Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. akan meninggal dunia, memenintah seseorang memanggil Umar bin Khaththab r.a. Setelah Umar hadir, dia berkata : Sesungguhnya aku hendak mewasiatkan sesuatu kepadamu, jika kamu mau menerimanya : “Sesungguhnya Allah mempunyai hak terhadapmu pada malam hari yang tidak akan Dia terima apabila hak itu kamu bayar pada siang hari. Dan sesungguhnya Allah SWT mempunyai hak terhadapmu pada siang hari yang tidak akan Dia terima apabila kamu bayarkan pada malam hari. Sesungguhnya Allah tidak akan menerirna amal-amal sunatmu kecuali apabila kamu sudah melaksanakan amal-amalmu yang fardlu. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya mizan (timbangan) amal seseorang akan menjadi berat di akhirat karena mereka mengikuti kebenaran di dunia, sedangkan untuk melakukan hal itu adalah berat bagi mereka. Maka, adalah hak dari mizan itu untuk menjadi berat apabila ia diisi dengan kebenaran. Tidakkah kamu mengetahui bahwa sesungguhnya mizan (timbangan) amal seseorang akan ringan di akhirat karena mereka mengikuti kebatilan di dunia, sedangkan untuk melakukan hal itu adalah ringan bagi mereka. Maka, adalah hak dari mizan itu untuk menjadi ringan apabila ia diisi dengan kebatilan. Bukankah kamu sudah mengetahui bahwa Allah menurunkan dalam Al-Qur‘an ayat-ayat yang menunjukkan harapan beriringan dengan ayat-ayat yang menunjukkan ketakutan (ancaman) dan sebaliknya ayat-ayat yang menunjukkan ketakutan (ancaman) beriringan dengan ayat-ayat yang menunjukkan harapan? Semua itu agar setiap hamba-Nya selalu dalam keadaan harap bercampur cemas atau senang bercampur hati-hati agar dia tidak akan masuk kejurang kehancuran dan agar seorang hamba tidak berprasangka yang tidak benar kepada Allah. Jika, engkau memegang wasiatku ini, maka tidak akan ada hal gaib yang lebih engkau sukai selain maut, sedangkan maut itu adalah sesuatu yang tidak akan dapat engkau elakkan. Akan tetapi, jika engkau menyia-nyiakan wasiatku ini, maka tidak akan ada hal gaib yang lebih engkau benci selain maut.”
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 85-86.
----------------------------------------------
MEMPERTAJAM KEPEKAAN SPIRITUAL, Majdi Muhammad Asy-Syahawy, Bina Wawasan Press, Jakarta 2001, halaman 85-86.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar