Bilamana Muhammad turun dari mimbar, sedianya akan kembali pulang ke rumah ‘Aisyah, tapi ia lalu menoleh kepada orang banyak itu dan kemudian katanya :
“Saudara-saudara Muhajirin, jagalah kaum Anshar itu baik-baik; sebab selama orang bertambah banyak, orang-orang Anshar akan seperti itu juga keadaannya, tidak bertambah. Mereka itu orang-orang tempat aku menyimpan rahasiaku dan yang telah memberi perlindungan kepadaku. Hendaklah kamu berbuat baik atas kebaikan mereka itu dan maafkanlah kesalahan mereka.”
Ia kembali ke rumah ‘Aisyah, tetapi energi yang digunakannya selama ia dalam keadaan sakit itu, telah membuat sakitnya terasa lebih berat lagi. Sungguh suatu pekerjaan berat, terutama buat orang yang sedang menderita demam, ia keluar juga setelah disirami tujuh kirbat air, ia keluar dengan membawa beban pikiran yang sangat berat : Pasukan Usama, nasib Anshar kemudian hari, nasib orang-orang Arab yang kini telah dipersatukan oleh agama baru itu dengan persatuan yang sangat kuat. Itu pula sebabnya, tatkala keesokan harinya ia berusaha hendak bangun memimpin sholat seperti biasanya, ternyata ia sudah tidak kuat lagi. Ketika itulah ia berkata :
“Suruh Abu Bakr memimpin orang-orang sholat.”
‘Aisyah ingin sekali Nabi sendiri yang melaksanakan sholat mengingat, bahwa tampaknya sudah berangsur sembuh.
Tapi Abu Bakr orang yang lembut hati, suaranya lemah dan suka menangis kalau sedang membaca Quran”, kata ‘Aisyah.
‘Aisyah pun mengulangi kata-katanya itu. Tetapi dengan suara lebih keras Muhammad berkata lagi, dengan sakit yang masih dirasakannya.
“Sebenarnya kamu ini seperti mereka yang di sekeliling Yusuf. Suruhlah dia memimpin orang-orang bersembahyang!”
Kemudian Abu Bakr datang memimpin sholat seperti diperintahkan oleh Nabi.
Pada suatu hari karena Abu Bakr tidak ada di tempat ketika oleh Bilal dipanggil hendak sholat, maka Umarlah yang dipanggil untuk memimpin orang-orang sholat sebagai pengganti Abu Bakr. Oleh karena Umar orang yang punya suara lantang, maka ketika mengucapkan takbir di mesjid, suaranya terdengar oleh Muhammad dari rumah ‘Aisyah.
“Mana Abu Bakr?” tanyanya. “Allah dan kaum Muslimin tidak menghendaki yang demikian.”
Dengan demikian orang dapat menduga, bahwa Nabi menghendaki Abu Bakr sebagai penggantinya kemudian, karena memimpin orang-orang sholat sudah merupakan tanda pertama untuk menggantikan kedudukan Rasulullah.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 567-568.
“Saudara-saudara Muhajirin, jagalah kaum Anshar itu baik-baik; sebab selama orang bertambah banyak, orang-orang Anshar akan seperti itu juga keadaannya, tidak bertambah. Mereka itu orang-orang tempat aku menyimpan rahasiaku dan yang telah memberi perlindungan kepadaku. Hendaklah kamu berbuat baik atas kebaikan mereka itu dan maafkanlah kesalahan mereka.”
Ia kembali ke rumah ‘Aisyah, tetapi energi yang digunakannya selama ia dalam keadaan sakit itu, telah membuat sakitnya terasa lebih berat lagi. Sungguh suatu pekerjaan berat, terutama buat orang yang sedang menderita demam, ia keluar juga setelah disirami tujuh kirbat air, ia keluar dengan membawa beban pikiran yang sangat berat : Pasukan Usama, nasib Anshar kemudian hari, nasib orang-orang Arab yang kini telah dipersatukan oleh agama baru itu dengan persatuan yang sangat kuat. Itu pula sebabnya, tatkala keesokan harinya ia berusaha hendak bangun memimpin sholat seperti biasanya, ternyata ia sudah tidak kuat lagi. Ketika itulah ia berkata :
“Suruh Abu Bakr memimpin orang-orang sholat.”
‘Aisyah ingin sekali Nabi sendiri yang melaksanakan sholat mengingat, bahwa tampaknya sudah berangsur sembuh.
Tapi Abu Bakr orang yang lembut hati, suaranya lemah dan suka menangis kalau sedang membaca Quran”, kata ‘Aisyah.
‘Aisyah pun mengulangi kata-katanya itu. Tetapi dengan suara lebih keras Muhammad berkata lagi, dengan sakit yang masih dirasakannya.
“Sebenarnya kamu ini seperti mereka yang di sekeliling Yusuf. Suruhlah dia memimpin orang-orang bersembahyang!”
Kemudian Abu Bakr datang memimpin sholat seperti diperintahkan oleh Nabi.
Pada suatu hari karena Abu Bakr tidak ada di tempat ketika oleh Bilal dipanggil hendak sholat, maka Umarlah yang dipanggil untuk memimpin orang-orang sholat sebagai pengganti Abu Bakr. Oleh karena Umar orang yang punya suara lantang, maka ketika mengucapkan takbir di mesjid, suaranya terdengar oleh Muhammad dari rumah ‘Aisyah.
“Mana Abu Bakr?” tanyanya. “Allah dan kaum Muslimin tidak menghendaki yang demikian.”
Dengan demikian orang dapat menduga, bahwa Nabi menghendaki Abu Bakr sebagai penggantinya kemudian, karena memimpin orang-orang sholat sudah merupakan tanda pertama untuk menggantikan kedudukan Rasulullah.
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 567-568.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar