"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Sabtu, 31 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (11)

Dari Ibnu ‘Abbas r.a. dari Nabi s.a.w., beliau bersabda ; Janganlah seorang laki-laki bersembunyi bersama seorang perempuan, melainkan dengan muhrimnya.” Diriwayatkan oleh Bukhary.
--------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 415.

Kamis, 29 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (10)

Dari Jabir r.a. ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Tidak boleh seorang laki-laki bermalam pada seorang perempuan, kecuali kalau ia nikah atau mahramnya”. Diriwayatkan oleh Muslim.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 414.

Selasa, 27 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (9)

Dari Ruwaifa’ bin Tsabit r.a. dari Nabi s.a.w., beliau bersabda : “Tidak halal bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari kiamat menyiramkan air-(mani)-nya pada tanaman orang lain (Tidak boleh menyetubuhi perempuan yang bunting oleh laki-laki lain)”. Diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzy, dan disahkan oleh Ibnu Hibban dan dihasankan oleh Albazzar.
----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 413-414.

Minggu, 25 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (8)

Dari ‘Aisyah r.a.. ia berkata; “Sesungguhnya quru’ itu (yang dimaksud dengan quru’ itu) ialah suci.” Diriwayatkan oleh Malik pada sebuah kisah dengan sanad yang shahih.
-----------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 413.

Jumat, 23 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (7)

Dari Fatimah binti Qais r.a., ia berkata; “Saya berkata : “Ya Rasulullah, sesungguhnya suami saya telah mentalak saya tiga kali, dan saya kuatir ada orang yang menyerang saya”. Maka beliau menyuruhnya pindah, lalu ia pindah tempat”. Diriwayatkan oleh Muslim.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 412.

Rabu, 21 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (6)

Dari Furai’ah binti Malik r.a.; “Bahwasanya suaminya telah pergi mencari hamba-hamba sahaya kepunyaannya, dan hamba-hamba itu membunuhnya; Furai’ah berkata : “Lalu saya bertanya kepada Rasulullah s.a.w., bolehkah saya kembali kepada keluarga saya karena suami saya tidak meninggalkan belanja dan tempat-tinggal kepunyaannya”. Beliau bersabda : “Ya, boleh”. Maka setelah saya berada di kamar, beliau memanggil saya dan bersabda : “Tinggallah di rumahmu sehingga datang waktunya (habis ‘iddah)”. Ia berkata : “Kemudian saya ber’iddah empat bulan sepuluh hari”. Ia berkata : “Dan Utsman pun memutuskan demikian”. Dikeluarkan oleh Ahmad dan Imam yang Empat (Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzy dan Nasa’i), dan disahkan oleh Tirmidzy, Dzuhaly, Ibnu Hibban, Hakim.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 411-412.

Senin, 19 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (5)

Dari Jabir r.a. ia berkata : “Saudara ibu saya telah dicerai oleh suaminya, dan ia ingin memetik kurma kepunyaannya, maka seorang laki-laki menegurnya karena ia keluar rumah; lalu ia menghadap kepada Nabi s.a.w. dan beliau bersabda : “Bolehlah petik kurmamu, siapa tau engkau akan bersidkah atau berbuat kebajikan”. Diriwayatkan oleh Muslim.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 411.

Sabtu, 17 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (4)

Dari Ummu Salamah r.a., ia berkata; “Saya memakai obat yang pahit pada mata saya setelah Abu Salamah meninggal dunia” : maka Rasulullah s.a.w. bersabda : “Obat itu memudakan (menyegarkan) muka, janganlah engkau memakainya kecuali di waktu malam, dan hilangkanlah ia di waktu siang, janganlah menyisir rambut dengan wangi-wangian, dengan henna (celupan berwarna merah), sebab hinna itu adalah celupan”. Saya bertanya : “Dengan apa saya harus menyisir rambut?” Beliau bersabda : “Dengan cendana”, diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasa’i dan sanad-sanadnya hasan.

Dari padanya r.a, bahwasannya seorang wanita bertanya : “Ya Rasulullah, sesungguhnya suami anak saya meninggal dunia, dan mata anak saya itu sakit, apakah boleh saya memberi celak untuk matanya?” Beliau bersabda : “Jangan.”. Muttafaq ‘alaih.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 410-411.

Kamis, 15 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (3)

Dari Ummi Athiyah r.a., bahwasanya Rasulullah s.a.w. bersabda : “Tidak boleh perempuan berkabung atas mayat lebih dari tiga hari, kecuali atas suami (ia berkabung) empat bulan sepuluh hari, ia tidak boleh memakai kain yang di soga, melainkan kain yang diikatkan saja, dan tidak boleh bercelak, tidak boleh memakai wangi-wangian, kecuali sesudah ia mencuci haidlnya dengan sedikit qust atau adzfar (dua macam benda yang wangi)”. Muttafaq ‘alaih, dan ini lafadh Muslim, dan pada riwayat Abu Daud, Nasa’i ada tambahan : “Dan jangan meminyaki (menyemir) rambut”. Dan pada riwayat Nasa’i : “Dan jangan menyisir rambut”.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 410.

Selasa, 13 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (2)

Dari Sya’by dari Fatimah binti Qais r.a. dari Nabi s.aw. tentang wanita yang ditalak tiga : “Baginya tidak ada hak tempat-tinggal dan nafakah (belanja)”. Diriwayatkan oleh Muslim.
------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 409.

Minggu, 11 Oktober 2009

’IDDAH DAN BERKABUNG (1)

Dari Miswar bin Makhramah; “Bahwasannya Subaiah Aslamiyah r.a. bernifas (melahirkan) setelah suaminya meninggal dunia beberapa malam, lalu ia menghadap kepada Nabi s.a.w. dan minta izin untuk kawin, maka Nabi s.a.w. mengizinkannya, kemudian ia kawin.” Diriwayatkan oleh Bukhary, dan asalnya dalam Bukhary dan Muslim. Dan pada suatu lafadh : “Sesungguhnya ia melahirkan setelah suaminya meninggal dunia empat puluh hari.” Dan pada suatu lafadh ada riwayat Muslim, Zuhry berkata : “Saya beranggapan tidak apa-apa ia kawin sedang berdarah nifas, hanya suaminya jangan menyetubuhi sebelum ia suci.”
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 408-409.

Jumat, 09 Oktober 2009

LA’NAT-MELA’NAT (8)


Dari Abu Hurairah r.a. bahwasannya seorang laki-laki berkata; “Ya Rasulullah, Sesungguhnya istri saya telah melahirkan seorang anak yang hitam?” Beliau bertanya : “Apakah engkau punya unta?” Jawabnya : “Ya”. Beliau bertanya lagi : “Bagaimana warnanya?” Jawabnya : “Merah” Beliau bertanya lagi : “Apakah ada yang warnanya abu-abu” Jawabnya : “Ya”. Beliau bersabda : “Mengapa begitu?” Jawabnya lagi : “Barangkali karena urat darah campuran” Beliau bersabda : “Bisa jadi anakmu pun karena urat darah campuran.” Muttafaq‘alaih. Dan pada sebuah riwayat Muslim “Dan ia bermaksud akan tidak mengakuinya.” Dan Abu Hurairah berkata di akhir hadits itu : “Dan beliau tidak mengijinkan mengasingkan (tidak mengakui) anak itu”.
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 408.

Rabu, 07 Oktober 2009

LA’NAT-MELA’NAT (7)


Dari Umar r.a., ia berkata; “Barangsiapa yang telah mengakui anaknya walau hanya dengan sudut matanya, maka ia tidak akan dapat menjadakan (tidak mengakui) anak itu”. Diriwayatkan oleh Baihaqy, dan hadits ini hasan mauquf.
---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 407-408.

Senin, 05 Oktober 2009

LA’NAT-MELA’NAT (6)


Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda tatkala turun ayat mengenai suami istri yang saling laknat : “Perempuan yang mana saja yang masuk kepada suatu kaum orang yang bukan dari golongan mereka (bukan keluarga), maka di hadirat Allah ia bukan apa-apa, dan Allah tidak akan memasukkan perempuan itu ke syurga; dan laki-laki yang mana saja yang tidak mengakui anaknya padahal ia mengetahui bahwa anak itu adalah anaknya. maka Allah tidak mau melihat laki-laki itu, dan Allah akan bukakan kejahatannya itu pada orang-orang terdahulu dan orang-orang yang akan datang.” Diriwayatkan oleh Abu Daud, Nasa’i, Ibnu Majah dan disahkan oleh Ibnu Hibban.
--------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 407.

Sabtu, 03 Oktober 2009

LA’NAT-MELA’NAT (5)


Dari Ibnu ‘Abbas r.a. : “Bahwasanya seorang laki-laki datang kepada Nabi s.a.w. dan ia berkata : “Sesungguhnya istri saya tdak suka menolak tangan orang yang merabanya.” Beliau bersabda : “Ceraikanlah ia” Ia berkata : “Saya kuatir kalau hati saya mengikutinya.” Beliau bersabda lagi : “Bersenang-senanglah dengan dia”. Diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzy, Albazzar, dan rawi-rawinya dapat dpercaya. Dan Nasa’i meriwayatkannya dengan sanad lain dari Ibnu ‘Abbas r.a. dengan lafadh; Beliau bersabda : ‘Talaklah ia.” Ia berkata : “Saya tidak tahan jauh dengan dia.” Beiau bersabda : “Tahanlah dia”.
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 406-407.

Kamis, 01 Oktober 2009

LA’NAT-MELA’NAT (4)


Dari Sahal bin Sa’d r.a. pada kisah suami-istri yang saling laknat ia berkata : “Saya berdusta ya Rasulullah apabila saya menahan istri saya; dan ia mencerainya dengan tiga talak, sebelum Rasulullah s.a.w. menyuruhnya.” Muttafaq ‘alaih.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Babur Raj'ah, halaman 406.