"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Sabtu, 29 Oktober 2011

MISTERI ARSITEKTUR FRANK LLOYD WRIGHT

Arsitek boleh datang dan pergi. Tetapi tidak untuk Frank Lloyd Wright. Ada karya-karya yang luntur di makan zaman. Tetapi tidak untuk Wright.
Di tangan Wright, sebuah bangunan adalah legenda. Tak luntur oleh waktu. Ia bahkan bersembunyi ketika orang berusaha menuliskan kisahnya. Tetapi kecerlangan garapan Wright selalu membawa inspirasi keindahan yang langgeng. Inilah yang menorehkan kekaguman orang ketika memandang.
Jika ada seroang arsitek mengilhami ide peluncuran lagu rock, dialah orangnya. Bridge Over Troubled Water, 1970, adalah lagu rock yang dipersembahkan atas karya arsitekturnya yang kemudian laku hingga jutaan kopi. Ia juga menjadi arsitek pertama yang menjadi cover story majalah Time pada 1973. Merupakan arsitek pertama yang mengilhami sebuah novel best-seller The Fountainhead karya Any Rand, 1943, yang kemudian difilmkan.
Buku mengenai Wright dan karyanya terhitung banyak. Pada tahun 1992 saja setidaknya ada 18 buku baru mengenai Wright, termasuk biografi yang ditulis oleh Meryle Secrest, yang melengkapi biografi sebelumnya karya Brendam Gill (terbit pada 1988).
Wright, kelahiran 1867, hampir seangkatan dengan arsitek kontemporer semacam Charles Rennie Mackintosh (Skotlandia) dan Edwin Landseer Lutvens (Inggris). Tetapi dua nama ini berangsur pudar jika berjejer dengan Wright. Pada pertengahan 1930-an. tatkala karyanya mulai mengering, Wright telah memasuki usia 70. Di usia sesenja ini profesionalnya tetap menawan, ketika rekan-rekannya memilih pensiun. Wright malah menemukan klien baru, Edgar Kaufmann yang sinting. Tampaknya, nafas Wright jadi memanjang.
Interior Kantor Kaufmann
Dalam 22 tahun berikutnya ia menciptakan karya lebih banyak lagi dengan interupsi Perang Dunia II. Lalu tak pernah lagi sibuk sampai akhirnya Ia meninggal di Phoenix, Arizona, pada 1959. Usianya mencapai 92 tahun. Dan muara waktu telah terbentang karya yang mengundang decak. Ada jarak waktu sepanjang 67 tahun sejak karya pertamanya lahir berupa rancangan rumah hingga karya terakhir yang ia turut saksikan pembangunannya, yakni Museum Guggenheim berbentuk spiral di New York.
Sejumlah rancangan nampaknya harus luput dari perhatiannya karena bangunan baru rampung sesudah ia meninggal. Marin County Civic Center di California yang berdiri tahun 1966 contohnya. Karya-karya Wright terbesar tersebar di banyak tempat di AS, dan tak satupun ada di Eropa. Namun demikian, sebagai penghormatan atas dirinya, rancangan interior asli karya Wright digelar dalam pameran tetap di London, Victoria dan di Albert Museum. Rancangan yang dianggap mengangkat kembali pamornya di usia senja dan dibuat Wright khusus untuk Edgar Kaufmann. Karya ini kemudian disumbangkan untuk museum oleh anak lelaki Kaufmann, 1974. Interior kantornya kemudian dipindahkan dari museum dan disimpan di Galeri Frank Lloyd Wright.
Ruangan ini dibuat senada betul dari lantai, dinding hingga langit-langitnya. Bahannya terbuat dari cypress plavwood berwarna madu. Pada dindingnya terpahat relief dalam bentuk geometris yang menggabungkan garis-garis bersilangan. Melahirkan bentuk diagonal. Perabotnya, termasuk meja besar yang dibuat menyatu, mengesankan pola Wright yang khas. Lalu ada penyaring cahaya yang ditempatkan di kisi-kisi terdiri dari bahan kayu.
Salah satu misteri karya Wright ini ialah bagaimana Kaufmann demikian betah tak mengubah interior kantor dalam waktu yang lama. Ada sentuhan yang membuat orang krasan. Beberapa pencahayaan listrik yang tersembunyi dan sebuah lampu dinding berbentuk huruf V yang berkesan modern meningkahi tempat kerja Kauffman. Penerangan lampu monokromatik dalam ruangan suram. Sepertinya Wright ingin membangun tempat semacam gua purba di jantung rumah. Sekaligus sebagai tempat merenung. Tanpa sadar, Kaufmann telah bekerja dengan gembira selama 20 tahun di sana, dan hanya membuat satu perubahan pada langit-langit di atas ujung mejanya ia tambahkan sebintik lampu merah.
Tetapi, sebuah bangunan impian nampaknya harus menjadi kekecualian bagi hubungan Kaufmann-Wright sebagai hanya sekadar arsitek terhadap tuannya. Ada satu kekecualian yang tiba-tiba diminta Kauffman. Perkecualian itu ialah bangunan kanonik abad 20, Fallingwater Hause di Pennsylvania. Kaufmann ingin tempat istirahat khusus untuk kelurganya. Sebuah rumah di tengah hutan dengan bunyi air gemercik, tempat ia dan keluarganya berpiknik.
Fallingwater Hause pun lahir sebagai karya yang unik. Lewat proses yang unik juga. Selama Kauffman meminta, lama Wright tak juga menggoreskan penanya. Akhirnya ada rasa tak sabar yang mengganggu pikiran Kauffman untuk segera melihat ide Wright. Segera ia telepon Wright dan mengatakan akan datang ke rumahnya untuk mehihat desain yang ia pesan. Jarak rumah Kaufmann ke rumah Wright barang 140 mil. Dengan tenang Wright bersama stafnya mulai menggambar, lembar demi lembar. Air terjun tercipta; di antara batu-batu kasar, bangunan beton dan kaca, sebuah rumah dirancang di atas air terjun dilengkapi dengan balkon untuk menikmati pemandangan luar. Kaufmann langsung setuju. Tak ada perancangan ulang. Fallingwater House itu tetap berdiri hingga kini.

Falling Water House
Keagungan Wright terletak pada kemampuannya memainkan tiang-tiang tinggi secara personal dan profesional dan tetap bertahan, waktu demi waktu. Semasa hidupnya, Wright menolak untuk ditulis, begitupun karya-karyanya. Tak mengherankan bahwa reputasinya tetap tinggi sepanjang waktu, terutama di mata mereka yang mencari referensi arsitektur modern bernuansa organik yang kaya.
Hingga hari ini rancangan rumahnya masih tetap ditiru dan dibangun oleh para arsitek modem. Jelas bahwa Wright pada masa puncaknya maupun pada masa biasa telah menciptakan desain yang lebih dibutuhkan dibanding ciptaan orang lain, sebelum maupun sesudah zamannya.
Museum Guggenheim New York
Ada sebuah senjang yang menghubungkan kejeniusan Wright dengan para arsitek masa kini. Mungkin sedikit ada kesulitan mengadaptasi atau bahkan berpikir layaknya Wright. Bahkan ketika mereka sedang berkonsentrasi merancang interior kecil, sampai ke gedung pencakar langit. Rasanya tak mungkin, mencoba mengaduk misteri, dan memikirkan hal-hal yang tidak dipikirkan oleh Wright dalam 50, atau bahkan 100 tahun yang lampau.



----------
Hugh Pearman, Harian Republika Minggu 30 Mei 1993, halaman 7
Gambar Falling Water House
Gambar Museum Guggenheim New York
Gambar Interior kantor Kaufmann

Tidak ada komentar:

Posting Komentar