"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Sabtu, 29 Oktober 2011

Larangan Menyalahi Perintah-perintah ALLAH

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ اللَّـهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَوَلَّوْا۟ عَنْهُ وَأَنتُمْ تَسْمَعُونَ
Hai orang-orang yang beriman, ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-Perintah-Nya) (QS. 8 : 20).

وَلَا تَكُونُوا۟ كَالَّذِينَ قَالُوا۟ سَمِعْنَا وَهُمْ لَا يَسْمَعُونَ
dan janganlah kamu menjadi sebagai orang-orang (munafik) yang berkata : “Kami mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan. (QS. 8 : 21).

إِنَّ شَرَّ الدَّوَآبِّ عِندَ اللَّـهِ الصُّمُّ الْبُكْمُ الَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apapun. (QS. 8 : 22).

وَلَوْ عَلِمَ اللَّـهُ فِيهِمْ خَيْرًا لَّأَسْمَعَهُمْ ۖ وَلَوْ أَسْمَعَهُمْ لَتَوَلَّوا۟ وَّهُم مُّعْرِضُونَ
Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). (QS. 8 : 23).
-----------------
Bibliography :    
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 263 - 264.
Tulisan Arab Al-Qur'an

KIAT MENGAMANKAN KOLEKSI BUKU

Membuat perpustakaan di rumah untuk menyimpan koleksi buku adalah langkah ideal. Buku-buku tidak berceceran dan akan mudah diinventarisasi. Sehingga, jika membutuhkan, buku bisa ditemukan dengan mudah.
Namun menurut konservator Perpustakaan Nasional, Muhammadin Razak, membuat perpustakaan tak hanya sekedar menyediakan tempat dan rak-rak buku. Untuk mengamankan buku dibutuhkan pengetahuan tentang perawatan bahan-bahan pustaka. “Dengan penataan dan perawatan yang teratur serta penggunaan yang benar, bahan pustaka akan lebih tahan lama,” ujar Razak.
Di bawah ini Razak memberi saran- saran jika Anda ingin membuat perpustakaan keluarga :

PEMILIHAN RUANGAN
Dalam membuat perpustakaan keluarga, seringkali pemilihan ruangan hanya berdasarkan pemanfaatan ruang yang ada. Cara ini bisa saja dilakukan asalkan persyaratan yang berkaitan dengan perawatan bahan pustaka dapat terpenuhi.
Perlu diketahui, pengaruh paling besar dalam memilih ruang untuk perpustakaan adalah masalah kelembaban, sirkulasi udara, suhu, dan debu. Kelembaban misalnya, akan menyebabkan bahan pustaka yang umumnya terbuat dan bahan kertas cepat berjamur dan menjadi lapuk.
Sedangkan suhu yang tinggi akan menyebabkan kertas menjadi getas dan kulit pada cover buku menjadi kaku. Karena itu, sebaiknya ventilasi ruangan perpustakaan dibuat sempuma dan hindari sumber kelembaban.
Untuk menghindari kelembaban, keluarga yang memiliki rumah tingkat dianjurkan memilih ruangan yang berada di lantai atas. Lantai atas tak langsung berhubungan dengan tanah yang merupakan sumber kelembaban. Bila ruangan berada di lantai dasar pencegahan yang dapat dilakukan adalah mencat dinding ruangan dengan campuran bahan kimia thymol yang banyak dijual di toko-toko kimia. Bahan ini dilarutkan dalam cat dinding dengan konsentrasi 5%.
Agar kestabilan suhu terjaga, idealnya digunakan pendingin ruangan (AC) selama 24 jam nonstop. Bila pendingin hanya digunakan setengah hari lebih baik tidak menggunakan. Penggunaan yang setengah-setengah akan mempercepat pertumbuhan jamur dan serangga perusak bahan pustaka.

MEMILIH RAK BUKU
Pertimbangkan bahan rak sebelum membuat rak buku. Paling baik, buat rak yang terbuat dan logam tahan karat. Logam juga tidak menyerap lembab dan tidak mengandung asam yang dapat merusak bahan pustaka.
Bahan kayu bisa. Kayu jati adalah pilihan terbaik. Sedangkan kayu triplek adalah pilihan buruk, karena kandungan asamnya tinggi.
Sebelum digunakan, ruangan dan rak buku sebaiknya disucikan lebih dulu dan serangga dan jamur. Caranya, setelah dinding dicat dengan campuran thymol, semprotkan obat anti serangga ke seluruh ruangan. Tempatkan kapur barus atau naftalin di beberapa bagian rak.

HINDARI MUSUH SEDINI MUNGKIN
Perawatan terhadap bahan pustaka sebaiknya dilakukan sedini mungkin, sebab bila bahan pustaka sudah sakit”, penanggulangannya lebih sulit. Misalnya, pengrusakan oleh serangga atau jamur. Bila ini terjadi setelah bahan pustaka menjadi penghuni perpustakaan maka penyembuhannya akan lebih sulit. Serangga dan jamur tak terbasmi habis karena pengaruh obatnya tidak menyeluruh.
Untuk memastikan bahan pustaka bebas serangga dan jamur sebelum ditempatkan di perpustakaan yang sudah disteril, bahan pustaka terlebih dulu menjalani proses fumigasi (penyemprotan bahan pustaka di ruangan khusus dengan menggunakan Carbon disulfida dan Carbontetrachiorida). Fumigasi sebaiknya dilakukan oleh seorang ahli karena menggunakan zat yang berbahaya. Langkah terbaik adalah meminta bantuan Perpustakaan Nasional yang memiliki fasilitas ini.
Debu dan sinar ultra violet (UV) yang berasal dari matahari atau lampu menipakan musuh buku yang lain. Debu menyebabkan buku menjadi kotor. Sinar UV dengan intensitas tinggi akan memudarkan wama buku dan mempercepat reaksi oksidasi. Penanggulangan terhadap dua macam musuh ini dapat dilakukan dengan menyaring udara dan cahaya yang masuk ke dalam ruang perpustakaan.

PENATAAN
Tak kurang penting dalam langkah perawatan ini adalah cara penataan dan penggunaan bahan pustaka oleh anggota keluarga. Buku-buku sebaiknya diletakkan dalam rak dalam posisi vertikal (berdiri) dengan punggung buku menghadap ke luar sehingga judul pada punggung buku terdapat dibaca dengan jelas.
Buku disusun tak terlalu longgar agar jilid buku tidak menjadi melengkung secara permanen. Namun penyusunan tak boleh terlalu padat, karena akan menyulitkan saat pengambilan atau penyusunan kembali. Selain itu, susunan buku yang terlalu padat akan menyulitkan sirkulasi udara sehingga memudahkan tumbuhnya jamur.

PENGGUNAAN
Menggunakan bahan pustaka sebaiknya hati-hati. Ambil buku dan rak dengan benar. Misalnya, saat mengambil buku tak menariknya pada bagian atas buku melainkan menekan ke belakang buku-buku yang ada di sampingnya dan menarik buku yang dimaksud dengan memegang tengah-tengah punggung buku. Hindari juga membaca sambil makan atau minum untuk menjaga agar buku tidak terkena noda.
-------------------
REPUBLIKA Edisi Minggu, 30 Mei 1989, halaman B

Keyakinan akan Terbebas dari Musibah

Yang membantu terlaksananya kesabaran, suatu keyakinan kemenangan dari Allah dekat. Keyakinan terbebas dari himpitan musibah. Keyakinan datangnya kesenangan sesudah kesusahan dan kemudahan sesudah kesulitan.
Keyakinan datangnya kemenangan dari Allah bagi orang-orang beriman sebagai ganti ujian dan cobaan yang dialaminya. Keyakinan seperti itu akan menghilangkan kegelisahan batin, menghapus rasa putus asa memerangi jiwa dengan sinar harapan kemenangan dan percaya akan hari esok yang lebih cerah. Optimisme atau harapan adalah penggerak yang kuat dan pendorong gerak maju ke depan. Adapun rasa putus asa (pesimisme) merupakan penyakit berbahaya bahkan dapat mematikan. Yang menopang kesabaran Yaqub ialah harapannya kepada Allah dan harapan akan masa depan yang menggembirakan dan keyakinan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan kesabaran dan amal kebaikannya.
Ketika anak Ya’qub yang kedua (Bunyamin) ditahan di Mesir dia berkata :
”Maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Mudah-mudahan Allah mendatangkan mereka semua kepadaku”. (QS Yusuf : 83).

Dan kepada anak-anaknya Ya’qub berkata :
”Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu putus asa dari rahmat Allah!” (QS Yusuf : 87).

Berulang-ulang disebutkan dalam Al-Qur’an rangkaian sabar dengan janji Allah pasti benar dan tidak dapat diingkari akan datangnya kemenangan dari Allah. Yang mengingkari janji pada umumnya orang yang lemah atau pembohong. Dan Allah Maha Suci dari sifat-sifat itu.
Firman Allah SWT :
”Allah telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya”. (QS Az-Zumar : 20).
”Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-sekali janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu.” (Ar-Ruum : 60).

”Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar dan memohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Rabb-mu pada waktu petang dan pagi.” (Al Mu’min : 55).

Janji Allah. yang benar meliputi beberapa hal :
A. Janji kemudahan sesudah kesulitan, keselamatan sesudah bencana, kebebasan sesudah keterhimpitan dan kesenangan sesudah kesusahan.
Firman Allah SWT :
”Allah kelak akan memberi kelapangan sesudah kesempitan.” (Ath-Thalaaq : 7).

Dalam ayat lain Allah menjanjikan kemudahan bukan sesudah bahkan bersamaan dengan kesulitan.

‘Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan”. (Alam Nasyrah : 5 – 6).

Dengan maksud menggugah perhatian dua hal :
Pertama. Dekatnya saat datangnya kemudahan menyusul kesulitan seolah-olah datangnya bersamaan atau bersambungan. Dalam hal ini para ulama terdahulu berpendapat :
”Apabila kesulitan memasuki suatu lubang pasti diikuti oleh kemudahan”.

Kedua. Kenyataan bahwa sesungguhnya kesulitan dan kemudahan yang datang bersamaan waktunya dapat dirasakan secara nyata atau samar-samar. Dan itulah yang dinamakan “Al-Luthfu” (taufik, perlindungan, kasih sayang, lemah-lembut). Tiap-tiap takdir Allah terdapat “Al-Luthfu” dan tiap musibah atau bencana ada kenikmatan, Ibnu Atho’allah Al-Iskandari berkata:
”Barang siapa mengira bahwa “Al-Luthfu dari Allah terpisah dari takdir-Nya, itu merupakan pandangan yang sempit, sebab Allah SWT berfirman :
”Sesungguhnya Rabb-ku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mengetahui lagi Bijaksana”. (QS Yusuf :100).

B. Allah SWT menjanjikan kesudahan yang baik bagi orang-orang yang sabar dan bertaqwa. Meskipun jalan yang mereka tempuh penuh duri dan kaki mereka tertusuk dan berdarah. Yang penting ialah kesudahannya dikemudian hari
Karena itu Musa menasehati kaumnya ketika diancam Fir’aun dengan siksaan penganiayaan dan pembantaian :
”Mohonlah pertolongan kepada Allah dan bersabarlah, sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah, dipusakakan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya dari hamba-hamba-Nya, dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS Al-A’raaf : 128).

Setelah menguraikan kisah Nabi Nuh dengan kaumnya dan anaknya dan apa yang terjadi setelah itu, Allah SWT berfirman ditujukan kepada Rasulullah SAW :
”Itu adalah diantara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum itu. Maka bersabarlah sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa”. (QS Huud : 49).

Siang dan malam datang silih berganti. Situasi dan kondisi peperangan berubah-ubah. Tetapi hasil akhir untuk kemenangan orang-orang beriman.
Gemuruh gelagar dan dahsyatnya halilintar yang menyambar merupakan pertanda baik bagi turunnya hujan dan datangnya rahmat Allah.
Suasana paling gelappun datangnya tengah malam mendahului terbitnya fajar.
Al Qur’an berbicara tentang sunnah Ilahi atas usul rasul-rasul-Nya.
”Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan mereka) dan telah menyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami daripada orang-orang yang berdosa” (QS Yusuf : 110).
Sebagian orang ketika melihat orang-orang yang zalim dan durhaka, bergelimang dalam kemewahan hidup dan kesehatan tubuh mungkin mengira bahwa Allah SWT lupa mengazab mereka. Mustahil Allah lupa untuk mengadzab.
Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya Allah menangguhkan (tindakan) terhadap orang-orang yang zalim. Sehingga bila kelak ditindak tidak akan terlewat (saatnya)”.
Lalu beliau membaca ayat :
“Dan begitulah adzab Rabb-mu apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras”. (QS Huud : 102).

C. Janji Allah mengganti semua yang telah berlalu sebab Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang beramal sholeh dan berbuat  ihsan. Dan pahala yang dijanjikan itu meliputi dunia dan akhirat secara keseluruhan
Allah menjanjikan mereka yang berhijrah di jalan Allah dengan mengganti tanah pemukiman mereka dan keluarga atau masyarakat yang mereka tinggalkan.
Firman Allah SWT :
”Dan orang-orang yang berhijrah karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui (yaitu) orang-orang yang sabar dan hanya kepada Allah saja mereka bertawakkal.”  (An-Nahl : 41 – 41).

Hal ini membuktikan sabar terhadap masalah yang pahit (dalam kehidupan) dapat menghasilkan buah-buah yang manis di dunia dan di akhirat.
---------
AL-QURAN MENYURUH KITA SABAR, Dr. Yusuf Qordhowi, Penerbit Gema Insani Press Jakarta,Cetakan kedua Nopember 1989, halaman 94 - 98

KESABARAN NABI AYUB

Dalam sejarah kehidupan para Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul banyak dijumpai contoh-contoh kesabaran di segala bidang.
Baik kita kemukakan disini contoh kesabaran Nabi Ayub dalam menghadapi musibah.
Nabi Ayub adalah seorang Nabi yang kaya, mempunyai harta yang cukup, anak yang baik-baik, sahabat yang banyak dan lain-lain.
Tapi, semua nikmat-duniawi itu tidaklah sedikit juga membuat ia lalai beribadat kepada Tuhan, malah semakin menambah ketaatannya. Iblis senantiasa berusaha menggoda Nabi Ayub dengan jalan mengadukannya (memprovokasikan) kepada Tuhan, bahwa ketaatan Nabi Ayub itu tidaklah suci-ikhlas, tapi hanya karena hendak mempertahankan nikmat yang diperolehnya. Kalau nikmat itu dicabut daripadanya, kata iblis, maka ia akan menjadi seorang yang ingkar dan fasiq.
Walaupun Tuhan maha-mengetahui tentang segala sesuatunya, tapi Allah sengaja memperkenankan gosokan-gosokan dan permintaan iblis, untuk dijadikan contoh teladan tentang kesabaran Nabi Ayub. Tuhan mencabut nikmat harta yang dikarunlakan-Nya kepada Nabi Ayub. Dan seorang yang kaya-raya, Nabi Ayub jatuh menjadi seorang yang miskin dan melarat. Begitu miskinnya, sehingga untuk keperluan hidup sehari-hari saja tidak ada yang akan dimakan. Namun demikian, Nabi Ayub tidak berkurang taat dan ibadahnya kepada Tuhan.
Tidak cukup itu saja cobaan yang dialami oleh Nabi Ayub. Tuhan memberikan kesempatan kepada iblis satu ketika membunuh anak-anak Nabi Ayub yang baik-baik, sehingga tidak seorangpun yang tinggal. Harta habis, anak mati.
Kemudian datang lagi cobaan yang paling hebat. Nabi Ayub ditimpa sakit. Seluruh badannya penuh kudis dan penyakit yang berbahaya. Menurut Ibn Katsir dalam Tafsir-nya, anggota tubuh Nabi Ayub yang masih baik dan sehat hanya dua saja lagi, yaitu akal dan lidah. Dengan akal itu, Nabi Ayub masih dapat mengendalikan diri; dan dengan lidahnya itu, Ia masih dapat beribadah dan memuji kerahiman Tuhan.
Disamping kedua alat anggota-tubuh yang masih tinggal itu, ia bersyukur, karena dia senantiasa didampingi oleh isterinya, bernama Rahmah, yang dengan sabar dan setia melayani Nabi Ayub dalam cobaan yang bertimpa-timpa itu.
Sahabat-sahabatnya yang dahulu banyak, sekarang tidak seorangpun yang mau dekat kepadanya. Malah tetangga-tetangganya sendiri sudah mufakat untuk mengusir Nabi Ayub dari lingkungan tempat tinggal mereka, sebab khawattr kalau-kalau penyakit Nabi Ayub itu menular kepada yang lain-lain. Nabi Ayub dan isterinya terpaksa meninggalkan rumahnya sendiri, karena dipandang jijik dan membahayakan oeh tetangga-tetangganya. Mereka pindah ke suatu gubuk yang terpencil.
Yang mencarii makan ialah isteri Nabi Ayub sendiri. Pada mulanya ia bekeja pada seorang tukang pembuat roti. Tapi akhirnya diperhentikan pula, sebab majikannya khawatir kalau-kalau hama penyakit Nabi Ayub itu nanti berpindah kepada roti jualan, yang bisa menimbulkan kerugian. Pada suatu waktu isteri Nabi Ayub yang terkenal mempunyai rambut yang lebat dan panjang, terpaksa memotong rambutnya itu dan dijualnya kepada wanita lain yang memerlukannya, supaya ada uang untuk pembeli makanan buat mereka.
Walaupun sudah demikian hebat malapetaka yang menimpa Nabi Ayub dan isterinya, namun ketaatannya tidak berkurang seperti pada waktu senang dan lapang.
Karena iblis tidak berhasil menggoda Nabi Ayub, maka sekarang sasaran dialihkannya keada isteri Nabi Ayub, Rahmah. Digosok-gosoknya supaya isteri Nabi Ayub meninggalkan suaminya, sebab toh tidak ada harapan lagi suaminya akan sembuh. Tipudaya iblis itu berhasil, sehingga Rahmah meninggalkan suaminya. Ia tinggalkan Nabi Ayub beberapa tahun lamanya.
Dalam keadaan melarat, sakit, ditinggalkan Isteri, Nabi Ayub dipukul oleh cobaan demi cobaan.
Pada saat malapetaka yang menimpanya sudah mémuncak, maka Nabi Ayub memohon kepada Tuhan, dan permohonan tersebut dijawab langsung oleh Allah, sebagai yang dilukiskan dalam Al-Quran:
“Dan (ingatlah) ketika Ayub berdoa kepada Tuhan : Sesungguhnya aku telah ditimpa kesusahan (yang memuncak) sedang Engkaulah yang paling Mengasihi daripada siapapun juga.
Maka KAMI perkenankan doanya itu, kemudian KAMI lenyapkan kesusahan yang menimpanya. KAMI kembatikan kepadanya anak dan isterinya, dan tambahannya lagi sebanyak itu pula, sebagai satu rahmat dari sisi KAMI, dan sebagai satu peringatan bagi orang-orang yang memperhambakan diri.”
(Al-Anbiya’: 83 – 84).

Diceritakan lebih jauh dalam suatu Hadist, bahwa Tuhan mewahyukan kepada Nabi Ayub supaya menghentakkan kakinya di atas tanah tempatnya berpijak, nanti terbit satu mata-air yang memancarkan air yang bening dan berkhasiat. Mandilah dengan air itü, niscaya penyakitmu akan sembuh dan engkau segar sebagai sediakala.
Nabi Ayub-pun menjalankan perintah itu. Setelah mandi dengan air tersebut, maka penyakitnya-pun hilang.
Beberapa waktu kemudian, isterinya-pun kembali, dengan maksud untuk melihat suaminya yang sakit itu. Alangkah tercengangnya isterinya itu ketika melihat Nabi Ayub sudah sehat dan segar kembali, sehingga pada mulanya dia tidak percaya apakah orang yang berada dihadapannya itu memang suaminya yang sakit-sakitan dahulu.
Mereka kembali bergaul sebagai suami-isteri, mendapat anak lagi, malah lebih banyak daripada anak-anak yang sudah hilang, hidup dalam keadaan bahagia, tenang, ridha dan taat kepada Tuhan.
Satu contoh tentang kesabaran, yang berakhir dengan kebahagiaan setelah dipukul oleh musibah yang bertubi-tubi dan timpa-menimpa.
---------
SABAR DAN SYUKUR, M. Yunan Nasution, Penerbit Ramdhani Sala, halaman 18 - 21

BANGSA YANG DIKUTUK ALLAH KARENA MERAHASIAKAN KEBENARAN

Allah berfirman : (Al-Baqarah : 159)
“Sungguh orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa bukti-bukti kebenaran dan petunjuk sesudah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itulah orang yang dilaknat oleh Allah dan dilaknat oleh orang-orang yang melaknat.”

Ayat ini menjelaskan bahwa ahli kitab, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani telah merahasiakan hal-ihwal agama Islam dan Nabi Muhammad saw yang telah tertulis dalam Taurat dan Injil. Di dalam kedua Kitab suci ini dijelaskan bahwa ahli kitab yang merahasiakan kebenaran yang menerangkan ciri dan sifat Nabi Muhammad adalah orang-orang yang berhak mendapatkan laknat dari Allah. Disamping itu iapun mendapatkan kutukan dari para malaikat dan segenap manusia. Lebih jauh Al Qur’an menjelaskan mengenai sebab-sebab kaum Yahudi mendapat laknat Allah sebagaimana tercantum dalam surat Al-Maidah ayat 77 – 82. Garis besar isinya adalah sebagai berikut :
a. membuat aturan agama secara berlebih-lebihan;
b. mengikuti dorongan berbuat sesat;
c. gemar berbuat dosa;
d. tidak mau menegur temannya yang berbuat dosa;
e. menjadikan orang-orang yang kafir kepada Allah sebagai pimpinan dan anutannya;
f. mayoritas masyarakat Yahudi bermental rusak;
g. sangat antipati terhadap Islam.

Akibat perbuatan-perbuatan seperti di atas, maka seluruh kaum Yahudi mendapat laknat dari Allah.
Pada hakekatnya ayat di atas adalah merupakan ketentuan umum yang mencakup semua ummat manusia, yaitu setiap orang yang merahasiakan kebenaran kepada orang lain atau menyembunyikan ilmu yang diketahuinya akan mendapat laknat Allah.
Ayat inipun memberikan pelajaran, bahwa orang yang melihat seseorang atau masyarakat melanggar ketentuan-ketentuan Allah di depan matanya, atau melihat seseorang dengan terang-terang merusak agama atau menyebarluaskan bid’ah, perbuatan-perbuatan sesat, tetapi ia berdiam diri dan tidak berjuang untuk melawannya, dengan lisan ataupun tulisan, maka orang seperti ini juga mendapatkan laknat Allah. Ringkasnya setiap orang beriman yang membiarkan merajalelanya kemungkaran, akan mendapat laknat Allah sebagaimana dialami oleh kaum Yahudi.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 95 - 96

MISTERI ARSITEKTUR FRANK LLOYD WRIGHT

Arsitek boleh datang dan pergi. Tetapi tidak untuk Frank Lloyd Wright. Ada karya-karya yang luntur di makan zaman. Tetapi tidak untuk Wright.
Di tangan Wright, sebuah bangunan adalah legenda. Tak luntur oleh waktu. Ia bahkan bersembunyi ketika orang berusaha menuliskan kisahnya. Tetapi kecerlangan garapan Wright selalu membawa inspirasi keindahan yang langgeng. Inilah yang menorehkan kekaguman orang ketika memandang.
Jika ada seroang arsitek mengilhami ide peluncuran lagu rock, dialah orangnya. Bridge Over Troubled Water, 1970, adalah lagu rock yang dipersembahkan atas karya arsitekturnya yang kemudian laku hingga jutaan kopi. Ia juga menjadi arsitek pertama yang menjadi cover story majalah Time pada 1973. Merupakan arsitek pertama yang mengilhami sebuah novel best-seller The Fountainhead karya Any Rand, 1943, yang kemudian difilmkan.
Buku mengenai Wright dan karyanya terhitung banyak. Pada tahun 1992 saja setidaknya ada 18 buku baru mengenai Wright, termasuk biografi yang ditulis oleh Meryle Secrest, yang melengkapi biografi sebelumnya karya Brendam Gill (terbit pada 1988).
Wright, kelahiran 1867, hampir seangkatan dengan arsitek kontemporer semacam Charles Rennie Mackintosh (Skotlandia) dan Edwin Landseer Lutvens (Inggris). Tetapi dua nama ini berangsur pudar jika berjejer dengan Wright. Pada pertengahan 1930-an. tatkala karyanya mulai mengering, Wright telah memasuki usia 70. Di usia sesenja ini profesionalnya tetap menawan, ketika rekan-rekannya memilih pensiun. Wright malah menemukan klien baru, Edgar Kaufmann yang sinting. Tampaknya, nafas Wright jadi memanjang.
Interior Kantor Kaufmann
Dalam 22 tahun berikutnya ia menciptakan karya lebih banyak lagi dengan interupsi Perang Dunia II. Lalu tak pernah lagi sibuk sampai akhirnya Ia meninggal di Phoenix, Arizona, pada 1959. Usianya mencapai 92 tahun. Dan muara waktu telah terbentang karya yang mengundang decak. Ada jarak waktu sepanjang 67 tahun sejak karya pertamanya lahir berupa rancangan rumah hingga karya terakhir yang ia turut saksikan pembangunannya, yakni Museum Guggenheim berbentuk spiral di New York.
Sejumlah rancangan nampaknya harus luput dari perhatiannya karena bangunan baru rampung sesudah ia meninggal. Marin County Civic Center di California yang berdiri tahun 1966 contohnya. Karya-karya Wright terbesar tersebar di banyak tempat di AS, dan tak satupun ada di Eropa. Namun demikian, sebagai penghormatan atas dirinya, rancangan interior asli karya Wright digelar dalam pameran tetap di London, Victoria dan di Albert Museum. Rancangan yang dianggap mengangkat kembali pamornya di usia senja dan dibuat Wright khusus untuk Edgar Kaufmann. Karya ini kemudian disumbangkan untuk museum oleh anak lelaki Kaufmann, 1974. Interior kantornya kemudian dipindahkan dari museum dan disimpan di Galeri Frank Lloyd Wright.
Ruangan ini dibuat senada betul dari lantai, dinding hingga langit-langitnya. Bahannya terbuat dari cypress plavwood berwarna madu. Pada dindingnya terpahat relief dalam bentuk geometris yang menggabungkan garis-garis bersilangan. Melahirkan bentuk diagonal. Perabotnya, termasuk meja besar yang dibuat menyatu, mengesankan pola Wright yang khas. Lalu ada penyaring cahaya yang ditempatkan di kisi-kisi terdiri dari bahan kayu.
Salah satu misteri karya Wright ini ialah bagaimana Kaufmann demikian betah tak mengubah interior kantor dalam waktu yang lama. Ada sentuhan yang membuat orang krasan. Beberapa pencahayaan listrik yang tersembunyi dan sebuah lampu dinding berbentuk huruf V yang berkesan modern meningkahi tempat kerja Kauffman. Penerangan lampu monokromatik dalam ruangan suram. Sepertinya Wright ingin membangun tempat semacam gua purba di jantung rumah. Sekaligus sebagai tempat merenung. Tanpa sadar, Kaufmann telah bekerja dengan gembira selama 20 tahun di sana, dan hanya membuat satu perubahan pada langit-langit di atas ujung mejanya ia tambahkan sebintik lampu merah.
Tetapi, sebuah bangunan impian nampaknya harus menjadi kekecualian bagi hubungan Kaufmann-Wright sebagai hanya sekadar arsitek terhadap tuannya. Ada satu kekecualian yang tiba-tiba diminta Kauffman. Perkecualian itu ialah bangunan kanonik abad 20, Fallingwater Hause di Pennsylvania. Kaufmann ingin tempat istirahat khusus untuk kelurganya. Sebuah rumah di tengah hutan dengan bunyi air gemercik, tempat ia dan keluarganya berpiknik.
Fallingwater Hause pun lahir sebagai karya yang unik. Lewat proses yang unik juga. Selama Kauffman meminta, lama Wright tak juga menggoreskan penanya. Akhirnya ada rasa tak sabar yang mengganggu pikiran Kauffman untuk segera melihat ide Wright. Segera ia telepon Wright dan mengatakan akan datang ke rumahnya untuk mehihat desain yang ia pesan. Jarak rumah Kaufmann ke rumah Wright barang 140 mil. Dengan tenang Wright bersama stafnya mulai menggambar, lembar demi lembar. Air terjun tercipta; di antara batu-batu kasar, bangunan beton dan kaca, sebuah rumah dirancang di atas air terjun dilengkapi dengan balkon untuk menikmati pemandangan luar. Kaufmann langsung setuju. Tak ada perancangan ulang. Fallingwater House itu tetap berdiri hingga kini.

Falling Water House
Keagungan Wright terletak pada kemampuannya memainkan tiang-tiang tinggi secara personal dan profesional dan tetap bertahan, waktu demi waktu. Semasa hidupnya, Wright menolak untuk ditulis, begitupun karya-karyanya. Tak mengherankan bahwa reputasinya tetap tinggi sepanjang waktu, terutama di mata mereka yang mencari referensi arsitektur modern bernuansa organik yang kaya.
Hingga hari ini rancangan rumahnya masih tetap ditiru dan dibangun oleh para arsitek modem. Jelas bahwa Wright pada masa puncaknya maupun pada masa biasa telah menciptakan desain yang lebih dibutuhkan dibanding ciptaan orang lain, sebelum maupun sesudah zamannya.
Museum Guggenheim New York
Ada sebuah senjang yang menghubungkan kejeniusan Wright dengan para arsitek masa kini. Mungkin sedikit ada kesulitan mengadaptasi atau bahkan berpikir layaknya Wright. Bahkan ketika mereka sedang berkonsentrasi merancang interior kecil, sampai ke gedung pencakar langit. Rasanya tak mungkin, mencoba mengaduk misteri, dan memikirkan hal-hal yang tidak dipikirkan oleh Wright dalam 50, atau bahkan 100 tahun yang lampau.



----------
Hugh Pearman, Harian Republika Minggu 30 Mei 1993, halaman 7
Gambar Falling Water House
Gambar Museum Guggenheim New York
Gambar Interior kantor Kaufmann

Selasa, 25 Oktober 2011

Larangan Melarikan Diri dari Pertempuran

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا۟ زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوهُمُ الْأَدْبَارَ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). (QS. 8 : 15).

وَمَن يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُۥٓ إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِّقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَىٰ فِئَةٍ فَقَدْ بَآءَ بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّـهِ وَمَأْوَىٰهُ جَهَنَّمُ ۖ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya. (QS. 8 : 16).

فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلٰكِنَّ اللَّـهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلٰكِنَّ اللَّـهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِىَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَآءً حَسَنًا ۚ إِنَّ اللَّـهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukan kamu yang melempar ketika kamu Melempar, tetapi Allahlah yang melemar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mu’min dengan kemenangan yang baik. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 8 : 17).

ذٰلِكُمْ وَأَنَّ اللَّـهَ مُوهِنُ كَيْدِ الْكٰفِرِينَ
Itulah (karunia Allah yang dilimpahkan kepadamu), dan sesungguhnya Allah melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir. (QS. 8 : 18).

إِن تَسْتَفْتِحُوا۟ فَقَدْ جَآءَكُمُ الْفَتْحُ ۖ وَإِن تَنتَهُوا۟ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ وَإِن تَعُودُوا۟ نَعُدْ وَلَن تُغْنِىَ عَنكُمْ فِئَتُكُمْ شَيْـًٔا وَلَوْ كَثُرَتْ وَأَنَّ اللَّـهَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ
Jika kamu (orang-orang musyrikin) mencari keputusan, maka telah datang keputusan kepadamu; dan jika kamu berhenti, maka itulah yang lebih baik bagimu; dan jika kamu kembali, nisacaya Kami kembali (pula); dan angkatan perangmu sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sesuatu bahayapun, biarpun dia banyak dan sesunguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman. (QS. 8 : 19).

Latar Belakang Turunnya Ayat QS. 8 : 17
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa pada waktu peperangan Uhud, Ubay bin Khalaf bermaksud menyerbu Nabi saw. dan dibiarkan oleh kawan-kawannya yang pada waktu itu menyongsong pasukan Rasulullah akan tetapi dihadang oleh Muslib bin Umair. Rasulullah saw. melihat bagian dada Ubay yang terbuka antara baju dengan topinya lalu ditikam oleh Rasulullab saw. dengan tombaknya, sehingga jatuh rebahlah dari kudanya, tiada mengeluarkan darah akan tetapi putus salah satu tulang rusuknya. Teman-temannya datang mengerumuninya di saat Ia meraung-raung kesakitan. Mereka berkata: “Alangkah pengecutnya engkau ini, bukankah itu hanya goresan sedikit saja”. Ubay mengatakan bahwa Rasulullah yang menikamnya dan mengingatkan akan sabda Rasulullah saw. yang bersumpah: “Seandainya yang terkena kepada ‘Ubay itu terkena pula pada sekampung Dzilmajaz (nama suatu daerah), pasti mereka akan mati semuanya”.
Ubay bin Khalaf mati sebelum sampai ke Mekah. Turunnya ayat ini (QS 8 : 17) berkenaan dengan peristiwa tersebut di atas sebagai penegasan bahwa sebenarnya Allah yang membunuhnya. Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Sa’id bin al-Musayyab yang bersumber dari bapaknya. Isnadnya shahib hanya gharib.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa pada peperangan , Khaibar Rasulullah saw. meminta panah, dan memanahkannya ke benteng. Anak panah tersebut mengenai Ibnu Abil Haqiq dan terbunuh di tempat tidurnya. Allah menurunkan ayat ini (QS. 8 : 17) berkenaan dengan peristiwa tersebut di atas bahwa yang lempar panah itu adalah Allah swt. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Abdurrahman bin Jubair. Hadits ini mursal, sanadnya jayyid (baik) akan tetapi Oharib.

Keterangan :
Adapun Hadits yang mashur berkenaan dengan turunnya ayat ini adalah peristiwa di peperangan Badr di waktu Rasulullah melemparkan segenggam batu-batu kecil yang menyebabkan banyakyang mati di kalangan musuh.

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa di waktu peperangan Badr para Shahabat mendengar suara gemuruh dari langit ke bumi seperti suara batu-batu kecil jatuh ke dalam bejana. Rasulullah saw. melempari lawannya dengan batu-batu kecil tadi sehingga kaum Muslimin menang. Ayat ini (QS. 8 : 17) turun berkenaan dengan peristiwa tersebut di atas yang menegaskan bahwa sesungguhnya yang melemparkan batu-batu itu adalah Allah di saat Nabi melemparkannya. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Hakim bin Hizam. Diriwayatkan pula oleh Abus-Syaikh yang bersumber dari Jabir dan Ibnu Abbas.  Diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir dari sumber lain tapi mursal.

Latar Belakang Turunnya Ayat QS. 8 : 19

Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa Abu Jahl pernah meminta kemenangan kepada Allah ketika pasukannya bertemu dengan pasukan Kaum Muslimin. Ia berdo’a “Ya Allah siapa sebenarnya yang memutuskan silaturahmi, dan datang membawa ajaran yang tidak dikenal buktikanlah kemusnahannya besok”. Itulah permintaan kemenangan yang disebut. Allah di dalam ayat ini (QS 8 : 19). Diriwayatkan oleh al-Hakim yang bersumber dari Abdullah bin Tsa’labah bin Shair.
Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Abu Jahl berdoa  “Ya Allah tolonglah yang paling mulia di antara dua golongan ini, yang paling terhormat di antara dua pasukan ini”. Maka turunlah ayat ini (QS. 8 : 19) sebagai penegasan bahwa kemenangan di pihak Kaum Muslimin yang termulia dan terhormat. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari ’Athiyah.
-----------------
Bibliography :    
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 262 - 263.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke -5, 1985, halaman 222 - 224.
Tulisan Arab Al-Qur'an

KEYAKINAN PAHALA YANG BAIK DISISI ALLAH

Yang menjadi pendorong bagi suatu daya dan usaha dan mengokohkan hasrat serta menambah gairah dan bersikap lebih hati-hati adalah keyakinan seseorang bahwa dia akan memperoleh imbalan dan gajaran yang diridloi-Nya.
Itulah alasan mengapa negara atau organisasi memberi tanda penghargaan atau insentif kepada mereka yang melakukan amal kebaikan atau menghasilkan suatu kreasi atau penemuan yang bermanfaat
Tidak ada dalam Al Qur’an janji pahala dan ganjaran yang lebih besar dari sabar.
Firman Allah SWT :
“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang sholeh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempat yang tinggi di dalam syurga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang sabar dan bertawakkal kepada Rabb-Nya.” (Al-Ankabut : 58 – 59).
“Apa yang di sisimu akan lenyap dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dan apa yang telah mereka kerjakan”. (An-Nahl : 96).
”Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas” (Az-Zumar : 10).

Umar Ibnu Khathab r.a. berkata :
“Tidaklah aku tertimpa musibah kecuali aku memperoleh empat kenikmatan dari Allah. Bahwa musibah itu tidak menimpa dienku Tidak lebih besar dari apa yang pernah aku alami. Aku tidak pernah melepaskan kerelaanku untuk menerimanya. Dan aku selalu mengharap pahala dari Allah berkenaan dengan musibah itu”
Keyakinan akan adanya pahala yang besar di sisi Allah terhadap musibah yang menimpanya dapat meringankan kepahitan pada lubuk hati seseorang. Makin kuat keyakinannya makin ringan rasa sakit akibat musibah yang menimpanya Akhirnya beralih dari mengecam menjadi dapat menikmati musibah.
---------
AL-QURAN MENYURUH KITA SABAR, Dr. Yusuf Qordhowi, Penerbit Gema Insani Press Jakarta,Cetakan kedua Nopember 1989, halaman 92 - 93

BANGSA YANG PALING MENGENAL CIRI NABI MUHAMMAD TAPI MENGINGKARINYA

Allah berfirman : (Al Baqarah : 146)
“Orang-orang yang telah Kami beri Al-Kitab mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Dan sungguh segolongan di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.”

Dalam ayat ini seolah-olah Allah berfirman, “Mereka itu mengenal Muhammad dengan sungguh-sungguh, karena mereka telah memperoleh penjelasan dari kitab-kitab suci mereka”. Di dalam kitab-kitab suci ini secara terperinci dijelaskan segala sifat dan tabiat Nabi yang akan datang, sehingga mereka mengenal ciri-ciri Nabi Muhammad seperti mereka mengenal ciri-ciri anak mereka, sehingga tidak satu pun ciri anak-anaknya itu yang luput dari perhatiannya.
Abdullah bin Salam, seorang Pendeta Yahudi yang kemudian masuk Islam sampai berkata, “Aku lebih banyak mengenalnya (Nabi saw) daripada mengenal anakku sendiri”. Lalu Umar bertanya, “Mengapa”. Dia menjawab, “Karena aku tidak ragu-ragu lagi bahwa Muhammad seorang Nabi. Adapun anakku boleh jadi ibunya menyeleweng”. Lalu Umar mencium kepalanya. Demikianlah pengakuan salah seorang Pendeta Yahudi yang mendapat hidayah Allah. Juga sama dengan pengakuan Tamim Ad Daar, seorang bekas Pendeta Nasrani.
Walaupun kaum Yahudi mendapatkan fakta-fakta sifat Nabi Muhammad itu ada di dalam kitab-kitab suci mereka, namun golongan dari kaum pendeta mereka mengingkari dan merahasiakan fakta kebenaran tersebut. Hanya sedikit dari golongan Pendeta Yahudi yang dengan jujur mengakui kebenaran dan beriman kepada Nabi Muhammad. Sedangkan mayoritas mereka tetap ingkar kepada Nabi, karena sikap taklid dan kebodohan para pemimpin mereka.
Karena itu pada ayat 147 QS. Al-Baqarah Allah memperingatkan kaum muslimin agar jangan mengikuti kata-kata kaum Yahudi dan Nasrani karena mereka selalu mengingkari kebenaran Ilahi. Kaum Yahudi dan Nasrani lebih dikuasai oleh sikap fanatik dan sentimen golongan, sehingga selalu apriori terhadap segala argumen dan keterangan yang datang dari orang lain.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 93 - 95

Senin, 24 Oktober 2011

Anjuran Berwasiat dengan Persaksian

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ شَهٰدَةُ بَيْنِكُمْ إِذَا حَضَرَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ حِينَ الْوَصِيَّةِ اثْنَانِ ذَوَا عَدْلٍ مِّنكُمْ أَوْ ءَاخَرَانِ مِنْ غَيْرِكُمْ إِنْ أَنتُمْ ضَرَبْتُمْ فِى الْأَرْضِ فَأَصٰبَتْكُم مُّصِيبَةُ الْمَوْتِ ۚ تَحْبِسُونَهُمَا مِنۢ بَعْدِ الصَّلَوٰةِ فَيُقْسِمَانِ بِاللَّـهِ إِنِ ارْتَبْتُمْ لَا نَشْتَرِى بِهِۦ ثَمَنًا وَلَوْ كَانَ ذَا قُرْبَىٰ ۙ وَلَا نَكْتُمُ شَهٰدَةَ اللَّـهِ إِنَّآ إِذًا لَّمِنَ الْءَاثِمِينَ
Hai orang orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang dia akan berwasiat maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian, Kamu tahan kedua saksi itu sesudah sholat (untuk bersumpah), lain mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah - jika kamu ragu-ragu. “(Demi Allah) kami tidak akan membeli dengan sumpah ini harga yang sedikit (untuk kepentingan  seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak, (pula) kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang orang yang berdosa”. (QS. 5 : 106).

فَإِنْ عُثِرَ عَلَىٰٓ أَنَّهُمَا اسْتَحَقَّآ إِثْمًا فَـَٔاخَرَانِ يَقُومَانِ مَقَامَهُمَا مِنَ الَّذِينَ اسْتَحَقَّ عَلَيْهِمُ الْأَوْلَيٰنِ فَيُقْسِمَانِ بِاللَّـهِ لَشَهٰدَتُنَآ أَحَقُّ مِن شَهٰدَتِهِمَا وَمَا اعْتَدَيْنَآ إِنَّآ إِذًا لَّمِنَ الظّٰلِمِينَ
Jika diketahui bahwa kedua (saksi itu) memperbuat dosa, maka dua orang yang lain di antara ahli waris yang berhak yang lebih dekat kepada orang yang meninggal (memajukan tuntutan) untuk menggantikannya lain keduanya bersumpah dengan nama Allah: “Sesungguhnya persakaian kami lebih layak diterima daripada persaksian kedua saksi itu, dan kami tidak melanggar batas, sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang yang menganiaya diri sendiri”. (QS. 5 : 107).

ذٰلِكَ أَدْنَىٰٓ أَن يَأْتُوا۟ بِالشَّهٰدَةِ عَلَىٰ وَجْهِهَآ أَوْ يَخَافُوٓا۟ أَن تُرَدَّ أَيْمٰنٌۢ بَعْدَ أَيْمٰنِهِمْ ۗ وَاتَّقُوا۟ اللَّـهَ وَاسْمَعُوا۟ ۗ وَاللَّـهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفٰسِقِينَ
Itu lebih dekat untuk (menjadikan para saksi) mengemukakan persaksiannya menurut apa yang sebenarnya, dan (lebih dekat untuk menjadikan mereka) merasa takut akan dikembalikan sumpahnya (kepada ahli waris) sesudah mereka bersumpah. Dan bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah (perintah-Nya). Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. 5 : 108).

Latar Belakang Turunnya Ayat
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa dua,orang Nashrani yang bernama Tamim ad-Dan dan ‘Adi bin Bada sering berpulang pergi ke Syam berdagang sebelum mereka masuk Islam. Ikut bersama mereka seorang maula dari Bani Salim yang bernama Badil bin Abi Maryam yang juga membawa dagangan serta membawa bejana yang dibuat dari perak. Di Perjalanan Badil bin Abi Maryam
sakit dan ia wasiat kepada kedua orang itu agar pusakanya disampaikan kepada ahli warisnya. Berkatalah Tamim: “Ketika ia mati kami ambil bejana perak dan kami jual dengan harga seribu dirham, dan uangnya kami bagi dua bersama ‘Adi bin Bada. Setelah kami sampaikan amanat warisan itu kepada ahli warisnya, mereka kehilangan bejana perak dan bertanya kepada kami, dan kami katakan bahwa Badil tidak meninggalkan selain yang telah kami serahkan”.
Setelah Tamim masuk Islam, ia merasa berdosa dari perbuatan kemudian mendatangi ahli waris Badil dan mengaku terus serta menyerahkan uang sebanyak lima ratus dirham, dan sisanya sebesar lima ratus lagi ada pada kawamya (‘Adi bin Bada). Maka berangkatlah ahli warisnya itu beserta ’Adi menghadap Rasulullah saw. Rasulullah minta bukti-bukti tuduhan terhadap ‘Adi itu, tetapi mereka tidak dapat memenuhinya. Kemudian Rasulullah saw. menyuruh mereka menyumpah ‘Adi, dan ia pun bersumpahlah. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. 5 : 106-108) sampai kepada “an turadda aimanun ba’da aimanihim”.
Maka berdirilah ‘Amr bin ‘Ash dan seorang lainnya bersumpah untuk menjadi saksi sehingga diputuskan agar diambil uang yang lima ratus dirham lagi dari ‘Adi bin Bada. Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan lainnya dari Ibnu Abbas yang bersumber dari Tamim ad-Dari. Hadits ini dhaif menuat at-Tirmidzi.

Keterangan :
Ad-Dzahabi menetapkan bahwa Tamim di sini bukan Tamim ad-Dari yang didasarkan kepada ucapan Muqatil bin Hibban. Al-Hafadh Ibnu Hajar tidak mendapatkan keterangan yang jelas bahwa yang tersebut dalam Hadits itu adalah Tamim ad-Dari.
-----------------
Bibliography :    
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 180 - 181.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 199 - 200.
Tulisan Arab Al-Qur'an

PERSPEKTIF

Gambar perspektif adalah salah satu cara pengungkapan idea/gagasan atau imajinasi yang sangat natural (dalam arti sesuai dengan kemampuan pandangan mata kita) dan mudah dimengerti oleh pemberi tugas ataupun orang lain yang bukan arsitek (perencana).
Hal ini disebabkan, gambar perspektif tersebut selalu akan memperlihatkan rencana ruang-ruang (space) dan massa bangunan secara tiga dimensional.
Untuk dapat membuat gambar perspektif diperlukan gambar lain sebagai patokannya, yaitu misalnya : gambar-gambar denah, potongan tampak ataupun gambar rencana tapak (site-plan), yang telah dibuat dengan skala yang benar.
Dengan kemampuan dan kemahiran memperkirakan skala tadi secara perspektifis, maka akan diperoleh gambar perspektif yang mendekati realita pandangan kita terhadap rencana bangunannya.
Kalau ada arsitek yang membuat gambar perspktif tanpa bantuan nyata dan ketiga jenis gambar tadi, maka hal ini berarti bantuan tersebut berupa IMAGINASI yang kuat dalam alam pikirannya tanpa harus dinyatakan dalam bentuk gambar.
Keadaan seperti tersebut di atas hanya terjadi pada para arsitek yang mempunyai daya imaginasi dan daya cipta yang tinggi.
Perspektif, membantu kita membangun melihat 3 dimensi gambar rencana
Dalam gagasannya sudah tergambar secara menyeluruh tentang semua aspek yang mempengaruhi hasil disainnya; seolah ia sudah berjalan dan hidup dalam rencana bangunannya.
Presentasi arsitektural perspektif yang baik adalah yang disajikan sesuai dengan tujuannya. Akan tetapi secara umum dapat dikatakan, bahwa yang baik itu adalah yang nampak dari sudut pandang natural sehari-hari dan manusia.
Misalnya, untuk suatu tujuan memperlihatkan konsepsi dan hubungan antara massa dan ruang dalam suatu kompleks bangunan (areal tertentu), maka perspektif yang terlihat dari atas pohon yang tinggi atau dari pesawat terbang dapat diterima dan dipresentasikan.
Akan tetapi, bila hal tersebut dipresentasikan untuk suatu tujuan memperlihat penampilan bangunannya sendiri dan hubungannya dengan manusia yang akan menggunakannya, maka arsitek tersebut sudah melakukan yang tidak semestinya, karena hal yang sehari-hari bakal terlihat justru tidak dipresentasikan.

PERSPEKTIF TAMPAK
Membuat perspektif dan gambar tampak, yaitu dengan menarik beberapa garis yang menghilang disatu titik, adalah merupakan salah satu cara termudah. Dalam cara ini, perspektifnya hanya terbatas dengan satu titik hilang saja. Namun demikian keuntungan lain yang diperoleh adalah dengan cepat kita dapat menunjukkan disain bangunan secara tiga dimensional, dimana kesan tersebut dibantu dengan penggunaan efek cahaya/sinar (bayangan) dan gelap-terang.

PERSPEKTIF POTONGAN
Pada abad ke-16 gambar perspektif potongan telah menjadi populer, tetapi kemudian jarang sekali arsitek membuatnya. Barulah pada akhir-akhir ini gambar tersebut mulai menjadi populer kembali.
Gambar potongan umumnya hanya memberikan kesan dua dimensi saja; seandainya gambar tersebut dibuat ”perspektif” maka hasilnya akan benar-benar sangat dramatis dan menarik. Bagi orang kebanyakan yang melihatnya, maka prespektif potongan ini sangat mudah dimengerti serta dipahami. Gambar ini serupa dengan suatu maket, seolah-olah bangunan yang sebenarnya dipotong dari suatu arah dan pengamatnya dapat melihat ke dalamnya.
Karena bagi kebanyakan orang sulit sekali membaca gambar seperti denah, potongan dan bahkan tampak dan melihatnya secara ruang (3-dimensi), maka para arsitek dianjurkan untuk membuat gambar perspektif potongan tersebut.
Umumnya gambar ini menunjukkan tempat-tempat khusus dalam bangunan serta menunjukkan sudut-sudut yang menarik; juga seringkali digambar dengan perspektif satu-titik-hilang.
Struktur lantai dan penyelesaian langit-langitnya perlu ditunjukkan, karena itu pengambilannya harus memperhatikan letak titik matanya. Contoh-contoh berikut menunjukkan beberapa variasi pengetrapannya.

PERSPEKTIF EXTERIOR
Perspektif exterior (ruang luar) dapat dibedakan menjadi :
  • perspektif lingkungan atau “arealview
  • perspektif bangunan.
Untuk memperlihatkan penataan ruang-ruang luar dan massanya secara luas, maka perspektif lingkungan lebih sesuai karena tidak dituntut untuk menggambarkan bangunannya secara detail. Sedangkan pada perspektif bangunan adalah sebaliknya.
Diantara kedua macam perspektif exterior tersebut, kadang-kadang ada arsitek yang menyajikan perspektif yang memperlihatkan sebagian lingkungan dan sebagian bangunan-bangunannya.

ISOMETRIS
Iso artinya ”sama”. Gambar isometris merupakan gambar benda yang menurut sumbu-sumbu tertentu (bidang octogonal) bagian-bagian benda digambar menurut skala yang sesuai dengan ukurannya. Pasangan sudutnya bisa dibuat 0o / 30o atau 30o / 30o namun demikian adapula mereka yang mempergunakan pasangan sudut yang lain.
Tujuan gambar ini ialah untuk memperlihatkan struktur ruang, bisa dipergunakan baik bagi eksterior maupun interior, juga dapat untuk memperjelas gambar rencana tapak, atau bahkan untuk membuat detail konstruksi secara tiga dimensi.
-------
Teknik Presentasi Gambar Arsitektur, F.X. Budi Widodo Pangarso, Jasin Nagawijaya dan Mauro Purnomo Raharjo, Bandung 1981, halaman 65-120

MANUSIA MENYADARI AKAN DIRINYA SENDIRI

Yang dimaksud disini hendaknya manusia menyadari bahwa dia adalah mahluk Allah pada permulaan dan pada akhirnya. Allah SWT yang telah menciptakannya dari tiada. Kemudian diberinya roh, rasa dan gerak. Dianugerahkan kepadanya pendengaran, penglihatan dan hati. Dilimpahkan baginya karunia nikmat lahir dan batin, kesehatan dan kekuatan tubuh, harta dan benda dan anak keturunan
Firman Allah
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dan Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan” (An-Nahl : 53).

Dan jika ditarik kembali sebagian yang dimiliki manusia maka sudah seharusnya dia tidak marah kepada pemberinya dan pemiliknya. AlQur’an mengajarkan bagi orang-orang yang sabar (yang dijanjikan kabar gembira, shalawat dan hidayah dari Allah). Jika mereka terkena musibah agar mengatakan :
“Inna lillahi wainna ilaihi rojiuun”. (Al-Baqarah :156).
Sesungguhnya kita dari Allah dan kepada-Nya-lah kita kembali.

Ibnul Qoyyim berkata “Ucapan itu merupakan yang mujarab bagi yang ditimpa kemalangan dan bermanfaat baginya pada saat terkena dan untuk selanjutnya. Bila seseorang mengetahui dengan tepat dia akan terhibur dari penderitaannya." Karena ucapan itu mengandung dua unsur.
Pertama : Tiap orang, keluarganya dan hartanya, statusnya bersifat ”tidak ada”. Tidak ada sebelum diperolehnya dan tidak ada sesudah lepas dari tangannya. Kalau dia dapat menghilangkan kedua negasi tersebut barulah itu miliknya. Tapi sesudah ada ditangannyapun dia tidak mampu memelihara/ menjaga dari kerusakan dan dia tidak dapat menjamin kepemilikannya untuk selamanya.
Kedua : Pada akhirnya dia harus kembali kepada Allah dan meninggalkan segala urusan dunia. Dia akan menghadap Rabb-nya seorang diri seperti waktu dilahirkan. Kembali tanpa keluarga, harta dan kawan, yang dia bawa hanyalah amalan kebaikan atau kejahatannya. Bila ia memikirkan awal terciptanya dan akhir perjalanannya hidupnya ia akan terhibur. Di dalam Asshohihain dan sumber lain tercatat kisah ummu Sulaim bersama suaminya Abu Thalhah; anak mereka yang sedang sakit meninggal sedang Abu Thalhah tidak ada dirumah. Ummu Sulaim memandikannya, mengkafaninya dan memberinya wewangian dan menutupnya dengan kain. Ketika Abu Thalhah pulang pada malam hari dia menanyakan kesehatan si anak. Ummu Sulaim menjawab : “Dia tenang dan sedang istirahat” (yang dimaksud ummu Sulaim ialah istirahat wafat dan Abu Thalhah mengira istirahat tidur). Malam itu Ummu Sulaim merayu suaminya sehingga mereka mengadakan hubungan suami istri. Keesokan harinya ketika Abu Thalhah akan kemesjid untuk sholat subuh, Ummu Sulaim menitipkan barang kemudian diminta kembali apakah boleh ditolak?”
Abu Thalhah menjawab “Tidak, tidak benar bila ditolak. Harus dikembalikan kepada yang menitipkan”.
Ummu Sulaim berkata Allah telah menitipkan Fulan (disebut nama anak mereka) kemudian diambilnya kembali.’
Abu Thalhah mengucapkan kalimat istirjaa’ : " inna lillahi wainna ilaihi rojiuun " Kemudian dia pergi ke mesjid sholat bersama Rasulullah Saw dan menceritakan peristiwanya kepada beliau.
Mendengar itu Rasulullah itu bersabda :
”Semoga Allah memberi berkah, keturunan pengganti kepada kalian berdua atas kejadian (senggama) malam tadi.”
Dan berkah anugerah Allah hasil senggama malam itu lahir anak mereka yang diberi nama Abdullah. Dan kemudian Abdullah mempunyai sembilan orang anak semuanya hafal Al-Qur’an.
---------
AL-QURAN MENYURUH KITA SABAR, Dr. Yusuf Qordhowi, Penerbit Gema Insani Press Jakarta,Cetakan kedua Nopember 1989, halaman 91 - 92

BANGSA YANG HANYA MENURUTI KEMAUANNYA SENDIRI

Allah berfirman : (Al-Baqarah 145)
“Dan sungguh jika kamu bawakan bukti kepada orang-orang yang diberi kitab mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian mereka pun tidak akan mengikuti kiblat sebagian yang lainnya. Dan sungguh kalau kamu mengikuti keinginan mereka sesudah datang kepadamu pengetahuan, sungguh kamu kalau begitu tergolong orang-orang yang dzalim”.

Di dalam ayat ini dijelaskan bahwa kaum Yahudi tetap mengingkari kebenaran perintah berpindah kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram. Mereka mengingkari kebenaran ini semata-mata melihat tradisi yang berlaku pada Bangsa Yahudi selama ini. Dengan dasar tradisi ini mereka mencoba untuk mematahkan argumentasi berupa wahyu yang dibawa oleh Nabi saw.
Untuk meneguhkan sikap Nabi dan kaum muslimin, maka Allah menjelaskan sikap Bangsa Yahudi yang keras kepala di dalam mengingkari kebenaran. Oleh karena itu Allah menjelaskan bahwa sekalipun Nabi dan kaum muslimin membeberkan semua keterangan dan argumennya kepada kaum Yahudi, mereka tetap tidak akan mau mengikutinya. Bahkan di antara kaum Yahudi dan Nasrani sendiri saling berselisih soal kiblat.
Ummat Yahudi tetap pada kiblat mereka, tidak mau menghadap ke timur dan ummat Nasrani pun tetap pada kiblat mereka, tidak mau menghadap ke barat. Berhubung masing-masing golongan berpegang kepada tuntunannya sendiri, tidak peduli benar atau batil, tidak mau lagi melihat pada hujjah dan keterangan. Karena taklid telah membutakan hatinya, sehingga tidak mau mencari apa faedah yang terkandung di dalamnya dan tidak mau pula untuk membandingkan dengan yang lain, guna mengikuti mana perkara yang baik dan lebih besar faedahnya.
Ayat tersebut bermaksud bahwa tidak patut seorang mukmin berpikir mengikuti kemauan suatu kaum, karena ingin menyenangkan hati mereka, karena kebenaran punya kebenaran sendiri. Maka barang siapa menyimpang daripadanya dan mengikuti golongan penganut hawa nafsu demi mendapatkan keuntungan atau menghindari kerugian materi, maka Ia telah dzalim terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang-orang yang menempuh jalan sesat ini.
Jika ancaman ini ditujukan kepada orang yang paling tinggi derajatnya di sisi Tuhannya, kalau ia berani mengikuti hawa nafsunya, demi mendapat simpati orang banyak dengan mengikuti perbuatan batil mereka, maka bagaimanakah perkiraan saudara, kalau orang lain yang mengikuti kemauan orang banyak dan hawa nafsunya yang melanggar agama Allah? Karena itu hendaknya orang-orang mukmin mengerti bahwa mengikuti hawa nafsu manusia sekalipun maksudnya baik adalah perbuatan dzalim yang besar, yang tidak ada bandingannya dengan yang lain, sekalipun diandaikan yang melakukan itu seorang yang paling mulia derajatnya di sisi Allah (Nabi dan Rasul), maka tetap Allah catat sebagai kedzaliman.
Karena itu, bagaimana jadinya terhadap orang yang bukan tergolong dekat kedudukannya dengan Tuhannya?
Tidak bimbang lagi, bahwa seorang mukmin wajib mendengarkan ancaman ini dan yang seumpamanya agar berpikir panjang dan memperhatikan keadaan kaum muslimin dewasa ini dan bagaimana dengan keadaan para ulama yang mengikuti kemauan masyarakat dalam perbuatan bid’ah dan kesesatan, padahal mereka tahu kalau perbuatan-perbuatan itu jauh dari ajaran agama. Mereka tidak merasa takut kepada larangan Allah, ancaman-Nya yang keras dan tegah-tegahan-Nya yang menjadikan gunung-gunung tunduk ketakutan.
Dan yang sangat mengherankan lagi ialah mereka tunduk kepada hawa nafsu para raja dan penguasa, sehingga mereka berani menyusun macam-macam helah dan fatwa demi memenuhi keinginan raja-raja dan penguasa tersebut. Dan dengan fatwa-fatwa itu mereka dapat memenuhi dan mengikuti hawa nafsu mereka.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 91 - 93

Sabtu, 22 Oktober 2011

Perintah Menjaga Diri setelah Mendapat Petunjuk

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ عَلَيْكُمْ أَنفُسَكُمْ ۖ لَا يَضُرُّكُم مَّن ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ ۚ إِلَى اللَّـهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu: tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudha’rat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. Hanya kepada Allah kamu kembali, semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. 5 : 105).

Tafsir Ayat
"Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu: tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudha’rat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk....".

Ibnu Taimiyyah dalam bukunya "Al-Amru Bilma'ruf Wannahyu 'Anil Munkar", halaman 23, memaknai "Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu: tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudha’rat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk....". (QS. Al-Maaidah (5) : 105) ialah "setiap yang memperoleh petunjuk, baru dikatakan sempurna jika dibarengi dengan pemenuhan kewajiban, seperti kewajiban amar makruf nahi mungkar dan kewajiban-kewajiban lainnya. Orang Muslim yang demikian tidak akan terpengaruh oleh kesesatan orang lain".

"... Hanya kepada Allah kamu kembali, semuanya, maka Dia akan menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan"

-----------------
Bibliography :    
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 180.
Al-Amru Bilma'ruf Wannahyu 'Anil Munkar, Ibnu Taimiyyah, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta 12740, Cetakan Pertama : Dzulkaidah 1410 H - Juni 1990 M.
 Tulisan Arab Al-Qur'an

MEMAHAMI ARTI KEHIDUPAN DUNIA DENGAN SEBENARNYA

Yang termudah untuk membentuk kesabaran, khususnya dalam menghadapi petaka dan bencana ialah dengan memahami hakekat kehidupan dunia. Kehidupan dunia bukanlah surga kebahagiaan atau tempat tinggal abadi, tetap medan pelaksanaan tugas dan menempuh ujian dan cobaan. Manusia diciptakan untuk diuji agar lulus memasuki kehidupan abadi di akhirat, menempati surga dan terbebas dari neraka. Apabila seseorang benar-benar menyadari akan hal tersebut dia tidak akan terkejut bila tertimpa musibah. Sebaliknya apabila seseorang membayangkan kehidupan dunia sebagai jalan yang mulus, datar dan dikelilingi bunga-bunga dan wangi semerbak, maka bila ditimpa sedikit kesulitan saja dia terperangah, terperanjat, gelisah, kehilangan akal dan tak tahu harus kemana berpegangan.
Al-Our an menjelaskan bahwa kehidupan dunia penuh kesulitan dan kepayahan.
Firman Allah :
”Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam susah payah”. (Al-Balad : 4).

Al-Qur’an juga menjelaskan tentang keadaan alam dan nasib manusia yang selalu berubah-ubah dan tidak pernah selamanya stabil Hari ini mungkin kebahagiaan beserta kita, tapi siapa mengira esok hari bencana, derita dan duka nestapa menimpa kita.
Firman Allah
”Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejadian dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Ali Imraan : 140).

Allah SWT menciptakan kehidupan dunia ini bercampur antara kesenangan dan kesusahan, antara kenikmatan dan penderitaan, antara hal-hal yang disenangi dan yang dibenci. Tidak akan ditemui suka tanpa duka, atau kesehatan tubuh tanpa penyakit atau istirahat penuh tanpa lelah, atau pertemuan tanpa perpisahan atau keamanan tanpa ketakutan. Karena jika demikian bertentangan dengan kaidah dan hukum alam (sunnatullah) dan peranan manusia didalamnya. Itulah yang disadari dan diyakini para ‘arif, sastrawan dan penyair sejak zaman dahulu. Mereka banyak berbicara dan menulis syair serta puisi. Ali ibnu Abi Tholib r.a. diminta melukiskan kehidupan dunia, dia berkata: “Apa yang harus saya gambarkan tentang tempat pemukiman yang dimulai dengan tangisan, ditengahnya penuh kelelahan dan akhirnya pemusnahan”. Abdullah ibnu mas’ud r.a. berkata : ”Tiap kesenangan pasti disertai kesusahan dan tiada rumah tangga dipenuhi kebahagiaan kecuali dipenuhi pula kesedihan.”
Ibnu Si’iriin berkata : Tiada ketawa selalu kecuali sesudahnya (datang) tangisan.
---------
AL-QURAN MENYURUH KITA SABAR, Dr. Yusuf Qordhowi, Penerbit Gema Insani Press Jakarta,Cetakan kedua Nopember 1989, halaman 89 - 91

TAMPAK

Pada presentasi arsitektural, peranan gambar tampak sama pentingnya dengan gambar denah dan potongan.
Secara teknis gambar ini dibuat berdasarkan teori proyeksi orthogonal, sehingga secara gratis akan terlihat berupa gambar dua dimensi yang datar.

Tampak Bangunan, memudahkan membangun imajinasi
Dengan teknik rendering yang meliputi adanya efek cahaya (pembayangan dan gelap-terangnya bidang-bidang tertentu), penampilan materi/bahan bangunan yang dipakai serta kemampuan mengungkapkan imajinasi ke dalam bahasa gambar, maka gambar tampak yang berdua dimensional tersebut dapat terlihat/ berkesan tiga dimensional.
Melalui kedua teknik menggambar tersebut, gambar tampak harus memperlihatkan
  • karakter bangunan
  • proporsi dan skala terhadap manusia (pemakainya)
  • segi-segi lain yang menyangkut perihal ekspresi keindahan serta hubungannya dengan gambar denah dan gambar potongan yang memperlihatkan konstruksinya.
Dari coretan tangan para arsitek artis akan terlihat presentasi gambar yang memuaskan dan dapat mewakili realita rencana bangunannya; bahkan mungkin akan menjadi lebih bagus daripada realitanya.
Tapi sangat sedikit arsitek-arsitek yang mampu menciptakan idea atau imajinasinya sekaligus juga sebagai arsitek artis.
-------
Teknik Presentasi Gambar Arsitektur, F.X. Budi Widodo Pangarso, Jasin Nagawijaya dan Mauro Purnomo Raharjo, Bandung 1981, halaman 49

PETUNJUK IBRAHIM KEPADA PUTRANYA DALAM MEMILIH ISTRI

Pada suatu hari Ibrahim mengunjungi rumah Ismail. Pada waktu itu Ismail sedang tidak berada di rumah. Hanya isterinya yang ada di rumah.
“Di mana Ismail ?“ tanya Ibrahim.
“Ismail sedang keluar untuk berburu, jawab istri Ismail. “Bagaimana keadaan rumah ini ?“ tanya Ibrahim lagi.
”Aduh,” keluh wanita itu.” Rumah ini dalam keadaan kesulitan dan kesempitan.”
Wanita itu kemudian menceritakan keburukan dan kekurangan Ismail.
“Apakah kamu mempunyai jamuan ?“ tanya Ibrahim.
“Aku tidak punya makanan dan minuman, aku tidak punya apa-apa.” jawab wanita itu.
Betapa kecewa Ibrahim melihat penampilan istri anaknya itu. Wanita itu tidak menghormati suaminya dengan menceritakan kekurangan suaminya sendiri tanpa tersisa.
Sebelum pamit Ibrahim berpesan kepada wanita itu : “Katakan kepada suamimu bahwa ambang pintu sebelah ini cepat diganti.
Ketika Ismail datang diceritakan semua yang terjadi kepada suaminya, juga wasiat ayahnya.
Ismail mengangguk, kemudian berkata pada Istrinya: “Maksud ayahku, aku harus menceraikanmu. Kamu harus Pulang ke rumah keluargamu.”
Sesudah bercerai dengan wanita itu Ismail kawin lagi dengan wanita lain. Kali ini istrinya berbudi mulia, mukanya selalu manis dan ramah.
Ketika Ibrahim berkunjung disambutnya dengan ramah tamah dan tidak menceritakan kejelekan serta kekurangan Ismail. Sebelum pergi Ibrahim berpesan kepada menantunya itu, katakan kepada suamimu : ”Ambang pintu jangan diganti”
Bahasa isyarat itu cepat dimengerti oleh Ismail. Kali ini ayahnya menyetujui perkawinannya. Istrinya kali ini adalah pilihan yang tepat.
Ismail hidup berbahagia dengan istrinya itu. Ia mempunyai beberapa keturunan. Dan keturunannya inilah akan lahir seorang Nabi penutup yaitu Nabi Muhammad SAW.
---------
KISAH 25 NABI DAN RASUL, Adhiansyah, Penerbit Al-Hikmah Surakarta, halaman 50 - 51

BANGSA YANG MENGANGGAP DIRINYA PALING PANDAI

Allah berfirman (QS. Al-Baqarah : 142)
Orang-orang bodoh di antara manusia akan berkata, “Apa yang memalingkan mereka dari kiblat yang dahulu mereka menghadapnya? Katakanlah, “Milik Allah timur dan barat” Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.”

Ketika Nabi pindah ke Madinah, selama masa 16 bulan, kiblat umat Islam adalah Masjidil Aqsha di Baitul Maqdis. Masjidil Aqsha adalah kiblat para Nabi Bani Israil. Bahkan orang Yahudi beranggapan Nabi yang benar-benar menjadi utusan Allah kiblatnya adalah Masjidil Aqsha.
Akan tetapi Nabi memohon kepada Allah agar dibolehkan menjadikan Masjidil Haram sebagal kiblatnya. Karena ke tempat inilah Nabi Ibrahim berkiblat. Permohonan Nabi ini dikabulkan oleh Allah, sehingga menjadilah Ka’bah sebagai kiblat bagi Rasulullah dan ummat Islam untuk selama-lamanya.
Perpindahan kiblat yang dilakukan Rasulullah ini mendapat celaan dan kritik dari kaum munafiq, Yahudi dan musyrik bangsa Arab. Mereka dengan heran berkata, “Apakah motif yang mendorong kaum muslimin berpindah kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram, padahal para Nabi dan Rasul dahulu berkiblat padanya?”
Pertanyaan dan cemoohan mereka ini, kemudian Allah perintahkan kepada Rasul-Nya untuk menjawab “Segala arah adalah milik Allah”. Karena itu hakekat lapangan yang ada di Baitul Maqdis tidak lebih baik dari hakekat batu-batu yang lain. Yang tidak ada manfaatnya seperti juga yang lainnya. Begitu juga Ka’bah dan Baitul Haram. Allah jadikan dia sebagai kiblat bagi manusia hanya untuk menyatukan mereka dalam ibadah. Tetapi orang-orang yang akalnya rusak menyangka bahwa kiblat itu merupakan pokok agama dengan melihat batu atau bangunan itu sendiri. Bahkan hal ini membuat Yahudi sampai berkata, kepada Rasulullah saw, “Kembalilah kepada kiblat kami, nanti kami akan ikut dan iman kepadamu”.
Maksud omongan mereka ini hanyalah sebagai ujian pada Nabi saw dan hinaan kepada agamanya. Menghadap atau tidak menghadap kiblat itu adalah perbuatan bukan tanpa dasar, sehingga mereka juga berani berkata, “Sebenarnya dulu Muhammad benci menghadap kiblat leluhurnya, kemudian sekarang kembali lagi dan nanti kembali pula pada agama mereka”.
Ucapan kaum Yahudi ini membuktikan bahwa mereka adalah golongan materialis, yaitu golongan manusia yang hanya semata-mata memperhatikan hal-hal yang formal dan bersifat materi. Namun Allah menghendaki kaum muslimin sebagai golongan manusia yang bersikap tengah-tengah, yaitu yang menjadikan hal-hal kebendaan semata-mata sebagai alat yang mempermudah memahami sesuatu. Karena itu menjadikan Masjidil Haram sebagai kiblat hanyalah semata-mata bersifat alat untuk menyatukan arah segenap kaum muslimin di dalam mengerjakan shalat.
Allah menegaskan bahwa kaum muslimin dijadikan saksi di atas segenap umat manusia. Maksudnya ialah agar kaum muslimin menjadi ummat yang mempelopori tegaknya kebenaran di tengah-tengah ummat yang lain dan menjadi manusia yang ideal sehingga dapat memberikan contoh dan memegang amanat dengan baik. Manusia yang menunaikan amanat dengan baik ialah orang yang dapat menjalankan kewajiban kepada Tuhannya, baik bersifat jasmaniah maupun rohaniah, kepada keluarga dan seluruh ummat manusia.
Akan tetapi Bangsa Yahudi karena kebenciannya kepada kaum muslimin sewaktu berpindah kiblat dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram, lalu mereka menganggap kaum muslimin sebagai ummat yang bodoh. Jadi penilaian kaum Yahudi terhadap kaum muslimin ini semata-mata karena mereka tidak sependapat dengan perpindahan kiblat tersebut.
Padahal perpindahan kiblat yang Allah perintahkan kepada kaum muslimin di Madinah itu semata-mata untuk membuktikan dan menguji siapakah yang beriman teguh dan siapakah yang lemah. Di sini ujian iman yang menjadi tujuan pokok dan bukannya perpindahan kiblat itu sendiri. Ringkasnya, Allah menguji orang-orang beriman dengan cara yang dapat membuktikan siapa yang sejati dan siapa yang ragu. Sehingga orang yang telah mengerti rahasia dan hikmah agama, akan tetap teguh, tetapi orang-orang yang beragama karena tradisi, tanpa pengertian akan menjadi bimbang dan ragu.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 88 - 91

Rabu, 19 Oktober 2011

Larangan Bertanya tentang Hal yang Menyebabkan Kemudharatan

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَسْـَٔلُوا۟ عَنْ أَشْيَآءَ إِن تُبْدَ لَكُمْ تَسُؤْكُمْ وَإِن تَسْـَٔلُوا۟ عَنْهَا حِينَ يُنَزَّلُ الْقُرْءَانُ تُبْدَ لَكُمْ عَفَا اللَّـهُ عَنْهَا ۗ وَاللَّـهُ غَفُورٌ حَلِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, jangannh kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakannya di waktu Al Quraan itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah mema’aflan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (QS. 5 : 101).

قَدْ سَأَلَهَا قَوْمٌ مِّن قَبْلِكُمْ ثُمَّ أَصْبَحُوا۟ بِهَا كٰفِرِينَ
Sesungguhnya telah ada segolongan manusia sebelum kamu menanyakan hal- hal yang serupa itu (kepada Nabi mereka), kemudian mereka tidak percaya kepadanya. (QS. 5 : 102).

مَا جَعَلَ اللَّـهُ مِنۢ بَحِيرَةٍ وَلَا سَآئِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ ۙ وَلٰكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا۟ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّـهِ الْكَذِبَ ۖ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
Allah sekali-kali tidak pernah mensyari’atkan adanya bahiirah, saaibah, washiilah, dan haam. Akan tetapi orang orang kafir membuat buat kedustaan terhadap Allah, dan kebanyakan mereka tidak mengerti. (QS. 5 : 103).

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا۟ إِلَىٰ مَآ أَنزَلَ اللَّـهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا۟ حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ ءَابَآءَنَآ ۚ أَوَلَوْ كَانَ ءَابَآؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْـًٔا وَلَا يَهْتَدُونَ
Apabila dikatakan kepada mereka : “Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul”. Mereka menjawab: “Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya”. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk? (QS. 5 : 104).

Keterangan :
Bahiirah : ialah unta betina yang telah beranak lima kali dan anak yang kelima itu jantan, lalu unta betina itu dibelah telinganya, dilepaskan, tidak boleh ditunggangi lagi dan tidak boleh diambil air susunya.
Saaibah : ialah unta yang dibiarkan pergi ke mana saja lantaran sesuatu nazar, Seperti, jika seorang Arab Jahiliyah akan melakukan sesuatu atau perjalanan yang berat, maka ia biasa bernazar akan menjadikan untanya saaibah bila maksud atau perjalanannya berhasil dan selamat.
Washillah : seekor domba betina melahirkan anak kembar yang terdiri dari jantan dan betina, maka yang jantan ini disebut washiilah, tidak disembelih dan diserahkan kepada berhala.
Haam : unta jantan yang tidak boleh digangga gugat lagi, karena telah dapat membuntingkan unta betina sepulah kali. Perlakuan terhadap Bahirah, saaibah, washiilah dan haam ini adalah kepercayaan Arab Jahiliyah.

Latar Belakang Turunnya Ayat QS. 5 : 101
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika Rasulullah saw. berkhutbah, ada seorang yang bertanya : “Siapa bàpak saya?” Nabi menjawab : “Fulan”. Maka turunlah ayat ini (QS. 5 : 101) sebagai teguran bagi orang-orang yang suka bertanya tentang hal yang bukan-bukan. Diriwayatkan oleh al-Bukhari yang bersumber dari Anas bin Malik.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa orang-orang bertanya kepada Rasulullah saw. dengan maksud memperolok-olokannya, ada yang bertanya: “Siapa bapak saya ?“, dan ada pula yang bertanya: “Di mana ontaku yang hilang?“ Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. 5: 101) yang melarang orang-orang Mu’min bertanya hal yang bukan-bukan. Diriwayatkan juga oleh al-Bukhari yang bersumber dari Ibnu Abbas.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika turun ayat “wa lillahi ‘alannasi hijjul baiti’ (QS. 3 : 97) orang-orang bertanya:. “Apakah tiap tahun ya Rasulallah?“. Rasulallah terdiam. Mereka bertanya lagi: “Apakah tiap tahunya Rasulallah?” Rasul menjawab : “Tidak, karena apabila kukatakan “Ya” tentu akan menjadi wajib (tiap tahun)”. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. 5 : 101) yang melarang Kaum Mu’minin terlalu banyak bertanya kepada Rasul. Diriwayatkan oleh Ahmad, Tirmidzi dan al-Hakim yang bersumber dari Ali. Diriwayatkan oleh ‘Ibnu Jarir seperti itu yang bersumber dari Abi Hurairah, Abu Umamah dan Ibnu Abbas.
-----------------
Bibliography :    
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 179 - 180.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 197 - 198.
Tulisan Arab Al-Qur'an

IYYAKA NA’BUDU WA IYYAKA NASTA’IN

“Engkaulah yang kami sembah, dan Engkaulah tempat kami memohon pertolongan“. (QS 1 : 5).

Kalimat Iyyaka, kita artikan Engkaulah, atau boleh dilebih dekatkan lagi maknanya dengan menyebut hanya Engkau sajalah yang kami sembah. Di sini terdapat Iyyaka dua kali; hanya Engkau sajalah yang kami sembah dan hanya Engkau saja tempat kami memohon pertolongan. Kalau ada lagi kata lain dalam bahasa kita yang lebih mendekati maksud yang terkandung di dalamnya, bolehlah kita usahakan juga. Sebab dalam hati sanubari kita sendiripun terasa bahwa arti itu belum juga tepat benar, meskipun sudah mendekati. Kata na’budu berpangkal dari kalimat ibadat dan nasta’inu berpangkal dan kalimat isti’anah.
Lebih murnilah kita rasakan maksudnya kalau kita sebut ibadat saja. Karena meskipun telah kita pakai arti dalam bahasa kita yaitu sembah atau kami sembah, namun hakikat ibadat hanya khusus kepada Allah, sedang dalam bahasa kita kalimat sembah itu terpakai juga kepada raja; di Minangkabau kalau ahli-ahli pidato adat sambut menyambut pidato secara adat, mereka namai juga sembah menyembah. Jadi kalau kita artikan “Hanya kepada Engkau kami beribadat” barangkali lebih tepat, apatah lagi kalimat ibadat itupun telah menjadi bahasa kita.
Kalimat isti’anah pun menghendaki keterangan yang panjang. Kalau menurut bahasa saja, apabila kita meminta tolong kepada seorang teman menyampaikan pikiran kita kepada anak kita di tempat yang jauh, atau meminta tolong mengangkat lemari karena terlalu berat mengangkat sendiri, dalam bahasa disebut isti’anah juga, padahal yang demikian tidak terlarang oleh agama.
Kita bukakan hal ini untuk mengetahui betapa sukarnya menterjemah dan satu bahasa ke bahasa yang lain, terutama lagi bahasa agama, terutama lagi Arab dalam Al-Qur’an yang turun sebagai Wahyu ilahi. Makanya kita menguatkan pendapat sebagian besar Ulama agar di samping terjemah atau tafsir, tidak boleh tidak, hendaklah asli tulisan Arabnya dibawakan supaya orang lain yang mengerti dapat menyesuaikan maknanya dengan aslinya.
Di dalam ayat ini bertemulah kita dengan tujuan. Dengan ayat ini kita menyatakan pengakuan bahwa hanya kepadaNya saja kita memohonkan pertolongan; tiada kepada orang lain.
Sebagaimana telah kita maklumi pada keterangan di atas, Allah adalah Tuhan Yang Mencipta dan Memelihara. Dia adalah Rabbun, sebab itu Dia adalah ilahi. Tidak ada Ilah yang lain, melainkan Dia. Oleh karena Dia Yang Mencipta dan Memelihara, maka hanya Dia pula yang patut disembah. Adalah satu hal yang tidak wajar, kalau Dia menjadikan dan memehihara, lalu kita menyembah kepada yang lain.
Oleh sebab itu, maka ayat yang ke 5 ini memperkuat lagi ayat yang kedua segala puji-pujian bagi Allah, Pemelihara dari sekalian alam”. Hanya Dia yang patut dipuji, karena hanya Dia sendiri yang menjadikan dan memelihara alam, tidak bersekutu dengan yang lain. Alhamdu di atas didahulukan menyebutkan bahwa yang patut menerima puji hanya Allah, sebab hanya Dia yang mencipta dan memelihara alam. Sedang pada ayat Iyyaka na ‘budu ini dilebih jelaskan lagi, hanya kepada-Nya dihadapkan sekalian persembahan dan ibadat, sebab hanya Dia sendiri saja, tidak bersekutu dengan yang lain, yang memelihara alam ini.
Maka mengakui bahwa yang patut disembah sebagai Ilah hanya Allah, dinamai Tauhid Uluhiyah.
Dan mengakui yang patut untuk memohon pertolongan, sebagai Rabbun hanya Allah, dinamai Tauhid Rububiyah.
Untuk misal yang mudah tentang Tauhid Uluhiyah dan Tauhid Rububiyah ini ialah seumpama kita ditolong oleh seorang teman, dilepaskan dari kesulitan. Tentu kita mengucapkan terima kasih kepadanya. Adakah pantas kalau kita ditolong misalnya oleh si Ahmad, lalu kita mengucapkan terima kasih kepada si Hamid? Maka orang yang mengakui bahwa yang menjadikan alam dan memelihara alam ialah Allah juga, tetapi menyembah kepada yang lain, adalah orang itu musyrik. Tauhidnya sendiri pecah-belah; menerima nikmat dari Allah mengucapkan terimakasih kepada berhala.

Tentang arti Ibadat
Arti yang luas dari pada IBADAT ialah memperhambakan diri dengan penuh keinsafan dan kerendahan. Dan dipatrikan lagi oleh cinta. Kita mengakui bahwa kita hamba-Nya, budak-Nya. Kita tidak akan terjadi kalau bukan Dia yang menjadikan. Kita beribadat kepada-Nya disertai oleh rajaa, yaitu pengharapan akan kasih dan sayang-Nya, cinta yang hakiki, tidak terbagi pada yang lain. Sehingga jikapun kita cinta kepada yang lain, hanyalah karena yang lain itu nikmat dari Dia. Misalnya kita mencintai anak dan isteri, harta dan benda. Atau kita mencintai tanah air tempat kita dilahirkan, ataupun yang lain-lain.
Semuanya itu adalah karena dia-nya nikmat dari Dia. Tidak dapat kita mencintai yang lain langsung, di samping mencintai Dia. Karena kalau ada cinta lain di samping cinta kepada-Nya, itulah cinta yang terbagi. Apabila telah terbagi, itulah pangkal dari syirik.
Dan tidak ada pula yang lain yang kita puja atau kita sembah yang berupa ibadat. Karena yang lain itu semuanya dalah makhlukNya belaka.
Kita diperintah-Nya hormat kepada yang patut dihormati. Kita disuruh-Nya kasih kepada ibu bapa, setia kepada negara dan raja atau kepada negara, dan kita diperintahkan-Nya supaya hormat kepada guru. Semuanya itu kita kerjakan karena Allah yang menyuruhkan. Tetapi kita tidak akan sampai beribadat kepada ayah bunda, atau kepada negara dan raja dan kepada kepala negara, atau kepada guru.

Tentang arti Isti’anah
Kemudian datanglah isti’anah, yaitu memohonkan pertolongan. Pada ayat ini kita disuruh mengucapkan pengakuan bahwa hanya Dia tempat kita memohonkan pertolongan. Dengan demikian kita akui sendirilah bahwa kita sendiri tidaklah berkuasa buat mencapai segala rencana yang telah kita cadangkan di dalam hidup ini. Tenaga kita sangat terbatas, dan kita tidak akan sampai kalau tidak Tuhan yang menolong.
Sebagai telah diterangkan di atas tadi, dengan menyebut Iyyaka nasta’inu telah terkandung lagi Tauhid di dalam memohonkan pertolongan. Dengan mendahulukan Iyyaka, yang berarti hanya Engkau saja, sudah lebih tegas lagi maksudnya dari pada misalnya kita berkata Nasta’inuka, yang berarti kami meminta tolong kepada Engkau. Dan diapun menimbulkan kekuatan di dalam jiwa kita, bahwa kita tidak mengharapkan pertolongan dari yang lain, sebab yang lain tidak berkuasa dan tidak ada daya upaya buat menolong kita.
Jangan kita campur adukkan di antara isti’anah dengan mu’awanah. Di dalam hal memohonkan pertolongan, kita tetap hanya kepada Allah. Tetapi di antara kita manusia sesama manusia, makhluk sesama makhlukpun diperintah oleh Allah supaya bertolong-tolongan, berkoperasi, itu namanya bukan isti’anah, tetapi mu’awanah. Di dalam Surat Al-Maidah, Surat ke 5 ayat 2, Tuhan berfirman, agar hendaklah kita tolong-menolong di dalam berbuat kebajikan dan takwa, dan janganlah kita tolong menolong di dalam hal dosa dan permusuhan. Tetapi di dalam ayat, mu’awanah ini bertemu lagi inti sari pertahanan isti’anah. Artinya, sebagai Muslim yang sadar akan nilai imannya di dalam isti’anah kita tetap hanya kepada Tuhan. Tetapi terhadap orang lain kita sudi menolong, sebab melaksanakan perintah Tuhan juga. Kita tahu sabda Nabi, bahwa tangan di atas lebih baik dari tangan yang di bawah.
Setiap orang berusaha dan bekerja menurut bakatnya. Dokter menolong orang sakit, dan orang sakit datang meminta tolong dan diberi obat. Guru menolong muridnya dengan mengajarnya tulis dan baca dan ilmu yang lain. Semuanya itu jangan dicampur aduk dengan isti’anah, sebab itu semuanya adalah hubungan manusia sesama manusia. Memang yang kuat hendaklah menolong yang lemah, yang kaya menolong yang miskin. Dan semua itu adalah dalam rangka meminta tolong kepada Allah juga.
Maka tolong menolong, yang satu meminta tolong kepada yang lain, dan yang lain meminta tolong kepada yang satu di dalam urusan kehidupan sehari-hari, tidaklah terlarang, karena itu bukan di dalam rangka memandang bahwa tempat meminta tolong itu sebagai tempat beribadat. Di atas manusia yang tolong menolong itu ada lagi kekuasaan tertinggi yang memutuskan dengan mutlak, dan maha kuasa memberikan atau menahan, melangsungkan atau menggagalkan. Itulah kekuasaan Tuhan, yang kekuasaan-Nya meliputi akan sekuruhnya. Kepada-Nyalah kita bersama sesudah bertolong-tolongan sesama kita, memohonkan petunjuk, memohonkan diberi kekuatan, dihasilkan yang dicita-cita, dituntun sebaik-baiknya kepada yang baik dan yang benar.
Tauhid dengan jalan isti’anah membangkitkan kekuatan pada diri sendiri, supaya langsung berhubungan dengan Tuhan, yang jadi sumber dari segala kekuatan. Memohonkan pertolongan kepada Tuhan bukanlah kelemahan, tetap disanalah terletak kekuatan. Hanya orang yang tolol yang mengaku bahwa dirinya sanggup berbuat segala yang dia kehendaki. Adapun orang yang berilmu, maka ilmunya itulah yang menunjukkan kepadanya bahwa dia tidak sanggup mengetahui segala.
Berkali-kali kita merencanakan suatu hal . Maka setelah dimulai menjalankan rencana itu, di tengah jalan kita bertemu hal-hal yang sama sekali tidak dalam rencana kita. Mengertilah kita bahwa ada kekuatan tertinggi, yang di luar dari kemampuan kita. Taruhlah kita dapat mengatasi dengan meminta langsung kepada orang lain, sesama manusia. Tetapi kelak akan ketahuan pula ada lagi kekuatan tertinggi, yang oleh bersamapun tidak dapat diatasi. Maka lantaran itu selalulah kita mengingat bahwa tempat memohon pertolongan tertinggi adalah Tuhan. Dialah Tuhan dengan nama-Nya Ar-Rabb.
Memohon pertolongan dengan dasar Tauhid itulah yang masuk akal. Sebab itu tidaklah kita memohon pertolongan misalnya kepada kuburan, seorang guru atau orang alim yang kita pandang keramat. Atau meminta tolong kepada berhala, atau meminta tolong kepada keris pusaka. Dengan kalimat Iyyaka tadi, yang berarti “Hanya kepada Engkau saja aku meminta tolong”, jelaslah bahwa kita tidak akan meminta pertolongan kepada yang lain dengan cara demikian. Sebab yang lain itu tidak masuk akal bahwa dia dapat menolong.
---
TAFSIR AL-AZHAR, Prof Dr. Hamka, Yayasan Nurul Islam, cetakan ke-empat tahun 1981, halaman 99 - 104

POTONGAN

Dalam istilah arsitektur, potongan adalah gambar bangunan yang diproyeksikan pada bidang vertikal dan posisinya diambil pada tempat-tempat tertentu.

Sumber : Pustaka Pribadi
Sebagai gambar kerja, maka potongan merupakan bagian gambar yang sangat penting untuk menunjukkan bagaimana suatu proyek akan dibangun. Gambar tersebut menunjukkan semua bahan-bahan baik eksterior maupun interior yang akan digunakan dengan melengkapinya dengan petunjuk-petunjuk (instructions) yang merupakan kunci dan sistim bangunan tersebut, seperti bagian-bagian mekanikal, plumbing dan sebagainya.
Dalam presentasi gambar arsitektur, fungsi utama gambar potongan adalah untuk menunjukkan proporsi ruang interior dan fungsi yang kedua adalah untuk menunjukkan penyelesaian interiornya.
Ruang antara langit-langit dan atap merupakan ruang negatip, disebut demikian karena dalam presentasi arsitektur dianggap tidak penting, hanya untuk maksud presentasi saja.
Ruang interior dan eksteriorlah yang merupakan ruang positip, sebab ruang-ruang itulah yang dipakai oleh penghuni.
Karena itulah umumnya ruang-ruang negatip digambar kosong saja, hanya dibatasi dengan outline tebal, atau digelapkan saja, setidaknya dalam tahap sketsa-sketsa bagian itu diperlakukan demikian. Hal yang perlu diperhatikan adalah aspek dimana bagian itu dipotong; dalam presentasi arsitektur diambil pada tempat-tempat yang dilalui oleh ruang-ruang yang merupakan titik interest dari bangunan.
Berbeda jika potongan itu merupakan gambar kerja; disana potongan diambil pada berbagai arah yang sebisa mungkin menunjukkan berbagai detail yang ada.
Dalam tahap desain, sebaiknya arsitek banyak membuat sketsa-sketsa potongan melalui berbagai tempat untuk mempelajari hubungan-hubungan diantara ruang-ruang interior juga dengan menggambarkan figur-figur manusia supaya bisa melihat skala yang mungkin terjadi.
-------
Teknik Presentasi Gambar Arsitektur, F.X. Budi Widodo Pangarso, Jasin Nagawijaya dan Mauro Purnomo Raharjo, Bandung 1981, halaman 39

Selasa, 18 Oktober 2011

MENJAGA TALI PERSAUDARAAN

Islam tidak pernah mengajarkan pemeluknya untuk berbuat benci dan memusuhi kepada yang lainnya. Kepada sesama manusia harus saling menebar kasih sayang dan cinta. Kalau terjadi persengketaan, jangan sampai berfikir sempit dengan mengandalkan nafsu sebagai langkah penyelesaiannya. Islam mengajarkan cara yang baik : bersikap santun dan saling menghormati dalam menyelesaikan perselisihan.

Rasulullah SAW. Pernah bersabda: rahim (talipersaudaraan) itu digantungkan pada arsy, ia berkata: barangsiapa yang menyambungku (berbuat baik kepada kerabat) maka Allah akan menyambungnya, dan barang siapa yang memutuskan aku, maka Allah pun akan memutuskannya (HR. Bukhari Muslim).

Selain itu, Rasul juga bersabda: tidak akan masuk surga orang yang memutuskan kekeluargaan.
Kata ar-rahim (persaudaraan), memiliki makna nasab. Artinya, persaudaraan yang terbangun dari ar-rahim tersebut berasal dari keluarga, kerabat, dan yang masih ada kaitannya dengan nasab (hubungan darah dan pernihakan). Hal ini merujuk pada rahim seorang ibu yang digunakan untuk melahirkan seorang manusia ke dunia.
Dalam makna itu merupakan persaudaraan secara khusus. Islam mengharamkan bagi pemeluknya untuk saling membenci terhadapsesama saudara senasab, apalagi
memutuskan hubungan tali silaturrahim. Bagi mereka yang tega memutus tali persaudaraan itu, Allah mengancam tidak akan mendapat jaminan masuk surga bagi pelakunya.
Konsep persaudaraan secara universal dalam Islam terbagi menjadi empat.
Pertama, ukhuwah insaniyah (persaudaraan kemanusiaan). Persaudaraan dalam konteks ini mencakup aspek yang lebih luas tentang hubungan kemanusiaan. Hubungan ini tidak terkotak-kotak pada segi agama, budaya, suku, ras, dan sebagainya. Hubungan ini murni bahwa manusia di seluruh dunia seharusnya saling menjaga persaudaraan.
Kedua, ukhuwah diniyah (persaudaraan, keagamaan). Untuk menciptakan kedamaian di dunia, masing-masing agama harus saling menghargai. Keyakinan yang berbeda adalah fitrah tuhan dan tidak boleh memaksakan keyakinan kepada orang lain, la ikraha fiddin. Dengan menjaga ukhuwah tersebut, kehidupan para pemeluk agama dapat saling damai, tenang, tanpa ada saling curiga.
Ketiga, ukhuwah watoniyah (persaudaraan antar negara). Dalam menjaga stabilitas dunia ini, masing-masing warga negara di dunia harus saling bekerjasama dalam meraih kedamian. Mereka harus melakukan itu dikarenakan kodrat manusia itu selalu menindas sesama, homo homoni lupus. Salah satu sejarah pertikaian manusia terjadi pada manusia terdahulu, yaitu Kabil dan Habil. Mereka berdua adalah bersaudara. Namun karena salah satu di antara mereka memiliki suatu tujuan, maka terjadilah peristiwa pembunuhan.
Keempat, ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam). Ukhuwah ini menekankan persaudaraan sesama umat Islam. Sesama umat Islam harus saling bersaudara, tolong menolong, dan mencintai. Karena mereka disatukan pada ideologi yang sama, yaitu tauhid.
Dalam konsep tauhid tersebut mengandung dua hubungan; vertikal dan horizontal. Secara  vertikal, manusia berhubungan langsung dengan tuhannya melalui ibadah mahdoh, seperti sholat, zakat, dan haji. Sedangkan secara horizontal, mereka berbuhungan langsung dengan sesama manusia melalui ibadah ghairu mahdah. Kedua hubungan itu masing-masing akan dipertanggungjawabkan di sisi tuhan kelak.
Rasulullah SAW. pernah bersabda: janganlah kamu saling membenci, saling mendengki dan saling bermusuhan, tapi jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal seorang muslim mendiamkan (tidak menyapa) saudaranya lebih dari  tiga hari (HR. Bukhari Muslim).

Selain itu, menjaga tali persaudaraan juga mendatangkan berkah tersendiri bagi pelakunya. Konsep menjaga persaudaraan diberlakukan kepada semua manusia, tanpa terbatas pada segi nasab, agama, negara, namun jauh lebih luas. Hal ini berdasarkan bahwa Islam adalah rahmatan lil’alamin (rahmat bagi seluruh alam). Dengan begitu, dalam sebuah Hadist, Rasulullah pernah berkata: barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan (silaturrahim).
Di sinilah hikmah dari pentingnya menjaga tali persaudaraan dan kekeluargaan. Sebagai manusia jangan sampai melanggar perintah itu.
------
Buletin Sakinah, Edisi 328/ Th IV/ September 2011 M/ Dzulkaidah 1432 H, Penulis : Siska Arifatun