"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Selasa, 22 November 2011

KISAH PETANI

Di kisahkan jaman dahulu kala ada seorang petani miskin yang hidup dengan seorang puteranya. Mereka hanya memiliki seekor kuda kurus yang sehari-hari membantu mereka menggarap ladang mereka yang tidak seberapa. Pada suatu hari, kuda pak tani satu-satunya tersebut menghilang, lari begitu saja dari kandang menuju hutan.

Orang-orang di kampung yang mendengar berita itu berkata: "Wahai... Pak tani, sungguh malang nasibmu!".

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Keesokan harinya, ternyata kuda pak Tani kembali ke kandangnya, dengan membawa 100 kuda liar dari hutan.
Segera ladang pak Tani yang tidak seberapa luas dipenuhi oleh 100 ekor kuda jantan yang gagah perkasa. Orang-orang dari kampung berbondong datang dan segera mengerumuni "koleksi" kuda-kuda yang berharga mahal tersebut dengan kagum. Para Pedagang kuda segera menawar kuda-kuda tersebut dengan harga tinggi, untuk dijinakkan dan dijual. Pak Tani pun menerima uang dalam jumlah banyak, dan hanya menyisakan 1 kuda liar untuk berkebun membantu kuda tuanya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: "Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!".

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Keesokan harinya, anak pak Tani pun dengan penuh semangat berusaha menjinakan kuda barunya. Namun, ternyata kuda tersebut terlalu kuat, sehingga pemuda itu jatuh dan patah kaki nya.

Orang-orang di kampung yang melihat peristiwa itu berkata: "Wahai Pak tani, sungguh malang nasibmu!".

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Pemuda itupun terbaring dengan kaki terbalut untuk menyembuhkan patah kakinya. Perlu waktu lama hingga tulangnya yang patah akan membaik kembali. Keesokan harinya, datanglah Panglima Perang Raja ke desa itu. Dan memerintahkan seluruh pemuda untuk bergabung menjadi pasukan raja untuk bertempur melawan musuh di tempat yang jauh. Seluruh pemuda pun wajib bergabung, kecuali yang sakit dan cacat. Anak pak Tani pun tidak harus berperang karena dia cacat.

Orang-orang di kampung berurai air mata melepas putra-putranya bertempur, dan berkata: "Wahai Pak tani, sungguh beruntung nasibmu!".

Pak tani hanya menjawab, "Malang atau beruntung? Aku tidak tahu …"

Kisah di atas, mengungkapkan suatu sikap yang sering disebut "Tidak Menghakimi".
Sebagai manusia, kita memiliki keterbatasan untuk memahami rangkaian kejadian yang diskenariokan Sang Maha Sutradara. Apa-apa yang kita sebut hari ini sebagai "kesialan", barangkali di masa depan baru ketahuan adalah jalan menuju "keberuntungan". Maka orang-orang seperti Pak Tani di atas, berhenti untuk "menghakimi" kejadian dengan label-label "beruntung", "sial", dan sebagainya.

Karena, siapalah kita ini menghakimi kejadian yang kita sunguh tidak tahu bagaimana hasil akhirnya nanti. Seorang karyawan yang dipecat perusahaannya, bisa jadi bukan suatu "kesialan", manakala ternyata status job-less nya telah memecut dan membuka jalan bagi dirinya untuk menjadi boss besar di perusahaan lain.

Maka berhentilah menghakimi apa–apa yang terjadi hari ini, kejadian–kejadian PHK, Paket Hengkang, Mutasi tugas dan apapun namanya . . . . yang selama ini kita sebut dengan "kesialan", "musibah " dan lain-lain, karena ... sungguh kita tidak tahu apa yang terjadi kemudian dibalik peristiwa itu.

"Hadapi badai kehidupan sebesar apapun. Tuhan takkan lupa akan kemampuan kita. Kapal hebat diciptakan bukan untuk dilabuhkan di dermaga saja."
----------
dicomot dari status teman Facebook

Orang-orang Musyrik Kotor Menurut ALLAH

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا الْمُشْرِكُونَ نَجَسٌ فَلَا يَقْرَبُوا۟ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ بَعْدَ عَامِهِمْ هٰذَا ۚ وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّـهُ مِن فَضْلِهِۦٓ إِن شَآءَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini (tahun 9 Hijriyah). Dan jika kamu khawatir menjadi di miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesunggahnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. 9 : 28).

قٰتِلُوا۟ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّـهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْءَاخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّـهُ وَرَسُولُهُۥ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا۟ الْكِتٰبَ حَتَّىٰ يُعْطُوا۟ الْجِزْيَةَ عَن يَدٍ وَهُمْ صٰغِرُونَ
Perangilah orang orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tanduk. (QS. 9 : 29).

Tafsir Ayat
QS. 9 : 28. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah mereka mendekati Masjidilharam sesudah tahun ini (tahun 9 Hijriyah). Dan jika kamu khawatir menjadi di miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki. Sesunggahnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

Latar Belakang Turunnya Ayat
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa kaum musyrikin biasa datang ke Mekah membawa makanan untuk dijualnya di sana. Setelah kaum musyrikin dilarang datang ke Mekah (dengan turunnya ayat bagian pertama dari ayat 28 itu), Kaum Muslimin berkata: “Darimana kita dapatkan makanan ?“. Maka Allah menurunkan kelanjutan ayat itu (QS. 9 : 28) yang menegaskan bahwa Allah akan memberikan kecukupan dengan karunia-Nya. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa ketika turun ayat “innamal musyrikuna najasun fala yaqrabul masjidal harama ba’da amthhn hadza” (QS. 9 : 28), Kaum Muslimin menjadi gelisah karena dilarangnya kaum musyrikin masuk Mekah. Mereka berkata: “Siapa yang membawa makanan dan pakaian untuk kita ?“. Maka turunlah kelanjutan ayat itu (QS. 9 : 28) yang menegaskan bahwa Allah yang akan memberikan kecukupan kepada mereka. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Abus-Syaikh yang bersumber dari Sa’id bin Jubair. Demikian pula riwayat seperti ini bersumber dari ‘Ikrimah, Athiyah al-U’fi, Dhahhak, Qatadah dan lainnya.

QS. 9 : 29Perangilah orang orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tanduk. 
 
-----------------
Bibliography :  
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 282.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke -5, 1985, halaman 243 - 244.
Tulisan Arab Al-Qur'an

BIDANG PENGETERAPAN KESABARAN

Sabar itu haruslah diterapkan dalam segala bidang-kehidupan. Tidak hanya dalam menghadapi malapetaka (musibah) saja. Itu banyalah merupakan salah satu diantara bidang-bidang itu.
Sebagai contoh pada bidang-bidang mana harus diterapkan sikap sabar itu, dijelaskan di dalam Al-Quran:
“Dan orang-orang yang berlaku sabar dalam malapetaka, kemelaratan dan di waktu perang.” (Al-Baqarah : 177)

Pada ayat tersebut di atas diterangkan tiga bidang/ peristiwa. Pertama, ketika ditimpa malapetaka (musibah) yang sifatnya insidentil dan tiba-tiba, seumpama kematian, kecelakaan dan lain-lain. Kedua, dalam kemelaratan, kemiskinan, kesusahan hidup dan lain-lain. Ketiga, tatkala menghadapi perjuangan, seumpama perang dan lain-lain. Pada ayat-ayat yang lain masih banyak lagi suasana dan tempat-tempat yang disebutkan.
Jika dilihat dari sudut pandangan ahli-ahli falsafat Islam, mereka membagi bidang pengetrapan sikap sabar itu kepada lima macam, yaitu :
(1) Sabar dalam beribadat.
Sabar mengerjakan ibadat (as-satru fil ‘ibadah ialah deugan telun mengendalikan diri melaksanakan syarat-syarat dan tata-tertib ibadab itu.
Menurut Imam Gazali, dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan tiga hal, yaitu:
  • sebelum melakukan ibadah. Harus dibubui niat yang suci ikhlas, semata-mata beribadah karena taat kepada Allah;
  • sedang melakukan ibadah. Janganlah lalai memenuhi syarat-syarat, jangan malas mengerjakan tata-tertibnya. Seumpama mengerjakan shalat, janganlah melakukan sholat ”cotok ayam”, yaitu seperti ayam yang sedang mencotok padi, main cepat-cepat dan kilat saja. Yang dikerjakan hanya yang wajib-wajibnya saja, sedang yang sunnat-sunnat ditinggalkan. Pada hal tidak ada yang akan diburu atau yang mendesak.
  • sesudah selesai beribadah. Jangan bersikap riya, menceriterakan ke kiri dan ke kanan tenntang ibadah atau amal yang dikerjakan, dengan maksud supaya mendapat sanjungan dan pujian manusia.

(2) Sabar ditimpa malapetaka.
Sabar ditimpa malapetaka atau musibah (as-shabru ‘indal mushibah) ialah teguh hati ketika mendapat cobaan, baik yang bertentuk kemiskinan. maupun berupa kematian, kejatuhan; kecelakaan. diserang penyakit dan lain-lain sebagainya. Kalau malapetaka itu tidak dthadapi dengan kesabaran; maka akan terasa tekanannya terhadap jasmaniah maupun rohaniah. Badan semakin lemah dan lem, hati semakin kecil. Timbullah kegelisahan, kecemasan. panik dan akhirnya putus-asa. Malah kadang-kadang ada pula yang nekad dan gelap mata mengambil putusan yang tragis, seumpama membunuh diri.

(3) Sabar terhadap kehidupan dunia.
Sabar terhadap kehidupan dunia (asshabru ‘aniddunya) ialah sabar terhadap tipudaya dunia, jangan sampai terpaut hati kepada kenikmatan hidup di dunia ini. Dunia ini adalah jembatan untuk kehidupan yang abadi, kehidupan akhirat. Banyak orang yang terpesona terhadap kemewahan hidup dunia. Dilampiaskannya hawa nafsunya, hidup berlebih-lebihan, rakus, tamak dan lain-lain sehingga tidak memperdulikan mana yang halal dan mana yang haram, malah kadang-kadang merusak dan merugikan kepada orang lain.
Kehidupan di dunia ini janganlah dijadikan tujuan, tapi hanya sebagai alat untuk mempersiapkan diri menghadapi kebidupan yang kekal.
Memang, tabiat manusia condong kepada kenikmatan hidup lahirlah, kehidupan yang nyata dilihat oleh mata dan dinikmati oleh indera-indera yang lain. Tak obahnya seperti orang yang meminum air laut, semakin diminum semakin haus.
Untuk ini diperlukan kesabaran menghadapinya.

(4) Sabar terhadap maksiat.
Sabar terhadap maksiat ini (as-shabru ‘anil-maksiat) ialah mengendalikan diri supaya jangan melakukan perbuatan maksiat. Tarikan untuk mengerjakan maksiat itu sangat kuat sekali mempengaruhi manusia, sebab senantiasa digoda dan didorong oleh Iblis. Ibils itu bertindak laksana kipas yang terus menerus mengipas-ngipas api yang kecil, sehingga akhirnya menjadi besar merembet dan menjilat-jilat ke tempat lain. Kalau api sudah semakin besar, maka sukar lagi memadamkannya.
Sabar terhadap maksiat itu bukanlah mengenai diri sendiri saja, tapi juga mengenai diri orang yang lain. Yaitu, berusaha supaya orang lain juga jangan sampai terperosok ke jurang kemaksiatan, dengan melakukan : amar makruf, nahi munkar. Yakni, menyuruh manusia melakukan kebaikan dan mencegahnya dari perbuatan yang salah dan buruk.

(5) Sabar dalam per juangan.
Sabar dalam perjuangan (as-shabru fil jihad) ialah dengan menyadari sepenuhnya, bahwa setiap perjuangan mengalami masa up and down, masa-naik dan masa-jatuh, masa-menang dan masa-kalah.
Kalau perjuangan belum berhasil, atau sudah nyata mengalami kekalahan, hendaklah berlaku sabar menerima kenyataan itu. Sabar dengan arti tidak putus harapan, tidak patah semangat. Harus berusaha menyusun kekuatan kembali, melakukan self-koreksi dan introspeksi (mawas diri) tentang sebab-sebab kekalahan dan menarik pelajaran daripadanya.
Jika perjuangun berhasil atau menang, harus pula sabar mengandalikan emosi-emosi buruk yang biasanya timbul sebagai akibat kemenangan itu, seperti sombong, congkak, berlaku kejam, membalas dendam dan lain-lain. Sabar disini harus diiiputi oleh perasaan syukut.
Apabila sesuatu perjuangan dikendalikan oleh sifat kesabaran, maka dengan sendirinya akan timbul ketelitian, kewaspadaan, usaha-usaha yang bersipat konsolidi dan lain-lain.
Orang yang tidak sabar dalam perjuangan kerapkali mundur di tengah jalan atau setelah sampai di medan juang, kalah sebelum mengangkat senjata dalam medan tempur.
---------------
SABAR DAN SYUKUR, M. Yunan Nasution, Penerbit Ramadhani, halaman 10 - 13

BANGSA YANG PERTAMA-TAMA MERENCANAKAN PEMBUNUHAN ISA AS

Allah berfirman (QS. Ali lmran : 52 – 54)
”Maka tatkala Isa merasakan kekufuran mereka, lalu ia berkata, “Siapakah menjadi pembelaku di jalan Allah?” Lain orang-orang Hawari berkata, “Kami adalah penolong-penolong Allah. Kami beriman kepada Allah. Dan saksikanlah, bahwa kami sungguh-sungguh orang-orang yang berserah diri.” (52)
“Wahai Tuhan kami, kami beriman kepada yang Engkau turunkan. Dan kami mengikuti Rasul. Maka catatlah kami bersama orang-orang yang menyaksikan.” (53)
“Dan mereka memperdayakan, tetapi Allah juga memperdayakan. Dan Allah sebaik-baik (pembalas) orang-orang yang memperdayakan.” (54)

Tatkala Islam mengetahui bangsa Yahudi tetap bersikap kafir, bermaksud menganiayanya, dan memang orang-orang Yahudi sering kali menganiaya beliau, mengejek dan mencemoohkannya. Kepada Isa mereka berkata, “Cobalah engkau terangkan si fulan tadi malam makan apa atau ia menyimpan apa di rumahnya besok pagi?” Bila pertanyaan ini dijawab oleh Nabi Isa dengan tepat, mereka pun tetap mengejeknya. Lebih daripada itu bangsa Yahudi bermaksud membunuh beliau. Karena itu beliau lalu menjadi takut dan bersembunyi, sehingga beliau dan ibunya pergi mengembara meninggalkan kampung halamannya.
Di saat Nabi Isa dalam pengejaran bangsa Yahudi ini, ia kemudian berkata kepada para sahabatnya, “Siapakah yang bersedia menyerahkan jiwanya karena Allah untuk membela diriku mengikuti jejakku meninggalkan jejak masyarakat yang tidak baik kemudian mau membela para Rasul Allah? Seruan Nabi Isa ini mendapat jawaban dari murid-munidnya yang dinamakan kaum Hawari. Para sahabat beliau ini berkata, “Kamilah penolong agama Allah, pejuang yang rela berkorban memperkokoh dakwahmu, sahabatnya yang setia mengikuti ajaranmu dan meninggalkan sikap membeo kepada para leluhur.
Kaum Yahudi berupaya dengan segenap tenaga dan mengatur segala tipu daya untuk dapat membunuh Nabi Isa. Karena itu mereka menugaskan seseorang untuk membunuh dan merayu Nabi Isa agar beliau mau datang ke suatu tempat yang mereka katakan sebagai tempat perlindungan, sehingga di tempat itu Nabi Isa dapat dibunuh. Tetapi tipu daya mereka ini gagal. Sebab di saat mereka datang menggerebek tempat persembunyian Nabi Isa dengan tiba-tiba Nabi Isa diangkat oleh Allah ke langit, lalu dimunculkan seorang dengan wajah mirip Nabi Isa, sehingga orang inilah yang kemudian mereka bunuh.
Bangsa Yahudi bukan hanya menjadi orang pertama yang berusaha untuk melenyapkan Nabi Isa dari permukaan bumi, tetapi juga mereka merupakan bangsa yang pertama membunuh Nabi-Nabi Sebelumnya.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 106 - 108

MASJID JAMI' USWATUN HASANAH Kedungmalang Kedung Jepara

Masjid Jami' Uswatun Hasanah Jepara

MASJID JAMI' USWATUN HASANAH
Kelurahan Kedungmalang
Kecamatan Kedung
JEPARA

Kamis, 17 November 2011

Masjid Besar Al Falah Wedung Demak 59554

Masjid Besar Al Falah Wedung Demak
MASJID BESAR AL FALAH
Jl. Raya Kauman No 2 Desa Wedung
Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak 59554

Posisi Desa : 110,61189 derajat Bujut Timur, 6,79755 derajat Lintang Selatan

Kamis, 10 November 2011

MASJID JAMI' AL-BURHAN DEMAK


Masjid Jami' Al-Burhan
MASJID JAMI' AL-BURHAN
Desa Berahan Kulon
Kecamatan Wedung
Kabupaten Demak

Posisi Desa : 110,61575 derajat Bujut Timur, 6,77719 derajat Lintang Selatan

Selasa, 08 November 2011

Kewajiban Berteguh Hati, Bersatu dalam Peperangan dan Larangan Berlaku Sombong dan Ria

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا۟ وَاذْكُرُوا۟ اللَّـهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. (QS. 8 : 45).

وَأَطِيعُوا۟ اللَّـهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنٰزَعُوا۟ فَتَفْشَلُوا۟ وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوٓا۟ ۚ إِنَّ اللَّـهَ مَعَ الصّٰبِرِينَ
Dan taatlah kepada Allah dan Rasul Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. 8 : 46).

وَلَا تَكُونُوا۟ كَالَّذِينَ خَرَجُوا۟ مِن دِيٰرِهِم بَطَرًا وَرِئَآءَ النَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ اللَّـهِ ۚ وَاللَّـهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud ria kepada manusia serta menghalangi (orang) dari jalan Allah. Dan (ilmu) Allah meliputi apa yang mereka kerjakan. (QS. 8 : 47).

Latar Belakang Turunnya Ayat QS 8 : 47
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa ketika kaum Quraisy keluar dari Mekah menuju perang Badr, mereka berpakaian indah-indah dan dibarengi dengan barisan musik. Maka Allah menurunkan ayat ini (QS. 8 : 47) yang melarang Kaum Muslimin berbuat seperti mereka, sombong dan ria. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi.
-----------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 268 - 269.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 231.
Tulisan Arab Al-Qur'an

BERHATI-HATI TERHADAP KENDALA-KENDALA KESABARAN

Bagi seluruh manusia khususnya orang beriman dan terutama para mujahid dakwah, apabila ingat tetap teguh dalam kesabaran, harus selalu waspada terhadap gejolak nafsu yang menghalangi perjalanan. Di antara kendala itu ialah :
A. Tergesa-gesa.
Nafsu dan watak manusia cenderung kepada sifat tergesa. Seolah-olah tergesa-gesa atau terburu-buru merupakan bagian dari perwujudan manusia.
Firman Allah :
”Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa.” (QS Al Anbiyaa : 37)

Bila seorang merasa terlalu lama untuk memperoleh apa yang diinginkannya maka hilanglah kesabarannya dan terasa sempit dadanya. Dia lupa bahwa sunnatullah terhadap makhluknya pasti dan tidak berubah. Segala sesuatu telah ditentukan ajalnya, tidak dipercepat tidak juga diperlambat. Tiap buah ada saat matangnya untuk dipelik. Terburu-buru dipetik tidak akan mempercepat matangnya dengan baik. Semua makhluk tunduk kepada sunnatullah, masing-masing berjalan sesuai perhitungan dan ukurannya. Dalam masalah ini Allah SWT berfirman kepada Rasulullah SAW :
”Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari Rasul-rasul telah bersabar dan janganlah kamu meminta disegerakan (azab) bagi mereka” (QS Al Ahqaaf : 35).

Jelas di sini bahwa azab terhadap kaum kafir sudah ditentukan waktunya. Kaum musyrik karena kebodohan dan kesesatannya menantang dengan angkuh agar disegerakan azab Allah. Allah SWT memberi jawaban atas tantangan mereka Firman Allah :
”Dan mereka meminta kepadamu supaya segera diturunkan azab. Kalau tidaklah karena waktu yang telah ditetapkan benar-benar telah datang azab kepada mereka, dan azab itu benar-benar akan datang kepada mereka dengan tiba-tiba, sedang mereka tidak menyadarinya”. (QS Al Ankabuut : 53)

B. Marah-marah
Seorang mujahid dakwah dapat saja marah bila mad’u (obyek dakwah) berpaling daripadanya dan menjauhi dakwahnya. Dia kesal, berbuat yang tidak sepantasnya, putus asa kemudian menjauhi mereka. Mujahid dakwah seharusnya bersikap sabar terhadap mad’u dan tidak bosan untuk mengulang-ulangi kembali manuver dakwahnya, dengan harapan semoga hati mereka terbuka. Apabila hanya seorang saja yang tersentuh hatinya oleh nur hidayah maka itu sudah merupakan hasil yang besar dan lebih baik dari perolehan rezeki materi yang diberikan sinar matahani untuk dirinya. Karena itu Allah berfirman kepada Rasulullah SAW :
”Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Rabbmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdo‘a sedang ia dalam keadaan marah (terhadap kaumnya). Kalau sekiranya ia tidak segera mendapat nikmat dari Rabbnya, benar-benar ia dicampakkan ke tanah tandus dalam keadaan tercela. Lalu Rabbnya memilihnya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang shaleh”. (QS Al Qalam : 48 – 50).

Yanq dimaksud dalam ayat ini ialah Nabi Yunus AS. Dalam surat Al Anbiyaa disebut “Dzannun” (yang ditelan oleh annun). Annun artinya ikan besar (paus). Nabi Yunus A.S diutus kepada penduduk negeri yang dikenal dengan NINAWA di IRAQ. Dia menyeru mereka pada tauhid, tetapi mereka langsung menolaknya mentah-mentah. Tidak ada seorangpun di antara mereka yang menyambut dan menerima dakwah Nabi Yunus. Nabi Yunus terlalu cepat kehilangan kesabarannya. Dengan marah dia pergi meninggalkan kaumnya sebelum diizinkan Allah. Dia mengira bumi Allah luas dan Allah tidak akan membatasi jangkauan dakwahnya. Dia berupaya mendatangi kaum yang lain dengan harapan kelak ada orang mukmin dan sholeh yang mau menerima dakwahnya Dia menuju pantai, melihat kapal yang sarat penumpang lalu menyelinap naik. Di tengah laut kapal yang penuh muatan hampir tenggelam. Harus ada penumpang yang dibuang ke laut untuk menyelamatkan kapal dari bahaya karam. Mereka semua diundi dan undian jatuh kepada Yunus. Yunus dibuang ke laut, ditelan ikan besar (paus). Yunus tinggal dalam perut paus beberapa hari lamanya dan yang mengetahui nasibnya hanyalah Allah SWT. Dalam kegelapan berlapis tiga, kegelapan kedalaman laut, kegelapan perut ikan dan kegelapan malam hari Yunus berdo’a kepada Allah :
“Tidak ada illah selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim” (QS Al Anbiyaa : 87)

Allah SWT mengabulkan do’a Yunus. Ia dimuntahkan oleh paus ke pantai dalam keadaan sakit dan ia menyalahkan dirinya sendiri. Allah menumbuhkan tanaman Yaqthin yaitu pohon rambat berdaun lebar-lebar (semacam labu) untuk melindungi tubuhnya dari terik matahari yang menyengat dengan keras. Kemudian Yunus diutus kembali kepada penduduk negeri itu yang berjumlah seratus ribu jiwa lebih dan serta merta beriman kepada Allah. Dan Allah menganugerahkan kemakmuran dan kesenangan bagi mereka. Kisah ini menjadi peringatan bagi Rasulullah SAW agar bersabar terhadap sunnatullah.

C. Rasa sedih dan susah yang mendalam
Yang paling menyedihkan dan menyakitkan hati para mujahid dakwah yang mukhlis ialah penolakan dan pembangkangan kaumnya terhadap dakwahnya. Belum lagi tipu daya muslihat, fitnah, tindakan permusuhan mereka terhadap mereka. Dalam hal ini Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW :
”Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaran itu melainkan dengan pertolongan Allah, dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan” (QS An Nahl : 127).

Begitu mendalamnya kesedihan, kesusahan dan sakit hati Rasulullah SAW sehingga Al-Qur’an mengingatkan beliau dengan nada tegas dan keras.
”Maka boleh jadi kamu hendak meninggalkan sebahagian dari apa yang diwahyukan kepadamu dan sempit dadamu karenanya. Karena khawatir bahwa mereka akan mengatakan : “Mengapa tidak diturunkan kepadanya perbendaharaan (kekayaan) atau datang bersama-sama dengan dia seorang malaikat?” Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan, dan Allah pemelihara segala sesuatu”. (QS Huud : 12).

”Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman” (QS Asy Syu’araa: 3).

Firman Allah:
”Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Qur’an)” (QS Al Kahfi : 6).

”Janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat ."(QS Faathir : 8).

"Dan jikalau Rabbmu menghendaki tentulah orang-orang yang dimuka bumi seluruhnya beriman. Apakah kamu hendak memaksa manusia supaya menjadi orang-orang yang beriman semuanya”. (QS Yunus : 99).

Iman dan kufur, hidayah dan kesesatan merupakan suatu kenyataan yang berlaku di seluruh alam semesta dan termasuk takdir-Nya. Sunnatullah atau ketetapan hukum dan peraturan tidak dapat dihilangkan sama sekali bahkan dapat mengalahkan manusia.

D. Putus Asa
Putus asa merupakan kendala paling besar terhadap kesabaran. Dengan datangnya putus asa hilanglah kesabaran. Karena yang mendorong seseorang mengatasi kesulitan dan kelelahan bercocok tanam, mengairi dan memeliharanya ialah harapan memetik buahnya. Kalau hatinya dihinggapi keputus-asaan, maka hilanglah kesabarannya untuk melanjutkan pekerjaannya di lahan tanamannya Demikian juga halnya pekerja di bidangnya masing-masing dan para mujahid dakwah dengan risalah di dakwahnya. Firman Allah :
”Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang breiman. Jika kamu (pada perang Uhud) menderita luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) menderita luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia agar mereka mendapat pelajaran), dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu di jadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim”. (QS Ali Imran : 139-140).
”Dan janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu.” (QS Muhammad : 35).
---------
AL-QURAN MENYURUH KITA SABAR, Dr. Yusuf Qordhowi, Penerbit Gema Insani Press Jakarta,Cetakan kedua Nopember 1989, halaman 103 - 107

BANGSA YANG TERLARANG BAGI KAUM MUKMININ UNTUK BERSETIA KAWAN

Allah berfirman: (QS. Ali Imran : 28)
”Dan janganlah orang-orang beriman menjadikan orang-orang kafir sebagai teman-teman lebih dari orang-orang beriman. Dan barangsiapa berbuat demikian, maka tidaklah ada (perlindungan) dari Allah sedikitpun. Kecuali karena kamu takut betul-betul (gangguan) dari mereka. Dan Allah mengancam kamu dengan diri-Nya dan kepada Allah tempat kembali.”

Ahli-ahli sejarah telah meriwayatkan bahwa sebagian orang yang tadinya masuk Islam terkecoh oleh kegagalan dan kekuatan orang-orang kafir kemudian mereka meninggalkan Islam dan memihak mereka. Soal seperti ini tidaklah aneh. Bahkan sesuatu yang sudah menjadi tabiat manusia.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa ia berkata, “Adalah Hajjaj bin Amr dan lbnu Abil Huqaiqu dan Qais Ibnu Zaid, semuanya orang Yahudi berteman karib dengan beberapa orang Anshor. Mereka ini suka mengganggu agama orang-orang Anshor itu. Lalu Rifaah bin Mundair ini berkata, “Jauhilah orang-orang Yahudi itu. Tetapi beberapa orang Anshor enggan, bahkan tetap berteman karib dengan mereka, orang-orang Yahudi itu.” Lalu turunlah ayat ini.
Ayat di atas maksudnya, janganlah orang-orang beriman memuliakan orang-orang kafir, lalu menyampaikan rahasia-rahasia tertentu dalam soal-soal agama kepada mereka dan mendahulukan kepentingan mereka daripada kaum mukminin. Karena perbuatan seperti ini berarti mengutamakan mereka dan menyokong kekafiran, serta mengabaikan keimanan.
Ringkasnya, orang-orang mukminin dilarang menjadikan orang-orang kafir sebagai teman dekat atau pimpinan, karena hubungan keluarga atau persahabatan jahiliyah atau karena tetangga atau hubungan pergaulan lain-lainnya. Tetapi seharusnya orang-orang mukmin memperhatikan apa yang menjadi perintah Islam seperti mencintai dan membenci semata-mata haruslah berdasarkan pertimbangan agama. Berdasarkan pertimbangan inilah maka memilih teman dekat sesama orang beriman lebih menjadikan baik kepentingan agama mereka daripada berteman karib dengan orang-orang kafir.
Tetapi jika hubungan teman karib dan kawan penjanjian itu untuk kepentingan bersama kaum muslimin, maka tidak ada salahnya. Sebab Nabi saw pernah mengadakan perjanjian persahabatan dengan suku Khuza’ah yang masih musyrik. Begitu pula tidak salah seorang muslim pencaya dan berhubungan baik dengan orang-orang bukan Islam dalam urusan keduniaan.
Akan tetapi bila dalam keadaan tertentu yang mengharuskan kaum mukminin untuk mengambil golongan kafir sebagai teman kerja sama, maka hal ini dibolehkan.
Jika menjadikan mereka sebagai teman itu dibolehkan, karena adanya bahaya, maka adalah lebih utama membolehkan mengambil mereka sebagai teman dekat di dalam urusan yang menguntungkan ummat Islam. Jadi tidak ada salahnya suatu negara Islam, bila mengadakan perjanjian persahabatan dengan negara non-Islam bila membawa keuntungan yang lebih baik, mungkin untuk menolak bahaya atau memperoleh keuntungan. Tetapi tidak boleh mengadakan perjanjian persahabatan di dalam sesuatu hal yang merugikan ummat Islam. Kebolehan ini tidak hanya terbatas ketika keadaan lemah, tetapi berlaku pada segala waktu.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 104 - 106

Sabtu, 05 November 2011

Faedah Bertakwa

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ اللَّـهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ۗ وَاللَّـهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahan dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar (QS. 8 : 29).

Tafsir Ayat
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa para ulama salaf berpendapat mengenai firman Allah ta'ala; "..., jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqaan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil), ...", bahwa yang dimaksud dengan furqaan adalah nuur (cahaya) yang dengannya dapat membedakan antara yang haq dengan yang batil. Sebagian mereka mengatakannya pula sebagai bashiiraa (petunjuk). Ayat ini berlaku umum untuk semua bentuk jalan keluar dari kesempitan, baik bersifat lahiriah maupun kesempitan batiniah.

-----------------
Bibliography :
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 265.
Tazkiyatun Nafs, Ibnu Taimiyah, Penerbit : Darus Sunnah Press, Jakarta Timur, Cetakan Pertama : November 2008, halaman 60.
Tulisan Arab Al-Qur'an

BANGSA YANG MENJADIKAN AGAMA SEBAGAI ALAT KEBOHONGAN

Allah berfirman : (QS. Ali Imran 23 – 24)
“Tidakkah Engkau melihat orang-orang yang telah diberi bagian dari Kitab suci, mereka diajak kepada kitab Allah untuk memisahkan di antara mereka, kemudian segolong mereka berpaling seraya mereka mengingkari.” (23)
Demikian itu, karena mereka telah berkata, ”Tidaklah api neraka akan menyentuh kami kecuali beberapa hari tertentu. Dan mereka telah terpedaya dalam agama mereka karena dusta yang mereka adakan.” (24)

Bangsa Yahudi sering berhakim kepada Nabi saw dengan niat untuk memajukan keputusan-keputusan yang ditetapkan beliau kepada mereka. Tetapi kalau putusan itu di luar yang mereka inginka, lalu mereka menolaknya dan pergi meninggalkan Nabi. Pernah sekelompok orang Yahudi terkemuka berbuat zina. Kemudian mereka datang kepada Nabi untuk minta pengadilan. Lalu Nabi menetapkan hukumannya sesuai dengan kitab suci mereka. Namun mereka ternyata menolak, sebab motif mereka datang kepada Nabi adalah untuk mendapatkan hukuman yang lebih ringan daripada yang ada di dalam kitab suci mereka.
Sekelompok pemuka Yahudi yang selama ini mengaku berpegang teguh pada kitab suci mereka, sehingga menolak kehadiran Nabi saw dan mengingkari kitab suci Al Qur’an, ternyata pada saat menerima keputusan hukum sebagaimana bunyi ketentuan kitab suci mereka sendiri juga mereka tolak. Mereka sebenarnya selalu ragu-ragu terhadap agama mereka sendiri, akan tetapi pada saat mereka mengingkari kerasulan Muhammad dan Kitab Al Qur’an, mereka jadikan kitab suci mereka sebagai kedok untuk membenarkan kekufuran mereka itu.
Sebagian dari kaum Yahudi mempunyai keyakinan, walaupun mereka berbuat dosa apapun, namun hanyalah sementara saja mengalami siksa neraka di akherat. Anggapan yang menganggap ringan adanya siksa neraka dan memandang kecil terhadap ancaman atas dosa-dosa yang mereka lakukan karena merasa punya hubungan darah dengan para Nabi mereka. Jadi mereka berani berbohong atas nama agama, yaitu sebagai keluarga dari para Nabi mendapatkan suatu perlakuan istimewa di sisi Allah.
Orang-orang yang menganggap kecil ancaman Allah, karena beranggapan tidak akan turun ancaman itu kepada orang yang semestinya dikenai hukuman, akan mengakibatkan orang seperti itu menyepelekkan perintah-perintah dan larangan-larangan Allah. Sebab itu ia tanpa peduli melanggar kehormatan agama, menganggap remeh pemenuhan kewajiban. Demikianlah keadaan semua ummat ketika mereka berani durhaka kepada agamanya dan tidak memperdulikan perbuatan-perbuatan dosa. Hal ini telah terjadi pada bangsa Yahudi dan ummat Nasrani kemudian ummat Islam. Karena kebanyakan ummat Islam dewasa ini punya anggapan bahwa seorang muslim sekalipun berbuat dosa-dosa besar dan keji, mungkin ia akan mendapat syafaat atau selamat dengan membayar kafarat atau mungkin akan dimaafkan dan diampuni oleh Allah, karena karunia dan kebaikan Allah. Dan jika dosanya itu akan menerima siksa, maka siksanya sebentar. Kemudian keluar dari neraka masuk syurga. Sedangkan orang-orang yang beragama lain akan kekal di dalam neraka, sekalipun mereka berbuat baik atau berbuat dosa.
Bangsa Yahudi yang tertanjur punya doktrin sebagai kekasih Tuhan dan manusia pilihan dengan sangat berani mengadakan kebohongan-kebohongan yang diatas-namakan ajaran agama. Doktrin-doktrin mereka yang mereka pandang sebagai ajaran agama adalah sebagai berikut :
  1. merasa menjadi anak Tuhan dan kekasihnya;
  2. manusia yang mendapat perlakuan istimewa di sisi Allah karena nenek moyangnya banyak yang menjadi Nabi;
  3. bahwa Allah berjanji kepada mereka untuk tidak menyiksa keturunan Nabi Ya’qub kecuali hanya sebentar saja.
Semua doktrin ini tidak satu pun dapat mereka buktikan sebagai ketentuan yang tercantum di dalam kitab suci mereka. Sebab itu mereka kemudian berusaha untuk memasukkan hal-hal tersebut ke dalam keyakinan mereka dalam dongeng-dongeng. Oleh karena itu kalau kita tuntut supaya mereka menunjukkan adanya firman Tuhan di dalam kitab suci mereka mengenai hal-hal tersebut, muncullah kebohongan-kebohongan mereka. Soal siksa misalnya adalah suatu masalah yang tidak dapat ditetapkan berdasarkan akal manusia. Karena soal ini bersifat ghaib. Dengan demikian mereka harus dapat menunjukkan adanya wahyu dari Allah yang menyatakan bahwa siksa neraka bagi bangsa Yahudi hanyalah beberapa hari saja. Karena wahyu semacam ini tidak ada, jelaslah bahwa doktrin-doktrin agama yang mereka percayai di atas adalah suatu kebohongan.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 101 - 104

BERIMAN KEPADA TAQDIR DAN SUNNATULLAH

Salah satu faktor penunjang kesabaran ialah beriman bahwa taqdir Allah pasti berlaku. Apa yang menimpa diri seorang bukanlah suatu kesalahan atau kekeliruan atau terjadi secara kebetulan. Dan semua yang sudah ditentukan taqdir-Nya tidak mungkin salah atau meleset.
Berserah dan pasrah kepada taqdir Allah dalam situasi dan kondisi seperti itu merupakan suatu hal yang disyariatkan dan terpuji. Sebab itu merupakan suratan Qodar, tidak ada pilihan atau alternatif lain bagi manusia. Bencana alam, kemarau panjang, perubahan cuaca dan lain-lain merupakan contoh qodar. Jika demikian akan memiliki pengarut yang meringankan kesedihan batinnya atas kehilangan dan kerugian yang dideritanya.
Allah SWT berfirman :
‘Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri”. (QS Al Hadiid : 22 – 23).

Taqdir Allah merupakan suatu kepastian baik manusia itu rela menerimanya ataupun marah-marah menggerutu, baik dengan sabar ataupun dengan gelisah.
Orang yang berakal harus sabar dan rela agar tidak kehilangan pahala. Kalau tidak sabar dengan rela maka sabar terpaksa yang dilakukannya tidak ada nilainya baik dari segi dien ataupun dan segi moral
Sabda Rasulullah SAW. :
“Sesungguhnya sabar itu pada saat pukulan yang pertama.” (Riwayat Imam Bukhori).

Seorang ‘arif berkata :
”Orang yang berakal melakukan pada hari pertama tertimpa musibah apa-apa yang dilakukan orang jahil sesudah beberapa hari”
Mengeluh, menggerutu, gelisah, terkejut dan susah tidak dapat mengembalikan apa yang telah hilang, juga tidak dapat menghidupkan kembali apa yang sudah mati dan tidak dapat merubah kepastian hukum Allah baik terhadap manusia maupun alam semesta.
Firman Allah :
”Karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya sunnatullah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan menemui perubahan bagi sunnatullah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu.” (QS Faathir : 43).

Al-Qur’an memberi isyarat kepada Rasulullah SAW ketika beliau diganggu oleh kaum musyrikin Quraisy. Mereka mendustakan Rasulullah dengan ucapan-ucapan yang menyakitkan hati.
Firman Allah :
”Sesungguhnya Kami mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan kamu, (janganlah kamu bersedih hati), karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang zalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. Dan sesungguhnya telah didustakan (pula). Rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebagian dari berita Rasul-rasul itu. Dan jika berpalingnya mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mu‘jizat kepada mereka, (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk. Sebab itu janganlah kamu sekali-sekali termasuk orang-orang yang jahil “(QS Al An’aam : 33 – 35)

Ayat ini merupakan peringatan bagi Rasulullah SAW. Jika tidak dapat berlaku sabar maka silahkan membuat lubang di tanah atau tangga ke langit untuk melarikan diri.
Allah berfirman kepada orang-orang yang berputus asa dari pertolongan Allah dan patah harapan dari rahmat Allah dan bersikap sempit dada :
” Barang siapa yang menyangka bahwa Allah sekali-sekali tiada menolongnya (Muhammad) di dunia dan akherat, maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya’’ (QS Al Hajj : 15)

Sebagian orang mengatakan bahwa sabar merupakan usaha orang yang sudah tidak punya daya upaya. Apabila kunci masalah ada di tangan orang lain maka kita harus bersabar Apabila kunci masalah dikembalikan kepada kita, berangsur sedikit demi sedikit, meskipun kita sangat memerlukannya segera, maka tidak ada pilihan lain kecuali kita harus bersabar. Kalau tidak yang sedikit itupun akan hilang.
---------
AL-QURAN MENYURUH KITA SABAR
, Dr. Yusuf Qordhowi, Penerbit Gema Insani Press Jakarta,Cetakan kedua Nopember 1989, halaman 101 - 103

Jumat, 04 November 2011

Larangan Berkhianat

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تَخُونُوا۟ اللَّـهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوٓا۟ أَمٰنٰتِكُمْ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. (QS. 8 : 27).

وَاعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَآ أَمْوٰلُكُمْ وَأَوْلٰدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللَّـهَ عِندَهُۥٓ أَجْرٌ عَظِيمٌ
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. 8 : 28).

Tafsir Ayat
QS. 8 : 27. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui. 

Latar Belakang Turunnya Ayat
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa turunnya ayat ini (QS 8 : 27) berkenaan dengan Abu Lubabah bin Abdil Mundzir (seorang Muslim) yang ditanya oleh Bani Quraidlah (yang memusuhi Kaum Muslimin) waktu perang Quraidlah tentang pandangan Kaum Muslimin terhadap mereka. Abu  Lubabah memberi isyarat dengan tangan pada lehernya (maksudnya akan dibunuh).
Setelah turun ayat’ ini (QS 8 : 27) Abu Lubabah menyesali perbuatannya karena membocorkan rahasia Kaum Muslimin. Ia berkata: “Teriris hatiku sehingga hatiku tidak dapat kugerakkan karena aku merasa telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya”.Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur dan lainnya yang bersumber dari Abdullah bin Abi Qatadah.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Abu Sufyan meninggalkan Mekah (memata-matai kegiatan Kaum Muslimin). Hal ini disampaikan oleh Jibril kepada Nabi saw. bahwa Abu Sufyan berada di suatu tempat. Bersabdalah Rasulullah saw. kepada para Shahabat: “Abu Sufyan sekarang berada di suatu tempat, tangkaplah dan tahanlah ia”. Seorang dan kaum munafqin yang mendengar perintah Rasul itu memberitahukannya dengan surat kepada Abu Sufyan agar dia berhati-hati karena Nabi Muhammad telah mengetahui maksudnya. Maka turunlah ayat ini (QS. 8 : 27) bagai peringatan untuk tidak berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya”. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan lainnya yang bersumber dari Jabir bin Abdilah. Hadits ini sangat Gharib di dalam sanadnya, dan susunan bahasanya perlu diteliti kembali.

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa Kaum Muslimin mendengarkan perintah Nabi saw. (yang perlu dirahasiakan), tapi disebarkan di antara kawan-kawannya sehingga sampai kepada kaum musyrikin. Maka turunlah ayat ini (QS. 8 : 27) yang menegaskan bahwa penyebaran perintah seperti itu adalah khianat kepada Allah dan Rasul-Nya.Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari as-Suddi.

QS. 8 : 28. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.

-----------------
Bibliography :    
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 264.
Asbabun Nuzul, KH Qomaruddin, Penerbit CV. Diponegoro Bandung, Cetakan ke-5, 1985, halaman 224 - 225.
Tulisan Arab Al-Qur'an

JENIS-JENIS AWAN

Pengembunan juga terjadi di langit. Pengembunan itu membentuk awan. Awan mengandung berjuta-juta titik-titik air kecil. Kalau hawanya terlalu dingin, awan itu mengandung kristal es, bukan lagi titik-titik air. Jenis awan bermacam-macam. Ada awan yang mirip selimut berwarna abu-abu di langit. Namanya awan stratus.
Awan cirrus berbentuk gumpalan-gumpalan kecil, jauh tinggi di langit.
Awan itu mengandung kristal es. Awan cumulus bentuknya seperti gumpalan kapas. Ada awan cumulus yang makin lama makin besar dan hitam.
Awan seperti itu dinamakan awan cumulo-nimbus.
-----------
CUACA, Penerbit Gramedia, Jakarta 1978, halaman 12 - 13

Meneladani Orang-orang yang Sabar dan Memiliki Kebulatan Tekat

Yang dapat menopang kesabaran diantaranya merenungi dengan seksama perjalanan hidup orang-orang yang sabar dalam menghadapi penindasan dan penganiayaan, khususnya mereka para mujahid da’wah, para nabi dan rasul pembawa risalah Allah dan orang-orang pilihan kesayangan Allah.
Kehidupan dan perjuangan mereka menjadi suri teladan dan pelajaran bagi umat sesudah mereka. Ayat-ayat yang turun di Mekkah banyak meriwayatkan penjuangan para nabi. Bahkan diulang-ulang dalam beberapa surat sebagai pelipur dan penghibur bagi Muhammad SAW dan kaum beriman. Juga sebagai penguat batin dalam menghadapi musuh-musuh da’wah yang kuat perlawanannya dan banyak jumlahnya.
Firman Allah SWT. :
”Dan semua kisah dari Rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman” (QS Huud : 120).

”Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) Rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka bersabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merubah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu” (Al An’aam : 34)

”Mengapa kami tidak akan bertawakkal kepada Allah padahal Dia telah menunjukkan jalan kepada kami dan kami sungguh-sungguh akan bersabar terhadap gangguan-gangguan yang kamu lakukan kepada kami. Dan hanya kepada Allah saja orang-orang yang bertawakkal itu berserah diri.” (QS Ibrahim : 12).

Para Rasul yang menyeru kepada tauhid dan jalan Allah, Selalu diancam kaumnya dengan pembuangan dan pengusiran atau kembali kepada pengabdian berhala dan mengikuti kesesatan mereka.
Nabi Syu’aib menasehati kaumnya dengan ucapan dan dialog yang mengesankan dan mengharukan dan mengakhiri ucapannya dengan :
”Jika ada segolongan dari kamu beriman kepada apa yang aku diutus untuk menyampaikannya dan ada (pula) segolongan yang tidak beriman, maka bersabarlah, hingga Allah menetapkan hukumnya di antara kita, dan Dia adalah Hakim yang sebaik-baiknya.” (QS Al A’raaf: 87).

Tetapi apa jawaban kaumnya?
”Pemuka-pemuka dari kaum Syu‘aib yang menyombongkan diri berkata : “Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu‘aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dan kota kami, atau kamu kembali pada agama kami, Berkata Syu‘aib ”Dan apakah (kamu akan mengusir kami). kendatipun kami tidak menyukainya?” (Al A’raaf : 88).

Kaum Nabi Luth-pun melakukan perbuatan yang sama. Mereka berseru :
”Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan : ”Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang mendakwakan dirinya bersih” (An Naml : 56).

Apabila pada suatu saat Rasulullah SAW bersedih dan bersempit dada karena perbuatan dan tipu daya orang-orang kafir, maka dengan mengingat kesabaran Rasul-rasul hilanglah kesedihan beliau dan kembali kuat tekadnya.
Firman Allah kepada beliau :
”Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutllah petunjuk mereka” (Al An’aam : 90)

Sahabat Al Khobbab Ibnul Arts datang kepada Rasulullah SAW. Mengeluh tentang gangguan dan fitnah-fitnah orang-orang kafir terhadap Islam dan dirinya serta saudara-saudaranya yang tertindas dan berkata :
”Ya Rasulullah, tidakkah Rasulullah mohon pertolongan Allah untuk kita dan untuk kemenangan kita?”. Rasulullah SAW menjawab “Orang-orang sebelum kamu ada yang dikubur hidup-hidup, ada yang dibelah dua tubuhnya dari ujung kepala dengan gergaji, ada yang digaruk (disisir) tubuhnya dengan sisir besi yang tajam hingga terpisah daging dan tulang, tetapi semua itu tidak mampu mengeluarkan mereka dari diennya. Demi Allah, Allah menghendaki hal itu sehingga seorang pergi dari Shon’a ke Handramaut tanpa ada yang ditakuti kecuali Allah atau serigala yang mengancam iringan dombanya. Tetapi kalian terburu-buru” 
(Riwayat Imam Bukhori dan lain-lain).
---------
AL-QURAN MENYURUH KITA SABAR, Dr. Yusuf Qordhowi, Penerbit Gema Insani Press Jakarta,Cetakan kedua Nopember 1989, halaman 98 - 100

BANGSA YANG MENGANGGAP DAGANG DAN RIBA SAMA SAJA

Allah berfirman (QS. Al Baqarah : 275)
“Orang-orang yang memakan riba, mereka tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang-orang yang gila kesurupan setan. Demikian itu karena mereka telah berkata, “Berdagang itu sesunngguhnya sama dengan riba”. Padahal Allah menghalalkan berdagang dan mengharamkan riba. Maka barangsiapa mau berhenti setelah datangnya nasehat ini dari Tuhan kepadanya, maka baginyalah apa yang sudah lalu dan perkaranya terserah kepada Allah. Tetapi barangsiapa yang mengulang kembali, maka merekalah penghuni neraka. Mereka akan kekal di dalamnya.”

Bangsa Yahudi menghalalkan riba, karena beranggapan bahwa keuntungan dengan berjual-beli dan keuntungan membungakan uang sama saja. Mereka beranggapan, kalau menjual barang dengan harga Rp. 10,- kontan, kemudian kalau dengan kredit Rp. 15,- atau Rp. 20,- dibolehkan, maka sebenarnya meminjamkan uang dengan bunga pun juga dibolehkan. Menurut mereka selisih bunga dalam kredit Sesuatu barang adalah karena pengunduran waktu. Jika pengunduran waktu semacam ini boleh dijadikan alasan untuk menaikkan harga barang, maka mengapa meminjamkan uang dengan bunga tidak boleh?
Pendirian mereka semacam ini sebenarnya adalah berdasarkan pikiran analogis yang salah. Kesalahannya ialah bahwa di dalam pembungaan uang secara otomatis merugikan satu pihak. Sedangkan dalam jual-beli (berdagang) pembeli dan penjual sama-sama menghadapi barangnya yang nyata, baik manfaat yang dapat dirasakan seketika itu ataupun pemikiran untuk selama-lamanya.
Misalnya orang yang membeli gandum, maka ia membeli untuk dimakan atau diperdagangkan lagi, dan bukan untuk dibuang ke tanah. Dan harga barang yang dibeli hanyalah dilakukan antara pembeli dan penjual berdasarkan kemauan bebas dan dengan kerelaan. Adapun riba berarti memberikan beberapa rupiah kepada peminjam, kemudian mengambilnya kembali berlipat ganda pada waktu yang lain. Apa yang diambilnya dan peminjam lebih dari pokok pinjaman bukanlah sebagai penukaran atau imbalan dan nilai barang atau kerja, tidak diambil atas dasar kerelaan dan kemauan bebas, tetapi dengan paksa dan kebencian.
Jual beli sebagai sarana untuk mendapatkan sesuatu yang akan dimiliki dilakukan oleh seseorang dengan pilihan dan kemauan bebas serta adanya kemerdekaan tawar-menawar. Dengan demikian dalam jual beli tidak ada sifat pemaksaan sepihak. Sebab jual beli yang dilakukan dengan cara paksaan adalah tidak syah. Hal ini jauh berbeda dengan riba. Selain tidak ada kemerdekaan dan kebebasan pilihan pada pihak yang harus membayar bunga, pada pihak pemberi pinjaman tidak mengalami resiko bila terjadi sesuatu yang merugikan. Bahkan pemberi pinjaman selalu bertambah keuntungannya sedangkan peminjam bertambah berat menanggung bunga uang.
Memperhatikan cara berpikir bangsa Yahudi yang menganggap dagang dan riba sama saja menunjukkan bahwa mereka mempunyai karakter lintah darat dan pemeras serta jauh dari perasaan belas kasihan kepada orang yang lemah. Maka dunia perdagangan bila dikuasai oleh bangsa Yahudi niscaya akan menimbulkan malapetaka bagi ummat manusia seluruh dunia. Bukti yang konkrit pada zaman modern ini ialah bencana yang menimpa negara-negara berkembang akibat yang dililit hutang akibat pinjaman yang berbunga dari Bank-Bank milik Yahudi di Amerika dan di Eropa Barat.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an
karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 98 - 101

Selasa, 01 November 2011

Kewajiban Menta'ati Perintah ALLAH dan Rasul-Nya

يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ اسْتَجِيبُوا۟ لِلَّـهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ ۖ وَاعْلَمُوٓا۟ أَنَّ اللَّـهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِۦ وَأَنَّهُۥٓ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah mendinding antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan. (QS. 8 : 24).

وَاتَّقُوا۟ فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنكُمْ خَآصَّةً ۖ وَاعْلَمُوٓا۟ أَنَّ اللَّـهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (QS. 8 : 25).

وَاذْكُرُوٓا۟ إِذْ أَنتُمْ قَلِيلٌ مُّسْتَضْعَفُونَ فِى الْأَرْضِ تَخَافُونَ أَن يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَـَٔاوَىٰكُمْ وَأَيَّدَكُم بِنَصْرِهِۦ وَرَزَقَكُم مِّنَ الطَّيِّبٰتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan ingatlah (hai para muhajirin) ketika kamu masih berjumlah sedikit, lagi tentindas di muka bumi (Mekah), kamu takut orang-orang (Mekah) akan menculik kamu, maka Allah memberi kamu tempat menetap (Madinah) dan dijadikan-Nya kamu kuat dengan pertolongan-Nya dan diberi-Nya kamu rezki dari yang baik- baik agar kamu bersyukur. (QS. 8 : 26).
-----------------
Bibliography :    
Al Qur'aan dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Qur'an, Depag, Pelita II/ 1978/ 1979, halaman 264.
Tulisan Arab Al-Qur'an

LAMPU, mana yang perlu

KAPAN masalah lampu harus dipikirkan? Sebelum kita mengerjakan desain interior atau sesudahnya? Umumnya dalam perencanaan dekorasi suatu ruang. kita hanya mempertimbangkan materi bahan yang akan dipakai seta improvisasi ruang dan estetikanya. Untuk masalah lampu dipikirkan kemudian toh fungsinya hanya sebagai alat penerang di waktu malam.
Tetapi lampu adalah suatu unsur dekorasi yang memiliki peran cukup penting. Dengan lampu kita dapat mengungkapkan segala materi dan inspirasi yang ada, sehingga kekeliruan dalam pemilihan, baik jenis dan bentuk lampu, dapat menjadikan tatanan interior berkesan kaku tanpa inspirasi. Dalam desain interior lampu bukan hanya sebagai penghasil cahaya untuk penerangan, tetapi lampu juga memiliki kualitas sinar dan warna tertentu yang bisa mempengaruhi komposisi warna tertentu pula.
Sebagai contohnya, kita biasa memakai penerangan dan lampu pijar (bolam) biasa. Sinar yang dihasilkannya berkesan kuning sehingga apabila kita menyusun suatu kombinasi perabot rumah warna merah menyala misalnya. di bawah sinar bolam tadi kombinasi yang diharapkan tidak sesuai lagi karena sinar kuning yang mempengaruhi warna merah itu.
Jadi untuk memperoleh hasil interior yang bagus dan sesuai harus pula dipertimbangkan lampu yang akan digunakan. Atau dengan kata lain fungsi lampu dalam desain interior adalah sebagai asesoris yang vital.
Dalam desain interior lampu memiliki dua komponen pokok sehingga ia memiliki nilai estetika. Yang pertama adalah bentuk tempat/dudukan lampu (fitting) dan lampu penghasil cahaya itu sendiri. Dudukan lampu di sini bukan hanya seperti fitting untuk bolam yang terpasang di langit-langit saja, tetapi segala bentuk tempat untuk lampu yang dimaksudkan untuk memperindah penampilan dan tugas lampu
Fitting Lampu
Dan bentuk fittingnya maka lampu dapat diatur sehingga sinarnya menyebar ke segala arah, menuju ke satu arah saja, atau menyorot terpusat ke satu titik atau objek. Misalnya lampu yang ditempatkan di atas (langit-langit) ia dapat menyinari ke segala tempat. Termasuk di dalamnya adalah lampu gantung (pendant), neon dan lampu tanam.
Untuk bentuk lampu berfitting dengan sinar ke satu arah misalnya lampu baca dan lampu dinding. Sedangkan lampu spot (sorot) adalah bentuk lampu dengan sinar terkonsentrasi.

TIPE SUMBER CAHAYA

Lampu sebagai sumber cahaya dibedakan dalam tiga tipe utama dan biasa digunakan untuk berbagai keperluan. Ketiga tipe tersebut adalah Tungsten, Tungsten Halogen dan Fluorescent. Yang membedakan masing-masing tipe sumber cahaya tersebut adalah efisiensi penggunaan listrik, umur pakai atau keawetannya dan yang paling penting dalam hal estetika adalah kualitas sinar yang dihasilkan terhadap sesuatu yang diteranginya.
Tungsten : Tipe lampu yang paling dikenal dan sering dipakai oleh umum adalah tipe tungsten. Lampu ini berbentuk seperti bola yang terbuat dari gelas dan di dalamnya diisi gas (misalnya argon) dengan suatu kawat pijar (filament) yang menyala apabila dialiri listrik. Dibandingkan dengan sinar matahari di siang hari, maka sinar yang dihasilkan dari bolam tungsten bersifat panas, kesannya kuning.
Bola lampu ini banyak terdapat dalam berbagai bentuk dan gelasnya tersedia dalam berbagai warna primer dan pastel, Sinarnya tidak mengubah komposisi warna selain merah, oranye dan biru serta dapat mengungkapkan kekontrasan yang mengesankan. Untuk lebih bagusnya kuat sinar yang dihasilkan dapat diatur dengan menggunakan dimmer.
Kekurangan lampu tipe ini adalah pemakaian energi listrik yang cukup besar, tidak tahan lama (filament mudah putus), juga menimbulkan panas. Dalam fungsi dekorasi biasanya dipakai di lampu baca, lampu gantung (misal: robyong) atau lampu dinding.
Tungsten Halogen : Dibandingkan dengan tipe tungsten biasa, kualitas sinar yang dihasilkannya lebih sejuk, kering, serta lebih terang dan putih. Ujudnya biasa berbentuk tabung gelas yang diisi uap gas dan salah satu unsur halogen, juga memiliki filament yang berbentuk kutub.
Tungsten halogen juga effektif untuk pengaturan warna dan menonjolkan kekontrasan. Dan karena kualitas sinarnya, lampu tungsten halogen sangat cocok dipakai untuk lampu atas, lampu spot atau lampu aksen.
Ada dua tipe tungsten halogen di pasaran, yaitu tungsten halogen dengan voltase tinggi dan voltase rendah. Untuk keperluan tersebut dapat digunakan travo. Seperti tungsten biasa, tungsten halogen juga dapat diatur kekuatan sinarnya dengan menggunakan dimmer. Contoh lampu tersebut seperti yang dipakai untuk lampu mobil dan billboard.
Fluorescent : Berbeda dengan tipe tungsten dan tungsten halogen, sinar flucrescent mempunyai effek khusus terhadap perpaduan warna. Hal ini disebabkan sinar yang dihasilkannya berkesan biru dan bergetar. Termasuk dalam tipe ini lampu neon (lampu tabung) yang biasa kita pakai.
Type ini memerlukan ”starter” untuk memperoleh daya yang cukup sehingga berbeda dengan tipe lain yang langsung menyala apabila dialiri listrik. Meskipun tersedia tabung yang beraneka warna, pemakalan cover khusus membuatnya lebih simpatis.

Jenis / Tipe Lampu

FUNGSI LAMPU
Dalam aplikasinya lampu dibedakan menurut fungsi tertentu. Dan fungsi yang tertentu itu disediakan tipe dan bentuk lampu yang khusus pula. Ada lampu yang berfungsi sebagai penerang latar (background lighting), lampu kerja (task lighting), dan sebagai lampu penghias (accent lighting).
Sebagai penenang latar, lampu bertugas memberi penerangan pengganti sinar matahari di malam hari. Umumnya untuk keperluan ini lampu dipasang di atas (langit-langit) dengan maksud agar dapat menerangi seluruh ruang. Tetapi ada alternatif lain di samping lampu yang terpasang di langit-langit. Lampu dinding (dipasang di dinding), lampu meja (bertangkai seperti lampu baca tetapi lebih eksotik), serta lampu sorot (spot) gabungan dari semuanya menjadikan suasana lebih hidup.
Lampu kerja tugasnya menerangi area kerja sehingga segala aktivitas berlangsung lancar dan aman. Untuk itu sinar lampu diatur sehingga bayangan tidak jatuh di area kerja. Pengaturannya terserah kreativitas anda, bisa ditempatkan terbuka atau ditanam. Alternatif lampu yang dapat digunakan, lampu sorot dan lampu baca. Tempat-tempat seperti dapur, ruang baca, bengkel pribadi memerlukan pengaturan seperti itu.
Dalam hal tententu fungsi lampu ini sebagai lampu utiliti, untuk itu segi praktisnya lebih diutamakan keimbang estetisnya. Lampu ini digunakan untuk menerangi tempat-tempat yang berisiko bagi keselamatan, seperti lorong dan tangga.
Lampu aksen digunakan untuk menampilkan kesan yang indah dari suatu gambar atau objek. Ini bisa diperoleh dengan mengatur letak lampu serta posisi sinar terhadap objek yang dikehendaki. Misalnya untuk memberi tekanan pada suatu lukisan, lampu ditempatkan di bawahnya dengan sinar mengarah ke atas. Alternatif lampunya, lampu sorot lampu dinding, atau lampu lantai (diletakkan di lantai). Type lampu yang digunakan dari Tungsten Halogen dan lebih bagus bila memakai dimmer.
Barangkali dengan permainan lampu desain interior yang sudah anda miliki akan lebih eksotik dan inspiratif. Yang paling penting adalah jangan sekali-kali membeli lampu tanpa mengetahui apa yang diperbuat/ dihasilkannya.
----
Tulisan Dudum Risanto, Koran CEMPAKA, 19 Agustus 1989.

MOHON PERTOLONGAN ALLAH

Sesuatu yang dapat membantu orang yang sedang diuji kesabarannya dengan mohon pertolongan Allah SWT, berlindung kepada-Nya, berkeyakinan Allah SWT beserta dia, berkeyakinan bahwa dia dalam perlindungan, pembelaan dan pemeliharaan Allah SWT maka dia tidak akan teraniaya.
Firman Allah SWT :
”Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. (Al-Anfaal : 46)
”Dan bersabarlah dalam menunggu ketetapan Rabb-mu maka sesungguhnya kamu berada dalam penglihatan Kami” (Ath-Thuur : 48).

Barang siapa dalam pemeliharaan dan perlindungan Allah maka dia akan mampu memikul segala beban penderitaan dan sabar menghadapi semua hal yang tidak menyenangkan.
---------
AL-QURAN MENYURUH KITA SABAR, Dr. Yusuf Qordhowi, Penerbit Gema Insani Press Jakarta,Cetakan kedua Nopember 1989, halaman 98

BANGSA YANG PALING FANATIK TERHADAP TRADISI DAN LELUHURNYA

Allah berfirman : (QS. Al-Baqarah 170)
“Dan bila kepada mereka dikatakan, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah”. Mereka menjawab, “Tidak, tetapi kami mengikuti apa yang kami dapatkan dari leluhur kami”. Apakah mereka akan mengikuti juga sekalipun leluhur mereka itu tidak mengetahui sesuatu pun dan tidak mendapat petunjuk?”

Sebagaimana tersebut dalam peristiwa perpindahan kiblat, yang tercantum pada QS. Al Baqarah 142, bahwa kaum Yahudi mengingkari kebenaran perintah Allah untuk berpindah kiblat ke Ka’bah. Penolakan mereka ini semata-mata beralasan kepada tradisi leluhur mereka.
Kemudian di dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa, golongan musyrik, termasuk kaum Yahudi ini apabila menerima ajakan untuk mengikuti wahyu-wahyu Ilahi, mereka selalu menolak. Alasannya ialah, bahwa mereka tetap mengikuti langkah-langkah nenek moyang dan tradisi leluhur. Mereka selalu bersikap membeo dan taklid. Kata-kata populer yang selalu mereka jadikan pegangan; “Kami selama ini hanya mengenal ajaran yang diwariskan para leluhur dan para pemimpin kami yang terpandang,”
Ungkapan-ungkapan dan kata-kata semacam ini selalu kita dapatkan pada segolongan manusia yang menolak seruan-seruan untuk berpegang kepada firman Allah dan sabda Rasul-Nya.
Dalam ayat ini diberikan peringatan kepada bangsa Yahudi dan golongan manusia sejenisnya, yaitu apakah mereka patut mengikuti tradisi leluhur di dalam segala bidang, sekalipun mereka dahulu sesat aqidah dan ibadahnya? Patutkah mereka menolak dalil yang masuk akal dan ibadahnya? Patutkah mereka menolak dalil yang masuk akal dan firman-firman Tuhan yang menerangkan masalah aqidah dan ibadah?
Kepada golongan musyrik dan bangsa Yahudi yang bersikap fanatik terhadap warisan leluhur dikatakan sebagai perbuatan mengikuti langkah setan. Padahal sebenarnya yang mereka ikuti adalah tingkah laku para pemimpin mereka yang menganjurkan pelestarian warisan leluhur dan tradisi nenek moyang. Ini berarti bahwa taklid kepada peninggalan leluhur adalah merupakan perbuatan setan itu sendiri. Dengan demikian bangsa Yahudi yang fanatik terhadap tradisi dan leluhurnya adalah pengikut-pengikut setan.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 97 - 98

MASJID AL-IJAABAH Jatingaleh Semarang


Masjid Al-Ijaabah Jatingaleh

MASJID AL-IJAABAH
Kelurahan Tinjomoyo (Belakang Pasar Jatingaleh)
Semarang