Senang 5 tahun ini dapat menemani perjalanan hidup seorang teman. Satu sisi yang ingin aku share kepada teman-teman tentang dia ialah dalam menikmati keterbatasan rizki yang sedang Allah ta'ala sandangkan. Sang teman itu memiliki bisnis seadanya, jual voucher isi ulang pulsa elektrik dalam kondisi "hidup segan mati tak mau" terkepung dalam persaingan usaha. Setahuku modal yang ia putarkan tak lebih dari limaratus ribu rupiah. Tetapi sungguh dia terlihat santai meskipun terkadang gelisah lantaran kurang memuaskan pelanggan pulsanya. Bagaimana tidak ia terjerat dalam suasana tersebut, para pelanggannya yang notabene berduit dan berbayar tetap tiap bulan dengan suka cita berhutang padanya atau menjadikan dia gantungan kebutuhan akan pulsa ketika uang dalam genggaman pelanggannya habis, yang dibayar sebulan kemudian. Dengan kata lain modalnya yang mepet berhenti ditangan pelanggan-pelanggannya yang berduit. Ketika aku bertanya : "Kenapa tidak engkau tagih saja hutang mereka?" Dengan tegas ia menjawab : "Tidak !, kebaikan dan kelonggaran ini akan menjadi alat tukarku dengan ampunannya Allah ta'ala".
Mungkin ini yang dinamakan menikmati takdir seolah tak ada kamus batas sabar, barangkali ini yang ia pahami sabar itu dipukulan pertama datangnya ujian dan sisanya menikmati ketetapan-Nya. Mungkin pula ia tengah menjalankan sunnah sang Nabi s.a.w. menolong orang yang membutuhkan itu lebih utama dari kebutuhannya sendiri.
Semoga Allah ta'ala mengampuni dan merahmatimu sobat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar