"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Kamis, 01 Juni 2017

Piknik Dulu

Note Trip, 6 Ramadhan 1438 H. Kalimat-kalimat nyinyir "Peramal masa depan", "Penganut ideologi tertutup (self fullfilling propechy)", "Memang pernah piknik ke sana (sebuah kalimat penolakan akan akhirat)" atau apapun kalimat itu, jauh-jauh hari 15 tahun yang lalu sudah didengung dengungkan di akar rumput. Sepertinya bertujuan agar akar rumput terbiasa dengan kalimat tersebut. Tetapi itu salah, di sepanjang perjalanan dari warung makan ke warung makan. Jumlah yang tidak suka membicarakan itu atau lebih suka mengalihkan pembicaran saat tiba pada kalimat nyinyir terus bertambah.
Aku jadi teringat penjelasan ustadz Salim A.Fillah dalam tulisannya sebagai berikut :
Termaktub sebuah riwayat dalam Kitab Al Adzkiyaa' karya Al Imam Abul Faraj Ibnul Jauzy (508-597), Mufti Agung Madzhab Hanbali di masa Daulah 'Abbasiyah, bahwa Iblis pernah datang menemui Nabiyyullah 'Isa عليه السلام.
Berkatalah sang terlaknat, “Hai 'Isa! Bukankah engkau yakin, bahwa segala yang tak ditakdirkan oleh Allah, tidak akan menimpamu?” “Ya,” jawab Al Masih عليه السلام. “Kalau begitu, coba engkau terjun dari atas gunung ini. Kalau Allah menakdirkan selamat, ya pasti engkau akan selamat.” Dengan tenang, putra Maryam عليه السلام menjawab, “Hai makhluq terrajam! Sesungguhnya Allah berhak menguji para hamba-Nya. Tapi seorang hamba tidak punya hak sama sekali untuk menguji Allah!” Yakni menguji; apakah Dia menakdirkan begitu atau begini.
Segala puji bagi Allah yang merahasiakan ketetapan-Nya dari kita; agar kita mencitakan yang terbaik, mengharapkan yang terbaik, meniatkan yang terbaik, merencanakan yang terbaik, mengamalkan dengan sebaik-baiknya, dan bertawakkal sebaik-baiknya.
Maka makna bahwa Dia di sisi prasangka hamba-Nya adalah, "Barangsiapa merasa dirinya berdosa dan yakin bahwa Allah Maha Pengampun, niscaya Allah mengampuninya. Barangsiapa merasa bahwa dirinya hina dan yakin bahwa Allah Maha Mulia, niscaya Allah meluhurkannya. Barangsiapa merasa bahwa dirinya bodoh dan yakin bahwa Allah Maha Tahu, niscaya Allah memberinya ilmu. Barangsiapa merasa bahwa dirinya lemah dan yakin bahwa Allah Maha Kuat, niscaya Allah menguatkannya. Barangsiapa merasa dirinya faqir dan yakin bahwa Allah Maha Kaya, niscaya Allah mencukupinya."

Sungguh dalam diamku, dalam perjalanan mendengarkan celotehan akar rumput ataupun mereka yang berpenampilan akar rumput yang berkeliaran di warung makan tidak semua celotehan dimakan oleh pendengarnya, mereka lebih tahu posisi mereka di dunia ini, mereka tak perlu piknik dulu ke akhirat untuk sendiko dawuh nasehat ulama yang berpegang teguh pada al-Qur'an dan as-Sunnah, dan mereka akar rumput tahu persis kemana mereka akan pulang. Sungguh akar rumpun negeri tercinta Republik Indonesia ini, lebih Pancasilais, dari mereka yang mengaku-ngaku Pancasilais sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar