerjakan"
Dan Allôh 'azza wa jalla berfirman :
إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ (201) [الأعراف/201]
"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa apabila digoda oleh sekelompok syetan mereka segera ingat, maka tiba-tiba mereka bisa melihat/sadar"
Dan Allôh ta'âlâ juga berfirman :
وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ (2) [القيامة/2]
"Dan Aku bersumpah dengan jiwa yang suka mencela"
Berkata para mufassirin: "Allôh bersumpah dengan jiwa yang senantiasa mencela dirinya karena kurang dalam melaksanakan kewajiban dan mencela karena melakukan sebagian kemaksiatan, maka jiwa tersebut banyak mencela sehingga luruslah perkara jiwa tersebut.
Dan dari Abu Huroiroh rodhiyallohu 'anhu beliau berkata: Rosûlullôh shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allôh dan hari akhir maka hendaklah dia berkata yang baik atau diam" (HR. Al Bukhôri dan Muslim), dan hal ini tidak mungkin dilakukan kecuali dengan memuhasabah jiwa.
Dan dari Syaddâd bin Aus dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau berkata :
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ، وَعَمِلَ لِمَا
بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، ثُمَّ
تَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
"Orang yang cerdik adalah orang yang menundukkan dirinya dan beramal untuk setelah mati, dan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan atas Allôh dengan berbagai angan-angan." (Hadits Hasan).
Berkata 'Umar bin Al Khoththôb rodhiyallôhu 'anhu:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا، وَزِنُوها قَبْلَ أَنْ تُوزَنُوا، وَتَأهَّبُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ
"Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah untuk hari besar ditampakkannya amal"Berkata Maimûn bin Mahrôn :
المُتَّقِي أَشَدُّ مُحَاسَبَةً لِنَفْسِهِ مِنَ الشَّرِيْكِ الشَّحِيْحِ لِشَرِيْكِهِ
"Orang yang bertaqwa lebih keras dalam memuhâsabah dirinya daripada seorang sekutu (rekan kerja) yang tamak yang membuat perhitungan dengan rekan kerjanya"Dan berkata 'Abdullôh bin Mas'ûd :
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ
جَالِسٌ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَنْقَلِبَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ
الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ لَهُ:
هَكَذَا فَذَهَبَ، وَأَمَرَّ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ
"Seorang yang beriman melihat dosa-dosanya seperti dia berada di bawah gunung, dia takut apabila gunung tersebut menimpanya, dan seorang fasiq melihat dosa-dosanya seperti lalat yang terbang di atas hidungnya, maka dia singkirkan seperti ini, yaitu diusir dengan telapak tangannya" (HR. Al Bukhôri).
Seorang yang beriman memuhâsabah dirinya dan mengawasinya serta meluruskannya supaya berada di atas keadaan yang paling baik, maka dia memuhâsabah dirinya atas amal perbuatannya, memaksakan dirinya sendiri supaya beribadah dan taat sehingga bisa beribadah dengan keikhlashan yang sempurna, bersih dari kotoran bid'ah, riyâ, ujub dalam amal, dia mencari dengan amalannya wajah Allôh dan negeri akhirat, dan memuhâsabah dirinya supaya amal sholihnya bisa sesuai dengan sunnah Nabi, terus-menerus dilakukan dan kontinyu tanpa tertolak dan tanpa terputus, Allôh ta'âlâ berfirman :
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (69)
"Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam jalan Kami maka Kami akan tunjuki dia jalan-jalan Kami, dan sesungguhnya Allôh bersama orang-orang yang muhsin"Khuthbah Jum'ah Di Masjid Nabawi 18/3/1436 H; Khotîb: Syeikh Ali bin Abdurrohmân Al Hudzaifi hafizohullah; Diterjemahkan oleh Ust Abdullah Roy, MA.
Baca selengkapnya disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar