"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Minggu, 30 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (9)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah Ta’ala memberi ampun kepada ummatku daripada kekeliruan dan kelupaan, dan atas perkara-perkara yang terpaksa.” Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Hakim. Abu Hatim berkata : “Tidak tetap (tidak kuat)”.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 397-398.

Jumat, 28 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (8)

Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w. beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah ta’ala mema’afkan ummatku pada apa-apa yang dibujukkan oleh hatinya, selama ia belum melakukannya dan tidak membicarakannya”. Muttafaq ‘alaih.
-----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 397.

Rabu, 26 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (7)

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Ada tiga perkara yang sungguh-sungguhnya jadi sungguh, dan main-mainnyapun jadi sungguh-sungguh, ialah : nikah, talak dan ruju”. Diriwayatkan oleh Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i) kecuali Nasa’i dan disahkan oleh Hakim.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 396-397.

Senin, 24 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (6)

Dari Abu Daud telah meriwayatkannya dari jalan lain yang lebih baik dari padanya : “Sesungguhnya Abu Rukanah telah mentalak istrinya Suhaimah samasekali tiga talak sekaligus, dan ia berkata : “Demi Allah aku tidak bermaksud dengan talak itu, kecuali satu kali”. Maka Nabi s.a.w. mengembalikan istrinya kepadanya”.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 396.

Sabtu, 22 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (5)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata; Abu Rukanah telah mentalak Ummu Rukanah, maka Rasulullah s.a.w. bersabda kepadanya : “Ruju’lah istrimu itu”. Ia berkata : ‘Saya telah mentalaknya tiga kali”. Beliau bersabda : “Memang aku tahu, ruju’lah ia”. Diriwayatkan oleh Abu Daud.
---------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 395-396.

Kamis, 20 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (4)

Dari Mahmud bin Labid r.a. ia berkata; “Rasulullah s.a.w. diberitahukan tentang seorang laki-laki yang mentalak istrinya dengan tiga talak semuanya (sekaligus), maka beliau berdiri sambil marah, kemudian bersabda : “Apakah ia mempermainkan kitab Allah, padahal aku ada di kalangan kalian?”. Sehingga berdirilah seorang shahabat dan berkata : “Bolehkah saya membunuhnya?” Diriwayatkan oleh Nasa’i dan rawi-rawinya dapat dipercaya.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 395.

Selasa, 18 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (3)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a., ia berkata : “Adalah talak di zaman Nabi s.a.w. dan zaman Abubakar dan dua tahun di zaman kekhalifahan Umar, tiga talak (sekaligus) itu adalah satu”, dan Umar berkata : “Orang-orang itu sungguh tergesa-gesa dalam perkara yang padanya ada tempo banyak, kalaulah kami lanjutkan keadaan itu pada mereka, tentu dilanjutkan atas mereka” (tetap jatuh tiga talak). Diriwayatkan oleh Muslim.
-------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 395.

Minggu, 16 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (2)

Dari Ibnu Umar r.a., ia berkata; Bahwasanya ia mentalak istrinya yang sedang haidl di zaman Rasulullah s.a.w., lalu Umar bertanya kepada Rasulullah s.a.w. tentang kejadian itu. Maka beliau menjawab : “Suruhlah ia merujunya, lalu hendaklah ia menahan istrinya sampai bersih, kemudian haidl lalu bersih lagi, kamudian kalau ia mau tahanlah istrinya itu, atau mentalaknya sebelum dicampuri; dan itu adalah ‘iddah yang Allah perintahkan apabila perempuan ditalak”. Muttafaq ‘alaih.

Dan pada sebuah riwayat Muslim; “Suruhlah ia meruju’nya, kemudian mentalaknya dalam keadaan bersih atau sedang hamil”. Dan dalam riwayat lain dalam Bukhary : “Dan dihitung satu talak”.

Dan pada sebuah riwayat Muslim, Ibnu Umar berkata; (Seseorang berkata kepadanya) : “Engkau mentalaknya sekali atau dua kali. Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. menyuruh saya supaya saya meruju’nya, kemudian saya menahannya sehingga bersih, lalu saya mentalaknya sebelum saya mencampurinya. Tapi apabila engkau telah mentalaknya tiga kali sungguh engkau telah durhaka kepada Tuhanmu pada perkara yang diperintahkan kepadamu mengenai talak istrimu itu”.

Jadi kalau engkau meruju’nya kembali padahal sudah jatuh talak tiga kali, maka engkau telah durhaka kepada Tuhan: sebab talak yang masih dapat meruju’ itu hanya dua kali, sebagaimana Firnan Allah dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 229 : “Talak itu tanya dua kali, kalau ia mau, boleh menahannya cara suka sama suka, atau melepaskannya secara baik”.

Dan dalam sebuah riwayat lainnya; Abdullah bin Umar berkata : “Maka Rasulullah s.a.w. mengembalikan istri saya itu kepada saya dan beliau tidak menganggap apa-apa, dan beiau bersabda : “Apabila istrinya itu sudah bersih, hendaklah ía mentalaknya atau menahannya”.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 393-394.

Jumat, 14 Agustus 2009

THALAQ / PERCERAIAN (1)

Dari Ibnu Umar r.a.,ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Diantara barang-barang yang halal yang dibenci oleh Allah, adalah talak”. Diriwayatkan oleh Abu Daud, Ibnu Majah, dan disahkan oleh Hakim, dan Abu Hatim menguatkan kemursalannya.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 393.

Rabu, 12 Agustus 2009

KHULU’ (Wanita Melepaskan Ikatan Perkawinan)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a.; “Sesungguhnya istri Tsabit bin Qais telah menghadap kepada Nabi s.a.w. ia berkata : “Ya Rasulullah, saya tidak mencela akan kelakuan Tsabit bin Qais dan tidak pula mencela agamanya, akan tetapi saya tidak mau kufur dalam Islam” (Tsabit bin Qais Itu bangsa Khazraj kulitnya hitam, perawakannya pendek, muka buruk, isterinya tidak suka kepadanya; yang dimaksud dengan kata “Aku tidak mau kufur dalam Islam” itu ialah “nusyuz” (durhaka pada suami sebagaimana yang tersebut dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 34)). Maka Rasulullah s.a.w. bersabda : “Maukah anda mengembalikan kebunnya?” (Tsabit bin Qais kawin dengan wanita itu dengan maskawin berupa kebun. Jadi perempuan yang melakukan khulu’ itu harus mengembalikan maskawinnya.) Ia menjawab : “Ya”. Maka Rasulullah s.a.w. bersabda (kepada Tsabit): “Terimalah kebun itu, dan talaklah istrimu itu satu kali”. Diriwayatkan oleh Bukhary. Dan dalam sebuah riwayat : “Dan beliau menyuruhnya agar mentalak istrinya”.

Dan menurut riwayat Abu Daud dan Tirmidzy dan dihasankannya ; ”Bahwasanya istri Tsabit bin Qais mengajukan permohonan agar tali perkawinan dengan suaminya itu. lepas, maka Nabi s.aw. memutuskan ‘iddahnya itu satu kali haid”.

Dan pada riwayat ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya r.a. dalam riwayat Ibnu Majah; Sesungguhnya Tsabit bin Qais itu adalah orang yang buruk rupa dan bentuknya, dan istrinya berkata : Kalaulah saya tidak takut pada Allah, tentu saya ludahi muka suami saya itu apabila ia mendatangi pada saya”. Dan dalam riwayat Ahmad dari hadits Sahal bin Abi Hasmah: “Dan kejadian itu adalah permulaan khulu’ dalam Islam”.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 391-393.

Senin, 10 Agustus 2009

GILIRAN DI ANTARA ISTRI-ISTRI (8)

Dari Abdullah bin Zam’ah r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Janganlah seseorang di antara kalian memukul istrinya seperti memukul abid (budak belian)”. Diriwayatkan oleh Bukhary.

Hadits ini menunjukkan bahwa suami boleh memukul isterinya, bilamana perlu, tapi jangan melebihi batas, dan jangan seperti memukul budak belian
Dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ ayat 34 : “Isteri-isteri yang durhaka kepadamu, hendaklah kalian menasihatinya, dan tinggalkanlah mereka di tempat tidurnya sendirian, dan boleh kalian memukul mereka bila mereka tetap durhaka”.
-----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 391.

Sabtu, 08 Agustus 2009

GILIRAN DI ANTARA ISTRI-ISTRI (7)

Dari ‘Aisyah r.a.; “Bahwasannya Rasulullah s.a.w. pernah bertanya di kala sakitnya yang menyebabkan kematiannya Dimanakah besok saya harus bergilir?”; beliau maksudkan giliran ‘Aisyah; dan istri-istrinya mengizinkan bergilir di mana saja beliau mau, maka beliau tinggal di rumah ‘Aisyah”. Muttafaq ‘alaih.

Dari padanya r.a., ia berkata; “Adalah Rasulullah s.a.w. apabila hendak bepergian, beliau mengundi istri-istrinya, dan mana saja yang menang dalam giliran itu, beliau bepergian dengannya”. Muttafaq ‘alaih.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 390-391.

Kamis, 06 Agustus 2009

GILIRAN DI ANTARA ISTRI-ISTRI (6)

Dari Urwah r.a. ia berkata : ‘Aisyah berkata : “Hai anak saudaraku, keadaan Rasulullah s.a.w. tidak melebihkan sebahagian dari kami dan dari sebahagaiannya di tentang giliran diam(tinggal)nya pada kami; dan beliau punya sedikit waktu pada satu hari untuk keliling pada kami semuanya, beliau mendekati tiap-tiap istrinya tanpa campur, kecuali kalau sudah sampai pada giliran istrinya yang mendapat gulirannya, beliau bermalam padanya”. Diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud dan lafadh ini dalam riwayatnya, disahkan oleh Hakim.

Dan pada riwayat Muslim dari ‘Aisyah r.a., ia berkata ; “Adalah Rasulullah s.a.w. apabila beliau telah sholat Ashar, lalu berkeliling pada istri-istrinya, dan beliau mendekat, mereka”. Alhadits.
--------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 389-390.

Selasa, 04 Agustus 2009

GILIRAN DI ANTARA ISTRI-ISTRI (5)

Dari ‘Aisyah r.a.;”Bahwasannya Saudah binti Zam’ah telah memberikan gilirannya kepada ‘Aisyah, jadi Nabi s.a.w. menggilir untuk ‘Aisyah, dengan gilirannya dan giliran Saudah”. Muttafaq ‘alaih.
--------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 389.

Minggu, 02 Agustus 2009

GILIRAN DI ANTARA ISTRI-ISTRI (4)

Dari Ummu Salamah r.a.; “Bahwasannya Nabi s.a.w. tatkala ia mengawininya, beliau tinggal padanya tiga hari, dan beliau bersabda : “Sesungguhnya bukan penghinaan atas ahlimu dengan kamu ini, kalau kamu mau, saya genapkan tujuh hari untukmu, dan kalau saya genapkan tujuh hari padamu, niscaya sayapun harus membagi tujuh-tujuh hari pada istri-istriku”. Diriwayatkan oleh Muslim.
------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Nikah, halaman 389.