Allah berfirman : (QS. Ali-Imran : 105)
”Janganlah kamu seperti orang-orang yang terpecah belah dan berselisih, sesudah datang kepada mereka keterangan-keterangan. Bagi mereka itulah siksa yang berat.”
Golongan Ahli Kitab, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani, sepanjang sejarahnya gemar berpecah-belah dan menimbulkan pertentangan sesama kelompok agama mereka. Mereka telah menjadikan agama menjadi bermacam-macam aliran dan sekte, sehingga mencapai 72 golongan. Masing-masing sekte bertentangan satu dengan lainnya. Mereka membela sektenya dengan semangat fanatik dan mempropagandakan kebenaran sektenya sendiri serta menganggap sekte yang lain sesat. Oleh karena sejarah perjalanan agama Yahudi dan Nasrani penuh dengan warna peperangan dan permusuhan.
Timbulnya perpecahan di kalangan ummat Yahudi dan ummat Nasrani adalah karena tidak ada lagi di tengah mereka orang-orang yang mau menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar, mengajak masyarakat kembali ke jalan Allah dan membina persatuan yang berdasarkan Tauhid. Bahkan kaum Yahudi terus menerus melahirkan doktrin-doktrin keagamaan yang baru, sehingga semakin mempertajam perbedaan pendapat antara satu sekte dengan sekte lainnya, sehingga menyebabkan perang agama antar sekte.
Perpecahan yang terus menerus timbul sesama penganut agama Yahudi dan sesama penganut agama Nasrani mengakibatkan kerusakan moral dan mental pada pemimpin-pemimpin agama dan masyarakat mereka. Karena itu maka di dalam sejarah akhirnya bangsa Yahudi dapat dijajah oleh bangsa Romawi di sebelah barat dan bangsa Parsi di bagian timur. Perpecahan agama yang mereka lakukan ini akhirnya menimpakan derita dan kerugian terhadap mereka, baik nasib di dunia maupun siksa di akherat. Kegemaran bangsa Yahudi melakukan perpecahan dan merusak kemurnian agama Tauhid tidaklah berhenti sampai dengan sebelum munculnya Muhammad sebagai Rasul Allah, tetapi terus berlangsung hingga akhir zaman. Karakter Yahudi semacam ini tidak hanya berlaku di dalam tubuh agama mereka sendiri, tetapi akan mereka lakukan pula terhadap agama lain. Jadi perbuatan berpecah-belah dan membuat paham sesat di dalam agama adalah merupakan ciri watak bangsa Yahudi.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 129 - 130
”Janganlah kamu seperti orang-orang yang terpecah belah dan berselisih, sesudah datang kepada mereka keterangan-keterangan. Bagi mereka itulah siksa yang berat.”
Golongan Ahli Kitab, yaitu kaum Yahudi dan Nasrani, sepanjang sejarahnya gemar berpecah-belah dan menimbulkan pertentangan sesama kelompok agama mereka. Mereka telah menjadikan agama menjadi bermacam-macam aliran dan sekte, sehingga mencapai 72 golongan. Masing-masing sekte bertentangan satu dengan lainnya. Mereka membela sektenya dengan semangat fanatik dan mempropagandakan kebenaran sektenya sendiri serta menganggap sekte yang lain sesat. Oleh karena sejarah perjalanan agama Yahudi dan Nasrani penuh dengan warna peperangan dan permusuhan.
Timbulnya perpecahan di kalangan ummat Yahudi dan ummat Nasrani adalah karena tidak ada lagi di tengah mereka orang-orang yang mau menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar, mengajak masyarakat kembali ke jalan Allah dan membina persatuan yang berdasarkan Tauhid. Bahkan kaum Yahudi terus menerus melahirkan doktrin-doktrin keagamaan yang baru, sehingga semakin mempertajam perbedaan pendapat antara satu sekte dengan sekte lainnya, sehingga menyebabkan perang agama antar sekte.
Perpecahan yang terus menerus timbul sesama penganut agama Yahudi dan sesama penganut agama Nasrani mengakibatkan kerusakan moral dan mental pada pemimpin-pemimpin agama dan masyarakat mereka. Karena itu maka di dalam sejarah akhirnya bangsa Yahudi dapat dijajah oleh bangsa Romawi di sebelah barat dan bangsa Parsi di bagian timur. Perpecahan agama yang mereka lakukan ini akhirnya menimpakan derita dan kerugian terhadap mereka, baik nasib di dunia maupun siksa di akherat. Kegemaran bangsa Yahudi melakukan perpecahan dan merusak kemurnian agama Tauhid tidaklah berhenti sampai dengan sebelum munculnya Muhammad sebagai Rasul Allah, tetapi terus berlangsung hingga akhir zaman. Karakter Yahudi semacam ini tidak hanya berlaku di dalam tubuh agama mereka sendiri, tetapi akan mereka lakukan pula terhadap agama lain. Jadi perbuatan berpecah-belah dan membuat paham sesat di dalam agama adalah merupakan ciri watak bangsa Yahudi.
--------
76 Karakter Yahudi dalam Al-Qur’an karya Syaikh Mustafa Al-Maraghi, penyusun Drs. M. Thalib, Penerbit CV. Pustaka Mantiq Solo, cetakan pertama April 1989, halaman 129 - 130
Tidak ada komentar:
Posting Komentar