Keesokan harinya bila tiba waktunya ia ke tempat ‘Aisyah, dilihatnya ‘Aisyah sedang mengeluh karena sakit kepala : “Aduh kepalaku!” Tetapi ia berkata — sedang dia sudah mulai merasa sakit : “Tetapi akulah, ‘Aisyah, yang merasa sakit kepala.”
Tetapi sakitnya belum begitu keras dalam arti ia harus berbaring di tempat tidur atau akan merintanginya pergi kepada keluarga dan istri-istrinya untuk sekadar mencumbu dan bergurau. Setiap didengarnya ia mengeluh ‘Aisyah juga mengulangi lagi mengeluh sakit kepala.
Lalu kata Nabi : “Apa salahnya kalau engkau yang mati lebih dulu sebelum aku. Aku yang akan mengurusmu, mengafanimu, men-sholat-kan kau dan menguburkan kau!”
Karena senda-gurau itu cemburu kewanitaannya timbul dalam hati Aisyah yang masih muda itu, sekaligus cintanya akan gairah hidup ini, lalu katanya :
“Dengan begitu yang lain mendapat nasib baik. Demi Allah, dengan apa yang sudah kaulakukan itu seolah engkau menyuruh aku pulang ke rumah dan dalam pada itu kau akan berpengantin baru dengan istri-istrimu.”
Nabi tersenyum, meskipun rasa sakitnya tidak mengizinkan ia terus bergurau.
Setelah rasa sakitnya terasa agak berkurang, ia mengunjungi istri-istrinya seperti biasa. Tetapi kemudian sakitnya terasa kambuh lagi, dan terasa lebih keras lagi. Ketika ia sedang berada di rumah Maimunah ia sudah tidak dapat lagi mengatasinya. Ia merasa perlu mendapat perawatan. Ketika itu dipanggilnya istri-istrinya ke rumah Maimunah. Dimintanya izin kepada mereka, setelah melihat keadaannya begitu, bahwa ia akan dirawat di rumah ‘Aisyah. Istri-istrinya mengizinkan ia pindah.
Dengan berikat kepala, ia keluar sambil bertopang dalam jalannya itu kepada Ali bin Abi Talib dan kepada ‘Abbas pamannya.. Ia sampai di rumah ‘Aisyah dengan kaki yang sudah terasa lemah sekali.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 565-566.
Tetapi sakitnya belum begitu keras dalam arti ia harus berbaring di tempat tidur atau akan merintanginya pergi kepada keluarga dan istri-istrinya untuk sekadar mencumbu dan bergurau. Setiap didengarnya ia mengeluh ‘Aisyah juga mengulangi lagi mengeluh sakit kepala.
Lalu kata Nabi : “Apa salahnya kalau engkau yang mati lebih dulu sebelum aku. Aku yang akan mengurusmu, mengafanimu, men-sholat-kan kau dan menguburkan kau!”
Karena senda-gurau itu cemburu kewanitaannya timbul dalam hati Aisyah yang masih muda itu, sekaligus cintanya akan gairah hidup ini, lalu katanya :
“Dengan begitu yang lain mendapat nasib baik. Demi Allah, dengan apa yang sudah kaulakukan itu seolah engkau menyuruh aku pulang ke rumah dan dalam pada itu kau akan berpengantin baru dengan istri-istrimu.”
Nabi tersenyum, meskipun rasa sakitnya tidak mengizinkan ia terus bergurau.
Setelah rasa sakitnya terasa agak berkurang, ia mengunjungi istri-istrinya seperti biasa. Tetapi kemudian sakitnya terasa kambuh lagi, dan terasa lebih keras lagi. Ketika ia sedang berada di rumah Maimunah ia sudah tidak dapat lagi mengatasinya. Ia merasa perlu mendapat perawatan. Ketika itu dipanggilnya istri-istrinya ke rumah Maimunah. Dimintanya izin kepada mereka, setelah melihat keadaannya begitu, bahwa ia akan dirawat di rumah ‘Aisyah. Istri-istrinya mengizinkan ia pindah.
Dengan berikat kepala, ia keluar sambil bertopang dalam jalannya itu kepada Ali bin Abi Talib dan kepada ‘Abbas pamannya.. Ia sampai di rumah ‘Aisyah dengan kaki yang sudah terasa lemah sekali.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 565-566.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar