"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Kamis, 28 Februari 2013

MENGHORMAT DAN MENGUTAMAKAN PARA ULAMA DAN ORANG TERKEMUKA, SERTA MEMULYAKAN MEREKA (8)


Ibn Abbas r.a.. berkata : Uyainah bin Hishn datang kekota Madinah dan tinggal pada kemenakannya (Alhurr bin Qais), dan ini termasuk anggauta dewan musyawarah Umar bin Alkhotthab, yang memang sengaja dipilih oleh Umar dari orarg-orang yang pandai benar dalam Quran, baik ia muda atau tua. Uyainah berkata kepada Alhurr : Tolong mintakan izin bagiku akan bertemu pada Umar (Amiril -mu’minin), sebab kau dekat padanya. Maka ketika telah diizinkan oleh Umar, mendadak Uyainah berkata pada Umar : Hai Umar (putra Alkhotthab) demi Allah engkau tidak memberi yang cukup dan tidak menghukum dengan adil, Maka marahlah Umar sehingga hampir memukulnya, maka Alhurr berkata : Ya Amiril-mu’minin Allah telah berfirman : KHUDZIL AFWA WA’MUR BIL’URFI WA A’RIDL ‘ANIL JAHILIN. (Pergunakanlah ma’af dan anjurkan kebaikan, dan abaikan orang yang bodoh) sedang orang ini termasuk orang yang bodoh. Demi Allah seolah-olah Umar baru teringat pada ayat itu, padahal biasanya Umar berhenti pada tiap-tiap ayat Qur’an untuk memperhatikannya. (HR. Buchary).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 324-325.

SEKILAS ISLAM DI BALI

Agama Islam masuk ke Bali sudah terjadi pada abad XIV, yakni pada zaman kekuasaan Raja Dalem Waturenggong (1480-1550). Peristiwa tersebut terjadi ketika Dalem Waturenggong berkunjung ke Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Saat kembali ke Bali, beliau diiringkan oleh 40 orang pengawal beragama Islam. Ke-40 pengawal tersebut kemudian diijinkan menetap di Bali, bertugas sebagai abdi kerajaan Gelgel (Klungkung bagian Selatan). Mereka dianugerahi pemukiman dan membangun sebuah masjid yang diberi nama Masjid Gelgel. Itulah masjid pertama di Bali.
Islam juga masuk ke Bali lewat Pulau Serangan pada awal Abad XVII. Pada saat itu para Ulama dan saudagar Islam serta Laskar Bugis merapat menggunakan perahu Pinisi. Kedatangan saudagar dan Ulama Bugis disambut hangat oleh Raja Puri Pemecutan, Badung, yang berkuasa saat itu. Pada saat itu, para raja di Bali teribat dalam konflik internal yang sengaja dikondisikan oleh pemerintah kolonial Balanda. Ikatan historis antara Kampung Islam Bugis Pulau Serangan dengan kerajaan Pemecutan Badung tetap kuat hingga kini.
Catatan sejarah lain masuknya Islam ke Bali yakni saat Raja Karangasem, Anak Agung Ketut Karangasem menyerang Pulau Lombok sekitar tahun 1690. Dalam penyerangan tersebut, Raja Karangasem berhasil menaklukkan kerajaan Pejanggik dan menguasai sebagian wilayah Kerajaan Mataram atas jasa Pangeran Dadu Ratu Mas Pakel, putra Raja Mataram. Sebagai tanda jasa Pangeran Dadu Ratu Mas Pakel beserta pengikutnya yang beragama Islam diberi tempat terhormat di Karangasem. Ketika meninggal, jasad Sang Pangeran dimakamkan di di Istana Taman Ujung. Komunitas inilah yang menjadi cikal-bakal kampung-kampung Islam di wilayah Karangasem.
Apalagi, beberapa dekade kemudian datang Sunan Mas Prapen (cucu Sunan Giri) mendirikan Masjid Ampel, sekitar 500 meter dari Puri Karangasem. Masjid tersebut dibangun di atas tanah seluas 4.500 meter persegi pemberian Raja Karangasem. Arsitektur Masjid Ampel Karangasem serupa dengan Masjid Ampel, Gresik Jawa Timur yang memiliki empat pilar sebagai 'soko guru' yang menopang atap bersusun dua. Pada sisi-sisi masjid terdapat tiga pintu masuk terbuat dari kayu. Di dalam masjid terdapat 12 pila-pilar pendukung pilar utama (soko guru).
Komunitas muslim lainnya di Bali tersebar di Banjar Saren Jawa, Desa Budakeling, Kabupaten Karangasem, Kepaon, Serangan (Kota Denpasar), Pegayaman (Buleleng) dan Loloan (Jembrana) dengan latar belakang dan riwayatnya masing-masing. Menurut Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bali Haji Ahmad Hassan Ali, mereka berasal dari sejumlah daerah di Nusantara antara lain Jawa, Madura, Lombok dan Bugis.
Akultutasi unsur Islam-Hindu yang terjadi ratusan tahun silam memunculkan ciri khas tersendiri, unik dan menarik. Sejumlah masjid yang ada di Bali menunjukkan perkawinan arsitektur Bali dan Arab.
------------------------------------------------------
COPAS from Jalan-jalan Bali

WAKTU SHOLAT (4)

Dari Rafi’ bin Khadij r.a., ia berkata; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Sholat Shubuhlah di waktu shubuh-shubuh benar, karena demikian itu lebih besar pahalanya bagi kamu”. Diriwayatkan oleh Imam yang lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Nasa’i), dan disahkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 63.

Rabu, 27 Februari 2013

MENGHORMAT DAN MENGUTAMAKAN PARA ULAMA DAN ORANG TERKEMUKA, SERTA MEMULYAKAN MEREKA (7)


Maimun bin Abi Syabib berkata : ‘Aisyah dimintai oleh seorang peminta-minta, maka diberinya sepotong roti. Kemudian tidak lama datang seorang peminta yang lebih sopan, maka dipersilahkan duduk dan diberi makan. Dan ketika ‘Aisyah ditegur tentang perbedaan tindakan itu, ia berkata : Rasulullah s.aw, telah bersabda : Tempatkanlah masing-masing orang menurut keduduannya. (HR. Abu Dawud).

Dan dalam riwayat Muslim dari ‘Aisyah : Rasulullah menyuruh kami menempatkan tiap orang pada tempatnya masing-masing.
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 323-324.

POLITIK MUHAMMAD SESUDAH UHUD

Pihak Muslimin melihat keadaan Medinah itu sudah terasa banyak sekali mengalami perubahan, meskipun kekuasaan Muhammad di kota itu tetap di atas. Dalam pada itu Nabi as. merasa, bahwa keadaan memang sudah sangat genting dan gawat sekali, bukan hanya dalam kota Medinah saja, bahkan juga sudah melampauj sampai kepada kabilah-kabilah Arab lainnya, yang memang sudah merasa ketakutan. Peristiwa Uhud membawa perasaan lega kepada mereka, sehingga terpikir oleh mereka itu hendak menentangnya lagi dan mengadakan perlawanan. Oleh karena itu ia ingin sekali mengikuti berita-berita sekitar penduduk Medinah dan kalangan Arab umumnya, yang kiranya akan memberikan suatu kemungkinan menempatkan kembali kedudukan, kekuatan dan kewibawaan Muslimin ke dalam hati mereka.
Berita pertama yang sampai kepadanya sesudah peristiwa Uhud ialah bahwa Tulaiha dan Salama bin Khuailid dua bersaudara — dan keduanya waktu itu yang memimpin Banu Asad — sedang mengerahkan masyarakatnya dan mereka yang mau menaatinya, untuk menyerang Medinah dan menyerbu Muhammad sampai ke dalam rumahnya sendiri dengan maksud memperoleh keuntungan dan merampas ternak Muslimin yang dipelihara di ladang-ladang sekeliling kota itu. Yang menyebabkan mereka berani berbuat begitu ialah karena anggapan bahwa Muhammad dan teman-temannya masih menderita karena telah mengalami pukulan hebat selama di Uhud.

PASUKAN ABU SALAMA
Berita itu terbetik juga oleh Nabi. Ia segera memanggil Abu Salama bin Abd’l-Asad yang lalu diserahi pimpinan pasukan yang terdiri dari 150 orang, termasuk Abu ‘Ubaida bin’l-Jarrah, Sa’d bin Abi Waqqash dan Usaid bin Hudzair. Mereka diperintahkan supaya berjalan pada malam hari dan siangnya bersembunyi dengan menempuh jalan yang tidak biasa dilalui orang, supaya jangan ada orang yang mengenal jejak mereka. Dengan demikian mereka akan dapat menyergap musuh dengan cara yang tiba-tiba sekali. Perintah ini oleh Abu Salama dilaksanakan. Ia berhasil menyerbu musuh dalam keadaan tidak siap. Dalam pagi buta mereka sudah terkepung. Dikerahkannya anak buahnya dalam menghadapi perjuangan itu. Tetapi pihak musyrik sudah tak dapat bertahan lagi. Dua pasukan segera dikirim mengejar mereka dan merebut rampasan perang yang ada. Ia dan anak buahnya menunggu di tempat itu sambil menantikan pasukan pengejar itu kembali membawa rampasan perang.
Setelah seperlima rampasan itu dikeluarkan untuk Tuhan, untuk Rasul, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, selebihnya mereka bagi sesama mereka, lalu mereka kembali ke Medinah dengan sudah membawa kemenangan. Kewibawaan yang karena peristiwa Uhud itu terasa sudah agak berkurang, kini mulai kembali lagi. Hanya saja Abu Salama sendiri hidup tidak lama lagi sesudah ekspedisi itu. Ia menderita luka-luka akibat perang Uhud dan luka-lukanya itu belum sembuh benar kecuali yang tampak dari luar saja. Tetapi sesudah ia bekerja keras lukanya itu terbuka dan kembali mengucurkan darah, yang diderita terus sampai meninggalnya.

PASUKAN ABDULLAH BIN ‘UNAIS
Sesudah itu kemudian sampai pula berita kepada Muhammad bahwa Khalid bin Sufyan bin Nubaih al-Hudhali yang tinggal di Nakhla atan di ‘Urana telah mengumpulkan orang pula hendak menyerangnya Mendengar ini Muhammad segera mengutus Abdullah bin ‘Unais meneliti dan mencek kebenaran berita tersebut. Abdullah berjalan menuju ke tempat Khalid, yang ketika itu dijumpainya ia sedang berada di rumah bersama dengan istri-istrinya.
“Siapa kamu”, tanya Khalid setelah Abdullah sampai.
“Saya dari golongan Arab juga,” jawabnya. “Mendengar tuan mengumpulkan orang hendak menyerang Muhammad maka saya datang kemari.”
Khalid berterus-terang bahwa ia memang sedang mengumpulkan orang hendak menyerang Medinah. Setelah Abdullah melihat sekarang ia; seorang diri jauh dari anak-buahnya — kecuali istri-istrinya — dicarinya jalan supaya ia mau berjalan bersama-sama Begitu ia mendapat kesempatan dihantamnya orang itu dengan pedangnya dan dia pun menemui ajalnya Dibiarkannya dia di tangan istri-istrinya yang berkerumun menangisinya. Sekembalinya ke Medinah disampaikannya berita itu kepada Rasul.
Setelah kematian pemimpinnya itu, Banu Lihyan sebagai cabang Hudhail yang selama beberapa waktu tenang-tenang saja, sekarang mulai terpikir akan mengadakan pembalasan dengan suatu tipu-muslihat
Pada waktu itulah kabilah yang berdekatan itu mengutus rombongan kepada Muhammad dengan mengatakan : Di kalangan kami ada beberapa orang Islam. Kirimkanlah beberapa orang sahahat tuan bersama kami. yang akan dapat kelak mengajarkan hukum agama dan Quran kepada kami.
--------------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 310-312.

WAKTU SHOLAT (3)

Dari riwayat Muslim dari hadits Abu Musa ; “Maka beliau sholat fajar (Shubuh) tatkala fajar menyingsing, dan orang-orang hampir tidak mengenal satu sama lainnya”.

Dari Rafi bin Khadij r.a., ia berkata ; “Kami pernah sholat Maghrib bersama Rasulullah s.a.w., kemudian seseorang di antara kami pulang dalam keadaan di mana kami masih dapat melihat tempat jauh anak panahnya”. Muttafaq ‘alaih.

Dari ‘Aisyah r.a. ia berkata ; Pada suatu malam Nabi s.a.w. mengakhirkan sholat ‘Isya hingga larut malam, kemudian beliau keluar lalu sholat, dan beliau bersabda : “Sekiranya tidak memberatkan ummatku, sesungguhnya inilah waktunya”. Diriwayatkan oleh Muslim.

Dari Abu Hurairah r.a.. ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Apabila panas sangat terik, maka tunggulah waktu dingin buat sholat, karena panas yang terik itu adalah dari hembusan jahanam. Muttafaq ‘alaih.
------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 62-63.

Selasa, 26 Februari 2013

MENGHORMAT DAN MENGUTAMAKAN PARA ULAMA DAN ORANG TERKEMUKA, SERTA MEMULYAKAN MEREKA (6)


Amru bin Syu’aib dari ayahnya dan neneknya berkata : Bersabda Rasulullah s.a.w. : Bukan dari ummatku orang yang tidak belas kasih kepada yang lebih kecil (muda), dan tidak menghargai kehormatan yang lebih tua. (HR. Abu Dawud dan Attirmidzy).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 323.

ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI


Di Bali saat ini ditemukan berbagai corak arsitektur, mulai dari Arsitektur tradisional bali kuno, tradisional Bali yang di kembangkan, arsitektur masa kini yang berstil bali bahkan arsitektur yang sama sekali tidak memiliki nuansa bali. Mengetahui aspek-aspek arsitektur tadisional bali di butuhkan pengetahuan yang mendalam terutama aspek filosofi, religius dan sosial budaya. Arsitektur tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang dari wadah kehidupan masyarakat Bali yang telah berkembang secara turun-temurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari jaman dahulu, sampai pada perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang terungkap pada lontar Asta Kosala-Kosali dan Asta Pasali. Arsitektur Tradisional Bali yang memiliki konsepsi-konsepsi yang dilandasi agama Hindu, merupakan perwujudan budaya, dimana karakter perumahan tradisional Bali sangat ditentukan norma-norma agama Hindu, adat istiadat serta rasa seni yang mencerminkan kebudayaan.
Arsitektur Tradisional Bali memiliki beberapa konsep-konsep dasar yang mempengaruhi nilai tata ruangnya, antara lain :
  1. Konsep Keseimbangan (keseimbangan unsur semesta, konsep catur lokapala, konsep dewata nawa sanga ), konsep ini juga harus menjadi panutan dalam membangun diberbagai tataran arsitektur termasuk keseimbangan dalam berbagai fungsi bangunan. Konsep dewata nawa sanga ialah aplikasi dari pura-pura utama yang berada di delapan penjuru arah dibali yang yang dibangun menyeimbangkan pulau bali, pura-pura utama itu untuk memuja manifestasi tuhan yang berada di delapan penjuru mata angin dan di tengah.Aplikasi konsep ini menjadi pusat yang berwujud natah (halaman tengah) dari sini menentukan nilai zona bangunan yang ada disekitarnya dan juga pemberian nama bangunan disekitarnya seperti Bale Daje,Bale Dauh,Bale Delod,Bale Dangin,
  2. Konsep Rwe Bhineda (hulu - teben, purusa - pradana) Hulu Teben merupakan dua kutub berkawan dimana hulu bernilai utama dan teben bernilai nista/ kotor. Sedangkan purusa(jantan) pradana(betina) merupakan embryo suatu kehidupan
  3. Konsep Tri Buana - Tri Angga, Susunan tri angga fisik manusia dan struktur tri buana fisik alam semesta melandasi susunan atas bagian kaki, badan, kepala yang masing-masing bernilai nista, madya dan utama.
  4. Konsep keharmonisan dengan lingkungan, ini menyangkut pemanfaatan sumber daya alam, pemanfaatan potensi sumber daya manusia setempat, khususnya insan-insan ahli pembangunan tradisional setempat.

Di dalam menentukan atau memilih tata letak pekarangan rumah pun menurut aturan tradisional Bali ada beberapa pantangan yang harus diperhatikan yaitu :
  1. Pekarangan rumah tidak boleh bersebelahan langsung ada disebelah Timur atau Utara pura, bila tidak dibatasi dengan lorong atau pekarangan lain seperti: sawah, ladang/sungai. Pantangan itu disebut: Ngeluanin Pura.
  2. Pekarangan rumah tidak boleh Numbak Rurung, atau Tusuk Sate. Artinya jalan lurus langsung bertemu dengan pekarangan rumah.
  3. Pekarangan rumah tidak boleh diapit oleh pekarangan/rumah sebuah keluarga lain. Pantangan ini dinamakan: Karang Kalingkuhan.
  4. Pekarangan rumah tidak boleh dijatuhi oleh cucuran atap dari rumah orang lain. Pantangan ini dinamakan: Karang Kalebon Amuk.
  5. Pekarangan rumah sebuah keluarga tidak boleh berada sebelah- menyebelah jalan umum dan berpapasan. Pantangan ini dinamakan: Karang Negen.
  6. Pekarangan rumah yang sudut Barat Dayanya bertemu dengan sudut Timur Lautnya pekarangan rumah keluarga itu juga berada sebelah-menyebelah jalan umum, ini tidak boleh. Pantangan ini dinamakan: Celedu Nginyah.
  7. Dan lain sebagainya.

Desain interior berarti rancangan ruang dalam. Tetapi dalam konsep arsitektur tradisional Bali Madya konsep desain interior, juga dapat berarti rancangan “ruang di dalam ruang” (space in space) pada area rumah tinggal, ( by : http://m.isi-dps.ac.id/news/desain-interior-rumah-tinggal-tradisional-bali-madya ) dengan kesimpulan sebagai berikut :

1. Pola Zonasi 
Pola zonasi rumah tinggal era Bali Madya memiliki pola teratur, dengan konsep ruang sanga mandala, yang membagi pekarangan menjadi 9 bagian area (pah pinara sanga sesa besik). Tata nilai ruangnya ditata dari area atau zona Utamaning utama sampai zona Nistaning nista untuk bangunan paling provan. Jadi konsep zonasi unit bangunan di dalam pekarangan rumah tradisional Bali Madya, ditata sesuai dengan fungsi dan nilai kesakralan dari unit bangunannya. Zona parahyangan untuk tempat suci, zona pawongan untuk bangunan rumah dan zona palemahan untuk kandang ternak, teba dan tempat servis/ pelayanan. Filosofi Trihitakarana sangat jelas diterapkan pada sonasi ruang rumah tinggal  era Bali Madya, karena zona ruangnya telah didesain agar keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan, dengan sesama dan ala lingkungan tetap terjaga, sehingga pemilik dan pemakai bangunan memperoleh keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan.

2. Pola Sirkulasi
Desain pola sirkulasi pada rumah tinggal tradisional Bali Madya adalah dari pintu masuk/angkulangkul menuju dapur (paon), yang memiliki makna sebagai tempat untuk membersihkan segala hal buruk yang terbawa dari luar rumah, kemudian baru dapat memasuki bangunan-bangunan lainnya, seperti ke Bale Dauh, Bale Gede/Dangin, Meten/Gedong dan bangunan lainnya. Sedangkan pola religiusnya dimulai dari Sanggah/Merajan, baru kemudian ke Bale Meten/Bale Daja, Bale Gede/dangin, Bale Dauh, Paon, Jineng, Penunggun Karang, Angkul-angkul dan bangunan tambahan lainnya. Proses aktivitas yang dimulai dari tempat suci ini dilakukan pada saat upacara secara tradisional Bali.

3. Orientasi
Orientasi bangunan rumah tradisional Bali Madya adalah menghadap ke ruang tengah (natah),yang memiliki makna tempat bertemunya langit dan bumi, sehingga tercipta kehidupan di bumi. Langit (akasa) adalah purusa, sebagai simbol unsur laki-laki dan bumi (pertiwi) adalah pradana, yang merupakan simbol unsur perempuan. Unsur purusa dan predana inilah bertemu pada natah, sehingga tercipta kehidupan di rumah tinggal tradisional Bali Madya. Pada rumah tradisional Bali Madya, bangunan tempat tidur (Bale Meten) berorientasi ke Selatan, bangunan tempat anak muda/ tamu (Bale Dauh) berorientasi ke Timur, bangunan tempat upacara (Bale Gede/Dangin) berorientasi ke Barat, sedangkan dapur (Paon) berorientasi ke utara. Keempat unit bangunan pokok tersebut berorientasi ke tengah/natah sebagai halaman pusat aktivitas rumah tinggal. Orientasi pintu masuk tempat suci keluarga (Sanggah/ merajan) kearah Selatan atau ke arah Barat.

4. Lay Out Ruang
Maksud dari lay out ruang adalah perencanaan, rancangan, desain, susunan, tata letak tentang ruang-ruang yang terdapat pada desain interior rumah tinggal tradisional Bali Madya. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa desain interior tradisional Bali Madya adalah seluruh compound bangunan yang terdapat di dalam tembok penyengker, sehingga ruang kosong di
tengah yang disebut natah adalah termasuk ruang keluarga sebagai tempat bermain dan
berkumpulnya keluarga.

Copas from Bali Informasi

WAKTU SHOLAT (2)

Dari Abu Barzah Al-Aslamiyyi r.a., ia berkata ; “Adalah Rasulullah s.a.w. sholat ‘Ashar, kemudian seseorang dari antara kami kembali ke tempat kediamannya di ujung Madinah sedangkan matahari masih hidup (amat panas), dan beliau suka mengakhirkan ‘Isya, dan beliau tidak suka tidur sebelumnya dan tidak suka bercakap-cakap sesudahnya; dan beliau selesaikan sholat Shubuh tatkala seseorang bisa mengenal yang di sebelahnya (kawannya), dan adalah beliau membaca 60 sampai 100 (ayat)”. Muttafaq ‘alaih.

Dan menurut riwayat Bukhari Muslim pula dari Jabir r.a. ; “Dan sholat ‘Isya, kadang-kadang beliau lekas-lekas mengerjakannya, dan kadang-kadang mengakhirkannya, apabila beliau melihat mereka (para ma’mum) telah berkumpul beliau segerakan, dan apabila beliau melihat mereka terlambat, beliau mengakhirkannya; dan Shubuh, beliau laksanakannya di waktu masih gelap”.

---------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 61.

Senin, 25 Februari 2013

MENGHORMAT DAN MENGUTAMAKAN PARA ULAMA DAN ORANG TERKEMUKA, SERTA MEMULYAKAN MEREKA (5)


Abu Musa r.a, berkata : Bersabda Rasulullah s,a.w. : Termasuk mengagungkan kepada Allah, jika menghormat orang tua yang Muslim, dan orang yang pandai Qur’an yang tidak berkelebih-lebihan dan tidak mengabaikannya. Dan menghormat pada pemerintah yang adil. (Abu Dawud).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 323.

WAKTU SHOLAT (1)

Dari Abdullah bin ‘Amr r.a., bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda : “Waktu Zhuhur itu ialah tatkala condong matahari (ke sebelah Barat) sampai bayang-bayang orang sama dengan tingginya sebelum datang waktu Ashar; dan waktu Ashar selama belum kuning matahari, dan waktu Maghrib sebelum hilang awan merah (setelah terbanam matahari), dan waku sholat Isya’ hingga tengah malam, dan waktu sholat Shubuh dari terbit fajar hingga sebelum terbit matahari”. Diriwayatkan oleh Muslim.

Dalam waktu ‘Isya’ ada dua pendapat ; 
a. akhir waktu ‘Isya’ itu ialah sampai datang waktu Shubuh, 
b. akhir waktu ‘Isya’ itu ialah tengah-tengah malam. Lebih selamat, baiklah kita jangan mengakhirkan sholat ‘Isya’ lewat tengah malam.

Dari riwayat Muslim pula dan Buraidah tentang waktu ‘Ashar ; “Dan matahari masih putih bersih”.
-----------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabush Sholat, halaman 60.

Minggu, 24 Februari 2013

MENGHORMAT DAN MENGUTAMAKAN PARA ULAMA DAN ORANG TERKEMUKA, SERTA MEMULYAKAN MEREKA (4)


Jabir r.a. berkata : Adalah Nabi s.a.w. mengumpulkan dua orang yang terbunuh dalam perang Uhud dalam satu kubur, dan bertanya : Yang mana yang lebih banyak pengertiannya dalam Qur’an, maka didahulukan dalam lahad. (HR. Buchary).

Ibn Umar r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w, : Saya bermimpi seolah-olah saya bersiwak (gosok gigi), mendadak datang kepadaku dua orang, maka saya berikan siwak itu kepada yang kecil, tetapi saya ditegur : Dahulukan yang besar, maka saya berikan kepada yang besar. (HR. Buchary dan Muslim)
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 322-323.

PENGARUH UHUD


ABU SUFYAN telah kembali dari Uhud ke Mekah. Berita-berita, kemenangannya sudah lebih dulu sampai, yang disambut penduduk dengan rasa gembira, karena dianggap sudah dapat menghapus cemar yang dialami Quraisy selama di Badr. Begitu sampai ia ke Mekah. langsung menuju Ka’bah sebelum ia pulang ke rumah. Kepada Hubal dewa terbesar ia menyatakan puji dan syukur. Dicukurnya lebih dulu rambut yang di bawah telinganya, lalu ia pulang ke rumah sebagai orang yang sudah memenuhi janji bahwa ia takkan mendekati istrinya sebelum dapat mengalahkan Muhammad.
Sebaliknya kalangan Muslimin, mereka melihat kota Medinah sudah banyak terasa aneh sekali, meskipun musuh tetap mengejar-ngejr mereka. Selama tiga hari terus-menerus mereka tetap tabah menghadapi musuh yang masih tidak mempunyai keberanian menghadapi mereka itu. Padahal belum selang dua puluh empat jam yang lalu musuh telah merasa sebagai pihak yang menang.
--------------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 310.

TAMAN MARGASATWA SEMARANG

OBYEK WISATA. TravelNusa (Traveler Nusantara). Kebun Binatang Semarang atau dulu lebih dikenal dengan nama Bonbin Tegalwareng Semarang pertama berada di tempat yang sekarang menjadi kawasan Taman Budaya Raden Saleh dan Wonderia di Jalan Sriwijaya (sekarang wilayah Kecamatan Candisari). Lalu pada tahun 1985 Bonbin Semarang direlokasi ke daerah Tinjomoyo (sekarang wilayah kecamatan Gunungpati). Dan pada tanggal 28 Februari 2007 Bonbin Semarang (Koordinat GPS: S06 58 10.4 E110 17 11.8) pindah lagi menempati areal baru di daerah Mangkang, tepatnya di Jl. Walisongo Km 17, berseberangan dengan Terminal Mangkang (sekarang wilayah kecamatan Ngaliyan). Harga tiket tanda masuk cukup terjangkau, pada Minggu / hari besar sebesar Rp 5.000,-. Bonbin Semarang ini berada di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Pemerintah Kota Semarang. Bonbin ini merupakan Taman Margasatwa, tempat rekreasi, konservasi dan pendidikan.

Saat memasuki gerbang Bonbin Semarang yang memiliki areal seluas kurang lebih 9 hektar kita disambut patung merak besar yang mengantarkan kita suasana Kebun Binatang. “Ada satwa yang ditempatkan di kandang, ada juga yang di ruang terbuka sesuai habitatnya. Fasilitas yang dimiliki Bonbin Mangkang berupa : Naik gajah, kereta mini, becak air dan perahu untuk menyusuri danau buatan sambil ditemani burung pelikan yang berenang dengan bebas di danau tersebut. Arena mainan (Flaying Fox, Jaring Laba-Laba, ayunan dan sejenisnya) pun telah tersedia, Museum pesawat, serta Wisata air berupa Water Boom dan kolam keceh.

Areal terbuka hijau dan teduh yang memadai untuk duduk menikmati suasana Kebun Binatang masih sangat kurang, sehingga mengurangi kenyamanan dan jam tinggal di areal ini.

Gunungkidul Trip 2013

Peta Wisata Gunungkidul
WISATA PANTAI. TravelNusa (Traveler Nusantara) bersama warga kampung kembali mengadakan perjalanan wisata pada hari Ahad, 17 Pebruari 2013 lalu. One Day Tour SEMBAKO (Semarang – Baron – Kukup – Malioboro). Kali ini tujuan wisatanya adalah menikmati deburan ombak 2 pantai di kabupaten Gunungkidul yang jarak tempuh kurang lebih 156 km dari Semarang. Kabupaten Gunungkidul  adalah salah satu kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukota Kabupaten-nya adalah Wonosari. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Klaten Jawa Tengah dan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta di utara dan Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman di barat. Sebagian besar wilayah kabupaten ini berupa perbukitan dan pegunungan kapur, yakni bagian dari Pegunungan Sewu. Sebagian wilayah Gunungkidul merupakan daerah tandus, dimana pada musim kemarau sering terjadi kekeringan.
Perjalanan wisata dari Semarang di mulai dari jam 06.30 WIB, menggunakan 2 armada Bis PO Nugroho dengan Nopol H-1451-AG dan H-1452-AG dan ber-“REST AREA” di sebuah Rumah Makan daerah Pingit dan SPBU 44.558.09 jalan Wonosari Gunungkidul.

PANTAI BARON GUNUNG KIDUL
Jalan menuju lokasi pantai ini berkelok-kelok naik-turun dan pada beberapa titik jalannya sempit. Jadi perlu ekstra hati-hati jika berkendara kearah ini. Tetapi secara umum jalan menuju kawasan pantai Gunungkidul ini sudah cukup bagus. Jam 11.00 WIB lebih akhirnya sampai juga di pantai Baron yang berada di Desa Kemadang Kecamatan Tanjungsari atau sekitar 25 km arah selatan dari Kota Wonosari Kabupaten Gunungkidul, atau membutuhkan waktu perjalanan sekitar 1,5 jam. Pantai Baron merupakan pantai pertama yang akan ditemui dari serangkaian kawasan Pantai yang masih jadi satu area dengan pantai Baron diantaranya pantai Kukup, pantai Sepanjang, pantai Drini, pantai Krakal, pantai Sundak dan yang paling ramai untuk saat ini pantai Indrayanti.
Di sekitaran objek wisata Pantai Baron terdapat sebuah sungai bawah tanah yang dapat digunakan untuk pemandian setelah pengunjung bermain dilaut. Selain itu para pengunjung juga bisa menikmati aneka hidangan ikan laut segar siap saji dengan harga yang terjangkau dengan  menu khas Pantai Baron.
Pada sisi sebelah timur pantai Baron bisa dicapai melalui jalan setapak yang melingkar dan terdapat sebuah bukit kapur, pengunjung dapat juga beristirahat di gardu pandang, pengunjung akan dapat menghirup udara pantai yang segar. Terdapat juga penyewaan ban pelampung untuk bermain air disini. Sayangnya saat rombongan kami berkunjung air pantainya keruh banget jadi malas bermain air.
Dan bagi pengunjung Muslim tidak usah khawatir jika ingin melaksanakan sholat wajib berjamaah sekalipun, disini terdapat sebuah masjid yang cukup representatif

PANTAI KUKUP GUNUNG KIDUL
Setelah kurang lebih 1 jam di Pantai Baron perjalanan dilanjutkan menuju Pantai Kukup dengan jarak tempuh kurang lebih 15 menit saja dari pantai Baron. Sesampainya di area pantai Kukup rombongan kami langsung menuju Rumah Makan Pak Ji Konco Dewe yang ada komplek area pantai Kukup ini untuk menikmati makan siang. Selesai makan siang rombongan berjalan menuju pantai Kukup dari lokasi parkir kurang lebih tigaratus meter, akhirnya tiba juga di pantai Kukup. Pantai yang berpasir putih nan indah meski tidak terlalu luas seperti pantai Parangtritis di Kabupaten Bantul. Objek wisata Pantai Kukup berada di selatan ibu kota Kabupaten Gunungkidul, Wonosari dengan jarak kurang lebih sekitar 25 km dari kota Yogyakarta dan bersebelahan dengan pantai Baron hanya terhalang oleh bukit padas saja. Di objek wisata pantai Kukup terdapat begitu banyak aneka biota laut terutama ikan hias yang dijual oleh pedagang di sekitar pinggir dari objek wisata Pantai Kukup atau juga ada yang dipelihara di gedung aquarium laut yang masih berada di satu kawasan di sekitar Pantai Kukup. Di area dari pantai kukup juga terdapat sebuah pulau karang kecil yang diatasnya terdapat gardu pandang untuk menikmati keindahan laut, pulau tersebut dihubungkan dengan sebuah jembatan, untuk bisa sampai ke gardu pandang tersebut kita diharuskan naik ke sebuah bukit. Sepintas mirip pulau karang di Pura Tanah Lot Tabanan Bali
Fasilitas yang ada di objek wisata pantai kukup diantaranya sebuah pendopo untuk pertemuan, pondok wisata, hotel kelas melati, warung makan, dan kios untuk cenderamata, pedagang ikan hias, serta pedagang yang menjual berbagai makanan ringan dari hasil laut.

MALIOBORO
Setelah menikmati wisata pantai Kukup pukul 15.20 WIB kita menempuh perjalanan menuju landmark kota Yogyakarta, Malioboro. Di daerah Sumberjo Ngawu Playen Gunungkidul rombongan singgah sejenak di masjid Al-Hilal Playen Gunungkidul untuk melaksanakan sholat Ashar. Perjalanan ke Yogya pun dilanjutkan, tetapi sebelumnya singgah dulu di Pusat Oleh-oleh Khas Jogja, Bakpia Pathok 25 di jalan Solo km 9 Yogya kurang lebih 25 menit. Kemudian Pukul 18.15 WIB sampai juga ditujuan selanjutnya dan rombongan kita hanya memiliki  kesempatan meng-eksplor suka-suka Malioboro suasana malam kurang lebih selama 1 jam saja. Setelah satu jam berlalu dengan sedikit molor waktu pukul 19.30 WIB rombongan bertolak balik ke kota tercinta dan berhenti sejenak di Rumah Makan Sandi di jalan Raya Yogya Magelang km 23. Wisata pantai yang indah, menggairahkan keinginan meng-eksplor lagi pantai-pantai yang lain dalam wilayah Gunungkidul ini suatu hari nanti.

Sabtu, 23 Februari 2013

URUSAN JENAZAH (38)


Dari ‘Aisyah r.a., ia berkata ; Rasulullah s.a.w. bersabda : “Janganlah kalian mencaci orang-orang yang telah meninggal, karena mereka telah sampai kepada apa yang mereka telah kerjakan dahulu”. Diriwayatkan oleh Bukhary.

Dari Tirmidzi meriwayatkan dari Mughirah hadits seperti itu juga, tapi Nabi bersabda : ”(Dengan begitu) kalian menyakiti yang hidup”. 

Menyakiti yang hidup, yakni keluarganya yang masih hidup. Shahabat-shahabat berbuat demikian terhadap Abdullah bin Ubay bin Salul (orang munafiq), sedangkan di antara mereka ada anaknya, maka Rasulullah s.a.w. melarang mereka, supaya tidak menyinggung perasaan anak Abdullah itu.
------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Janaiz,  halaman 212.

RELA SEDEKAHKAN SEMUA HARTA


Selain pemuda yang cerdas. Mu’adz adalah seorang yang ahli sedekah, penyabar, dan berakhlak baik. Setiap ada orang minta kepadanya selalu diberikan meski Ia kesulitan memenuhinya. Bahkan sejarah mencatat, semua hartanya ia sedekahkan.
Di masa pemerintahan Abu Bakar. Mu’adz kembali ke Yaman. Umar tahu bahwa Mu’adz telah menjadi seorang yang kaya raya, maka diusulkan Umar kepada khalifah agar kekayaannya itu dibagi dua. Tanpa menunggu jawaban Abu Bakar, Umar segera pergi ke rumah Mu’adz dan mengemukakan masalah tersebut.
Lantas, Abu Bakar berkata, “Mu’adz adalah seorang yang bersih tangan dan suci hati. Dan seandainya sekarang ia telah menjadi kaya raya, maka kekayaan itu diperolehnya secara halal, tidak pernah diperolehnya secara dosa bahkan juga tak hendak menerima barang yang syubhat.” Oleh sebab itu, usul Umar ditolaknya. Umar pun berpaling meninggalkannya.

MIMPI MU‘ADZ
Namun tak disangka, pagi-pagi keesokan harinya Mu’adz pergi ke rumah Umar. Saat sampai di sana, Umar dirangkul dan dipeluknya, sementara air mata mengalir mendahului perkataannya, beberapa detik kemudian ia berkata, “Malam tadi saya bermimpi masuk kolam yang penuh dengan air, hingga saya cemas akan tenggelam. Untunglah Anda datang dan menyelamatkan saya, hai Umar!”
Kemudian bersama-sama mereka dating kepada Abu Bakar, dan Mu’adz meminta kepada khalifah untuk mengambil seperdua hartanya.
“Tidak satu pun yang akan saya ambil darimu,” ujar Abu Bakar.
“Sekarang harta itu telah halal dan jadi harta yang baik,” kata Umar menghadapkan pembicaraannya kepada Mu’adz. Andai diketahuinya bahwa Mu’adz memperoleh harta itu dari jalan yang tidak sah, maka tidak satu dirham pun Abu Bakar yang saleh itu akan menyisakan baginya. Karena semua yang didapat Mu’adz adalah halal. maka Abu Bakar enggan untuk memintanya.
Pada suatu hari, Rasulullah S.A.W. bersabda : “Hai Mu’adz ! Demi Allah, saya sungguh sayang kepadamu. Maka jangan lupa setiap habis sholat mengucapkan, “Ya Allah. bantulah daku untuk selalu ingat, syukur, serta beribadat dengan ikhhas kepada-Mu.”
Rasulullah S.A.W. selalu mendesak manusia untuk memahami makna yang agung ini yang maksudnya ialah bahwa tiada daya maupun upaya, dan tiada bantuan maupun pertolongan kecuali dengan pertolongan dan daya dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.

AHLI IBADAH
Mu’adz mengerti dan memahami ajaran tersebut dan telah menerapkannya secara tepat. Pada suatu pagi. Rasulullah bertemu dengan Mu’adz, lalu bertanya, “Bagaimana keadaanmu di pagi hari ini, hai Mu’adz?”
“Di pagi hari ini saya benar-benar telah beriman, ya Rasulullah,” ujar Mu’adz
“Setiap kebenaran ada hakikatnya, maka apakah hakikat keimananmu?” ujar Nabi pula.
“Setiap berada di pagi hari, Saya menyangka tidak akan menemui lagi waktu sore. Dan setiap berada waktu sore, saya menyangka tidak akan mencapai lagi waktu pagi. Dan tiada satu langkah pun yang kulangkahkan, kecuali saya menyangka tiada akan diiringi dengan langkah lainnya. Dan seolah-olah kusaksikan penduduk surga menikmati kesenangan surga. Sedang penduduk neraka menderita siksa dalam neraka,” jawab Mu’adz.
Maka sabda Rasulullah SAW, “Kamu benar-benar mengetahuinya, maka pegang teguhlah jangan dilepaskan!”
Mu’adz telah menyerahkan seluruh jiwa raga dan nasibnya kepada Allah, hingga tidak suatu pun yang tampak olehnya hanyalah Dia! Tepat sekali gambaran yang diberikan Ibnu Mas’ud tentang kepribadiannya. Katanya. “Mu’adz adalah seorang hamba yang tunduk kepada Allah dan berpegang teguh kepada agama-Nya. Dan kami menganggap Mu’adz serupa dengan Nabi Ibrahim AS.
----------------------------------------------
Tabloid NURANI, 05/qie, Edisi 444 Tahun VIII Minggu III Juli 2009, halaman 26

MENGHORMAT DAN MENGUTAMAKAN PARA ULAMA DAN ORANG TERKEMUKA, SERTA MEMULYAKAN MEREKA (3)


Abu Yahya (Sahel) bin Abi Hatsmah r.a. berkata : Abdullah bin Sahel dan Muhayyishoh bin Mas’ud ke daerah Khaibar pada masa damai maka berpisahlah orang ini. Kemudian ketika Muhayyishoh pergi ke tempat Abdullah bin Sahel mendadak didapatkan telah mati berlumuran darah, Maka segera ditanamnya, dan kembali ke Madinah. Maka Abdurrahman bin Sahel dan Muhayyishoh dan Huwayyishoh Ibn Mas’ud ketiganya pergi kepada Rasulullah s,a,w. dan memberi tahu tentang kejadian itu. Dan ketika Abdurrahman akan bicara Nabi bersabda : KABBIR KABBIR (yang lebih besar dahulu, yang lebih besar dahulu karena Abdurrahman ketika itu yang termuda, maka ia diam sehingga kedua saudara itu (Muhayyishoh, Huwayyishoh) berbicara. Maka setelah Nabi mendengar keterangan kejadian itu bersabda : Beranikah kamu bersumpah yang kemudian berhak menerima diyah (tebusan) untuk orang yang mati itu. (HR. Buchary dan Muslim)
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 321-322.

Jumat, 22 Februari 2013

URUSAN JENAZAH (37)


Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata ; Rasulullah s.a.w. melewati kuburan di Madinah, lalu beliau menghadap kuburan-kuburan itu dan beliau mengucapkan (yang artinya): “Salam sejahtera semoga dilimpahkan atas kalian hai ahli kubur, semoga Allah mengampuni kami dan mengampuni kalian, kalian telah mendahului kami. dan Kamipun akan mengikutimu”. Diriwayatkan oleh Tirmidzi, dan ia berkata : Hadits ini hasan.
-------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Janaiz,  halaman 211-212.

MENGHORMAT DAN MENGUTAMAKAN PARA ULAMA DAN ORANG TERKEMUKA, SERTA MEMULYAKAN MEREKA (2)


Uqbah bin Amru r.a. berkata : Adanya Rasulullah jika akan sholat meratakan, bahu-bahu kami sambil bersabda : Ratakanlah, dan jangan berselisih, niscaya berselisih hatimu, hendaknya mendekat kepadaku orang-orang dewasa dan yang pandai-pandai, kemudian yang berikutnya, kemudian yang berikutnya lagi. (HR. Muslim).

Abdullah bin Mas’ud r,a. berkata : Bersabda Rasulullah s.a,w : Hendaknya mendekat kepadaku orang-orang dewasa dan yang pandai, ahli-ahli pikir. Kemudian berikutnya kemudan berikutnya lagi. Awaslah! Janganlah berdesak-desakan macam orang-orang pasar. (HR. Muslim).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 321.

BERHADAPAN DENGAN MUSUH LAGI


Keesokan harinya setelah peristiwa Uhud — yang terjadi pada malam 16 Syawal (tahun ke 5 Hijrah) — salah seorang muazzin Nabi berseru kepada Muslimin dan mengerahkan mereka supaya bersiap-siap menghadapi musuh dan mengadakan pengejaran. Tetapi yang dimintanya hanya mereka yang pernah turut dalam peperangan itu. Setelah kaum Muslimin berangkat, pihak Abu Sufyan merasa ketakutan sekali, bahwa musuhnya yang dari Medinah itu sekarang datang dengan bantuan baru. Tidak berani ia menghadapi mereka.
Sementara itu Muhammad pun sudah sampai pula di Hamra’l-Asad (sebuah tempat sejauh 8 mil dari Medinah). Sedang Abu Sufyan dan teman-temannya berada di Rauha’. Waktu itu Ma’bad al-Khuza’i lewat dan sebelumnya ia sudah pula lewat di tempat Muhammad dan rombongannya itu. Ia ditanya oleh Abu Sufyan tentu keadaan mereka itu, yang oleh Ma’had — ketika itu ia masih dalam syirik —  dijawab :
“Muhammad dan sahabat-sahabatnya sudah berangkat mau mencari kamu, dalam jumlah yang belum pernah kulihat semacam itu. Orang-orang yang dulunya tidak ikut, sekarang mereka menggabungkan diri dengan dia. Mereka semua terdiri dari orang-orang yang sangat geram kepadamu, orang-orang yang hendak membalas dendam.”
Akan terpikir juga oleh Abu Sufyan bagaimana pula nanti akibatnya apabia ia lari dari Muhammad dan tidak sampai menghadapinya sesudih ia pernah mendapat kemenangan?! Bukankah Quraisy nanti akan dicemooh oleh orang-orang Arab seperti yang pernah diinginkannya akan terjadi demikian terhadap Muhammad dan sahabat-sahahatnya?! Baiklah, misiinya ia kembali menghadapi Muhammad lalu ia dikalahkan oleh Muslimin bukanlah itu berarti bahwa bagi Quraisy sudah tamat riwayatnya dan tidak akan pernah bangun kembali!? Lalu dicarinya suatu helat, diusutnya sebuah kafilah dari suku Abd’l-Qais pergi ke Medinah dengan memberitahukan kepada Muhammad bahwa ia (Abu Sufyan) sudah memutuskan akan berangkat menyerbu, dia dan sahabat-sahabatnya akan digempur dan dikikis habis sampai ke sisa-sisanya. Setelah oleh rombongan pesan itu disampaikan kepada Muhammad di Hamra’‘l-Asad, sedikit pun semangat dan ketabahannya tidak goyah. Bahkan sepanjang malam selama tiga hari itu terus-menerus ia memasang api unggun, sekalian mau menunjukkan kepada Quraisy bahwa ia tetap siap-siaga dan menunggu kedatangan mereka. Akhirnya semangat Abu Sufyan dan orang-orang Quraisy jadi buyar sendiri. Mereka lebih suka bertahan dengan kemenangan di Uhud itu. Kemudian mereka pun kembali pulang menuju arah ke Mekah.
Muhammad juga lalu kembali ke Medinah. Sudah banyak posisi yang dapat diambil kembali setelah tadinya mengalami kegoyahan akibat peristiwa Uhud itu, meskipun kaum munafik mulai pula mengangkat kepala menertawakan kaum Muslimin sambil menanyakan Kalau peristiwa Badr itu merupakan pertanda dari Tuhan atas kerasulan Muhammad, maka dengan peristiwa Uhud itu apa pula konon pertandanya dan apa yang akan jadi alamatnya??!
--------------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 308-309.

Kamis, 21 Februari 2013

RELA DIBENCI IBU DEMI ISLAM


Orang tua Mush’ab,  khususnya ibunya adalah penyembah berhala yang taat. Tidak heran ketika mengetahui anaknya masuk Islam ia pun marah besar. Mush’ab bahkan menurung anaknya itu ke tempat terpencil.
Khunas binti Malik yakni ibunda Mush'ab. seorang yang berkepribadian kuat dan pendiriannya tak dapat ditawar atau diganggu gugat. Ia wanita yang disegani bahkan ditakuti.
Ketika Mush’ab menganut Islam, tiada satu kekuatan pun yang ditakuti dan dikhawatirkannya selain ibunya sendiri, bahkan walau seluruh penduduk Makkah beserta berhala-berhala para pembesar dan padang pasirnya berubah rupa menjadi suatu kekuatan yang menakutkan yang hendak menyerang dan menghancurkannya, tentulah Mush’ab akan menganggap enteng.

KENA MARAH IBU
Tapi tantangan dari ibunya bagi Mush’ab tidak dapat dianggap kecil. Ia pun segera berpikir keras dan mengambil keputusan untuk menyembunyikan keislamannya sampai terjadi sesuatu yang dikehendaki Allah. Demikianlah ia senantiasa bolak-balik ke rumah Arqam menghadiri majlis Rasulullah, sedang hatinya merasa bahagia dengan keimanan dan sedia menebusnya dengan amarah murka ibunya yang belum mengetahui berita keislamannya.
Tetapi, di kota Makkah tiada rahasia yang tersembunyi, apalagi dalam suasana seperti itu. Mata kaum Quraisy berkeliaran di mana-mana mengikuti setiap langkah dan menyelusuri setiap jejak.
Kebetulan seorang yang bernama Utsman bin Thalhah melihat Mush’ab memasuki rumah Arqam secara sembunyi. Kemudian pada hari yang lain dilihatnya pula ia sholat seperti Muhammad S.A.W. Secepat kilat ia mendapatkan ibu Mush’ab dan melaporkan berita yang dijamin kebenarannya.
Berdirilah Mush’ab di hadapan ibu dan keluarganya serta para pembesar Makkah yang berkumpul di rumahnya. Dengan hati yang yakin dan pasti dibacakannya ayat-ayat Al-quran yang disampaikan Rasulullah untuk mencuci hati nurani mereka, mengisinya dengan hikmah dan kemuliaan, kejujuran, dan ketakwaan.

DIKURUNG
Ketika sang ibu hendak membungkam mulut putranya dengan tamparan keras, tiba-tiba tangan yang terulur bagai anak panah itu surut dan jatuh terkulai demi melihat nur atau cahaya yang membuat wajah yang telah berseri cemerlang itu kian berwibawa dan patut diindahkan, menimbulkan suatu ketenangan yang mendorong dihentikannya tindakan.
Karena rasa keibuannya, ibunda Mush ‘ab tak jadi memukul dan menyakiti putranya, tetapi tak dapat menahan diri dari tuntutan untuk membela berhala-berhalanya dengan jalan lain. Dibawalah putranya itu ke suatu tempat terpencil di rumahnya, lalu dikurung dan dipenjarakannya di sana.
Demikianlah beberapa lama Mush’ah tinggal dalam kurungan sampai saat beberapa orang Muslimin hijrah ke Habsyi. Mendengar berita hijrah ini Mush’ab pun mencari muslihat, dan berhasil mengelabui ibu dan penjaga-penjaganua, lalu pergi ke Habsyi melindungkan diri. Ia tinggal di sana bersama saudara-saudaranya kaum Muslimin, lalu pulang ke Makkah.
----------------------------------------------
Tabloid NURANI, 05/qie, Edisi 452 Tahun VIII Minggu II September 2009, halaman 26

URUSAN JENAZAH (36)


Dari Sulaiman bin Buraidah dari ayahnya r.a., ia berkata ; Adalah Rasulullah s.a.w. mengajar mereka apabila mereka datang ke kuburan, supaya mengucapkan (yang artinya): “Salam sejahtera semoga dilimpahkan kepadamu sekalian hai ahli kubur yang beriman dan Islam: dan kalau Allah menghendaki, tentu kami, akan menjumpaimu pula, kami mohon ampun bagi kami dan bagi kamu sekalian”. Diriwayatkan oleh Muslim.
--------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Janaiz,  halaman 211.

MENGHORMAT DAN MENGUTAMAKAN PARA ULAMA DAN ORANG TERKEMUKA, SERTA MEMULYAKAN MEREKA (1)


Abu Mas’ud (Uqbah) bin Amru Albadry Al-Anshary r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. bersabda : Yang berhak menjadi imam, yalah yang lebih pandai dalam kitab Allah, kalau dalam kepandaian itu bersamaan, maka yang lebih mengerti sunnaturrasul, kalau dalam sunnaturrasul bersamaan, maka yang lebih dahulu hijrah, kalau dalam hijrah bersamaan, maka yang lebih tua usianya. Dan jangan mengimami di tempat kekuasaan lain orang, kecuali dengan izinnya. Dan jangan duduk di tempat istimewanya kecuali dengan izinnya. (HR. Muslim).

Dalam lain riwayat ganti : Lebih tua usia, lebih dahulu Islamnya.
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 320.

Rabu, 20 Februari 2013

URUSAN JENAZAH (35)


Dari Abdullah bin Ja’far r.a., ia berkata ; Tatkala datang berita kematian Ja’far karena terbunuh, Rasulullah s.a.w. bersabda : “Hendaklah kalian membuat makanan buat keluarga Ja’far, karena mereka telah ditimpa sesuatu yang menyusahkan mereka”. Dikeluarkan oleh Imam yang Lima (Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, Tirmidzi dan Nasa’i), kecuali Nasa’i.
-------------------------------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Janaiz,  halaman 211.

PENGUBURAN DAN KEMBALI KE MEDINAH


Nabi memerintahkan supaya korban-korban itu dikuburkan di tempat mereka menemui ajalnya dan Hamzah juga dikuburkan. Sesudah itu kaum Muslimin berangkat pulang ke Medinah, di bawah pimpinan Muhammad, dengan meninggalkan 70 orang korban. Kepedihan terasa sekali melecut hati mereka; karena kehancuran yang mereka alami setelah mendapat kemenangan, karena rasa hina serta rendah diri yang menimpa mereka, setelah mendapat sukses yang gilang-gemilang. Semua kejadian itu ialah karena pasukan pemanah sudah melanggar perintah Nabi. Muslimin sudah terlalu sibuk mengurus rampasan perang dari pihak musuh.
Nabi memasuki rumahnya dengan penuh pikiran. Orang-orang Yahudi, orang-orang munafik dan musyrik di Yathrib memperlihatkan perasaan gembira yang luar biasa melihat kehancuran yang dialaminya dan dialami sahabat-sahabatnya itu. Kewibawaan Muslimin di Medinah yang sudah mulai stabil, dan tak ada lagi pihak yang merongrongnya, sekarang sudah hampir pula goncang dan goyah.
Abdullah bin Ubayy bin Salul sudah berbalik dari rombongan itu, ia pulang kembali dari Uhud, tidak ikut serta dalam pertempuran, dengan alasan bahwa karena Muhammad tidak mau menerima pendapatnya, atau karena Muhammad marah kepada orang-orang Yahudi anak buahnya. Sekiranya kekalahan Uhud itu merupakan keputusan terakhir dalam hubungannya antara Muslimin dengan Quraisy yang akan menentukan kedudukan Muhammad dan sahabat-sahabatnya di kalangan Arab, tentu kewibawaan mereka di Yathrib akan goyah dan akan menjadi sasaran ejekan Quraisy. Di mana-mana di seluruh jazirah Arab akan disebarkan pula cemoohan-cemoohan demikian itu. Sekiranya ini jugalah yang terjadi tentu akibatnya akan memberikan keberanian kepada orang-orang musyrik dan penyembah-penyembah berhala terhadap agama Allah. Maka ini berarti suatu bencana besar.
Oleh karena itu harus ada pukulan yang benar-benar berani, yang akan dapat mengurangi beban kekalahan selama di Uhud. akan mengembalikan kekuatan moril Muslimin dan sekaligus dapat menimbulkan kegentaran pada pihak Yahudi dan orang-orang munafik. Dengan demikian kewibawaan Muhammad dan sahabat-sahabatnya di Yathrib akan kembali kuat seperti sediakala.
--------------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 307.

MENGHORMAT KELUARGA RASULULLAH s.a.w. DAN MENERANGKAN KEUTAMAAN MEREKA (2)


Abu Bakr Assiddiq r.a. berrkata : Jagalah kehormatan Nabi Muhammad s.a.w. pada keluarganya. (HR. Buchary)
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 319.

Selasa, 19 Februari 2013

URUSAN JENAZAH (34)


Dari Jabir bahwasanya Nabi s.a.w. bersabda : “Janganlah kalian mengubur mayat-mayat kalian di waktu malam, kecuali kalau kalian terpaksa”. Dikeluarkan oleh Ibnu Majah, dan asalnya dari Muslim, tapi Jabir berkata : “Rasulullah melarang orang mengubur mayat di waktu malam sehingga disholatkan”.
------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Janaiz,  halaman 210-211.

BUKANKAH BENCANA ITU HANYA BERASAL DARI KALBU


Seorang saleh berkata : “Pada suatu ketika aku melihat seseorang sedang beribadah di atas sebuah gunung di Syam. Ketika melihatku, dia segera lari. Aku berkata kepadanya : “Semoga Allah merahmati kamu, apakah manusia akan lari dari manusia sejenismu?” Dia menjawab : “Bukankah bencana itu hanya datang dari kalian? Aku menetap di gunung ini dalam waktu yang lama. Banyak binatang buas yang lewat. Tetapi, hatiku tak pernah merasakan kesepian sedikitpun dan sesungguhnya aku lebih merasa mendapat teman dengan mereka daripada kalian. Karena dunia telah memenuhi hati, tangan, dan kaki kalian. Kalian hanya condong kepada dunia itu. Kalian hanya merasa mendapat teman dengannya. Kalian kesepian ketika kalian kehilangan dunia. Hidup kalian tidak pernah sentosa padanya. Padahal, apabila ia telah lari dari kalian, kalian akan sedih dan cemas. Maka, wahai para pengikut kemalangan dan para budak dunia, marilah menuju kelapangan dan kebahagiaan. Merdekakanlah dirimu dari perbudakan hawa nafsu dengan mengabadikan diri kepada Tuan Yang Maha Tinggi.
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 278-279.

MENGHORMAT KELUARGA RASULULLAH s.a.w. DAN MENERANGKAN KEUTAMAAN MEREKA (1)


Yazid bin Hayyan berkata : Saya bersama Hushoin bin Sabrah dan Amru bin Muslim pergi ke rumah Zaid bin Arqam r.a. Dan ketika kami telah duduk, berkata Hushoin : Zaid kau telah untung besar, telah melihat Rasulullah s.a.w. dan mendengar haditsnya, dan berperang di sampingnya, sungguh kau telah untung hai Zaid, maka ceriterakanlah hai Zaid apa yang kau telah dengar dari Rasulullah s.a.w. Berkata Zaid : Hai anak saudaraku, demi Allah telah tua usiaku, dan lama ditinggalkan oleh Rasulullah s.a.w. dan telah lupa sebagian dari apa yang saya telah dengar dari Rasulullah s.a.w. Karena itu apa yang saya ceriterakan terimalah, dan yang tidak saya ceriterakan jangan kamu memaksa padaku. Kemudian berkata : Pada suatu hari Rasulullah s.a.w. berkhutbah ditempat bernama Khumm diantara Mekkah dan Madinah, maka sesudah memanjatkan puji syukur kepada Allah, Rasulullah memberi nasehat, kemudian bersabda : Amma Ba’du, camkanlah! Hai sekalian manusia, saya hanya seorang manusia yang mungkin telah hampir didatangi oleh utusan Tuhanku (lzrail), maka saya harus pergi meninggalkan kamu. Dan saya meninggalkan pada kamu dua amanat yang berat dan sangat besar. Yang pertama yalah kitab Allah, yang mengandung petunjuk dan cahaya penerangan, maka peganglah dengan kitab Allah dan ambillah hukum daripadanya. Maka Rasulullah selalu menganjurkan tetap berpegang pada kitab Allah. Kemudian bersabda : Dan ahli rumahku aku memperingatkan kamu akan Allah pada ahli rumahku, aku peringatkan kamu akan Allah, pada ahli rumahku (2x) Hushoin bertanya : Siapakah ahli rumah Nabi hai Zaid? Tidakkah isteri-isterinya dan ahli rumahnya? Jawab Zaid : Isterinya termasuk ahli rumahnya, tetapi ahli rumahnya yaitu yang diharamkan sedekah pada mereka. Siapakah mereka itu? Jawab Zaid : Yaitu keluarga Ali, dan Aqil dan Ja’far dan Abbas. Hushoin bertanya : Apakah semua mereka itu diharamkan sedekah pada mereka?. Jawab Zaid: Ya. (HR. Muslim)

Dalam lain riwayat : Ingatlah! saya meninggalkan bagimu dua amanat yang berat dan penting yang satu yalah: Kitab Allah, sebagai tali pegangan yang menuju kepada Allah, siapa yang mengikutinya pasti mendapat hidayat petunjuk, dan siapa mengabaikannya pasti sesat.
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 317-319.

Masjid Al-Hilal Ngawu Playen Gunungkidul

Masjid Al-Hilal Ngawu Playen Gunungkidul 55861
Masjid AL-HILAL
Jl. Playen-Gading km 0,5 Sumberjo
Ngawu Playen Kabupaten Gunungkidul 55861
Daerah Istimewa Yogyakarta

Diresmikan pada tanggal 27 Rabi'ul Awwal 1423 H / 8 Juni 2002 M oleh KH Ansyhary Marzuqy pengasuh Ponpes Nurul Ummah Yogyakarta.

Senin, 18 Februari 2013

URUSAN JENAZAH (33)


Dari Anas r.a ia berkata; “Saya menyaksikan penguburan putri Nabi s.aw., dan beliau duduk di sisi kuburnya, saya melihat air mata meleleh dari dua matanya (beliau menangis)". Diriwayatkan oleh Bukhary.
-------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Janaiz,  halaman 210.

MAYAT-MAYAT MUSLIMIN DIANIAYA


Tetapi istrinya, Hindun binti ‘Utba tidak cukup hanya dengan kemenangan, dan tidak cukup hanya dengan tewasnya Hamzah bin Abd’l-Muttalib, malah bersama-sama dengan wanita-wanita lain dalam rombongannya itu ia pergi lagi hendak menganiaya mayat-mayat Muslimin; mereka memotongi telinga-telinga dan hidung-hidung mayat itu, yang oleh Hindun lalu dipakainya sebagai kalung dan anting-anting. Kemudian diteruskannya lagi, dibedahnya perut Hamzah, dikeluarkannya jantungnya. lalu dikunyahnya dengan giginya; tapi ia tak dapat menelannya. Begitu kejinya perbuatannya itu, begitu juga perbuatan wanita-wanita anggota rombongannya, bahkan kaum prianya pun turut pula melakukan kejahatan serupa itu, sehingga Abu Sufyan sendiri menyatakan lepas tangan dari perbuatan itu. Ia menyatakan, bahwa dia samasekali tidak memerintahkan orang berbuat serupa itu, sekalipun dia sudah terlibat di dalamnya. Bahkan ia pernah berkata, yang ditujukan kepada salah seorang Islam. “Mayat-mayatmu telah mengalami penganiayaan. Tapi aku sungguh tidak senang, juga tidak benci: aku tidak melarang, juga tidak memerintahkan.”

DUKACITA MUHAMMAD TERHADAP HAMZAH
Selesai menguburkan mayat-mayatnya sendiri, Quraisy pun pergi. Sekarang kaum Muslimin kembali ke garis depan guna menguburkan mayat-mayatnya pula. Kemudian Muhammad pergi hendak mencari Hamzah, pamannya. Bilamana kemudian ia melihatnya sudah dianiaya dan perutnya sudah dibedah, ia merasa sangat sedih sekali, sehingga ia berkata :
“Takkan pernah ada orang mengalami malapetaka seperti kau ini. Belum pernah aku menyaksikan suatu peristiwa yang begitu menimbulkan amarahku seperti kejadian itu.” Lalu katanya lagi :
“Demi Allah, kalau pada suatu ketika Tuhan memberikan kemenangan kepada kami melawan mereka, niscaya akan kuaniaya mereka dengan cara yang belum pernah dilakukan oleh orang Arab.”
Dalam kejadian inilah firman Tuhan turun.
“Dan kalau kamu mengadakan pembalasan, balaslah seperti yang mereka lakukan terhadap kamu. Tetapi kalau kamu tabah hati, itulah yang paling baik bagi mereka yang berhati tabah (sabar). Dan hendaklah kau tahankan hatimu, dan ketabahan hatimu itu hanyalah dengan berpegang kepada Tuhan. Jangan pula engkau bersedih hati terhadap mereka, jangan engkau bersesak dada menghadapi apa yang mereka rencanakan itu.“ (QS 16 : 126-127).

Lalu Rasulullah memaafkan mereka, ditabahkannya hatinya dan ia melarang orang melakukan penganiayaan. Diselubunginya jenazah Hamzah itu dengan mantelnya lalu disholatkannya. Ketika itu Shafia binti Abd’l-Muttalib — saudara perempuannya — juga datang. Ditatapnya saudaranya itu, lalu ia pun menyembahyangkannya dan mendoakan pengampunan baginya.
--------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 304-307.

KEUTAMA’AN BERLAKU BAIK TERHADAP BEKAS TEMAN AYAH BUNDA (3)


Anas r.a. berkata : Saya keluar dalam suatu perjalanan bersama Jarir Bin Abdullah Albajaly, maka ia selalu melayani saya. Maka saya berkata : Jangan berbuat demikian. Jawabnya : Sungguh saya telah melihat bagaimana orang-orang Anshor berbuat terhadap Rasulullah s.a.w. sehingga saya bersumpah dalam diriku, tiadalah saya berkawan dengan mereka melainkan saya akan melayani mereka dengan sungguh-sungguh. (HR. Buchary dan Muslim).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 316.

Masjid Wisata Al-Hikmah Pantai Baron Gunungkidul

Masjid Al-Hikmah Pantai Baron Gunungkidul
Masjid Wisata AL-HIKMAH
Pantai Baron Gunungkidul
Daerah Istimewa Yogyakarta

Dibangun oleh PDHI Pusat Yogyakarta mulai tahun 1994 yang pada awalnya hanya sebuah musholla. Dan renovasi pembangunan menjadi masjid diresmikan pada hari Jum'at Kliwon tanggal 26 Sya'ban 1418 H / 26 Desember 1997 M oleh bapak Harsadiningrat selaku Bupati Gunungkidul kala itu.

Minggu, 17 Februari 2013

KEUTAMA’AN BERLAKU BAIK TERHADAP BEKAS TEMAN AYAH BUNDA (2)


‘Aisjah r.a. berkata : Saya tidak cemburu pada seorang pun dari isteri-isteri Nabi s.a.w. sebagaimana cemburuku terhadap Khadijah, padahal saya tidak pernah melihat (bertemu) padanya sama sekali, tetapi Rasulullah selalu menyebut-nyebutnya, bahkan adakalanya menyembelih kambing dan memotong beberapa potong untuk dikirimkan kepada sahabat-sahabat Khadijah, sehingga saya pernah berkata : Seolah-olah di dunia tidak ada perempuan selain Khadidjah. Maka dijawab oleh Nabi : Ia dahulu begini dan begini (menghitung-hitung kebaikan Khadijah) selain dan itu saya telah mendapat anak daripadanya. (HR. Buchary dan Muslim).

Dalam lain riwayat ‘Aisjah berkata : Tidakkah Allah telah menggantikan bagimu yang lebih baik dari Khadijah? Jawab Nabi : Tidak, demi Allah ia telah percaya kepadaku di waktu kaumku masih kafir, ia telah membantu kepadaku pada masa semua orang menghinakan aku, Ia telah memberikan harta kekayaannya kepadaku pada masa kaumku serentak memboikot kepadaku.
Dalam lain riwayat : Biasa jika menyembelih kambing berkata : Kirimlah ke rumah teman-teman Khadijah.
Dalam lain riwayat: Pada suatu hari Halah binti Khuwailid minta izin masuk ke rumah Rasulullah s.a.w. Ketika Rasulullah mendengar suara Halah tiba-tiba merasa terharu karena teringat pada Khadijah, sehingga ia berkata : Ya Allah, inilah Halah binti Khuwailid!
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 315-316.

ASMA’ BINTI ABU BAKAR


Beliau adalah Ummu Abdullah Al-Qurasyiyah At-Tamiyah putri dari seorang laki-laki yang pertama masuk Islam setelah Rasulullah s.a.w., penghulu kaum muslimin yakni Abu Bakar Ash Shidiq r.a., sedangkan ibunya bernama Qatilah binti Abdul Uzza Al-Amiriyah.
Asma” adalah ibu dari sahabat seorang pejuang yang bernama Abdullah bin Zubeir. Beliau adalah saudari dari Ummul mukminin ‘Aisyah yang mana usia beliau lebih tua belasan tahun daripada ‘Aisyah. Beliau adalah wanita muhajirah yang paling akhir wafat.
Asma’ masuk Islam setelah ada tujuh orang yang masuk Islam. Beliau membai’at Nabi dan beriman kepadanya dengan iman yang kuat. Di antara tanda baiknya Islam beliau adalah tatkala ibunya yang bernama Qatilah (telah diceraikan oleh Abu Bakar tatkala jaman Jahiliyah) mendatanginya dan mengunjunginya, beliau enggan menemuinya dan menolak hadiah darinya. Di dalam Shahihain dari Asma’ binti Abu Bakar berkata : “Ibuku mendatangiku sedangkan dia masih musyrik pada zaman Rasulullah s.a.w., maka saya meminta fatwa kepada Rasulullah s.a.w. Aku berkata : “Sesungguhnya ibuku mendatangi diriku dengan penuh harap, apakah aku boleh berhubungan dengannya?” Maka Rasulullah s.a.w. bersabda : “Ya berhubunganlah dengan ibumu.” (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari IIII/142 dalam Al-Hibah pada bab Hadiah Bagi Orang-Orang Musyrik dan Firman Allah Ta’ala : “Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang, berbuat adil.” (Al-Mumtahanah : 8). Diriwayatkan pula oleh Muslim dalam Zakat no.1003)
Adapun beliau dipanggil dengan “Dzatun Nithaqain” (pemilik dua ikat pinggang) karena beliau pernah membelah ikat pinggangnya menjadi dua untuk mempermudah baginya dalam membawa dan menyembunyikan makanan dan minuman yang akan beliau kirim ke gua Tsur untuk Rasulullah tatkala beliau hijrah. Manakala Rasulullah s.a.w. melihat apa yang telah dilakukan oleh Asma’ terhadap ikat pinggangnya tersebut maka beliau memberi julukan kepadanya “Dzatun Nithaqain” (pemilik dua ikat pinggang). Riwayat tentang pemberian nama Asma’ dengan gelar Dzatun Nithaqain diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam Al-Manakib pada bab Hijrah Nabi s.a.w. dan Para Sahabatnya ke Madinah IV/258. Diriwayatkan pula oleh Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqat VIII / 250.
Ketika Rasulullah berhijrah dari Makkah menuju Madinah dengan ditemani oleh Abu Bakar yang membawa seluruh hartanya yang berjumlah 5.000 atau 6.000 dinar, maka datanglah kakeknya yang bernama Abu Quhafah yang telah hilang penglihatannya seraya berkata : Sesungguhnya Abu Bakar itu hendak mencelakakan kalian dengan membawa seluruh harta dan jiwanya.” Maka tiadalah yang diperbuat oleh seorang gadis yang suci dan pemberani tersebut melainkan berkata : “Jangan begitu... beliau telah meninggalkan bagi kita harta yang baik dan yang banyak. Kemudian beliau mengambil batu-batu dan beliau letakkan di lubang dinding lalu beliau tutupi dengan kain dan beliau pegang tangan kakeknya lalu beliau sentuhkan tangan kakeknya pada kain tersebut sambil berkata : “Inilah yang beliau tinggalkan buat kita.” Abu Quhafah berkata : “Jika dia telah meninggalkan bagi kalian barang-barang ini ya sudah.” Dengan hal itu beliau telah meredam kemarahan kakeknya, menenangkan fikirannya dan menentramkan hatinya. (Lihatlah Al-Khabar dalam Sirah Nabwaiyah oleh Ibnu Hisyam I/488. Imam Adz-Dzahabi menukil darinya dalam Siyaru A‘lam An-Nubala’ II/288 sedangkan Syeik Al-Syu’aib Al-Arnuth telah mengisyaratkan akan shahihnya sanad dari riwayat tersebut)
Ketika masih kecil Dzatun Nithaqain telah menghadapi gangguan dari musuh Allah Abu Jahal yang datang kepadanya untuk memaksanya agar memberitahukan rahasia tempat ayahnya. Akan tetapi beliau tetap menjaga tanggung jawab sekalipun masih berusia muda, beliau menyadari bahwa satu kata yang keluar dari mulutnya bisa menyebabkan bahaya besar menimpa Rasulullah s.a.w. dan ayahnya, maka beliau hanya diam dan tidak ada kalimat yang keluar dari mulutnya selain, “Aku tidak tahu.” Maka si musuh Allah akhirnya menampar beliau dengan tamparan yang keras hingga jatuh anting-antingnya, kemudian meninggalkan beliau dan pergi dengan menyimpan kejengkelan menghadapi gadis yang dianggap keras kepala tersebut. (Lihat Sirah Ibnu Hisyam I/ 487)
Begitulah kelakuan orang yang kejam pada setiap masa, manakala tidak bisa memukul dan membunuh laki-laki, mereka memukul wanita dan anak-anak.
Tidak lama kemudian Asma’ menyusul ke negeri hijrah dan di sanalah beliau melahirkan Abdullah, anak pertama yang dilahirkan dalam Islam.
Sungguh Dzatun Nithaqain telah memberikan contoh hidup dan teladan yang baik dalam hal sabar menghadapi kesulitan hidup dan serba kekurangan, senantiasa berusaha taat kepada suami dan menjaga keridhaan suaminya. Telah disebutkan di dalam hadits yang shahih beliau berkata : “Zubeir menikahiku sedangkan dia tidak memiliki apa-apa kecuali  kudanya. Akulah yang mengurusnya dan memberinya makan, dan aku pula yang mengairi pohon kurma, mencari air dan mengadon roti. Aku juga mengusung kurma yang dipotong oleh Rasulullah dan tanahnya Zubeir yang aku sunggi di atas kepalaku sejauh dua pertiga farsakh (kira-kira 2 km). Pada suatu hari tatkala saya sedang mengusung kurma di atas kepala, saya bertemu dengan Rasulullah bersama seseorang. Beliau bersabda “ikh… ikh…” (ucapan untuk menghentikan kendaraan) dengan maksud agar aku naik kendaraan di belakangnya namun saya merasa malu dan saya ingat Zubeir dan rasa cemburunya, maka beliau berlalu. Tatkala saya sampai di rumah, aku kabarkan hal itu kepada Zubeir lalu dia berkata : “Demi Allah engkau mengusung kurma tersebut lebih berat bagiku dan pada engkau mengendarai kendaraan bersama beliau.” Kemudian Asma’, berkata : “Sampai akhirnya Abu Bakar mengirim pembantu setelah itu, sehingga saya merasa cukup untuk mengurusi kuda, seakan-akan dia telah membebaskanku .“ (Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam An-Nikah pada bab “Cemburu” VI / 156, Muslim dalam As-Salam pada bab “Diperbolehkannya Memboncengkan Wanita Yang Bukan Mahram apabila dia Kelelahan di Jalan” no. 2182
Setelah semua kesabaran itu hasilnya adalah beliau dan suaminya mendapatkan banyak nikmat, akan tetapi beliau tidak sombong dengan kekayaannya. Bahkan beliau adalah seorang yang dermawan dan pemurah dan tidak suka menyimpan sesuatu untuk besok. Apabila sakit, beliau menunggu hingga sembuh kemudian beliau merdekakan semua budak yang dia miliki serta berkata pada anak-anaknya, “Berinfaklah dan bersedekahlah dan janganlah kalian menunggu banyaknya harta.” (Lihat Ath-Thabaqat Ibnu Sad VIII/ 251 dan seterusnya. 
Asma’ r.a. adalah seorang wanita yang pemberani tidak takut celaan dari orang yang suka mencela di jalan di Allah. Beliau juga menyertai perang Yarmuk dan beliau berperang sebagaimana layaknya para pejuang.
Tatkala banyaknya pencuri di Madinah pada masa Sa’id bin Ash, beliau mengambil pisau dan beliau letakkan di bawah kepalanya. Tatkala beliau ditanya, apa yang akan anda perbuat dengan pisau itu? Beliau menjawab, “Apabila ada pencuri masuk ke rumahku maka akan aku robek perutnya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dalam Ath-Thabaqaf VIII/ 253 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak IV/ 64)
Adapun tentang kebulatan tekad dan kebesaran jiwa yang dimiliki oleh Asma’ kita dapat mengenalinya dari nasehat beliau kepada putranya yakni Abdullah pada saat Abdullah menemui beliau untuk meminta pertimbangan tatkala Hajjaj mengepung Makkah. Ketika itu Asma’ telah berusia senja mendekati 100 tahun. Abdullah berkata : “Wahai ibu sungguh orang-orang telah menghinaku bahkan keluargaku dan anakku, sehingga tiada lagi yang bersamaku melainkan sedikit yang mereka tidak kuasa melawan, sedangkan ada kaum yang menawariku dengan dunia, maka bagaimana pendapat ibu?” Dalam menghadapi ujian yang sulit bagi seorang ibu tersebut hilanglah rasa lemah dan menguatlah rasa wibawa dan kemuliaan beliau berkata kepada putranya : “Adapun engkau wahai anakku, lebih mengetahui terhadap dirimu. Jika kamu mengetahui bahwa engkau di atas kebenaran dan mengajak kepada kebenaran, maka kerjakanlah. Sungguh telah terbunuh sahabat-sahabatmu karenanya, sedangkan tidak mungkin kau dipermainkan oleh anak-anak Bani Umayah. Jika engkau hanya menginginkan dunia, maka seburuk-buruk hamba adalah engkau, dan berarti kamu telah membinasakan dirimu sendiri, dan telah membinasakan orang yang berperang bersamamu.”
Abdullah berkata : Demi Allah ini adalah pendapat yang bagus wahai ibu, akan tetapi saya takut jika penduduk Syam membunuhku dan mencincang tubuhku lalu menyalibku.” Maka sang ibu menjawab, “Wahai anakku... sesungguhnya kambing tidak lagi merasakan sakit dipotong-potong tubuhnya setelah disembelih. Maka berangkatlah dengan bashirahmu dan mintalah pertolongan kepada Allah.” Tatkala Asma’ menjumpai Abdullah untuk mengucapkan perahan dan merangkulnya, beliau memegang baju besi yang dikenakan anaknya dan berkata : “Apa ini wahai Abdullah apa yang kamu kehendaki?” Maka ditanggalkanlah baju besi tersebut dan keluarlah Abdullah untuk berperang dan beliau senantiasa teguh dan berani dalam menyerang musuh hingga beliau terbunuh. Hajjaj memerintahkan pasukannya agar mayat beliau disalib. Kemudian dia mendatangi Asma’ dan berkata : “Wahai ibu sesungguhnya Amirul Mukminin telah berwasiat kepadaku agar menanyakan kebutuhan anda.” Beliau menjawab, “Aku bukanlah ibumu akan tetapi ibu dari orang yang disalib di atas pohon (Abdullah). Adapun aku tidak memiliki keperluan apa-apa selain aku beritahukan kepadamu bahwa aku telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : “Akan muncul di Tsaqif seorang pendusta dan seorang perusak. Adapun sang pendusta kita telah mengetahuinya, sedangkan seorang perusak itu adalah kamu.” 
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa tatkala Hajjj menemui Asma’ r.a. dia berkata dengan sombong, “Bagaimana pendapan tentang apa yang telah aku perbuat terhadap anakmu wahai Asma’? Asma’ menjawab dengan tenang, “Engkau telah merusak dunianya, namun dia (Abdullah) telah merusak akheratmu.” (lihat Ath- Thabaqaf Ibnu Sa’ad VIII/ 254, Al-Musfadrak IV/ 64, Siyaru A’lam An-Nubala’ Adz-Dzahabi 11/293 dan Tarikhul Islam oleh Imam Adz-Dzahabi juga III / 136)
Asma’ wafat di Makkah beberapa hari setelah terbunuhnya putra beliau Abdullah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Sa’ad. Adapun terbunuhnya Abdullah pada tanggal 17 Jumadil ‘ula tahun 73 Hijriyah. Tak ada satupun gigi beliau yang telah tanggal, akalnyapun masih jernih dan belum pikun (padahal telah berumur seratus tahun).
Semoga Allah merahmati Asma’ Dzatun Nithaqain karena beliau berhak untuk menjadi teladan yang diikuti dan juga contoh yang baik untuk ditiru.
-------------------------------------------------------
NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 151 – 156

URUSAN JENAZAH (32)


Dari Sa’id Alkhudriyyi r.a., ia berkata : Rasulullah melaknat wanita-wanita yang meratapi (mayat) dan yang sengaja mendengarkan ratapan itu”. Dikeluarkan oleh Abu Daud.

Dari 'Ummu Athiyah r.a., ia berkata ; Rasulullah s.a.w. telah mengambil (membuat perjanjian) atas kami supaya kami tidak meratap”. Muttafaq ‘alaih.
--------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Janaiz,  halaman 209-210.

Sabtu, 16 Februari 2013

KEUTAMA’AN BERLAKU BAIK TERHADAP BEKAS TEMAN AYAH BUNDA (1)


Ibn Umar r.a. berkata : Bersabda Nabi s.a.w. : Sesungguhnya termasuk dari bakti, kalau seorang menghubungi teman-teman ayahnya.

Abdullah bin Dinar berkata Abdullah bin Umar bertemu dengan seorang Badwi dijalan Mekkah, maka sesudah Abdullah ibn Umar memberi salam, mempersilahkan Badwi itu mengendarai kudanya dan diberinya sorban yang dipakainya. Abdullah bin Dinar berkata : Semoga Allah menambah kebaikan bagimu, biasa orang Badwi itu cukup sedikit saja kalau memberi mereka. Jawab Abdullah bin Umar : Ayah orang ini dahulu sahabat karib dari Umar bin Alkhotthab r.a. dan saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Sebaik-baik bakti yalah menghubungi kawan-kawan ayahnya.
Abdullah bin Umar, biasa jika keluar ke Mekkah membawa himar, dan apabila merasa jemu mengendarai unta maka ia mengendarai himar. Dan pada suatu hari ketika ia sedang mengendarai himarnya, mendadak bertemu pada seorang Badwi, maka ditanya : Bukankah kau si Fulan bin Fulan?
Jawabnya : Benar. Maka diberikan himar dan diberikan sorban yang dipakainya. Maka ditegur oleh kawan-kawannya : Semoga Allah mengampunkan kepadamu, mengapa kauberikan himar dan sorban kepada si Badwi itu? Jawabnya : Saya telah mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda : Sesungguhnya sebaik-baik bakti yalah menghubungi bekas kawan-kawan ayah, sepeninggalnya. Dan ayah orang ini dahulu teman (ayahku) Umar. (HR. Muslim).

Abu Usaid (Malik) bin Rabi’ah Assa’idy r.a. berkata : Ketika kami duduk di sisi Rasulullah s.a.w. mendadak datang seorang dari Bani Salimah dan bertanya : Ya Rasulullah, apakah masih ada jalan untuk berbakti terhadap kedua ayah-bundaku sesudah mati keduanya? Jawab Nabi : Ya. Menyembahyangkan atasnya, dan membacakan istighfar untuk keduanya, dan melaksanakan janji (wasiyatnya), Dan menhubungi keluarga yang tidak dapat dihubungi, melainkan karena keduanya, dan menghormat teman-teman keduanya. (HR. Abu Dawud).
-------------------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 313-315.

BERSEDIA MATI MEMBELA RASUL


Pada waktu itu juga Muslimin berkumpul di sekitar mereka. Dalam membela Rasul dan menjaga keselamatannya, mereka bersedia mati. Hari itu menjelang tengah hari, Umm ‘Umara (Namanya Nasiba, istri Zaid bin ‘Ashim). — seorang wanita Anshar berangkat pula membawa air berkeliling dengan mrmbagi-bagikan air kepada Muslimin yang sedang berjuang itu. Setelah melihat Muslimin, terpukul mundur, dilemparkannya tempat air itu dan dengan menghunus pedang wanita itu terjun pula ikut bertempur, ikut melindungi Muhammai dengan pedang dan dengan melepaskan anak panah, sehingga karenana dia sendiri mengalami luka-luka. Sementara Abu Dujana membuat dirinya sebagai perisai melindungi Rasulullah, dengan membungkukkan punggungnya, sehingga lemparan anak panah musuh mengenai dirinya. Sedang di samping Muhammad Sad bin Abi Waqqash melepaskan pula panahnya dan Muhammad memberikan anak panah itu seraya berkata: “ Lepaskan (anak panah itu). Kupertaruhkan ibu-bapaku untukmu.”
Sebelum itu Muhammad melepaskan sendiri anak panahnya, sampai-sampai ujung husurnya itu patah.
Adapun mereka yang mengira Muhammad telah tewas — termasuk di antara mereka itu Abu Bakr dan Umar — pergi ke arah gunung dan mereka ini sudah pasrah. Hal ini diketahui oleh Anas bin’n-Nadzr yang lalu berkata kepada mereka :
“Kenapa kamu duduk-duduk di sini?”
“Rasulullah sudah terbunuh,” jawab mereka.
“Perlu apa lagi kita hidup sesudah itu? Bangunlah! Dan biarlah kita juga mati untuk tujuan yang sama.”
Kemudian ia maju menghadapi musuh. Ia bertempur mati-matian, bertempur tiada taranya. Akhirnya ia baru menemui ajalnya setelah mengalami tujuh puluh pukulan musuh; sehingga ketika itu orang tidak dapat lagi mengenalnya, kalau tidak karena saudara perempuannya yang datang dan dapat mengenal dia dari ujung jarinya.
Karena sudah percaya sekali akan kematian Muhammad, bukan main girangnya pihak Quraisy waktu itu, Abu Sufyan pun sibuk pula mencarinya di tengah-tengah para korban. Soalnya ialah mereka yang telah menjaga keselamatan Rasulullah tidak membantah berita kematiannya itu, sebab memang diperintahkan demikian oleh Rasul, dengan maksud supaya pihak Quraisy jangan sampai memperbanyak lagi jumlah pasukannya yang berarti akan memberikan kemenangan kepada mereka.
Akan tetapi tatkala Ka’b bin Malik datang mendekati Abu Dujana dan anak buahnya, ia segera mengenal Muhammad waktu dilihatnya sinar matanya yang berkilau dari balik topi besi penutup mukanya itu. Ia memanggil-manggil dengan suara yang sekeras-kerasnya :
“Saudara-saudara kaum Muslimin! Selamat, selamat! ini Rasulullah!”

Ketika itu Nabi memberi isyarat kepadanya supaya diam. Tetapi begitu Muslimin mengetahui hal itu, Nabi segera mereka angkat dan ia pun berjalan pula bersama mereka ke arah celah bukit didampingi oleh Abu Bakr, Umar, Ali bin Abi Talib, Zubair bin’l-’Awwam dan yang lain. Teriakan Ka’b itu pada pihak Quraisy juga ada pengaruhnya. Memang benar, bahwa sebagian besar mereka tidak mempercayai teriakan itu, sebab menurut anggapan mereka itu hanya untuk memperkuat semangat kaum Muslimin saja. Tetapi dari mereka itu ada juga yang lalu segera pergi mengikuti Muhammad dan rombongannya itu dari belakang. Ubayy bin Khalaf kemudian dapat menyusul mereka, dan lalu bertanya :
“Mana Muhammad? Aku tidak akan selamat kalau dia yang masih selamat,” katanya.
Waktu itu juga oleh Rasul ia diletaknya dengan tombak Harith bin ‘sh Shimma demikian rupa, sehingga ia terhuyung-huyung di atas kudanya dan kembali pulang untuk kemudian mati di tengah jalan.
Sesampainya Muslimin di ujung bukit itu, Ali pergi lagi mengisi air ke dalam perisai kulitnya. Darah yang di wajah Muhammad dibasuhnya serta menyirami kepalanya dengan air. Dua keping pecahan rantai besi penutup muka yang menembus wajah Rasul itu oleh Abu ‘Ubaida bin’l-Jarrah dicabut sampai dua buah gigi serinya tanggal.
Selama mereka dalam keadaan itu tiba-tiba Khalid bin’l-Walid dengan pasukan berkudanya sudah berada di atas bukit. Tetapi Umar bin’l-Khattab dengan beberapa orang sahabat Rasul segera menyerang dan berhasil mengusir mereka. Sementara itu orang-orang Islam sudah makin tinggi mendaki gunung. Tetapi keadaan mereka sudah begitu payah, begitu letih tampaknya, sampai-sampai Nabi melakukan salat lohor sambil duduk — juga karena luka-luka yang dideritanya, — demikian juga kaum Muslimin yang lain melakukan salat makmum di belakangnya, sambil duduk pula.
Sebaliknya pihak Quraisy dengan kemenangannya itu mereka sudah girang sekali. Terhadap peristiwa perang Badr mereka merasa sudah sungguh-sungguh dapat membalas dendam. Seperti kata Abu Sufyan :
“Yang sekarang ini untuk peristiwa perang Badr. Sampai jumpa lagi tahun depan!”
--------------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 301-304.

URUSAN JENAZAH (31)


Dari Abu Hurairah r.a. ; “Bahwasanya Rasulullah s.a.w. melaknat wanita-wanita yang ziarah kubur”. Dikeluarkan oleh Tirmidzi dan disahkan oleh Ibnu Hibban. 

Larangan dalam hadits ini ialah sebelum diperbolehkan ziarah kubur tetapi sesudah membolehkan ziarah kubur dengan umum dan Aisyah pernah menziarahi kubur Abdurrahman bin Abubakar (saudaranya) di Mekkah dan pernah bertanya kepada Nabi s.a.w. tentang apa yang harus diucapkan tatkala ziarah kubur.
------------------------------------------
Tarjamah BULUGHUL MARAM, Ibnu Hajar Asqalany, Penerbit : PT. Alma’arif Bandung, Cetakan ke tujuh, 1984, Bab Kitabul Janaiz,  halaman 209.

ZUHUD DAN WARA’

Pada waktu Amirul Mukminin Umar bin Khaththab mengunjungi kota Homs, datanglah kepadanya penduduk Homs dengan mengadukan tentang empat perbuatan gubernur mereka, Sa’id bin Amir, yang tidak mereka sukai. Dia tidak mau menghadapi mereka kecuali apabila sudah tengah hari, dia tidak mau menerima rakyat pada malam hari, sehari dalam satu bulan dia selalu menutup diri dari rakyatnya, sedangkan pada waktu-waktu tertentu dia pingsan. Ketika Umar bertanya kepada Sa’id bin Amir tentang hal-hal yang dilakukannya, dia menjawab bahwa dia mengadoni dan memasak makanan sendiri kemudian berangkat ke kantornya, dia menjadikan siang harinya untuk manusia dan malam harinya untuk beribadah kepada Allah, dia mencuci pakaiannya satu kali dalam sebulan kemudian menuggu kain tersebut sampai kering dalam satu hari. Adapun tentang sebab pingsan yang kadangkala menyerangnya, Sa’id berkata : “ Dahulu aku adalah seorang yang musrik dan aku menyaksikan peristiwa terbunuhnya Mash’ab bin Khubaib al-Anshari di Mekah. Ketika itu, kaum Quraisy telah mencincang dagingnya kemudian mereka membawa ke tiang salib. Lalu mereka berkata : “Apakah kamu mau agar Muhammad menjadi penggantimu dalam hukuman ini?” Dia menjawab : “Demi Allah, aku tidak merelakan apabila diriku, istriku dan anak-anakku dalam keadaan baik sementara Muhammad tertusuk duri.” Kemudian dia meneriakkan nama Muhammad. Oleh karena itu, apabila aku teringat peristiwa itu sekarang ini dan sikapku dalam membiarkan Khubaib ketika aku belum beriman kepada Allah Yang Maha Benar, maka aku mengira bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa-dosaku dan aku pingsan karenanya.”
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 205-206.