Ketika itu juga Hamzah bin Abd’l-Muttalib berteriak, membawa teriakan perang Uhud :
“Mati, mati!” Lalu ia terjun ke tengah-tengah tentara Quraisy itu. Ketika itu Talha bin Abi Talha, yang membawa bendera tentara Makkah berteriak pula : “Siapa yang akan duel?”
Lalu Ali bin Abi Talib tampil menghadapinya. Dua orang dari dua barisan itu bertemu. Cepat-cepat Ali memberikan satu pukulan, yang membuat kepala lawannya itu belah dua. Nabi merasa lega dengan itu. Ketika itu juga kaum Muslimin bertakbir dan melancarkan serangannya. Dengan pedang Nabi di tangan dan mengikatkan pita maut di kepala, Abu Dujana pun terjun ke depan. Dibunuhnya setiap orang yang dijumpainya. Barisan orang-orang musyrik jadi kacau-balau. Kemudian ia melihat seseorang sedang mencencang-cencang sesosok tubuh manusia dengan keras sekali. Diangkatnya pedangnya dan diayunkannya kepada orang itu. Tetapi ternyata orang itu adalah Hindun binti ‘Utha. Ia mundur. Terlalu mulia rasanya pedang Rasul akan dipukulkan kepada seorang wanita.
Dengan secara keras sekali pihak Quraisy pun menyerbu pula ki tengah-tengah pertempuran itu. Darahnya sudah mendidih ingin menuntut balas atas pemimpin-pemimpin dan pemuka-pemuka mereka yang sudah tewas setahun yang lalu di Badr. Dua kekuatan yang tidak seimbang itu, baik jumlah orang maupun perlengkapan, sekarang berhadap-hadap. Kekuatan dengan jumlah yang besar ini motifnya adalah balas-dendam yang sejak perang Badr tidak pernah reda. Sedang jumlah yang lebih kecil motifnya adalah : pertama mempertahankan akidah, mempertahankain iman dan agama Allah; kedua mempertahankan tanah air dan segala kepentingannya. Mereka yang menuntut bela itu terdiri dari orang-orang yang lebih kuat dan jumlah pasukan yang lebih besar. Di belakang mereka itu kaum wanita turut pula mengobarkan semangat. Tidak sedikit di antara mereka yang membawa budak-budak itu menjanjikan akan memberikan hadiah yang besar apabila mereka dapat membalaskan dendam atas kematian seorang hapa, saudara, suami atau orang-orang yang dicintai lainnya, yang telah terbunuh di Badr, Hamzah bin Abd’l-Muttalib adalah seorang pahlawan Arab terbesar dan paling berani. Ketika terjadi perang Badr dialah yang telah menewaskan ayah dan saudara Hindun, begitu juga tidak sedikit orang-orang yang dicintainya yang telah ditewaskan. Seperti juga dalam perang Badr, dalam perang Uhud ini pun Hamzah adalah singa dan pedang Tuhan yang tajam. Ditewaskannya Arta bin Abd Syurahbil, Siba bin ‘Abd’l-’Uzza al-Ghubsyani, dan setiap musuh yang dijumpainya nyawa mereka tidak luput dan renggutan pedangnya.
--------------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 296-297.
“Mati, mati!” Lalu ia terjun ke tengah-tengah tentara Quraisy itu. Ketika itu Talha bin Abi Talha, yang membawa bendera tentara Makkah berteriak pula : “Siapa yang akan duel?”
Lalu Ali bin Abi Talib tampil menghadapinya. Dua orang dari dua barisan itu bertemu. Cepat-cepat Ali memberikan satu pukulan, yang membuat kepala lawannya itu belah dua. Nabi merasa lega dengan itu. Ketika itu juga kaum Muslimin bertakbir dan melancarkan serangannya. Dengan pedang Nabi di tangan dan mengikatkan pita maut di kepala, Abu Dujana pun terjun ke depan. Dibunuhnya setiap orang yang dijumpainya. Barisan orang-orang musyrik jadi kacau-balau. Kemudian ia melihat seseorang sedang mencencang-cencang sesosok tubuh manusia dengan keras sekali. Diangkatnya pedangnya dan diayunkannya kepada orang itu. Tetapi ternyata orang itu adalah Hindun binti ‘Utha. Ia mundur. Terlalu mulia rasanya pedang Rasul akan dipukulkan kepada seorang wanita.
Dengan secara keras sekali pihak Quraisy pun menyerbu pula ki tengah-tengah pertempuran itu. Darahnya sudah mendidih ingin menuntut balas atas pemimpin-pemimpin dan pemuka-pemuka mereka yang sudah tewas setahun yang lalu di Badr. Dua kekuatan yang tidak seimbang itu, baik jumlah orang maupun perlengkapan, sekarang berhadap-hadap. Kekuatan dengan jumlah yang besar ini motifnya adalah balas-dendam yang sejak perang Badr tidak pernah reda. Sedang jumlah yang lebih kecil motifnya adalah : pertama mempertahankan akidah, mempertahankain iman dan agama Allah; kedua mempertahankan tanah air dan segala kepentingannya. Mereka yang menuntut bela itu terdiri dari orang-orang yang lebih kuat dan jumlah pasukan yang lebih besar. Di belakang mereka itu kaum wanita turut pula mengobarkan semangat. Tidak sedikit di antara mereka yang membawa budak-budak itu menjanjikan akan memberikan hadiah yang besar apabila mereka dapat membalaskan dendam atas kematian seorang hapa, saudara, suami atau orang-orang yang dicintai lainnya, yang telah terbunuh di Badr, Hamzah bin Abd’l-Muttalib adalah seorang pahlawan Arab terbesar dan paling berani. Ketika terjadi perang Badr dialah yang telah menewaskan ayah dan saudara Hindun, begitu juga tidak sedikit orang-orang yang dicintainya yang telah ditewaskan. Seperti juga dalam perang Badr, dalam perang Uhud ini pun Hamzah adalah singa dan pedang Tuhan yang tajam. Ditewaskannya Arta bin Abd Syurahbil, Siba bin ‘Abd’l-’Uzza al-Ghubsyani, dan setiap musuh yang dijumpainya nyawa mereka tidak luput dan renggutan pedangnya.
--------------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 296-297.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar