"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Senin, 30 April 2018

Yang Ingin Kemenangan

Sesiapa orang yang ingin dibukakan kemenangan dalam hatinya, dan sukses menghadapi sakaratul maut dan kejadian-kejadian di hari kiamat, maka hendaklah amalan rahasianya lebih banyak daripada amal terbukanya. (Tartiibul Madaarik 2/51)

Dr. Abdullah al-Ju’aitsin Dosen ilmu hadits di Universitas Ibnu Su’ud, da’i di kementrian agama Saudi Arabia. (Twitter : @aboali1406) - Twit Ulama  

Minggu, 29 April 2018

Tidak Ada Penyesalan

Satu tempat yang jika seorang muslim masuk ke dalamnya, maka dia takkan menyesal apabila dia mati di dalamnya : MASJID.

Dr. Khalid Al-Mushlih, dosen fiqh pada Universitas Al-Qashim, Saudi Arabia, salah satu murid senior sekaligus menantu Syaikh Utsaimin -رحمه الله-. (Twitter : @Dr_almosleh) - Twit Ulama  

Sabtu, 28 April 2018

Kaidah dalam Belanja

Nasihat terbesar bagi manusia, khususnya kaum wanita, janganlah membeli barang yang tidak dibutuhkan, meskipun murah. Dan wajib bagimu membeli barang yang darurat dibutuhkan, meskipun mahal (Syaikh Ath-Thanthawi -رحمه الله-)

Syaikh Muhammad Shalih Al Munajjid, pengasuh web IslamQA.(Twitter : @almonajjid) - Twit Ulama 

Jumat, 27 April 2018

Keikhlasan

Hati yang ikhlas tidak akan silau dengan pujian, sebab hati yang ikhlas tahu mana yang harus diutamakan.
Ikhlas menerima kesalahan dan belajar dari setiap kesalahan, karena itu yang akan menjadikan kita kuat dalam menjalani kehidupan.
Ketika usaha kita dinilai tidak penting maka saat itu juga kita sedang belajar keikhlasan.
Keikhlasan mempunyai kilauan dan sinar, meskipun ribuan mata tidak melihatnya.
Keikhlasan itu umpama seekor semut hitam diatas batu yang hitam di malam hari yang amat kelam, hanya wujud yang ada tapi amat sulit tuk dilihat.
Maka dari itu jangan pernah pertanyakan keikhlasan seseorang, karena kita sama-sama belajar mengikhlaskan.

Hijab Alila

Diantara Kesabaran

Di antara sebab kecintaan Allah kepada seorang hamba: bersabar dengan 3 tipenya:
(1) Bersabar dalam ketaatan kepada Allah,
(2) Bersabar dari kemaksiatan kepada Allah,
(3) Bersabar menghadapi takdir Allah.

Allah berfirman yang artinya, “Dan Allah mencintai orang-orang yang bersabar” (QS. Ali Imran : 146).

Syaikh Nawwaf bin Muhammad-al Salim, Da’i, Imam dan Khatib di Kementrian Waqaf Kuwait. Pengajar di Jurusan Teknologi. (Twitter : @dralabdullatif) - Twit Ulama 

Kamis, 26 April 2018

Apa Hobimu?

"Hobi adalah bisnis yang terbaik", mungkin ungkapan yang paling tepat dan terbukti kenyataannya, karena banyak bisnis yang dilakoni seseorang, awalnya adalah hobinya, kesukaannya. Karena orang yang menyukai sesuatu, cenderung akan mengetahui sesuatu itu dari A-Z, tidak hanya tahu, dia memahami betul dan selalu ingin mencari tahu, karena dia suka. Berawal dari suka, orang itu memiliki "skill", karena terus menerus melakukan hal yang dia suka, saat sudah memiliki keahlian, maka dia bermanfaat bagi orang yang lainnya, dan memberi manfaat atau nilai guna inilah inti daripada bisnis. Bisnis yang baik adalah bisnis yang awalnya hobi, atau bisnis yang disukai, sedangkan hobi yang baik adalah hobi yang paling banyak memberikan manfaat bagi orang lain. Dan di dalam jalan dakwah, tidak ada hobi yang remeh, bila masih dalam batasan halal, dan diniatkan karena Allah Swt.
Karena di dalam agama Islam, adalah fardhu (kewajiban) kifayah, untuk menguasai segala sesuatu yang penting dalam melindungi ummat dari ancaman-ancaman, ataupun dalam hal yang menyebabkan kewajiban harus terlaksana. Maka hobi beladiri itu penting, untuk dapat menyiapkan fisik yang prima dalam berdakwah, maka hobi sosial media itu penting agar dakwah bisa tersebar, maka hobi hacking itu penting untuk melindungi dakwah di dunia maya, maka hobi berdagang itu penting agar dakwah bisa didanai, maka hobi membaca itu penting agar dakwah bisa berlanjut.
Karena kaum Muslim, harusnya menjadi expert dalam segala hal, agar manfaatnya bisa dinikmati ummat ini juga, agar kewajiban kita tertunaikan, yaitu menjadi "ummat terbaik".
Untuk saya, saya sangat merasa manfaat memilih hobi yang baik ini, sejak kecil ketika ada form pertanyaan "hobi?" saya selalu menulis MEMBACA. Maka disinilah saya menjadi seorang pembaca sejati, juga penulis, dan berbisnis di bidang edukasi dengan buku, hehehe.. memang seorang manusia akan mendapatkan apapun yang dia pilih di masa lalu. Hidup adalah pilihan, dan kita yang sekarang adalah hasil pilihan kita di masa yang lalu, maka kita esok adalah hasil pilihan yang sekarang.
Jadi apa pilihan anda? apa hobi anda? dan apa bisnis anda?
apapun itu, semoga karena dakwah, karena Allah, dalam taat.

akhukum fillah, Felix Siauw.

Para Penjaga Ilmu

Ibnul Madini berkata, “Penjaga ilmu pada umat Muhammad ini ada 6 orang : Amru bin Dinar di Mekkah, Az-Zuhri di Madinah, As-Subai’i dan al-A’masy di Kufah, Qotadah dan Yahya ibnu Abi Katsir di Bashrah”

Dr. Ahmad al-Mikhyal Imam dan Khatib masjid Abdullah al-Mikhyal, Kuwait. (Twitter : @al_mekhyal) - Twit Ulama  

Kesallah Hati Mereka

Di dalam al-Qur'an Surat az-Zumar (39) : 45 ; الله سبحانه وتعالى menjelaskan bahwa

وَإِذَا ذُكِرَ اللَّـهُ وَحْدَهُ اشْمَأَزَّتْ قُلُوبُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْءَاخِرَةِ ۖ وَإِذَا ذُكِرَ الَّذِينَ مِن دُونِهِۦٓ إِذَا هُمْ يَسْتَبْشِرُونَ

Dan apabila disebutkan Allah satu-satunya niscaya bencilah hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat; dan apabila disebut sesembahan-sesembahan selain-Nya tiba-tiba mereka amat gembira.

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang dikemukakan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Mujahid bahwa ayat ini (QS. az-Zumar : 45) turun berkenaan dengan kegembiraan orang-orang musyrikin ketika mendengar nama tuhannya disebut-sebut oleh Rasulullah ﷺ ketika membaca surat an-Najm : 19, di dekat Ka'bah.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 428.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 921.

Rabu, 25 April 2018

Islami ?

Note Trip. Masih teringat sekira setahun lalu, pada masa kampanye putaran kedua pemilihan gubernur DKI. Isu lokal tapi ber-efek nasional. Betapa tidak, sepanjang perjalanan awal tahun 2017 hingga putaran kedua pemilihan gubernur DKI, warung makan yang kusinggahi tak kering dari membicarakan pilkada DKI.
Agak luar biasa menurutku, karena pilkada DKI itu berefek gamblang bagi orang Islam, terlihat jelas orang yang beriman dan munafik.
Sebut saja si Seblak dan Yogurt tengah asik membicarakan hal tersebut, yang ter-ngiang olehku :

Seblak : "Islami itu nggak harus muslim. Kayak bilang "negara Islami, yang menurut studi "How Islamic are Islamic countries" justru negara-negara Barat. Perbanyak baca!"

Yogurt : "Teori keren banget ngawur-nya. Besok-besok bakal ada Pastor Islami, Pendeta Islami, Biksu Islami, Pemabok Islami, Pelacur Islami. Jambret Islami dan Kafir Islami."

Hanya orang gila yang menisbatkan Islami untuk hal-hal diluar yang telah Islam tentukan.

Mulia Karena Kebaikan

Orang yang mulia itu adalah orang yang berbuat kebaikan, mempersembahkan yang terbaik, menutup keburukan dan berprasangka baik kepada manusia walaupun mereka berbuat buruk kepadanya, dia memberi tanpa mencela, dia tak pernah berhenti walau dimuliakan atau dihinakan dia pun tidak menunggu balasan kebaikannya.

Prof. Dr. Nashir Muhammad al-Mani’, Guru Besar fakultas Tarbiyah Universitas Ibnu Su’ud, Riyadh. (Twitter : @d_naser_m) - Twit Ulama  

Selasa, 24 April 2018

Menuju Kemuliaan

Kedudukan yang mulia dan tinggi. “Siapa yang menginginkan kemuliaan meski tanpa kekuasaan, banyak teman meski tanpa keluarga, kekayan meski tanpa harta, maka hendaknya dia berpindah dari hinanya kemaksiatan menuju mulianya ketaataan” (Thariqul Hijratain)

Dr. Abdul ‘Aziz alu Abdul Latif, dosen Jurusan Aqidah Universitas Al-Imam, anggota lembaga editorial dan pusat penelitian dan studi Majalah al-Bayan. (Twitter : @dralabdullatif) - Twit Ulama  

Senin, 23 April 2018

Mudah Bersabar, Hikmah Beriman Pada Hari Kiamat

Betapa indah ketika Anda meletakkan akhirat itu tepat di depan mata Anda. Suatu hari ada seseorang yang menghina Umar bin Abdul Aziz. Maka Umar pun berkata kepadanya, “kalau tidak karena ingat hari kiamat, saya sudah menjawab hinaanmu”

Syaikh Ahmad Abdul Karim Al-Khudhair, Imam dan Khatib Masjid Jami’ Al-Muqbil, Riyadh, Saudi Arabia. (Twitter : @ahmedk0025) - Twit Ulama  

Minggu, 22 April 2018

Dengan Menjauh Darinya

3 hal yang selayaknya Anda lari menjauh darinya seperti Anda lari menjauh dari singa:
(1) Menolak kebenaran,
(2) Berkata kebatilan,
(3) Terus-menerus berbuat kesalahan.

Dr. Ali asy-Syubaili, dosen di Universitas Imam Muhammad bin Su’ud. (Twitter : @Ali_Alshobaili) - Twit Ulama  

Sabtu, 21 April 2018

Perumpamaan Sholat

Mencela jihad karena kekeliruan orang yang berjihad seperti mencela sholat karena kekeliruan orang yang melaksanakan sholat.
Kekeliruan orang yang beribadah harus diperbaiki, namun syariat Allah harus tetap diagungkan.

Syaikh Abdul Aziz Ath-Tharifi, Ulama yang juga menjabat sebagai Peneliti Ilmiah di Departemen Masalah Islam di Riyadh, Arab Saudi. (Twitter : @abdulaziztarefe) - Twit Ulama  

Jumat, 20 April 2018

Neo Kanibal !!

Allah Azza wa Jalla berfirman :

وَلا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ

Dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya
. (QS Al-Hujurot : 12).

Peng-ghibah disamakan dengan pemakan bangkai mayat saudaranya karena :
  1. Mayat ruhnya tidak hadir, sebagaimana yang di-ghibah juga tidak hadir tatkala di-ghibah-i.
  2. Mayat tidak bisa membela diri tatkala dicincang dagingnya untuk dimakan, sebagaimana orang yang di-ghibah juga tidak bisa membela dirinya tatkala dia di-ghibah-i, karena ia tidak menghadiri majelis ghibah tersebut.
  3. Mayat tatkala dimakan jasadnya terkoyak, sebagaimana orang yang di-ghibah harga dirinya terkoyak dan dijatuhkan. Bahkan sebagian ulama menyebutkan bahwa harga diri lebih mulia daripada darah dan daging.
  4. Memakan bangkai asalnya tidak diperbolehkan kecuali jika dalam kondisi darurat dan hanya dibolehkan dimakan seperlunya untuk menghilangkan kondisi darurat tersebut. Maka demikian juga ghibah diperbolehkan jika dalam kondisi darurat dan seperlunya saja, tidak boleh berlebih-lebihan. Adapun ghibah tidak dalam kondisi darurat sama seperti makan bangkai tidak dalam kondisi darurat. (Adapun memakan bangkai manusia dalam kondisi darurat tatkala tidak ditemukan bangkai hewan sama sekali, maka ada khilaf diantara para ulama. Sebagaian ulama membolehkan, dan pendapat yang lebih kuat adalah tidak diperbolehkan sama sekali, karena manusia memiliki kehormatan baik tatkala masih hidup ataupun setelah menjadi mayat).
  5. Orang yang berlezat-lezat tatkala meng-ghibah saudaranya maka sama seperti ia sedang berlezat-lezat menikmati daging bangkai saudaranya yang ia makan dan masukan dalam mulutnya.
  6. Sebagaimana mengoyak dan memakan daging saudara adalah dosa besar maka demikian juga ghibah merupakan dosa besar.
  7. Ghibah adalah perbuatan yang sangat menjijikan. Jika memakan bangkai hewan saja menjijikan apalagi memakan bangkai manusia?, apalagi bangkai saudara sendiri?, tentu sangat menjijikkan !
  8. Allah menyebutkan "memakan daging bangkai saudaramu", mengisyaratkan hubungan persaudaraan yang kuat antara peng-ghibah dengan yang di-ghibah-i. Mereka berdua adalah bersaudara se-Islam dan se-Iman. Ini menunjukkan seharusnya seseorang membela saudaranya bukan malah meng-ghibah-nya, menjatuhkan dan merendahkannya.

Ini juga mengisyaratkan bahwa kebanyakan ghibah yang terjadi adalah antara seseorang dengan orang yang dekat dengannya, apakah saudaranya, ataukah teman dan sahabatnya.
Maka bencilah ghibah karena Allah maka niscaya Allah akan memberikan pahala bagimu, karena Allah yang memerintahkan kita untuk membenci ghibah dengan sebenci-bencinya. Jika ada yang ber-ghibah ria di depanmu maka tunjukkan ketidaksukaanmu dengan perbuatan tersebut, dan tunjukkan bahwa perbuatan ghibah tersebut adalah perbuatan yang menjijikkan. Dan kalau kau mampu maka bela-lah saudaramu yang sedang di-ghibah-i tersebut.
Bencilah ghibah sebagaimana engkau benci jika daging saudaramu dikoyak dan dimakan !!
Jangan  sampai engkau menjadi kanibal !, dan jangan pula kau biarkan kanibal beraksi dihadapanmu !

Kota Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam-, 28-04-1436 H / 17-02-2015 M; oleh Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja

Sebab Cinta-Nya

Dalam sebuah hadits, “Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, bersih dan bersembunyi untuk ibadah” Dalam hadits ini ada 3 amal yang menyebabkan kecintaan Allah.
(1) Bertakwa kepada Allah
(2) Bersihnya hati,
(3) Bersembunyi dari makhluk (dalam ibadah -pent)

Syaikh Hamd bin Abdurrahman al-Kus; Imam dan Khatib di Masjid di Kuwait. (Twitter : @hamadalkous) - Twit Ulama 

Kamis, 19 April 2018

Ar-Riddatu wal Murtad

"Dan siapa di antara kamu yang murtad dari agama-Nya, maka ia mati dalam kafir. Maka mereka gugur, sia-sia amal mereka di dunia maupun di akhirat dan mereka ahli neraka, mereka di dalamnya kekal selamanya". (QS. al-Baqarah (2) : 217).
Di dalam buku "Minhajus-Shalihin" karya Izzuddin Bulyqe, halaman 137-140, dituturkan bahwa syari'at Islam menghukum orang murtad, hukuman yang berat tegas, sebagaimana sabda Nabi s.a.w. : "Man baddala dinahu faqtuluhu". (Siapa yang berubah (mengganti) agamanya maka bunuhlah ia). Sebagaimana rentetan hukum yang berhubungan dengan murtadnya itu seperti cerai (putus) dengan istrinya, dan keadaan harta serta anak-anaknya.
Riddah, murtad ialah kembali kepada kufur sesudah masuk Islam. Seperti seorang muslim, lalu masuk kristen, budha, yahudi, majusi dan sebagainya.
Ulama telah membagi riddah, murtad itu dalam empat bagian :
  1. Murtad dalam iman kepercayaan, keyakinan,
  2. Murtad dalam ucapan kata,
  3. Murtad dalam perbuatan amal,
  4. Murtad karena meninggalkan.
Dan keempat bagian tersebut dapat disimpulkan dalam satu i'tiqad keyakinan, sebab seorang yang berkeyakinan, keluar dalam ucapan atau perbuatan. Dan seorang muslim tidak disebut murtad kecuali jika ia baligh (dewasa), sadar, berakal. Dengan sukarela (tidak dipaksa).
Perhatikan firman Allah ta'ala : "Hai orang-orang yang beriman, siapa diantara kamu yang murtad dari agamanya. Maka Allah akan mendatangkan kaum yang dicintai oleh Allah, mereka juga cinta kepada Allah, mereka merendah diri terhadap sesama mukmin dan keras hati terhadap orang kafir. Mereka selalu berjuang menegakkan agama Allah dan tidak takut dari celaan orang yang mencela. Itulah karunia Allah yang diberikannya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah luas rahmat-Nya dan Maha Mengetahui." (QS. al-Maidah (5) : 54).
"Sesungguhnya orang yang kafir sesudah iman mereka, kemudian bertambah kuat kekafirannya. Tidak akan diterima tobat mereka dan mereka orang yang sesat". (QS. Ali Imraan (3) : 90).
"Pada suatu hari akan berseri putih beberapa wajah, dan akan bermuram hitam beberapa wajah. Adapun yang bermuram hitam wajahnya, maka akan ditanya : "Apakah kamu kafir sesudah beriman?", maka kini rasakan siksa karena kekafiranmu itu". (QS. Ali Imraan (3) : 106).
"Sesungguhnya orang yang beriman kemudian kafir kembali, kemudian beriman lagi kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kuat kafirnya. Maka Allah tidak akan mengampuni mereka, dan tidak akan memberi jalan petunjuk kepada mereka". (QS an-Nisaa' (4) : 137).
Perhatikan sabda Rasulullah s.a.w. : "Tidak dihalalkan menumpahkan darah seorang muslim, kecuali karena salah satu dari tiga sebab : 1. Orang berzina muhshan (yakni bersuami atau beristri lalu berzina); 2. Pembunuh, maka dibalas dibunuh; 3. Orang yang meninggalkan agamanya, memutuskan hubungannya dengan jama'ah muslim". (HR. an-Nasa'i).
Dan tidak dianggap murtad, jika belum pernah masuk Islam.
-----------------------------
Minhajus-Shalihin, Izzuddin Bulyqe, Penerbit PT. Bina Ilmu Surabaya, cetakan pertama : 1987.

Cukuplah Allah

Di dalam al-Qur'an Surat az-Zumar (39) : 36 ; الله سبحانه وتعالى menjelaskan bahwa

أَلَيْسَ اللَّـهُ بِكَافٍ عَبْدَهُۥ ۖ وَيُخَوِّفُونَكَ بِالَّذِينَ مِن دُونِهِۦ ۚ وَمَن يُضْلِلِ اللَّـهُ فَمَا لَهُۥ مِنْ هَادٍ

Bukanlah Allah mencukupi (melindungi) hamba-Nya, sedang mereka menakut-nakuti dengan yang sebaik-baik-Nya? Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada baginya yang akan memberi petunjuk.

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat yang dikemukakan oleh Abdurrazzaq yang bersumber dari Ma'mar bahwa kaum musyrikin berkata kepada Nabi ﷺ : "Hentikanlah makianmu terhadap tuhan-tuhan kami, atau kami perintahkan tuhan kami untuk menjadikan kau seorang sinting".
Ayat ini (QS. az-Zumar : 36) turun sebagai penegasan kepada Nabi Muhammad ﷺ bahwa hanya الله سبحانه وتعالى yang dapat memberi petunjuk.
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 427.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 919.

Melihat Dari Sahabatnya

Ibnu Mas’ud رَضِيَ اللََّهُ عَنْه berkata, “Lihatlah manusia dari kawan-kawannya, seorang muslim akan mengikuti muslim yang lain, adapun orang fajir akan ikut dengan langkahnya orang fajir juga” (al-Ibanah 2/477 no 502)

Dr. Salim ad-Duubi Doktor dalam bidang Fikih, peneliti di lembaga Islam asy-Syariqah UEA.(Twitter : @smaldoubi) - Twit Ulama  

Rabu, 18 April 2018

Fiqh Hadits

“Sesungguhnya bagi keluargamu ada hak..”, terdapat kandungan bolehnya melarang dari amalan sunnah, jika amalan sunnah itu dikhawatirkan berakibat bosan atau putus. Sementara menunaikan hak kepada ahlinya adalah wajib (Ibnu Hajar -رحمه الله-)

Dr. Abdul ‘Aziz alu Abdul Latif, dosen Jurusan Aqidah Universitas Al-Imam, anggota lembaga editorial dan pusat penelitian dan studi Majalah al-Bayan. (Twitter : @dralabdullatif) - Twit Ulama 

Selasa, 17 April 2018

Jika Ingin Selamat !

Hati-hati kalian dari berbuat bid’ah. Suhail at Tasturi mengatakan, “Tidaklah seseorang berbuat sesuatu dalam ilmu ini kecuali dia pasti ditanya pada hari kiamat, jika itu sesuai dengan sunnah, dia akan selamat, kalau tidak, maka dia tak selamat” (Fathul Bari 13/290).

Dr. Khalid al-Anbari Dosen Politik Islam King Saud University, Arab Saudi. (Twitter : @dralanbary) - Twit Ulama   

Senin, 16 April 2018

Ketika Menjenguk Orang Sakit

Nabi ﷺ apabila menjenguk orang yang sakit, beliau berkata kepadanya, “La ba’sa, thahuurun insya Allah” (tidak apa-apa, insya Allah menjadi pembersih dosa).

Syaikh Prof. Dr. Muhammad An-Nujaimi Dosen Akademi Kehakiman Saudi, Anggota Majlis Ulama Syariah Amerika. (Twitter : @alnojimi) - Twit Ulama 

Bagaimanakah seseorang bisa mendapatkan anak yang shalih?

Ternyata semua itu berawal bukan sedari mendidik anak ketika telah lahir. Namun faktor utama adalah pada istri yang shalihah. Karena istri adalah madrasah awal di rumah.
Kalau suami salah memilih atau membina istri menjadi baik, maka keadaan anakmu ikut serba salah. Kalau suami menyerahkan pada istri yang shalihah, anaknya jelas ikut shalih.
Karena yang sehari-hari bertemu dengan anak di rumah adalah ibunya. Makanya orang Arab mengatakan,
 
الأُمُّ هِيَ المدْرَسَةُ الأُوْلَى فِي حَيَاةِ كُلِّ إِنْسَانٍ
“Ibu adalah sekolah pertama bagi kehidupan setiap insan”.

Allah Ta’ala berfirman,
 
وَلَأَمَةٌ مُؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِنْ مُشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ
“Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu”. (QS. Al-Baqarah : 221)

Kalau istri shalihah yang dipilih pasti akan mendapatkan keberuntungan. Karena,
 
تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ
“Perempuan itu dinikahi karena empat faktor yaitu agama, martabat, harta dan kecantikannya. Pilihlah perempuan yang baik agamanya. Jika tidak, niscaya engkau akan menjadi orang yang merugi”. (HR. Bukhari, no. 5090 dan Muslim, no. 1446; dari Abu Hurairah)

Istri juga harus baik akhlaknya dan benar-benar berpegang pada agamanya. Cobalah lihat penilaian kaum Maryam kepada Maryam ketika ia melahirkan Isa tanpa bapak,
 
يَا أُخْتَ هَارُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ امْرَأَ سَوْءٍ وَمَا كَانَتْ أُمُّكِ بَغِيًّا
“Hai saudara perempuan Harun, ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina”. (QS. Maryam : 28).

Maksud ayat tersebut adalah bapak Maryam itu adalah orang shalih, tak mungkin anaknya adalah orang yang berperilaku jelek. Ibunya pun wanita shalihah, tak mungkin anaknya menjadi wanita pelacur.
Jadi awalnya dari orang tua, anak itu menjadi baik.
Bagi yang sudah terlanjur, tinggal memperbaiki diri. Moga dengan istri menjadi baik, keadaan anak pun menjadi baik.
Namun sebenarnya bukan hanya dari istri, suami juga memegang peranan. Suami hendaklah yang baik. Sehingga keduanya akan mendapatkan anak yang shalih/shalihah.

Semoga Allah memberkahi keluarga kita menjadi keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah.

Muhammad Abduh Tuasikal
---------------------------------------------------
Referensi:
Fiqh Tarbiyah Al-Abna’. Cetakan tahun, 1423 H. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi. Penerbit Dar Ibnu Rajab.

Minggu, 15 April 2018

Jangan Pusing !

لا تحمل هم الدنيا فإنها لله ، ولاتحمل همَّ الرزق فإنه من الله ، ولاتحمل هم المستقبل فإنه بيد الله .. فقط احمل همًا واحدًا : كيف ترضي الله

Jangan pusingkan dunia, dia milik Allah,
Jangan pusingkan rizki, dia dari Allah,
Jangan pusingkan masa depan, dia di tangan Allah,
Cukup pusingkan satu saja; Bagaimana Allah ridha.

Sikap Terhormat Yang Hilang

Sikap terhormat yang kini hilang. Ibnul Mubarok berkata, “dahulu apabila ada seseorang yang melihat sesuatu yang dibenci dari saudaranya, dia kan memerintahkan untuk segera ditutupi aib tersebut. Adapun sekarang, apabila seseorang melihat sesuatu yang dibenci dari saudaranya, dia bakal marah-marah dan membongkar aib saudaranya”.

Syaikh Muhammad bin Sulaiman al-Muhaisini, Imam Masjid al Rajhi, Mekkah. (Twitter : @almohisni) - Twit Ulama  

Sabtu, 14 April 2018

Yang Paling Lembut

Ketahuilah bahwa engkau tak kan menemukan Zat yang paling lembut kepadamu selain Allah..

Demi Allah, seandainya seorang yang sedang sujud tahu bahwa rahmat Allah sedang menaunginya, maka dia tak akan mengangkat kepalanya (dan akan terus saja bersujud –pent) – Ibnul Qoyyim -رحمه الله-

Syaikh Muhammad bin Sulaiman al-Muhaisini, Imam Masjid al-Rajhi, Mekkah. (Twitter : @almohisni) - Twit Ulama  

Jumat, 13 April 2018

Sungguh Tak Terhitung Banyaknya Nikmat

Meskipun banyak kenikmatan yang kita sadari, akan tetapi masih terlalu banyak yang terlupakan dan terlalaikan.
Bukankah banyak dari organ tubuh yang bergerak dengan sendirinya –diluar kesadaran manusia- demi kemanfaatan badan dan berlangsungnya kehidupan badan.?
Allah berfirman :

وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا تُبْصِرُونَ

Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan? (QS. Ad-Dzaariyat : 21).
Sungguh betapa sering kenikmatan Allah giringkan kepadamu –wahai manusia- menjadikanmu menimatinya sementara engkau tidak menyadarinya. Betapa banyak keburukan dan musibah yang Allah tolak darimu sementara engkau tidak menyadarinya.
Allah berfirman tentang penjagaan manusia :

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ

Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah (QS. Ar-Ro'du : 11).
Maka sungguh benar firman Allah :

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لا تُحْصُوهَا إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)
. (QS. Ibrahim : 34).

Firanda Andirja; 6 Februari 2015 M

Rasa Ketenangan Dari-Nya

“Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan“ (QS. Ali Imran : 154).

Terkadang orang-orang lain yang membantu kita dari luar akan tetapi yang menciptakan ketenangan dan kemenangan yang tumbuh di dalam diri kita, hanyalah Allah semata. Ya Rabb berikan kami ketenangan.

Dr. Abdullah bin Balqasim lulusan S3 Universitas Darman, Sudan. (Twitter : @dr_Balgasem) - Twit Ulama  

Kamis, 12 April 2018

Mohon Diurusi Setelah Menyerahkan Diri

Di al-Qur'an surat al-Mumtahanah (60) ayat 4;

رَّبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
“Robbanaa ‘alaika tawakkalnaa wa ilaika anabnaa wa ilaikal mashiir.”

Artinya :
Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.

Keterangan :
Do’a ini semula dibaca oleh nabi Ibrahim a.s. Beliau memohonkan ampun untuk ayahnya yang dalam hidupnya sebagai pembuat patung / arca. Maka urusan selanjutnya diserahkan kepada Allah, diampuni ataukah tidak.
Demikian pula bagi orang mukmin, sesudah berniat dan sesudah berusaha, sebaik keberhasilannya diserahkan kepada Allah s.w.t.
------------------------
Al-Quraan dan Terjemahannya, Departeman Agama RI, Pelita II/1978/1979, halaman 923.

Sebab Kesedihannya

Baju itu dulu menjadi sebab kesedihan Bapaknya, “Datanglah saudara-saudaranya membawa baju Yusuf yang berlumur darah palsu” (QS. Yusuf : 18).
Kemudian baju itu berubah menjadi sebab kebahagiaan, “Diletakkan baju Yusuf di hadapan ayahnya, maka kembalilah penglihatannya” (QS. Yusuf : 96).

Apa yang membuat Anda sedih hari ini, boleh jadi akan membuat Anda bahagia di masa yang akan datang.

Dr. Nahar al-‘Utaibi, Wakil Dekan Fakultas Kemasyarakatan Universitas Syaqra, Saudi Arabia. (Twitter : @dr_nahar) - Twit Ulama  

Kulit dan Hati

Di dalam al-Qur'an Surat az-Zumar (39) : 23 ; الله سبحانه وتعالى menjelaskan bahwa

اللَّـهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتٰبًا مُّتَشٰبِهًا مَّثَانِىَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّـهِ ۚ ذٰلِكَ هُدَى اللَّـهِ يَهْدِى بِهِۦ مَن يَشَآءُ ۚ وَمَن يُضْلِلِ اللَّـهُ فَمَا لَهُۥ مِنْ هَادٍ

Allah telah menurunkan sebaik-baik perkataan, (yaitu) Kitab yang sebagiannya menyerupai sebagian dan berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian jadi lembut kulit dan hatinya karena mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah. Dia memberi petunjuk dengan kitab itu siapa-siapa yang dikehendaki-Nya. Dan siapa yang disesatkan Allah, maka tidaklah baginya yang akan menunjuki.

Asbabun Nuzul
Menurut suatu riwayat dikemukakan bahwa setelah sekian lama turun ayat-ayat al-Qur'an kepada Nabi ﷺ dan dibacakan kepada para sahabat, mereka berkata : "Ya Rasulullah bagaimana jika tuan bercerita kepada kami?" Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. az-Zumar : 23) yang menegaskan bahwa Allah telah menurunkan sebaik-baik cerita
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 275.
Al-Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 916 - 917.

Rabu, 11 April 2018

Sunnah Yang Ditinggalkan

Sebuah sunnah yang banyak ditinggalkan para Imam. Dari Abu Hurairah رَضِيَ اللََّهُ عَنْه beliau berkata, “Dulu Nabi ﷺ membaca pada shalat subuh di hari Jumat : surat as-Sajadah dan al-Insan” (HR. Bukhari)

Dr. Abdullah al-Ju’aitsin Dosen ilmu hadits di Universitas Ibnu Su’ud, da’i di Kementrian Agama Saudi Arabia. (Twitter : @aboali1406) - Twit Ulama  

Selasa, 10 April 2018

Kurangi Santai – santaimu !

Setiap kali hawa nafsumu mendorongmu untuk tidak beramal, katakana padanya: boleh jadi dengan amal ini aku masuk ke dalam surga (Ibnul Qoyyim - رحمه الله -).

Kurangi santai-santaimu untuk alam kuburmu, sedikitkan main-main dan tidurmu. Karena nanti kau akan tidur, pagi harinya kemudian terjadi di hari kiamat.

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, pengasuh web IslamQA. (Twitter : @almonajjid) - Twit Ulama  

Senin, 09 April 2018

Keberkahan Lilatul Qadr

Di antara barokahnya malam Lailatul Qodar, bahwa amalan pada malam itu lebih utama dari pada amalan 1000 bulan (83 tahun, 4 bulan). Pada waktu itu diturunkan al Quran, turun pula malaikat yang sangat banyak membawa rahmat dan kebaikan.
Barang siapa yang shalat pada malam itu karena keimanan kepada Allah, dan keimanan kepada apa yang Allah siapkan bagi mereka, karena mencari balasan pahala dari Allah. Maka Allah kan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Pada malam itu juga amat diharapkan terkabulnya do’a “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni”

Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid, pengasuh web IslamQA. (Twitter : @almonajjid) - Twit Ulama 

Minggu, 08 April 2018

Jarak Sholat Dengan Sahur

Ada sahabat yang berkata, “Dulu kami sahur bersama Rasulullah ﷺ, kemudian kami pergi sholat subuh.” Sahabat itu ditanya, “berapa jarak antara sahur dan sholat itu?”. Beliau ﷺ menjawab, “Sekitar 50 ayat”.

Syaikh Khalid al-Musaithir, Imam dan Khotib di Masjid Walidah Khalid al-Bulthan, Riyadh. Pengajar di bidang Teknik, Pimpinan Umum Rumah Tahfizh Quran Muslimah di Riyadh. (Twitter : @musaiteer) - Twit Ulama  

Sabtu, 07 April 2018

Tingkatan Puasa

Asyura, tingkatan puasanya: (1) Puasa tanggal 10 Muharram, Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah رحمه الله mengatakan, “tak apa-apa puasa hanya tanggal 10 Muharram”. (2) Puasa tanggal 9 dan 10 Muharram: disukai, Kata Rasulullah ﷺ, “Seandainya aku masih hidup tahun depan, niscaya aku akan puasa juga pada tanggal 9”. (3) Puasa tanggal 10 dan 11 Muharram, boleh untuk menyelisihi orang-orang Yahudi.

Dr. Ahmad Al-Qadhi, anggota Lembaga Studi (Jurusan Aqidah) Universitas Al-Qashim. (Twitter : @DrAlqadi) - Twit Ulama 

Jumat, 06 April 2018

Luruskanlah Shaf Sholat !

Di dalam buku “Ihya’ Ulumiddin” karya Imam al-Ghazali pada halaman 594 menuturkan bahwa imam itu tiada bertakbir, sebelum shaf sholat itu lurus. Maka hendaklah ia berpaling ke kanan dan ke kiri. Kalau dilihatnya ada yang belum beres, maka disuruhnya supaya dibereskan dengan meluruskan shaf.
Ada yang mengatakan, bahwa mereka membuat setentang dengan bahu-bahu dan merapatkan diantara tumit-tumit.
-------------------------------------------
Ihya’ Ulumiddin Jilid 1, Imam al-Ghazali, Penerbit C.V. Faizan Jakarta, cetakan kesembilan 1986.

Untuk Siapa ?

Surga itu tidak akan dicapai oleh dua golongan, mereka yang menyombongkan diri dan mereka yang menginginkan kerusakan tersebar di dunia. Allah ta'ala berfirman,

تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ َ
  
Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. (QS. Al-Qashash : 83)

Syaikh Prof. Dr. Sa’ud bin Ibrahim al-Syuraim, Imam dan Khatib Masjidil Haram, Dosen dan Profesor di Universitas Ummul Qura Mekkah. (Twitter : @saudalshureem) - Twit Ulama  

Puasa dan Warung

NOTE TRIP.  Berikut ini obrolan "Puasa dan Warung" yang sudah sering aku dengar di jalanan, warung angkringan, warung makan dan hampir disemua ruang publik, begitu gencar dan masih semenjak 15 tahun terakhir ini :
Sebut saja mereka ; Yunan, Wartono, Saidi dan Novel
 
Yunan : Sorry, nggak ngerti kenapa warung makan harus ditutup pas puasa? Bukannya makna puasa adalah menahan godaan ketika godaan itu tetap ada?
 
Wartono : Seperti halnya semua agama melarang untuk mencuri, lantas kenapa rumah, mobil harus dikunci dan takut maling?..
 
Saidi : Sebagai non Muslim kalau kamu (Yunan) tak ngerti dan pengin tahu perihal ajaran Islam, mestinya datangi ulama dan bertanyalah, bukan mengumbar kebodohan di ruang publik.
 
Novel : Sorry, ane juga nggak ngerti, kenapa pas perayaan Nyepi harus ada penutupan Bandara?

Inilah fenomena yang sengaja dihembuskan oleh musuh-musuh Islam, konsep liberalis. Mereka sengaja memainkan wayang-wayangnya dalam wajah orang Islam (baca munafikun) dan wajah orang yang terang-terangan memusuhi Islam. Dan pemikiran ini sudah dihembuskan semenjak aku masih SD di antara para jelata yang nongrong di pinggir jalan hingga pejabat tersohor.

Syaikh Sulaiman al-Khirasyi menyebutkan, liberalisme adalah madzhab pemikiran yang memperhatikan kebebasan individu. Madzhab ini memandang, wajibnya menghormati kemerdekaan individu, serta berkeyakinan bahwa tugas pokok pemerintah ialah menjaga dan melindungi kebebasan rakyat, seperti kebebasan berfikir, kebebasan menyampaikan pendapat, kebebasan kepemilikan pribadi, kebebasan individu, dan sejenisnya. [Haqîqat Libraliyah al-Khirasyi halaman 17]

Berikut ini kutipan soal liberal dalam Pandangan Hukum Islam (almanhaj)
Liberalisme adalah pemikiran asing yang masuk ke dalam Islam. Pemikiran ini menafikan adanya hubungan kehidupan dengan agama sama sekali. Pemikiran ini menganggap agama sebagai rantai pengikat kebebasan hingga harus dibuang jauh-jauh. Para perintis dan pemikir liberal yang menyusun pokok-pokok ajarannya membentuk liberal berada diluar garis seluruh agama yang ada dan tidak seorangpun dari mereka yang mengklaim adanya hubungan dengan satu agama tertentu walaupun yang menyimpang.
Sehingga Liberalisme sangat bertentangan dengan Islam. Tidak sedikit pembatal-pembatal ke-Islaman yang terkandung dalam arus ideologi yang satu ini. Diantaranya:
  1. Kekufuran
  2. Berhukum dengan selain hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala .
  3. Menghilangkan aqidah al-Wala dan bara’.
  4. Menghapus banyak sekali ajaran dan hokum Islam.
Sehingga para ulama menghukuminya sebagai kekufuran sebagaimana tertuang dalam fatwa Syaikh Sholeh al-Fauzan yang dimuat dalam Harian al-Jazirah, edisi Selasa tanggal 11 Jumada Akhir tahun 1428 H.

Sungguh amat mengherankan masih juga ada orang yang ingin menggabungkan antara liberal dengan Islam padahal jelas tidak mungkin. Sehingga bila ada yang menyatakan, saya adalah muslim liberal atau istilah Jaringan Islam Liberal ini adalah satu perkara yang kontradiktif. Ironisnya orang yang disebut profesor atau intelektual tidak tahu atau pura-pura tidak tahu tentang hal ini.
Wallahu al-Hadi ila Shirath al-Mustaqim.

Kamis, 05 April 2018

Ikhlas dan Amanah Menjadi Imam Sholat

Di dalam buku “Ihya’ Ulumiddin” karya Imam al-Ghazali pada halaman 593-594 menuturkan bahwa menjadi imam itu adalah semata-mata ikhlas karena Allah ‘Azza wa Jalla dan menunaikan amanah Allah ta’ala, mengenai suci dan seluruh syarat-syarat sholatnya.
Adapun ikhlas, yaitu tidak mengambil upah atas pekerjaannya menjadi imam. Rasulullah s.a.w. menyuruh Usman bin Abil-‘Ash Ats-Tsaqafi dengan mengatakan : “Ambillah seorang muadzin yang tidak mengambil upah atas adzannya”. (HR. Al-Hakim).
Kalau upah itu diambil dari masjid sebagai penghidupan, dari harta yang telah diwakafkan untuk orang yang ditugaskan menjadi imam di masjid itu atau dari sultan atau dari seseorang manusia, maka tidaklah dihukumkan haramnya. Tetapi adalah makruh hukumnya. Upah itu berdasarkan atas tetapnya mengunjungi tempat sholat dan mengurus kepentingan masjid, tentang mendirikan sholat jama’ah. Dan tidaklah upah itu karena sholat itu sendiri.
Adapun amanah, ialah kesucian bathin dari fasiq, dosa besar dan berkekalan berbuat dosa kecil. Maka orang yang dicalonkan untuk menjadi imam, seyogialah menjaga diri dari perbuatan yang tersebut dengan seluruh tenaga yang ada padanya. Karena imam itu adalah seperti utusan dan pembawa syafa’at kepada orang banyak. Maka sepantasnyalah dia orang yang terbaik dari golongannya.
Demikian pula suci dhahir daripada hadats dan najis, karena tidak ada yang memandangnya, selain dia sendiri.
Kalau ia teringat kepada hadats, pada waktu sedang sholat atau keluar daripadanya angin, maka tidaklah wajar ia merasa malu. Tetapi diambilnyalah tangan orang yang berada dekat dengannya dan orang itu menggantikannya selaku imam.
Dari Abi Bakrah berkata : Sesungguhnya Rasulullah s.a.w. teringat akan hadats besar (janabat) waktu sedang sholat, lalu beliau gantikan orang lain menjadi imam dan beliau pergi mandi. Kemudian kembali lagi dan masuk ke dalam sholat. (HR. Abu Dawud).
-------------------------------------------
Ihya’ Ulumiddin Jilid 1, Imam al-Ghazali, Penerbit C.V. Faizan Jakarta, cetakan kesembilan 1986.

Yang Menipu

Ali bin Abi Thalib - رَضِيَ اللََّهُ عَنْه - pernah berjalan di tengah-tengah jenazah orang-orang Khawarij yang tewas dalam peperangan Nahrawan, beliau pun berkata : “Betapa rugi kalian, dia yang menipu kalian telah membuat kalian jatuh dalam musibah ini!”.

Orang pun bertanya padanya : “Siapa dia yang telah menipu mereka?”. Ali bin Abi Thalib - رَضِيَ اللََّهُ عَنْه - menjawab: “Syaitan dan nafsu amarah”

Dr. Ahmad bin Hamd Jailani, Murid Syaikh Ibnu Baz, da’i Badan Penanggulangan Teroris Saudi, pernah ke Indonesia Januari 2013. (Twitter : @ahmedjelin) - Twit Ulama 

Alladzinaj Tanabut Thaqhut

Di dalam al-Qur'an Surat az-Zumar (39) : 17 - 18 ; Allah ta'ala menjelaskan bahwa

وَالَّذِينَ اجْتَنَبُوا۟ الطّٰغُوتَ أَن يَعْبُدُوهَا وَأَنَابُوٓا۟ إِلَى اللَّـهِ لَهُمُ الْبُشْرَىٰ ۚ فَبَشِّرْ عِبَادِ

Dan orang-orang yang menjauhi menyembah setan-setan (berhala) dan mereka kembali kepada Allah (taubat), bagi mereka kabar gembira, maka gembiralah hamba-hamba-Ku itu. (17).

الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُۥٓ ۚ أُو۟لٰٓئِكَ الَّذِينَ هَدَىٰهُمُ اللَّـهُ ۖ وَأُو۟لٰٓئِكَ هُمْ أُو۟لُوا۟ الْأَلْبٰبِ

yang mereka mendengarkan perkataan, lalu mereka mengikuti dengan sebaik-baiknya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang berakal. (18).

Asbabun Nuzul
Dalam suatu suatu riwayat yang dikemukakan oleh Juwaibir yang bersumber dari Jabir bin Abdillah bahwa setelah turun ayat "laba sab'atu abwabin" (QS. al-Hijr : 44) datanglah seorang laki-laki Anshor menghadap kepada Nabi dan berkata : "Ya Rasulullah aku mempunyai tujuh hamba telah aku merdekaan seluruhnya untuk ketujuh pintu neraka."
Ayat ini (QS. az-Zumar : 17-18) turun  berkenaan dengan peristiwa tersebut yang mengatakan bahwa orang tersebut mengikuti petunjuk Allah.
Dalam suatu riwayat yang dikemukakan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Zaid bin Aslam, bahwa yang dimaksud dengan "alla dzinaj tanabut thaghut" (orang-orang yang menjauhkan diri dari thaghut ialah orang-orang yang tidak menyembahnya dan kembali kepada Allah) dalam ayat ini (QS. az-Zumar : 17) ialah Zaid bin 'Amar bin Nafil, Abu Dzar al-Ghifari dan Salman al-Farisi di zaman jahiliyah telah mengaku bahwa "Tiada Tuhan kecuali Allah"

Tafsir Ayat
QS. 39 : 17. Dan orang-orang yang menjauhi tagut (yaitu) tidak menyembahnya. (Az-Zumar: 17)

Ayat ini mencakup mereka dan orang-orang selain mereka dari kalangan orang-orang yang menjauhi penyembahan berhala dan selalu taat menyembah Tuhan Yang Maha Pemurah. Maka merekalah orang-orang yang mendapat berita gembira dalam kehidupan dunia dan akhiratnya.

فَبَشِّرْ عِبَادِ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ

sebab itu sampaikanlah berita itu kepada hamba-hamba-Ku yang mendengarkan perkataan, lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya.

Yakni mereka memahaminya dan mengamalkan apa yang dipesankan olehnya, semakna dengan apa yang disebutkan di dalam firman-Nya kepada Musa a.s. ketika diberikan kitab Taurat kepadanya:

فَخُذْهَا بِقُوَّةٍ وَأْمُرْ قَوْمَكَ يَأْخُذُوا بِأَحْسَنِهَا

Berpegang teguhlah kepadanya dan suruhlah kaummu berpegang kepada (perintah-perintahnya) dengan sebaik-baiknya. (Al-A'raf: 145)

QS. 39 : 18.

أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ

Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk.

Maksudnya, orang-orang yang mempunyai sifat ini adalah mereka yang mendapat petunjuk dari Allah di dunia dan di akhirat.
وَأُولَئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ
dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
Yakni mempunyai akal yang sehat dan fitrah yang lurus. 
---------------
Bibliography :
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 426-427.
Al Qur'an Terjemahan Indonesia, Tim DISBINTALAD (Drs. H.A. Nazri Adlany, Drs. H. Hanafie Tamam dan Drs. H.A. Faruq Nasution); Penerbit P.T. Sari Agung Jakarta, cetakan ke tujuh 1994, halaman 915.

Ilmu Dapat, Ibadah Tidak Tertinggal

“Sesungguhnya ada kaum yang mereka rajin beribadah namun mereka menyia-nyiakan ilmu, sampai akhirnya mereka keluar dari barisan umat Muhammad ﷺ karena kebodohan mereka. Seandainya saja mereka mau menuntut ilmu, niscaya mereka akan terhindar dari hal tersebut” (Imam Anas bin Malik -رحمه الله-)

Dr. Khalid Al-Mushlih, dosen fiqh pada Universitas Al-Qashim, Saudi Arabia, salah satu murid senior sekaligus menantu Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin. (Twitter : @Dr_almosleh) - Twit Ulama  

Rabu, 04 April 2018

Kenapa Mencela ?

“Mencela seorang muslim adalah kefasikan, dan membunuhnya adalah kekufuran” (hadits).
Awalnya mencela, kemudian mengkhianati, kemudian mengkafirkan, sampai akhirnya membunuh kaum Muslimin. Wahai orang-orang yang beriman : “Jangan kalian ikuti langkah-langkah syaitan, sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kalian” (QS. an-Nuur : 21).

Alali Dr. Hamid bin Hamd al-‘Ali Dosen Ilmu Hadits di Fakultas Syariah Universitas Kuwait.(Twitter : @DRHamed_H_) - Twit Ulama 

Selasa, 03 April 2018

Kaidah Rabbani

“Janganlah kebencianmu pada satu kaum, mndorongmu berbuat tak adil pada mereka” (QS. Al-Maidah : 8).

Sebuah kaidah Rabbani : Kebencian Anda pada seseorang atau satu kaum tidak boleh membuat Anda melanggar hak-haknya.

Dr. Hisyam al-Halaf, Dosen Universitas Ummul Quro Fakultas al-Qur'an dan as-Sunnah. (Twitter : @HESHAMAZEZ) - Twit Ulama  

Senin, 02 April 2018

Nama Allah

Nama Allah “Al-Quddus” (Yang Maha Suci) digandengkan dengan “Al-Malik” (Yang Maha Merajai), sebuah isyarat bahwa Allah subhanahu wa ta’ala Maha Suci dari sifat-sifat tercela yang dimiliki para raja, yang paling terkenal adalah: Sifat Zhalim (ath-Thahir bin ‘Asyur)

Syaikh Sa’ad al-Qa’ud, anggota pengajar Universitas Internasional Al-Ma’rifah, Riyadh. (Twitter : @saadalqaoud) - Twit Ulama   

Minggu, 01 April 2018

Sesuai Amal

Siapa yang tak bisa puasa Asyura karena satu alasan haid / sakit padahal dia sudah biasa / sudah niat, dia dibalas sesuai niatnya.

Dr. Muhammad bin Abdurrahman Al-‘Arifi, dosen di King Saud University (KSU), Riyadh, anggota Rabithah (Ikatan) Ulama Syari’ah. (Twitter : @MohamadAlarefe) - Twit Ulama  

Generasi Salaf Sebagai Generasi Pilihan

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam kitab-Nya:
 
وَالسَّابِقُونَ اْلأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَاْلأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا اْلأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga, di bawahnya banyak sungai mengalir; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar. [At-Taubah : 100]

Dalam ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta'ala memberi pujian kepada para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam kebaikan. Merekalah generasi terbaik yang dipilih oleh Allah sebagai pendamping nabi-Nya dalam mengemban risalah ilahi.
Pujian Allah tersebut, sudah cukup sebagai bukti keutamaan atau kelebihan mereka. Merekalah generasi salaf yang disebut sebagai generasi Rabbani yang selalu mengikuti jejak langkah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dengan menapak tilasi jejak merekalah, generasi akhir umat ini akan bisa meraih kembali masa keemasannya. Sebagaimana dikatakan oleh Imam Malik rahimahullah, “Tidak akan baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang membuat generasi awalnya menjadi baik”. Sungguh sebuah ucapan yang pantas di tulis dengan tinta emas. Jikalau umat ini mengambil generasi terbaik itu sebagai teladan dalam segala aspek kehidupan niscaya kebahagiaan akan menyongsong mereka.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 04/Tahun VI/1423H/2002M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]

Baca selengkapnya di almanhaj.or.id