"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Jumat, 30 Juni 2017

Sikap Manusia Kepada Orang Shalih

Pertama; meremehkan dan tidak mengetahui hak-hak mereka atau bahkan memusuhi mereka. Di antara kelompok ini adalah orang-orang ahlul kitab yang membunuh da’i-da’i Allah s.w.t. dari kalangan para Nabi dan Rasul dan para pengikutnya. (QS. Ali Imran (3) : 21).
Kedua; berlebih-lebihan dalam mengagungkan mereka (ghulu), di antara kelompok ini adalah Nasrani dan Yahudi. (QS. At-Taubah (9) : 31).
Ketiga;  golongan pertengahan yang mengenal hak-hak mereka dan menunaikannya sesuai dengan yang dikehendaki Allah s.w.t. dan Rasul-Nya. Mereka adalah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. (QS. Al-Baqarah (2) : 143). Golongan ketiga inilah yang wajib kita ikuti bersikap tengah-tengah, tidak meremehkan mereka dan tidak pula berlebih-lebihan hingga menyembah mereka tanpa sadar.
-------------------------------------------
Abu Lutfia; Buletin Dakwah Islam Al-Furqon, Tahun ke-8, Volume 4 Nomor 1, halaman 2.

Munculnya Keimanan

Kabar gembira, “Di antara sebab munculnya keimanan adalah munculnya penentang Islam dari kalangan orang-orang pendusta” (Ibnu Taymiyah رحمه الله dalam al-Jawaab as-Shahiih 1/13)

Dr. Abdul ‘Aziz alu Abdul Latif, dosen Jurusan Aqidah Universitas Al-Imam, anggota lembaga editorial dan pusat penelitian dan studi Majalah al-Bayan. (Twitter : @dralabdullatif) - Twit Ulama 

Tahap Menimba Ilmu

Sufyan Ats Tsauri رحمه الله berkata, “Tahapan awal menimba ilmu adalah diam. Yang kedua adalah mendengarkan dan menghafalkannya. Yang ketiga adalah mengamalkannya. Yang keempat yaitu menyebarkan dan mengajarkannya.” [Manaqib al Imam al A’zham]
----------
Ma'had 'Umar bin Khattab Yogyakarta

Kamis, 29 Juni 2017

Penghamba Nalar

Note Trip. Sekira 3 bulan yang lalu, ketika berada di sebuah bengkel tambal ban di kabupaten Kendal. Aku ikut mendengarkan pembicaraan dua bapak-bapak yang sedang menanti jasa tambal ban. Sebenarnya jauh-jauh tahun obrolan bertema "Ilmu dan Iman" ditambah masih hangatnya soal memilih pemimpin kafir dikalangan orang beriman sudah bergelut dikalangan akar rumput, dan jawaban-jawaban dari lisan-lisan shalih-shalihat masih terus terdengar manis menentramkan hatiku. Ternyata Indonesiaku masih dipenuhi insan-insan yang ta'at agamanya, khususnya pemahaman mereka akan Islam sebagai agama yang dipeluknya. Alhamdulillah Allah terus jaga negeri ini dengan orang-orang shalih-shalihat meski tak terlihat dipermukaan. Terima kasih untuk para ulama ahlus-sunnah yang terus mencerahkan ummat.
Sebut saja kedua bapak itu Ban Luar dan Ban Dalam.
Ban Luar : "Kebodohan itu obatnya ilmu, bukan iman. Beriman tanpa pengetahuan ya tetap bodoh. Makanya, ayat pertama ke Nabi dimulai dengan "Bacalah!", itu perlunya belajar dan menggunakan akal."
Ban Dalam : "Tawazun saja pak, pengetahuan tanpa iman jadinya liberal, sampai-sampai menghalalkan pemimpin dari kaum Kafir yang telah memusuhi dan menista Islam. Jelas-jelas dalam al-Qur'an Allah memperingatkan supaya berhati-hati dan menghindari masih saja berani menentang peringatan Allah"

Meski jawaban ini sering ku dengar, tetapi tetap saja jleb. Lisan-lisan shalih-shalihat masih saja lebih hebat dan menentramkan dari penghamba nalar.

Lautan Kesyirikan

Terus-terusan berbuat maksiat menyeret pada sikap takut kepada selain Allah, berharap kepada selain Allah, cinta untuk selain Allah, dan tawakkal kepada selain Allah, yang bisa menyebabkan seseorang tenggelam di lautan kesyirikan. (Ibnul Qayyim رحمه الله)

Dr. Abdul ‘Aziz alu Abdul Latif, dosen Jurusan Aqidah Universitas Al-Imam, anggota lembaga editorial dan pusat penelitian dan studi Majalah al-Bayan. (Twitter : @dralabdullatif) - Twit Ulama 

Makruh Melarikan Diri Dari Kota Yang Berjangkit Waba’, Sebagaimana Pula Sebaliknya

Ibn ‘Abbas رضي الله عنهما berkata : Ketika ‘Umar bin Alkhoththob keluar menuju Syam, maka sesampainya di Sargh bertemu dengan kepala-kepala pasukan diantaranya: Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah dan kawan-kawannya, maka mereka memberitahukan bahwa di Syam sedang berjangkit penyakit waba’. Maka ‘Umar menyuruh ‘Abdullah bin ‘Abbas رضي الله عنهما : Panggilkan kemari sahabat Muhajirin yang pertama, dan ketika telah hadir semua di depan ‘Umar, ‘Umar memberitahu kepada mereka bahwa waba’ sedang berjangkit di Syam, maka bagaiamanakah pendapatmu. Sebagaian berkata : Engkau telah keluar untuk sesuatu, maka lebih baik jangan mundur kembali; sebagian lagi berkata : Kau sedang membawa sisa-sisa sahabat Nabi, maka lebih baik jangan menghadapkan mereka kepada bahaya ini. Karena pendapat yang berselisih, maka ‘Umar berkata : Pergilah kamu, dan segera menyuruh panggil sahabat-sahabat Anshor dan ketika mereka ini dimintai pendapat, tidak berbeda dengan pendapat kaum Muhajirin itu, karena berselisih, maka ‘Umar berkata : Bangunlah kamu dari sini. Kemudian menyuruh panggilkan kaum Muhajirin Fatah Makkah dan pemuka-pemuka bangsa Quraisy, maka mereka ini tidak sampai ada yang berselisih, semua berpendapat: Lebih baik kau bawa kembali orang-orang dan jangan kau hadapkan kepada waba’ itu. Maka ‘Umar segera memberitahu (memerintahkan) : Bahwa saya besok akan berangkat kembali, maka siaplah kamu untuk pulang kembali. Tiba-tiba Abu ‘Ubaidah menegur ‘Umar : Apakah akan lari dari takdir Allah? ‘Umar berkata : Andaikan selain kau hai Abu ‘Ubaidah yang berkata demikian, sebab ‘Umar tidak suka berselisih faham dengan Abu ‘Ubaidah, .Jawab ‘Umar : Ya lari dari takdir Allah kepada takdir Allah. Bagaimanakah pendapatmu kalau kau membawa ternakmu ke lembah yang mempunyai dua bidang ladang yang subur dan kering, tidakkah kalau kaubawa ke tempat yang subur berarti takdir Allah, dan jika kau bawa ke bagian yang kering juga dengan takdir Allah. Kemudian datang Abdurrahman bin ‘Auf yang sejak tadi tidak hadir karena suatu hajat, maka berkata : Saya ada mempunyai pengetahuan, saya telah mendengar Rasulullah bersabda : Jika kamu mendengar waba’ berjangkit di suatu tempat jangan kamu masuk ke dalamnya, dan bila kamu berada di dalamnya, jangan keluar untuk melarikan diri daripadanya. Maka Umar mengucap : Ahamdulillah dan segera kembali. (HR. Buchary dan Muslim).

Usamah رضي الله عنهما berkata : Bersabda Nabi : Jika kamu mendengar waba’ (tha’un) sedang berjangkit di suatu tempat, maka jangan kamu masuk ke tempat itu, dan jika berjangkit dalam negeri yang kamu sedang berada di dalamnya, maka jangan kamu keluar daripadanya. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 586-588.

Al-Qur'an Sebaik-baik Kisah

Di dalam al-Qur'an Surat Yuusuf (12) : 3 ; الله سبحانه وتعالى menjelaskan bahwa

نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَآ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ هٰذَا الْقُرْءَانَ وَإِن كُنتَ مِن قَبْلِهِۦ لَمِنَ الْغٰفِلِينَ

Kami ceritakan kepadamu sebaik-baik cerita dengan apa yang Kami wahyukan kepadamu al-Qur'an ini, sekali pun engkau sebelumnya termasuk orang-orang yang lalai (belum mengetahui).

Asbabun Nuzul
Menurut riwayat yang dikemukakan Ibnu Jarir yang bersumber dari Ibnu Abbas رضي الله عنهما dan riwayat yang dikemukakan dari Ibnu Marduwaih yang bersumber dari Ibnu Mas'ud رضي الله عنهما, mereka berkata : "Ya Rasulullah, bagaimana jika tuan mengisahkan sesuatu kepada kami." Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. Yuusuf : 3) yang menegaskan bahwa di dalam al-Qur'an sudah terdapat kisah-kisah yang baik sebagai tauladan bagi kaum mukminin.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 276.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 435.

Rabu, 28 Juni 2017

Mereka Yang Disitimewakan

Akun-akun yang paling bermanfaat bagimu di twitter adalah akun yang punya perhatian tentang tadabbur Quran.Maka bersemangatlah, perhatikan twitnya, dan sebarkanlah. Bisa jadi dengan melakukan hal-hal tersebut engkau menjadi ahlul qur'an, yaitu mereka yang menjadi keluarganya Allah dan mereka diistimewakan oleh Allah.

Dr. Abdullah asy-Syahri Doktor dalam bidang akidah dan madzhab kontemporer, Riyadh. (Twitter : @ALSHEHRI89) - Twit Ulama

Membaca Surat Al Ikhlas, Ketika Shalat Maghrib Pada Malam Jum’at

Ketika mengerjakan shalat Maghrib (shalat wajib) pada malam jum’at. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Dari Jabir bin Samroh, beliau mengatakan,
 
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَقْرَأُ فِي صَلاَةِ المَغْرِبِ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ : ( قَلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُوْنَ ) وَ ( قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa ketika shalat maghrib pada malam Jum’at membaca Qul yaa ayyuhal kafirun’ dan ‘Qul ‘ huwallahu ahad’. ” (Syaikh Al Albani dalam Takhrij Misykatul Mashobih (812) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Kajian selengkapnya di  rumaysho.com 

Selasa, 27 Juni 2017

Ketaqwaan Hati

Allah ta’ala berfirman
 
وَمَن يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّـهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى الْقُلُوبِ

“Barangsiapa mengagungkan syiar-syiar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati” (QS. al-Hajj : 32)
 
Ibnu Hajar رحمه الله berkata: Menampakkan kegembiraan di hari-hari raya termasuk syi’ar agama. (Al Fath, 2/443)

Dr. Farhan bin ‘Ubaid Doktor dalam Ilmu Bahasa Arab, Imam dan Khatib di salah satu masjid di Kuwait. (Twitter : @Dr_Farhan_Obaid) - Twit Ulama 

Makruh Memuji di Muka Orang jika Dikhawatirkan Merusak atau Menimbulkan Kesombongan

Abu Musa Al-Asy’ary r.a. berkata : Nabi  s.a.w. mendengar seorang memuji orang setinggi-tinggi pujian, maka Nabi s.a.w. bersabda : Kamu telah membinasakan atau mematahkan punggung orang itu. (HR. Buchary dan Muslim).

Abu Bakrah r.a. berkata : Seorang dipuji di depan Rasulullah s.a.w. maka Nabi bersabda : Kau telah memotong leher kawanmu, diulangnya peringatan itu beberapa kali. Kalau salah satu kamu akan memuji hendaknya berkata : Saya kira ia begini, begitu, Allah sendiri yang akan menentukan itu dan jangan ada seorang mendahului Allah memuji orang. (HR. Buchary dan Muslim).

Hammam bin Alharits berkata : Ketika Almiqdad melihat seorang memuji ‘Utsman, maka segera Almiqdad jongkok dan menyiratkan tanah kerikil ke mukanya. Maka ‘Utsman bertanya : Mengapa kau itu? Jawab Miqdad : Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Jika kamu melihat orang yang memuji-muji maka siratkan tanah di muka mereka. (HR. Muslim).

Dalam hadits-hadits ini nyata larangan, tetapi di lain ada menunjukkan boleh memuji. Maka untuk mempertemukan antara kedua keterangan ini, para ulama berpendapat : Jika orang yang dipuji sempurna iman dan tidak kuatir berpengaruh, maka tidak mengapa memuji sebagaimana sabda Nabi kepada Abu Bakr : Aku mengharap semoga kau tergolong orang yang dapat masuk sorga dari semua pintu-pintunya. Juga sabda Nabi s.a.w. kepada Umar r.a. : Tiada syaithan melihat kau jalan di suatu jalan melainkan ia menyimpang ke lain jalan.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979 , halaman 585.

Senin, 26 Juni 2017

Tadabburi Al-Qur'an

Siapa yang inginkan ilmu orang-orang dulu dan sekarang, hendaklah dia tadabbur Al-Quran - Ibnu Mas'ud رَضِيَ اللََّهُ عَنْه

Prof. Dr. Abdul Aziz ar-Rasyid, Guru Besar Kedokteran Anak. 14/5/2016 (Twittter : @aziz_rashed13) - Twit Ulama

Mendekatkan Diri Kepada Allah

Seorang hamba selalu mendekatkan diri kepada-Ku dengan cara melakukan Nawafil (ibadah-ibadah sunah; seperti shalat sunah -pent) sehingga Akupun mencintainya. (Al-Hadits)
Akankah diantara kita tidak bercita-cita untuk meraih keutamaan agung ini?! Untuk dicintai Dia Yang Maha Agung dan Maha Suci?!

Dr. Hasan al-Husaini seraong Da'i dari Bahrain, anggota majelis ulama negara-teluk teluk.(Twitter : @7usaini) - Twit Ulama 

Minggu, 25 Juni 2017

Antara Saudara Dan Sahabat

Saudara ialah mereka yang kenali aibmu. Sahabat ialah mereka yang mengingatkanmu dari dosamu (Yahya ibn Muadz رحمه الله)

Dr. Abdullah Muhammad al-Muqhim, dosen Universitas Ibnu Su'ud, Riyadh, Arab Saudi. (Twitter : @ALMOQHEM) - Twit Ulama 

Makruh Menolak Pemberian Harum-haruman dengan Tiada ‘Udzur

Abu Hurairah رَضِيَ اللََّهُ عَنْه berkata : Rasulullah bersabda : Siapa yang ditawari harum-haruman maka jangan menolak karena ringan bawaannya dan harum baunya. (HR. Muslim).

Anas رَضِيَ اللََّهُ عَنْه berkata : Adanya Nabi tidak pernah menolah harum-haruman. (HR. Buchary).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 583.

Sabtu, 24 Juni 2017

Hal Yang Tidak Dianjurkan

Kami melihat mayoritas saudara kami, mengusap leher ketika berwudlu padahal tidak terdapat tuntunan akan hal itu. Ibnu Taimiyah رحمه الله mengatakan, “Jumhur ulama tidak menganjurkan hal tersebut.”

Syaikh Abdurrahman ad-Dahami, Imam dan Khatib di Masjid Az-Zahra, Bukairiah, KSA. (Twitter : @aldhamei) - Twit Ulama 

Jumat, 23 Juni 2017

Orang Shalih, Siapa Mereka?

Orang Shalih adalah mereka yang menunaikan ak-hak Allah s.w.t. dan hak-hak hamba-Nya (Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه الله, al-Qaulul Mufid : 1/363). Dan jika telah dilaksanakan hak-hak Allah s.w.t. dan hak-hak hamba-Nya dengan sebenar-benarnya dan ini tidak akan ada kecuali pada ahlul iman dan taqwa maka sungguh merekalah yang Allah s.w.t. sebutkan dalam firman-Nya : “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa.” (QS. Yunus (10) : 62 – 63). Syaikhul Islam Ibu Utsaimin رحمه الله berkata : “Barangsiapa yang beriman dan bertaqwa maka dialah wali Allah s.w.t.”. (Syaikh Ibnu Utsaimin رحمه الله, Syarah Arba’in an-Nawawiyyah : 376). Maka dari ayat yang mulia tersebut dapat diambil faedah dan kaidah bahwasannya orang shalih atau wali Allah s.w.t. terkumpul pada dirinya iman dan ketaqwaan yang sesuai Allah s.w.t. dan Rasul-Nya kehendaki. Dan orang yang shalih ini mencakup para nabi dan rasul dan selain mereka dari kaum muslimin yang memiliki dua kriteria di atas. Wallahu A’lam.

Hak Mereka Kepada Ummat
Wajib bagi kita untuk memberikan hak mereka sebagaimana mereka telah memberikan kepada Allah s.w.t. hak-hak-Nya dan hak para hamba-Nya. Dan termasuk hak mereka adalah hendaknya kita memuliakan mereka dan tidak menghinakan mereka apalagi sampai memusuhi mereka. Kalau tidak maka kita akan masuk dalam ancaman Rasulullah ﷺ dalam hadits qudsi, Allah s.w.t. berfirman : “Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku nyatakan perang atas mereka.” (HR. Bukhari : 6502).
Hasan al-Basri رحمه الله berkata : “Wahai anak Adam (manusia) apakah kalian memiliki kekuatan untuk menghadapi tantangan perang dari Allah s.w.t.?” (Ibnu Rajab; Jami’ul Ulum wal Hikam : 674).
-------------------------------------------
Abu Lutfia; Buletin Dakwah Islam Al-Furqon, Tahun ke-8, Volume 4 Nomor 1, halaman 1 – 2.

Kebaikan Hari Jumat

Dalam sebuah hadits disebutkan, “Pada hari Jum'at, ada satu waktu yang tidaklah seorang muslim berdoa kebaikan pada waktu tersebut, melainkan pasti dikabulkan”. Pendapat yang paling kuat, waktu tersebut adalah sebelum tenggelam matahari sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas رضي الله عنهما, Abu Hurairah رَضِيَ اللََّهُ عَنْه, ‘Atha رَضِيَ اللََّهُ عَنْه dan Thawuus رَضِيَ اللََّهُ عَنْه.

Dr. Abdul Aziz Tharifi, ulama yang mengampu berbagai majelis di Riyadh Saudi Arabia, Kepala Bidang Riset dan Penelitian Kementerian Urusan Islam, KSA. (Twitter : @AbdulazizTarifi) - Twit Ulama 

Makruh Keluar dari Masjid Sesudah Adzan hingga Sholat Fardlu, kecuali Ada ‘Udzur

Abus-Sya’tsa’ berkata : Kami duduk bersama Abu Hurairah r.a. di Masjid, tiba-tiba Mu’adzin beradzan maka ada orang keluar dari masjid, oleh Abu Hurairah dipandangnya hingga keluar dari masjid, maka berkata Abu Hurairah : Adapun orang itu telah melanggar Abal-Qasim s.a.w. (HR. Muslim). 
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 582.

Bertahap

Az-Zuhri رحمه الله mengatakan, “Barangsiapa yang menuntut ilmu secara instan maka ia akan hilang dengan cepat. Sesungguhnya ilmu hanya akan diperoleh dengan menekuni satu atau dua hadits, sedikit demi sedikit.” [Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an 1/70]
----------
Ma'had 'Umar bin Khattab Yogyakarta

Kamis, 22 Juni 2017

Musuh Para Nabi Akan Hancur

Di dalam al-Qur'an Surat Shaad (38) : 1 - 8 ; Allah ta'ala menjelaskan bahwa

صٓ ۚ وَالْقُرْءَانِ ذِى الذِّكْرِ
Shad, demi Al-Qur’an yang mempunyai kemuliaan. (1).

بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا۟ فِى عِزَّةٍ وَشِقَاقٍ
Bahkan orang-orang kafir dalam kesombongan dan perselisihan. (2).

كَمْ أَهْلَكْنَا مِن قَبْلِهِم مِّن قَرْنٍ فَنَادَوا۟ وَّلَاتَ حِينَ مَنَاصٍ
Berapa banyak kaum sebelum mereka yang telah Kami binasakan, maka mereka memohon, sedangkan (waktu itu) bukanlah saat berlepas diri. (3).

وَعَجِبُوٓا۟ أَن جَآءَهُم مُّنذِرٌ مِّنْهُمْ ۖ وَقَالَ الْكٰفِرُونَ هٰذَا سٰحِرٌ كَذَّابٌ
Dan mereka heran atas kedatangan pemberi peringatan (rasul) kepada mereka dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir itu berkata, "Ini adalah seorang ahli sihir pendusta. (4).

أَجَعَلَ الْءَالِهَةَ إِلٰهًا وٰحِدًا ۖ إِنَّ هٰذَا لَشَىْءٌ عُجَابٌ
Apakah dia hendak menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini adalah suatu yang sangat mengheran­kan.” (5).

وَانطَلَقَ الْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا۟ وَاصْبِرُوا۟ عَلَىٰٓ ءَالِهَتِكُمْ ۖ إِنَّ هٰذَا لَشَىْءٌ يُرَادُ
Dan berangkatlah pembesar-pembesar dari (majlis) mereka (sambil berkata), "Teruskanlah dan bersabarlah pada tuhan-tuhan kamu, sesungguhnya ini adalah suatu yang dikehendaki. (6).

مَا سَمِعْنَا بِهٰذَا فِى الْمِلَّةِ الْءَاخِرَةِ إِنْ هٰذَآ إِلَّا اخْتِلٰقٌ
Tiadalah kami mendengar tentang ini dalam agama yang kemudian (sebelum Muhammad), tidak lain ini adalah yang diada-adakan. (7).

أَءُنزِلَ عَلَيْهِ الذِّكْرُ مِنۢ بَيْنِنَا ۚ بَلْ هُمْ فِى شَكٍّ مِّن ذِكْرِى ۖ بَل لَّمَّا يَذُوقُوا۟ عَذَابِ
Apakah (patut) diturunkan peringatan (Al-Qur'an) kepadanya di antara kamu?” Tetapi mereka di dalam keraguan dari peringatan-Ku, bahkan mereka belum merasakan azab-Ku. (8).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu 'Abbas رضي الله عنهما dikemukakan bahwa ketika Abu Thalib sakit datanglah kaum Quraisy mengadukan tentang ajakan Rasulullah. Pada waktu itu Rasulullah datang menengoknya. Berkata Abu Thalib kepada Nabi ﷺ : "Apakah yang engkau inginkan dari kaummu, hai keponakanku?" Rasulullah ﷺ menjawab : "Aku ingin agar mereka itu mengucapkan satu kalimat yang menyebabkan mereka beragama, sedang orang-orang yang keras hati harus membayar jizyah". "Apakah kalimat itu?" Sabda Nabi ﷺ : "La ilaha illallah". Kaum Quraisy berkata : "Sangat aneh Tuhan hanya satu". Berkenaan dengan peristiwa ini turunlah ayat tersebut diatas (QS. 38 : 1 - 8) sebagai ancaman siksa terhadap orang-orang yang menolak. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Nasa'i dan Hakim).
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 423 - 424.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 898-899.

Berkhusnuzhan

Jadilah orang yang optimis, husnuzhan dan tinggi tawakalnya! Anda pun kan raih luasnya rahmat Allah dan karunia-Nya yang besar.

Dr. Nuh asy-Syahri, dosen di Universitas King Abdul Aziz, Direktur Ma'had Imam asy-Syathibi, Jeddah. (Twitter : @NoohAlshehri) - Twit Ulama

Rabu, 21 Juni 2017

Larangan Menunjuk Kepada Seseorang dengan Pedang Terhunus

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah bersabda : Jangan menunjuk salah satu kamu kepada saudaranya dengan senjata, karena ia tidak tahu mungkin syaithon mencabut dari tangannya, maka ia terjerumus di dalam jurang neraka. (HR. Buchary dan Muslim).

Dalam riwayat Muslim  : Abu-Qasim ﷺ bersabda : Siapa menunjuk saudaranya dengan besi tajam maka Malaikat mengutuk kepadanya meskipun yang ditunjuk itu saudara kandungnya (seayah-seibu).

Jabir r.a. berkata : Rasulullah melarang memberi dan menerima pedang yang terhunus. (HR. Abu Dawud dan Attirmidzy).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 581.

Pelajaran Dari Kejadian

Ketika terjadi bencana dan musibah, seorang yang berakal akan mampu mengambil pelajaran, sedangkan orang yang tidak berakal hanya bisa menertawakan dan mengejek.

Menertawakan musibah memang “menyenangkan”, namun mampu melupakan kita untuk mengambil pelajaran. Diriwayatkan dalam sebuah hadits, “Jangan menertawakan musibah yang menimpa saudaramu. Bisa jadi Allah akan merahmatinya dan berbalik mengujimu” [HR. Tirmidzi].

Syaikh Abdul Aziz Ath-Tharifi, Ulama yang juga menjabat sebagai Peneliti Ilmiah di Departemen Masalah Islam di Riyadh, Arab Saudi. (Twitter : @abdulaziztarefe) - Twit Ulama 

Selasa, 20 Juni 2017

Masjid Jami' Syafi'iyyah Mangkang Wetan Semarang

Masjid Jami' Syafi'iyyah, Kauman - Mangkang Wetan - Tugu - Semarang, masjid ini tak jauh dari pasar Mangkang, stasiun KA Mangkang dan terminal bus Mangkang. Masjid ini juga dilengkapi dengan pondok pesantren salaf. 


Cabang Kebaikan

Hasan Al-Bashri رحمه الله mengatakan, “Sesungguhnya Allah menegur bagi para Ulama akan 3 hal;
1. Agar tidak menjual agama Allah dengan harga yang rendah
2. Agar tidak mengikuti hawa nafsu
3. Agar tidak takut terhadap seorang pun (dalam mendakwahkan ilmu)

Kitab Akhbarul Qudhat, halaman 200.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, pengasuh website islamqa.info. (Twitter : @almonajjid) - Twit Ulama 

Senin, 19 Juni 2017

Larangan Memboroskan Harta (2)

Warrod penulis Al-Mughirah berkata : Al-Mughiroh bin Syu‘bah mendiktekan kepada saya di dalam suratnya kepada Mu’awiyah bahwa Nabi s.a.w. biasa membaca pada tiap selesai sholat fardlu : La ilaha illallahu wahdahu la syarikalahu lahulmulku wa lahulhamdu wahu wa ala kulli syai’in qodir. Allahumma la mani’a lima a’thoita wala mu’tiya lima mana’ta wala yanfa’u dzaljaddi minkal jaddu. (Tiada Tuhan kecuali Allah yang Kuasa dan tidak bersekutu, bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pula puji-pujian dan Dia atas segala sesuatu maha berkuasa. Ya Allah tiada yang dapat menahan pemberian-Mu dan tiada yang dapat memberi apa yang Kau tahan dan tiada berguna kekayaan orang sebab daripada-Mu kekayaan itu). Dan menulis juga kepadanya bahwa Nabi s.a.w. melarang banyak bicara dan memboroskan harta dan banyak bertanya. Juga melarang durhaka pada ibu dan membunuh anak-anak perempuan dan menolak (kikir) dan minta haq. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 580.

Perhatikanlah!

Sesungguhnya Allah Ta'ala terkadang mencegahmu mendapatkan hal-hal yang engkau inginkan atau engkau angan-angankan. Karena (sebenarnya) hal-hal tersebut adalah sesuatu yang buruk bagimu, sehingga Allah mencegahnya darimu. “Dan bisa jadi engkau mencintai sesuatu padahal hal itu buruk bagimu” (QS. al-Baqarah : 216).

Dr. Abdullah Al-Syurikah, Imam dan Khatib Masjid Ad-Duwailah, Kuwait. (Twitter : @DrAlshoreka) - Twit Ulama 

Minggu, 18 Juni 2017

Bila Tahu Ilmu

Andai kalian tahu pahala ucapan "جزاك الله خيرا" (jazaakallah khairan) pada saudara kalian, kalian akan banyak mengatakannya -Umar bin Khatab رَضِيَ اللََّهُ عَنْه.

Dr. Abdul Muhsin Al-Qaasim, Imam dan Khotib Masjid Nabawim Madinah, Saudi Arabia. 19/5/2016. (Twitter : @dr_alqassem) - Twit Ulama

Sabtu, 17 Juni 2017

Memperbanyak Doa

Perbanyaklah doa :  ‏اللهم إنك عفو تحب العفو فاعف عني (Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pengampun, menyukai ampunan, maka ampunilah aku) dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan, termasuk di waktu selain sholat.

Syaikh Abdul ‘Aziz bin Muhammad As-Sadhan, salah seorang murid Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Doktor dalam ilmu Ushuluddin Universitas Al-Imam. (Twitter : @Dr_Alsadhan) - Twit Ulama

Larangan Memboroskan Harta (1)

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Sesungguhnya Allah ta’ala suka bagimu tiga macam dan membenci bagimu tiga macam : Suka kalau kamu menyembah kepada-Nya dan tidak menyekutukan Dia dengan sesuatu apapun. Dan supaya kamu berpegang teguh dengan Qur’an tali ikatan Allah dengan kamu semuanya. Dan jangan bercerai-berai. Dan membenci daripadamu banyak bicara dan banyak bertanya dan memboros harta. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 579-580.

Jumat, 16 Juni 2017

Makna Akal

Di dalam buku “Ihya’ Ulumiddin” karya Imam al-Ghazali pada halaman 315 menuturkan bahwa makna akal yang pertama adalah asas, pokok dan sumber. Yang kedua adalah cabang yang lebih dekat kepada yang pertama. Yang ketiga adalah cabang bagi yang pertama dan kedua. Karena dengan kekuatan gharizah (tabi’at) dan ilmu dlaruri itu dapatlah diambil faedah segala ilmu pengetahuan. Dan yang keempat, yaitu hasil yang penghabisan yaitu tujuan yang terjauh.
Maka dua yang pertama (yang pertama dan kedua) adalah dengan karakter (tabi’at). Dan dua yang penghabisan (yang ketiga dan yang keempat) adalah dengan diusahakan.
-------------------------------------------
Ihya’ Ulumiddin Jilid 1, Imam al-Ghazali, Penerbit C.V. Faizan Jakarta, cetakan kesembilan 1986.

Menjaga Lisan

Imam Syafi'i رحمه الله ditanya tentang perselisihan antara para Sahabat Nabi yang mulia, beliau berkata : "Itu adalah fitnah, Allah menjaga pedang-pedang kita darinya maka hendaklah kita menjaga lidah kita (dari membicarakannya/membahasnya -pent)."

Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al-‘Arifi, dosen di King Saud University (KSU), Riyadh, anggota Rabithah (Ikatan) Ulama Syari’ah. (Twitter : @MohamadAlarefe) - Twit Ulama 

Menolak Syariat Dengan Akal

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah رحمه الله berkata:
من تعود معارضة الشرع بالرأي لا يستقر في قلبه الإيمان

“Siapa yang selalu menolak syariat dengan akal, maka tidak akan kokoh keimanan dalam hatinya.” [Dar’ut Ta’aarudh, 1/187]
----------
Ma'had 'Umar bin Khattab Yogyakarta

Kamis, 15 Juni 2017

Haram Meminang Pinangan Orang Lain Sebelum Ditinggalkan

Ibn ‘Umar r.a. berkata : Rasulullah bersabda : Jangan menjual untuk merusak jualan setengahnya dan jangan meminang pinangan saudaranya kecuali diizinkan. (HR. Buchary dan Muslim).

Uqbah bin ‘Amir r.a. berkata : Rasulullah bersabda : Seorang mukmin saudara kepada mukmin, maka tidak boleh seorang menjual sengaja untuk  menjatuhkan jualan saudaranya dan tidak boleh meminang atas pinangan saudaranya hingga ditinggalkannya. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 578.

Minta di Segerakan Adzab

Di dalam al-Qur'an Surat Ash-Shaaffat (37) : 176 - 177 ; Allah ta'ala menjelaskan tentang kecongkakan kaum musyrikin ;

أَفَبِعَذَابِنَا يَسْتَعْجِلُونَ
Maka apakah mereka minta disegerakan adzab Kami? (176).

فَإِذَا نَزَلَ بِسَاحَتِهِمْ فَسَآءَ صَبَاحُ الْمُنذَرِينَ
Maka apabila (adzab) turun di halaman mereka, maka amat buruklah pagi hari orang-orang yang diperingatkan itu. (177).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu 'Abbas رضي الله عنهما dikemukakan bahwa kaum musyrikin berkata : "Hai Muhammad! Perlihatkanlah dengan segera siksaan yang kau ancamkan kepada kami!". Ayat ini (QS. 37 : 176 - 177) turun sebagai peringatan terhadap ucapan mereka. (HR. Juwaibir).

Tafsir Ayat
QS. 37 : 176. "Maka apakah mereka minta disegerakan adzab Kami?". Dengan congkak dan sombongnya mereka pernah menantang Nabi ﷺ untuk meminta agar benar adzab neraka itu disegerakan. Lalu Tuhan memberi peringatkan pada ayat selanjutnya;
QS. 37 : 177. "Maka apabila (adzab) turun di halaman mereka, ...". Apabila adzab yang mereka minta disegerakan diturunkan Tuhan di halaman rumah mereka, atau dilapangan tempat mereka berkumpul; "..., maka amat buruklah pagi hari orang-orang yang diperingatkan itu". Kalau permohonan atau tantangan mereka yang congkak itu dikabulkan Tuhan sehingga di lapangan tempat mereka berkumpul itu sendiri adzab turun, semuanya akan kelabakan. Tidak akan ada yang sanggup bertahan, tidak akan ada yang sanggup melarikan diri ke mana jua pun. Pendeknya pagi hari adzab itu datang adalah pagi yang kucar-kacir bagi mereka.
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' XXIII, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Yayasan Pustaka Islam Surabaya 1980, halaman 206.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 422.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 897.

Ampunan Allah

Khalaf bin Hisyam membaca ayat di depan guru beliau:
 
وَيَسْتَغْفِرُونَ لِلَّذِينَ آمَنُوا

Malaikat memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (QS. Ghafir: 7)

Maka gurunya menangis,kemudian berkata : wahai Khalaf, betapa mulianya orang-orang beriman itu di sisi Allah. Ketika ia tidur di atas kasurnya, para Malaikat memohonkan ampun baginya.

Prof. Dr Abdul Aziz ar-Rasyid, Guru Besar Kedokteran Anak. 10/8/2016. (Twitter : @aziz_rashed13) - Twit Ulama

Rabu, 14 Juni 2017

Hijab Ala-ala

Note Trip, 19 Ramadhan 1438 H. Selalu ada kegembiraan dan ilmu di tiap perjalanan. Selalu bertemu dengan orang-orang sholeh yang enggan disebut ustadz, ulama atau apapun itu yang disematkan untuk orang-orang sholeh yang gemar ber-amar ma'ruf nahi munkar yang istiqomah. Suatu hari sekira dalam bulan Maret yang lalu hampir di semua kota propinsi Jawa Tengah yang aku singgahi, aku dapatkan hadiah istimewa, kejutan-kejutan iman.
Masih kuingat insya Allah pembicaran-pembicaraan yang sama soal Hijab ketika raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud berkunjung ke negeri tercinta Indonesia. Dua ocehan yang aku ingat "Hijab itu perintah agama, melaksanakannya harus kesadaran diri, bukan dipaksakan oleh seseorang." dan "Kita sependapat berhijab wajib. Tapi tidak harus model ninja. Model bu Fatmawati, bu Habibie, bu Shinta Nuriyah juga hijab." Dan jawaban selalu sama bahwa "Hijab itu mentaati perintah Allah (Qs. An-Nuur: 31) dan (Qs. Al-Ahzaab: 59); Allah Yang Maha Mengetahui menginginkan supaya kaum wanita mendapatkan kemuliaan dan kesucian di segala aspek kehidupan, baik dia adalah seorang anak, seorang ibu, seorang saudari, seorang bibi, atau pun sebagai seorang individu yang menjadi bagian dari masyarakat. Allah menjadikan jilbab sebagai perangkat untuk melindungi kaum Muslimah dari berbagai “virus” ganas yang merajalela di luar sana. Bagi seorang Muslimah perintah Hijab itu bukti keta'atan kepada Allah ta'ala. Bukan perintah paksaan dari Ayahnya, saudara laki-lakinya, suaminya, anak laki-lakinya atau siapapun. Jika seorang Muslimah tidak berhijab sesuai perintah Allah ta'ala berarti ia tengah berbuat makar dengan Allah ta'ala."
Cadas sekali jawaban yang aku dengar. Tapi seneng juga, karena sekarang sudah banyak orang Islam yang melek dengan agamanya, mau belajar, mau mengamalkan dan terus beristiqomah dalam ketaatan. Subhanallah.

Memanfaatkan Ramadhan

Sebab menggapai hidayah dan istiqamah pada bulan Ramadhan itu berlimpah…
Maka berbahagialah bagi mereka yang mau mengoreksi dirinya..
Lalu membenahi hatinya…
Meminta ampun atas dosanya…
Memperbaiki perjalanan hidup menuju Rabb-nya…
Sebuah kesempatan yang tidak ternilai, maka manfaatkanlah!

Dr. Khalid Al-Mushlih, dosen fiqh pada Universitas Al-Qashim, sekaligus menantu Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin. (Twitter : @Dr_almosleh) - Twit Ulama 

Selasa, 13 Juni 2017

Haram Orang Kota Menjualkan Barang Orang Desa dan Menyambut Orang Baru dari Kendaraan

Anas رَضِيَ اللََّهُ عَنْه berkata : Rasulullah telah melarang orang menjualkan barang orang dusun yang buru datang sebelum masuk ke pasar, meskipun orang itu saudara kandungnya sendiri. (HR. Buchary dan Muslim).

Ibn Umar رضي الله عنهما berkata : Rasulullah bersabda : Jangan kamu menyambut barang daganga hingga masuk ke pasar. (HR. Buchary dan Muslim).

Ibn Abbas
رضي الله عنهما berkata : Rasulullah bersabda : Jangan kamu menyambut bakul-bakul (oeang yang baru datang) dan jangan menjualkan orang kota untuk orang desa. Ketika Thawus ditanya : Apakah arti orang kota tidak boleh menjualkan barang orang desa? Jawabnya : Jangan menjadi makelar (perantara). (HR. Buchary dan Muslim).

Abu Hurairah رَضِيَ اللََّهُ عَنْه berkata : Rasulullah telah melarang orang kota menjualkan barangnya orang desa dan jangan menawar untuk menjerumuskan lain orang dan jangan menjual untuk merusak jualan lain orang dan jangan meminang gadis yang dipinang oleh saudaranya dan jangan seorang istri minta cerai madunya untuk memenuhi isi wadahnya. Dan lain riwayat : Rasulullah melarang menyambut orang pendatang dari luar dan seorang kota menjualkan barangnya Badwi dan seorang menawar tawanan saudaranya dan juga melarang menawar untuk menjerumuskan lain orang dan melarang membiarkan ternak tidak diperah supaya tampak besar teteknya. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 576-578.

Perumpamaan Sabun dan Wewangian

Ibnul Jauzi رحمه الله ditanya mana yang lebih utama, bertasbih atau beristighfar? Beliau menjawab, “Pakaian kotor itu lebih butuh sabun daripada minyak wangi”.

Syaikh Khalid al-Musaithir, Imam dan Khotib di Masjid Walidah Khalid al-Bulthan, Riyadh. Pengajar di bidang Teknik, Pimpinan Umum Rumah Tahfizh Quran Muslimah di Riyadh. (Twitter : @musaiteer) - Twit Ulama 

Senin, 12 Juni 2017

Setiap Orang Pasti Mati

Seorang datang kepada Shilah bin Asyam dan mengabarkan, “Saudaramu telah meninggal dunia”. Beliau menjawab, “Jauh sekali kabarmu itu (maksudnya sudah ada yang mengabarkan padaku -pent). "Tapi aku rasa tidak ada yang memberitahumu sebelum aku”, maka Shilah berkata, “Bukankah Allah telah berfirman, ‘Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan mati (pula)’ (QS. Az-Zumar : 30 -pent)”.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, pengasuh web IslamQA. (Twitter : @almonajjid) - Twit Ulama 

Minggu, 11 Juni 2017

Haram Seorang Wanita Berkabung Terhadap Kematian Lebih dari Tiga Hari Kecuali Atas Kematian Suaminya Sendiri

Zainab binti Abi Salamah r.a. berkata : Saya masuk kepada Ummi Habibah r.a. bekas isteri Nabi ketika mati ayahnya (Abu Sufyan) maka ia minta minyak harum yang biasa dipakai berwarna kuning. Kemudian menyuruh budaknya meminyakkannya dan menyentuhkan ke dagu dan pipinya, sambil berkata : Demi Allah saya sudah tidak gemar lagi pada harum-harum ini, hanya saja karena saya telah mendengar Rasulullah ketika khutbah di atas mimbar bersabda : Tidak dihalalkan bagi seorang wanita yang percaya pada Allah dan hari kemudian berkabung atas kematian lebih dari tiga hari, kecuali atas kematian suami empat bulan sepuluh hari. Berkata Zainab binti Abi Salamah : Kemudian saya masuk juga pada Zainab binti Jahsy, ketika kematian saudaranya ia minta minyak harum dan menyentuhkan ke badannya sambil berkata : Demi Allah saya sudah tidak bersemangat lagi untuk berharum-harum, hanya saja karena saya telah mendengar Rasulullah diatas mimbar bersabda :  Tidak dihalalkan bagi wanita yang percaya pada Allah dan hari kemudian mengadakan perkabungan terhadap orang mati lebih dari tiga hari, terkecuali kematian suaminya empat bulan sepuluh hari. (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 574-575.

Kesempurnaan Islam

Sejarah masa lampau dan masa kini diwarnai peperangan fisik maupun pemikiran untuk menghancurkan Islam, akan tetapi Alhamdulillah, Islam malah semakin maju dan semakin kokoh “Tetapi Allah justru menyempurnakan cahaya-Nya” (QS. Ash Shaff : 8)

Dr. Abdullah Al-Syurikah, Imam dan Khatib masjid Ad-Duwailah, Kuwait. (Twitter : @dr_alshoreka) - Twit Ulama 

Sabtu, 10 Juni 2017

Mencapai Akhlak Baik

4 rukun yang mesti ada dalam “Akhlak baik”:
1. Sabar
2. Menjaga kehormatan diri
3. Berani
4. Berbuat adil
(Ibnul Qoyyim رحمه الله)

Syaikh. Prof.Dr. Afnan Tilmisani, Dosen Fiqh Dan Anggota Tim Pengajar Bidang Syariah Di Universitas Ummul Quro. (Twitter : @AfnanTilmisani) - Twit Ulama 

Jumat, 09 Juni 2017

Makruh Melebihkan Salah Satu Anak dari yang Lain

Annu’man bin Basyir r.a. berkata : Bahwa ayahnya membawa ia kepada Rasulullah dan berkata : Saya telah memberi pada anakku ini satu budak. Rasulullah bertanya : Apakah semua anak-anakmu kau beri seperti ini? Jawab ayahku : Tidak! Maka sabda Nabi : Kautarik kembali pemberianmu itu. Dalam lain riwayat : Rasulullah bersabda : Apakah kau berbuat begitu terhadap semua anak-anakmu? Jawab ayahku : Tidak. Bersabda Nabi : Takutlah pada Allah dan berlaku adillah diantara anak-anakmu. Maka ayahku menggagalkan sedekah itu.
Dalam lain riwayat : Rasulullah
bertanya : Hai Basyir, apakah kau mempunyai anak selain ini? Jawabnya : Ya. Apakah semua anak-anakmu itu kauberi seperti ini? Jawab ayahku : Tidak. Bersabda Nabi : Maka jangan kaupersaksikan kepada saya karena saya tidak dapat menjadi saksi atas sesuatu yang tidak adil. Dalam lain riwayat : Persaksikan kepada lain orang, kemudian bertanya : Apakah suka kau bahwa keta’atan semua anak-anakmu kepadamu tidak berbeda? Jawab ayahku : Ya. Bersabda Nabi : Maka jangan berbuat demikian. (Kalau begitu kau jangan berbuat tidak sama terhadap mereka). (HR. Buchary dan Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 572-573.

Operasi Militer Sesudah Hijrah

TIME TUNNEL. Perjalanan Lorong Waktu untuk berguru dan menuntut ilmu pada para sahabat mulia Rasulullah  ﷺ tak pernah habis untuk senantiasa mencintai mereka, belajar apa yang telah Rasulullah ﷺ secara pribadi ajarkan pada masing-masing sahabat.
Perjalanan dalam "Lorong Waktu" yang telah lalu menyisakan arti berjuang pada semua segi baik fisik, ilmu dan semua hal demi tegaknya risalah Islam.
Aku teringat sekira delapan bulan selepas Rasulullah ﷺ dan kaum Muhajirin hijrah ke Madinah, Rasulullah ﷺ mengirimkan tiga satuan operasi militer yang tidak diikuti Rasulullah ﷺ(sering disebut Sariyyah) begitu yang dituturkan para sahabat;

Bulan Ramadhan Awal
Rasulullah ﷺmengirimkan pamannya Hamzah bin Abdul Muttalib رَضِيَ اللََّهُ عَنْه ke tepi laut Merah di bilangan 'Ish (al-'Aish) dengan 30 orang pasukan penunggang kuda dari kalangan Muhajirin saja. Di tempat ini pamanda Rasulullah ﷺ, Hamzah bin Abdul Muttalib رَضِيَ اللََّهُ عَنْه bertemu dengan kafilah Abu Jahal bin Hisyam beserta 300 orang pasukan dari Mekkah. Tetapi konfrontasi urung terjadi, karena dilerai oleh Majdi bin Amr al-Juhni yang menjadi juru damai kedua belah pihak. Masing-masing pulang tanpa terjadi pertempuran.

Bulan Syawwal
Rasulullah ﷺ mengirimkan 'Ubaidah bin al-Harits bin Abdul Muttalib رَضِيَ اللََّهُ عَنْه beserta 60 orang pasukan dari kalangan Muhajirin saja (dua kali lipat kekuatan pasukan Hamzah bin Abdul Muttalib) ke Wadi Rabigh (suatu tempat berair di Hijaz). Di tempat ini 'Ubaidah bin al-Harits bin Abdul Muttalib رَضِيَ اللََّهُ عَنْه bertemu dengan kafilah Abu Sufyan berserta 200 orang. Kedua belah pihak sempat saling melempar anak panah, tetapi tidak sampai terjadi peperangan jarak dekat. Sa'ad bin Abi Waqqash رَضِيَ اللََّهُ عَنْه melepas anak panahnya, dan ini anak panah pertama yang dilepaskan dalam sejarah Islam.

Bulan Dzulqa'dah
Rasulullah ﷺ mengutus Sa'ad bin Abi Waqqash رَضِيَ اللََّهُ عَنْه ke al-Kharar di wilayah Hijaz beserta 8 orang pasukan Muhajirin saja (versi lain 20 orang) untuk memblokade kafilah dagang Quraisy. Saat sampai di al-Kharar ternyata tidak bertemu siapa-siapa karena kafilah Quraisy sudah lewat sehari sebelumnya, mereka pun kembali pulang ke Madinah.

Perkasanya pasukan Muslimin menghadapi musuh dalam jumlah besar dan persenjataan lengkap dari yang dimiliki pasukan Muslimin masih menyisakan tanya, semoga bisa belajar lebih jauh strategi perang Kekhalifahan Turki Utsmani sebelum penaklukan Konstantinopel.

Inspirasi :
Sejarah Hidup Muhammad, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 226.
Atlas al-Sirah al-Nabawiyah, Dr. Shauqi Abu Khalil, diterbitkan oleh PT. Mizan Publika, Cetakan I, Mei 2015, halaman 71 - 73.

Menolak Kebenaran

Ibnul Qayyim رحمه الله berkata :

من عُرض عليه حقٌ فَرَدَّه فلم يقبله
عُوقب بفساد قلبه وعقله ورأيه

“Barangsiapa yang dihadapkan kepadanya suatu kebenaran namun ia menolak serta tidak mau menerimanya maka hal tersebut akan berakibat rusaknya hatinya, akalnya serta pikirannya." [Miftahul Daris Sa'adah 1/160]
----------
Ma'had 'Umar bin Khattab Yogyakarta 

Kebaikan dan Keburukan Tulisan

Setiap kita akan berpindah ke kehidupan lain (mati –pent) yang tersisa tinggal apa yang kita tulis. Maka beruntunglah bagi siapa yang tulisannya menghasilkan kebaikan dan memperpanjang kebaikannya walaupun amalnya sudah terputus. Dan celakalah mereka yang tulisannya justru menjadi laknat baginya di alam kuburnya.

Dr. Yusuf Al-Syubailiy, Riyadh, pengajar fiqh di Ma’had ‘Ali (perguruan tinggi) Hukum, anggota Asosiasi Ahli Fiqh Syari’ah Amerika. (Twitter : @yalshubaily) - Twit Ulama 

Kamis, 08 Juni 2017

Allah Mencintai Orang yang Berperang dengan Bershaf-shaf

Di dalam al-Qur'an Surat Ash-Shaaffat (37) : 165 ; Allah ta'ala menjelaskan bahwa

وَإِنَّا لَنَحْنُ الصَّآفُّونَ
dan sesungguhnya kami adalah bershaf-shaf. (165).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Yazid bin Abi Malik dikemukakan bahwa kaum Muslimin apabila sholat (ma'mum) tidak teratur shafnya. Setelah turun ayat ini (QS. 37 : 165), Rasulullah ﷺ memerintahkan agar bershaf (berbaris) teratur di waktu sholat. (HR. Ibnu Abi Hatim).

Tafsir Ayat
QS. 37 : 165. "dan sesungguhnya kami adalah bershaf-shaf". Disinilah malaikat menjelaskan bahwa mereka pun bershaf berbaris rapat di hadapan Allah karena siap melaksanakan perintah. Ayat ini dapatlah kita hubungkan kembali dengan ayat ke-1 surat ash-Shaaffat (Demi yang bershaf-shaf secara teratur,), sumpah perintah Allah tentang malaikat yang selalu berbaris bershaf-shaf. Nabi ﷺ sendiri menganjurkan agar kita ummat Muhammad ini bershaf berbaris menuruti cara malaikat pula, cara yang disukai Allah ta'ala dan yang dikuatkan dalam QS. ash-Shaff (61) : 4; "Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dengan berbaris seolah-olah mereka itu suatu bangunan yang tersusun".
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' XXIII, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Yayasan Pustaka Islam Surabaya 1980, halaman 201.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 422.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 896.

Mohon Jangan Tempatkan Bersama Orang Dzalim

Di surat al-Mu’minuun (23) ayat 94;
“Robbi falaa taj’ainii fii qaumidz-dzaalimiin”

Artinya :
Ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku berada di antara orang-orang yang dzalim.

Keterangan :
Do’a ini sebagai petunjuk Allah s.w.t. agar tiap Muslim mohon kepada Allah disertai dengan usaha tidak berada di lingkungan orang-orang yang sama dzalim. Karena ada dua kemungkinan; mungkin dia dijangkiti oleh mereka sehingga menjadi orang yang dzalim atau mungkin dia menjadi sasaran kedzaliman mereka.
------------------------
Al-Quraan dan Terjemahannya, Departeman Agama RI, Pelita II/1978/1979, halaman 537.

5 Ayat - 5 Ayat

Cobalah engkau membaca Qur'an 5 ayat - 5 ayat dengan tadabbur menggunakan Al-Qur'an yang ada tafsirnya, agar engkau bisa memahami makna ayat secara umum, dan juga membaca asbabun nuzulnya. 5 ayat- 5 ayat maksudnya sesuai dengan kebanyakan jumlah ayat yang diturunkan oleh Jibril kepada Nabi kita Muhammad ﷺ.

Dr. Ibrahim ad-Duwaisy, Dosen sunnah Nabawiyyah di Universitas Qashim, Kepala Pusat Studi Kemasyarakatan. (Twitter : @ibrahim_aldwish) - Twit Ulama 

Rabu, 07 Juni 2017

Larangan Kencing Dalam Air yang Berhenti

Jabir رَضِيَ اللََّهُ عَنْه berkata :Rasulullah telah melarang kencing dalam air yang berhenti tidak mengalir. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 571.

Pengikatan dengan Akad

Ibnu Taimiyyah رحمه الله berkata, “Apabila kaum muslimin mengikat akad diantara mereka dengan akad yang belum mereka ketahui apakah haram atau halal, maka sepengetahuan saya, seluruh ulama fikih menganggap akad tersebut sah”.

Dr. Abdullah Al-Ghufaily, dosen fiqh di Sekolah Tinggi Kehakiman, wakil ketua di Unversitas Kehakiman dan ketua Markaz At-Tibyan. (Twitter : @dr_alghfaily) - Twit Ulama 

Selasa, 06 Juni 2017

Cara Membela Kebenaran

Jika engkau melihat seorang yang kelihatannya membela kebenaran, tapi dia lakukan sambil mencela-cela, menghina-hina dan marah-marah, ketahuilah bahwa ada kesalahan dalam niatnya, karena kebenaran tak butuh dibela dengan cara seperti ini. (Imam Malik رحمه الله)

Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al-‘Arifi, dosen di King Saud University (KSU), Riyadh, anggota Rabithah (Ikatan) Ulama Syari’ah. (Twitter : @MohamadAlarefe) - Twit Ulama  

Senin, 05 Juni 2017

Larangan Buang Air Sembarangan

Abu Hurairah r.a. berkata : Rasulullah bersabda : Awaslah kamu dari dua tempat-tempat kutukan orang. Ditanya : Apakah dua tempat yang dikutuk itu ? Jawab Nabi : Orang yang buang au di jalan orang atau tempat berteduh (bernaung) mereka. (HR. Muslim).
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 570.

Ancaman Bagi Pemimpin

 إن الذين يؤذون المؤمنين والمؤمنات بغير مااكتسبوا فقد احتملوا بهتانا وأثما مبينا

“Dan orang-orang yang mengganggu serta menyakiti laki-laki dan perempuan yang beriman dengan perkataan atau perbuatan yang tidak tepat dengan suatu kesalahan Yang dilakukannya, maka sesungguhnya mereka telah memikul kesalahan menuduh secara dusta dan berbuat dosa yang amat nyata.” (QS. Al-Ahzab : 58).

Ayat tersebut merupakan ancaman bagi pimpinan yang membunuh keinginan dan kreatifitas para pegawai mereka.

Dr. Hayat Said Baakhdhar, dosen Universitas Ummul Quro, Mekkah. Ketua Akademi Bahasa Arab untuk orang non-Arab. (Twitter : @baakhdar) - Twit Ulama 

Minggu, 04 Juni 2017

Keutamaan dengan Ziarah

Ziarah kubur itu terdapat 3 macam :
  1. Yang disyariatkan yaitu ziarah kubur dengan maksud mengingat kematian, hari perhitungan, titian shirathal mustaqiim, balasan bagi penghuni surga dan neraka. Orang berziarah akan mendapatkan manfaat, demikian juga yang diziarahi akan mendapatkan manfaat dari doa penziarah.
  2. Untuk mencari berkah, yakni berziarah untuk mencari berkah dari orang-orang yang sudah dikubur dan mencari bekas-bekas mereka. Ini adalah bid’ah yang bisa mengantarkan kepada syirik dan menjadikan orang-orang mati tersebut sesembahan selain Allah.
  3. Untuk meminta doa dari mayit, maka ini termasuk kesyirikan sebagaimana banyak disebutkan dalam nash-nash.
Fadhilatus Syaikh Dr. Rabi' bin Hadi Al-Madkhali. (Twitter : @rabee_almadkhli) - Twit Ulama 

Sabtu, 03 Juni 2017

Haram Mengadakan Pembelaan (Syafa’at) dalam Suatu Hukum Had

‘Aisyah r.a. berkata : Bahwasanya bangsa Quraisy merasa bingung mengenai urusan wanita dari suku Makhzum yang telah mencuri, hingga mereka berusaha : Siapakah yang berani bicara memintakan ma’af kepada Rasulullah Lalu diberitahu : Tidak ada kecuali Usamah bin Zaid kesayangan Nabi . Maka maju Usamah membicarakan hal itu kepada Rasulullah . Maka Rasulullah bersabda kepada Usamah : Beranikah kau memberikan syafa’at atau pembelaan dalam suatu hukum had yang telah ditetapkan oleh Allah; kemudian Nabi berdiri berkhutbah : Sesungguhnya yang membinasakan ummat yang sebelum kamu dahulu itu, kalau seorang bangsawan mencuri dibiarkan, dan jika orang rendahan yang mencuri dijalankan hukum had. Demi Allah andaikan Fatimah putri Muhammad mencuri, tentu saya potong tangannya. (HR. Buchary dan Muslim).

Dalam lain riwayat : Maka berubahlah wajah Rasulullah ﷺ dan bersabda pada Usamah : Beranikah kau membela dalam suatu hukum had Allah. Usamah berkata : Ya Rasulullah mintakan ampun untukku. Kemudian Nabi ﷺ memerintahkan mendatangkan wanita itu dan dipotong tangannya.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 568-569.

Bagian Dari Kelezatan

Nikmat dan kelezatan itu ada berbagai macam, di antaranya nikmat yang khusus dirasakan oleh jasad, dan yang khusus dirasakan oleh ruh/jiwa dan nikmat yang dirasakan ruh inilah yang lebih besar. Di antara nikmat tersebut adalah nikmat mengunjungi kota Madinah.
Kita bisa melihat orang dengan kebangsaan dan bahasa yang berbeda-beda, dan Islam mempersatukan mereka di Masjid Nabawi. Banyak di antara mereka yang datang dari berbagai pelosok, semoga Allah memberi petunjuk kepadaku dan mereka dan memberi kekuatan kepada kita semua sampai kita menjumpaiNya.
Di masjid Nabawi kita bisa menjumpai seorang yang kira-kira usianya 80-an tahun, dengan kelemahan fisiknya, beliau masih semangat mengajarkan manusia tentang As-Sunnah, kemudian menjelaskan kitab-kitab yang membahas As-Sunnah di Masjid Nabawi, dialah Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad.

Dr. Abdullah Al-Syurikah, Imam dan Khatib Masjid Ad-Duwailah, Kuwait. (Twitter : @dr_alshoreka) - Twit Ulama

Jumat, 02 Juni 2017

Akal, Mengetahui Akibat dan Mencegah Hawa Nafsu serta Menundukkannya

Di dalam buku “Ihya’ Ulumiddin” karya Imam al-Ghazali pada halaman 314 - 315 menuturkan bahwa gharizah (tabi’at) itu berpenghabisan sampai kepada mengetahui akibat dari segala hal dan mencegah hawa nafsu yang mengajak kepada kesenangan yang dekat dan menundukkannya. Apabila telah berhasil kekuatan ini, maka orang yang mempunyai kekuatan tersebut, dinamakan berakal, dimana majunya dan mundurnya adalah menurut yang dikehendaki pertimbangan mengenai akibat-akibatnya, tidak menurut hukum hawa nafsu yang dekat itu.
Ini juga adalah dari sifat-sifat khas manusia yang membedakan dia dari hewan yang lain.
-------------------------------------------
Ihya’ Ulumiddin Jilid 1, Imam al-Ghazali, Penerbit C.V. Faizan Jakarta, cetakan kesembilan 1986.

Menyebarkan Ilmu

Berkata Ibnul Jauzi رحمه الله;
من أحب أن لا ينقطع عمله بعد موته فلينشر العلم

"Barangsiapa yang senang agar amalannya tidak terputus walaupun setelah kematiannya maka hendaklah ia menyebarkan ilmu". [At Tadzkirah fil Wa'dz 55]
----------
Ma'had 'Umar bin Khattab Yogyakarta

Ketika Rasa Cinta Datang

Siapa yang mencintai sesuatu dia ‘kan banyak menyebut-nyebutnya.
 
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ وَ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ أَنْ تَمْلَأَ قَلْبِيْ حُبًّا لَكَ

Ya Allah bantulah kami untuk senantiasa berdzikir menyebut-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah untuk-Mu dan penuhilah hati kami dengan kecintaan-Mu.

Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al-‘Arifi, dosen di King Saud University (KSU), Riyadh, anggota Rabithah (Ikatan) Ulama Syari’ah. (Twitter : @MohamadAlarefe) - Twit Ulama   

Kamis, 01 Juni 2017

Berat Dosa (Haram) Budak Sahaya Lari dari Majikannya

Jarir r.a. berkata : Rasulullah bersabda : Tiap hamba sahaya yang lari dari majikannya berarti telah terlepas dari perjanjian (perlindungan). (HR. Muslim).

Jarir r.a. berkata : Bersabda Nabi : Jika lari orang hamba sahaya, maka tidak diterima sholatnya. (HR. Muslim).

Dalam lain riwayat : Maka telah kafir.
----------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN II, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1979, halaman 567.

Pe-nasab-an yang Tak Berdasar

Di dalam al-Qur'an Surat Ash-Shaaffat (37) : 158 ; Allah سبحانه وتعالى menjelaskan bahwa

وَجَعَلُوا۟ بَيْنَهُۥ وَبَيْنَ الْجِنَّةِ نَسَبًا ۚ وَلَقَدْ عَلِمَتِ الْجِنَّةُ إِنَّهُمْ لَمُحْضَرُونَ
Dan mereka mengadakan hubungan nasab antara Allah dan jin (malaikat). Dan sungguh jin (malaikat) mengetahui bahwa sesungguhnya mereka (orang-orang musyrik) akan dihadirkan (ke neraka), (158).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang bersumber dari Ibnu 'Abbas رضي الله عنهما dikemukakan bahwa ayat ini (QS. 37 : 158) turun sebagai bantahan kepada tiga suku Quraisy, yaitu Sulaim, Khuza'ah dan Juhainah yang menganggap bahwa Allah dan Iblis itu bersaudara. (HR. Juwaibir).
Dalam riwayat lain yang bersumber dari Mujahid dikemukakan bahwa pembesar-pembesar Quraisy berkata : "Malaikat itu puteri-puteri Allah". Bertanyalah Abu Bakr ash-Shiddiq : "Kalau begitu siapakah ibu-ibunya?" Mereka menjawab : "Puteri-puteri pembesar jin". Berkenaan dengan peristiwa itu turunlah akhir ayat ini (QS. 37 : 158) yang menegaskan bahwa jin-jin itu akan dihadapkan di pengadilan Allah. (HR. al-Baihaqi).

Tafsir Ayat
QS. 37 : 158. "Dan mereka mengadakan hubungan nasab antara Allah dan jin (malaikat). ...". Menurut suatu riwayat dari Mujahid, diantara kaum musyrikin itu mengatakan malaikat itu anak Allah. Lalu Abu Bakr ash-Shiddiq berkata : "Kalau begitu siapa ibunya?" Mereka menjawab : "Puteri-puteri pembesar jin". Seperti yang dituturkan dalam asbabun nuzul tersebut diatas. ".... Dan sungguh jin (malaikat) mengetahui bahwa sesungguhnya mereka (orang-orang musyrik) akan dihadirkan (ke neraka),". Artinya ialah bahwa jin sendiri sudah lebih dahulu tahu, lebih dahulu mengerti bahwa mereka adalah sejenis makhluk Allah yang di hari qiyamat kelak mereka pun akan dihadirkan dihadapan Allah, akan dihisab dihitung juga amal baik dan amal jahatnya, dan akan mendapat ganjaran yang setimpal. Tidak ada jin yang mengakui bahwa mereka bermenantu Allah, bercucu malaikat.
---------------
Bibliography :
Tafsir Al-Azhar Juzu' XXIII, Prof Dr. Haji Abdulmalik Abdulkarim Amrullah (Hamka), Penerbit Yayasan Pustaka Islam Surabaya 1980, halaman 198.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 421 - 422.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 895.

Golongan Yang Selamat

Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah رحمه الله berkata, “Manusia yang paling berhak menjadi golongan yang selamat adalah Ahlul Hadits dan Ahlus Sunnah. Mereka tidaklah mempunyai figur yang diikuti habis-habisan selain Rasulullah ﷺ.”

Dr. Muhammad al-Hamuud an-Najdi, Doktor dalam bidang akidah, Imam dan Khotib di Masjid Shobaah An-Naashir. (Twitter : @alnajdi1) - Twit Ulama   

Piknik Dulu

Note Trip, 6 Ramadhan 1438 H. Kalimat-kalimat nyinyir "Peramal masa depan", "Penganut ideologi tertutup (self fullfilling propechy)", "Memang pernah piknik ke sana (sebuah kalimat penolakan akan akhirat)" atau apapun kalimat itu, jauh-jauh hari 15 tahun yang lalu sudah didengung dengungkan di akar rumput. Sepertinya bertujuan agar akar rumput terbiasa dengan kalimat tersebut. Tetapi itu salah, di sepanjang perjalanan dari warung makan ke warung makan. Jumlah yang tidak suka membicarakan itu atau lebih suka mengalihkan pembicaran saat tiba pada kalimat nyinyir terus bertambah.
Aku jadi teringat penjelasan ustadz Salim A.Fillah dalam tulisannya sebagai berikut :
Termaktub sebuah riwayat dalam Kitab Al Adzkiyaa' karya Al Imam Abul Faraj Ibnul Jauzy (508-597), Mufti Agung Madzhab Hanbali di masa Daulah 'Abbasiyah, bahwa Iblis pernah datang menemui Nabiyyullah 'Isa عليه السلام.
Berkatalah sang terlaknat, “Hai 'Isa! Bukankah engkau yakin, bahwa segala yang tak ditakdirkan oleh Allah, tidak akan menimpamu?” “Ya,” jawab Al Masih عليه السلام. “Kalau begitu, coba engkau terjun dari atas gunung ini. Kalau Allah menakdirkan selamat, ya pasti engkau akan selamat.” Dengan tenang, putra Maryam عليه السلام menjawab, “Hai makhluq terrajam! Sesungguhnya Allah berhak menguji para hamba-Nya. Tapi seorang hamba tidak punya hak sama sekali untuk menguji Allah!” Yakni menguji; apakah Dia menakdirkan begitu atau begini.
Segala puji bagi Allah yang merahasiakan ketetapan-Nya dari kita; agar kita mencitakan yang terbaik, mengharapkan yang terbaik, meniatkan yang terbaik, merencanakan yang terbaik, mengamalkan dengan sebaik-baiknya, dan bertawakkal sebaik-baiknya.
Maka makna bahwa Dia di sisi prasangka hamba-Nya adalah, "Barangsiapa merasa dirinya berdosa dan yakin bahwa Allah Maha Pengampun, niscaya Allah mengampuninya. Barangsiapa merasa bahwa dirinya hina dan yakin bahwa Allah Maha Mulia, niscaya Allah meluhurkannya. Barangsiapa merasa bahwa dirinya bodoh dan yakin bahwa Allah Maha Tahu, niscaya Allah memberinya ilmu. Barangsiapa merasa bahwa dirinya lemah dan yakin bahwa Allah Maha Kuat, niscaya Allah menguatkannya. Barangsiapa merasa dirinya faqir dan yakin bahwa Allah Maha Kaya, niscaya Allah mencukupinya."

Sungguh dalam diamku, dalam perjalanan mendengarkan celotehan akar rumput ataupun mereka yang berpenampilan akar rumput yang berkeliaran di warung makan tidak semua celotehan dimakan oleh pendengarnya, mereka lebih tahu posisi mereka di dunia ini, mereka tak perlu piknik dulu ke akhirat untuk sendiko dawuh nasehat ulama yang berpegang teguh pada al-Qur'an dan as-Sunnah, dan mereka akar rumput tahu persis kemana mereka akan pulang. Sungguh akar rumpun negeri tercinta Republik Indonesia ini, lebih Pancasilais, dari mereka yang mengaku-ngaku Pancasilais sejati.