"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Rabu, 27 Februari 2013

POLITIK MUHAMMAD SESUDAH UHUD

Pihak Muslimin melihat keadaan Medinah itu sudah terasa banyak sekali mengalami perubahan, meskipun kekuasaan Muhammad di kota itu tetap di atas. Dalam pada itu Nabi as. merasa, bahwa keadaan memang sudah sangat genting dan gawat sekali, bukan hanya dalam kota Medinah saja, bahkan juga sudah melampauj sampai kepada kabilah-kabilah Arab lainnya, yang memang sudah merasa ketakutan. Peristiwa Uhud membawa perasaan lega kepada mereka, sehingga terpikir oleh mereka itu hendak menentangnya lagi dan mengadakan perlawanan. Oleh karena itu ia ingin sekali mengikuti berita-berita sekitar penduduk Medinah dan kalangan Arab umumnya, yang kiranya akan memberikan suatu kemungkinan menempatkan kembali kedudukan, kekuatan dan kewibawaan Muslimin ke dalam hati mereka.
Berita pertama yang sampai kepadanya sesudah peristiwa Uhud ialah bahwa Tulaiha dan Salama bin Khuailid dua bersaudara — dan keduanya waktu itu yang memimpin Banu Asad — sedang mengerahkan masyarakatnya dan mereka yang mau menaatinya, untuk menyerang Medinah dan menyerbu Muhammad sampai ke dalam rumahnya sendiri dengan maksud memperoleh keuntungan dan merampas ternak Muslimin yang dipelihara di ladang-ladang sekeliling kota itu. Yang menyebabkan mereka berani berbuat begitu ialah karena anggapan bahwa Muhammad dan teman-temannya masih menderita karena telah mengalami pukulan hebat selama di Uhud.

PASUKAN ABU SALAMA
Berita itu terbetik juga oleh Nabi. Ia segera memanggil Abu Salama bin Abd’l-Asad yang lalu diserahi pimpinan pasukan yang terdiri dari 150 orang, termasuk Abu ‘Ubaida bin’l-Jarrah, Sa’d bin Abi Waqqash dan Usaid bin Hudzair. Mereka diperintahkan supaya berjalan pada malam hari dan siangnya bersembunyi dengan menempuh jalan yang tidak biasa dilalui orang, supaya jangan ada orang yang mengenal jejak mereka. Dengan demikian mereka akan dapat menyergap musuh dengan cara yang tiba-tiba sekali. Perintah ini oleh Abu Salama dilaksanakan. Ia berhasil menyerbu musuh dalam keadaan tidak siap. Dalam pagi buta mereka sudah terkepung. Dikerahkannya anak buahnya dalam menghadapi perjuangan itu. Tetapi pihak musyrik sudah tak dapat bertahan lagi. Dua pasukan segera dikirim mengejar mereka dan merebut rampasan perang yang ada. Ia dan anak buahnya menunggu di tempat itu sambil menantikan pasukan pengejar itu kembali membawa rampasan perang.
Setelah seperlima rampasan itu dikeluarkan untuk Tuhan, untuk Rasul, orang miskin dan orang yang dalam perjalanan, selebihnya mereka bagi sesama mereka, lalu mereka kembali ke Medinah dengan sudah membawa kemenangan. Kewibawaan yang karena peristiwa Uhud itu terasa sudah agak berkurang, kini mulai kembali lagi. Hanya saja Abu Salama sendiri hidup tidak lama lagi sesudah ekspedisi itu. Ia menderita luka-luka akibat perang Uhud dan luka-lukanya itu belum sembuh benar kecuali yang tampak dari luar saja. Tetapi sesudah ia bekerja keras lukanya itu terbuka dan kembali mengucurkan darah, yang diderita terus sampai meninggalnya.

PASUKAN ABDULLAH BIN ‘UNAIS
Sesudah itu kemudian sampai pula berita kepada Muhammad bahwa Khalid bin Sufyan bin Nubaih al-Hudhali yang tinggal di Nakhla atan di ‘Urana telah mengumpulkan orang pula hendak menyerangnya Mendengar ini Muhammad segera mengutus Abdullah bin ‘Unais meneliti dan mencek kebenaran berita tersebut. Abdullah berjalan menuju ke tempat Khalid, yang ketika itu dijumpainya ia sedang berada di rumah bersama dengan istri-istrinya.
“Siapa kamu”, tanya Khalid setelah Abdullah sampai.
“Saya dari golongan Arab juga,” jawabnya. “Mendengar tuan mengumpulkan orang hendak menyerang Muhammad maka saya datang kemari.”
Khalid berterus-terang bahwa ia memang sedang mengumpulkan orang hendak menyerang Medinah. Setelah Abdullah melihat sekarang ia; seorang diri jauh dari anak-buahnya — kecuali istri-istrinya — dicarinya jalan supaya ia mau berjalan bersama-sama Begitu ia mendapat kesempatan dihantamnya orang itu dengan pedangnya dan dia pun menemui ajalnya Dibiarkannya dia di tangan istri-istrinya yang berkerumun menangisinya. Sekembalinya ke Medinah disampaikannya berita itu kepada Rasul.
Setelah kematian pemimpinnya itu, Banu Lihyan sebagai cabang Hudhail yang selama beberapa waktu tenang-tenang saja, sekarang mulai terpikir akan mengadakan pembalasan dengan suatu tipu-muslihat
Pada waktu itulah kabilah yang berdekatan itu mengutus rombongan kepada Muhammad dengan mengatakan : Di kalangan kami ada beberapa orang Islam. Kirimkanlah beberapa orang sahahat tuan bersama kami. yang akan dapat kelak mengajarkan hukum agama dan Quran kepada kami.
--------------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 310-312.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar