"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Minggu, 22 Januari 2012

CARA SYETAN MERUSAK IMAN

Janganlah kau ikuti langkah-langkah syetan, sebab syetan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Allah berfirman dalam Al-Qur’an :
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syetan, sesungguhnya syetan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al Baqarah : 208)

Firmannya pula :
Artinya :
“Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al Baqarah : 169).

Allah Ta’ala juga berfirman
Artinya:
“Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan”. (QS. Al Baqarah: 268).

Diriwayatkan dalam riwayat, bahwasanya syetan yang dilaknati Allah, pertama-tama datang lalu duduk disisi kepalanya seorang hamba sambil mengatakan : “Tinggalkanlah agama ini dan ucapkanlah ada dua Tuhan, sehingga kamu dapat selamat dari sakit yang sangat ini”.
Jika kiranya ada hal seperti itu, maka sangat mengkhawatirkan sekali dan menjadikan ketakutan yang sangat besar. Oleh karena itu hendaklah kamu menangis dan bertadlaru’ serta bangun malam untuk memperbanyak ruku’ dan sujud melakukan shalat, sehingga kamu dapat selamat dari adzab Allah.
Ditanyakan kepada Imam Abu Hanifah, dosa yang mana yang lebih ditakuti karena rusaknya iman ? Beliau menjawab : “Yaitu meninggalkan syukur atas iman dan meninggalkan takut diakhir hayat serta menganiaya para hamba”.
Sebab bagi siapa yang dalam hatinya ketempatan tiga perkara itu, biasanya ia keluar dari dunia dalam keadaan kafir, kecuali bagi orang yang memperoleh keuntungan dan kebahagiaan.
Disebutkan, bahwa sehebat-hebat mayat adalah dalam keadaan yang sangat dahaga dan hatinya serasa terbakar. Pada kesempatan itulah syetan berusaha melepaskan imannya orang mu’min, karena ia sangat merasakan letih dan dahaga disaat seperti itu.
Maka syetan mendatangi disekitar kepala seorang mu’min, sambil membawa semangkuk air yang kental, lalu syetan menggerakkan air semangkuk itu kepadanya. Seorang mu’min itu lalu berkata : “Berikanlah air itu kepadaku”. Ia tidak tahu bahwasanya ia adalah syetan. Maka syetan berkata kepadanya : “Katakanlah, tidak ada seorang yang berbuat dialam ini sehingga aku memberikan kepadamu”. Akan tetapi bagi orang yang beruntung tentu tidak menjawabnya.
Kemudian syetan mendatangi disekitar kedua tapak kakinya mu’min sambil menggerakkan mangkuk kepadanya. Maka berkatalah mu’min : “Berikanlah air itu kepadaku”. Lalu syetan mengatakan “Katakanlah, bahwasanya Rasulullah dusta, sehingga air itu kuberikan kepadamu”.
Adapun bagi orang yang celaka sepontan menyahutnya dan ucapan syetan itu. Sebab ia tidak sabar karena sangatnya dahaga. Maka ia keluar dari dunia dalam keadaan kafir. Na’udzubillah.
Adapun bagi orang yang memperoleh kebahagiaan tetap menolak perkataan syetan itu sambil berfikir siapa sebetulnya yang berada dimukanya itu.
Hal ini sebagaimana pernah diriwayatkan, bahwa Abu Zakariya Az Zahid sewaktu kedatangan maut. Saat itu ada temannya yang menjenguk kepadanya, padahal ia dalam keadaan sakaratil maut. Teman itu menuntunnya dengan bacaan kalimat thayyibat : “LAA ILAAHA ILLALLAAH MUHAMMADUN RASUULULLAAH”  = "Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah pesuruh Allah”.
Tapi sayang, bahwa Abu Zakariya memalingkan mukanya dan tidak menyahutnya. Maka temannya mengatakan yang kedua kalinya, ia tetap memalingkannya. Sampai yang ketiga kalinya, maka berkatalah Abu Zakariya: “Aku tak akan mengucapkannya”. Maka menjadi bingunglah temannya itu. Akan tetapi setelah Abu Zakariya sadar dan menjadi sehat kembali setelah ada satu jam dan memang betul-betul sadar, lalu ia membuka kedua matanya sambil bertanya kepada semua teman-temannya : “Apakah kamu kalian berkata sesuatu kepadaku?”. Mereka menjawab : “Ya, akan tetapi engkau memalingkan kepada kami sampai tiga kali, dan kalimat thayyibat”. Yang dua kali engkau berpaling dan yang satu kali engkau mengatakan : “Aku tidak akan mengucapkan”.
Kemudian Abu Zakariya menceritakan : ”Iblis mendatangi aku sambil membawa semangkuk air yang diletakkan disebelah kananku sambil menggerakkan mangkuk". Ia berkata kepadaku : “Apakah kamu membutuhkan air”. Maka saya jawab : “Ya, memang“ Lalu iblis berkata lagi: ”Katakanlah bahwa Isa adalah anak Allah”. Maka saya berpaling dari padanya. Kemudian ia mendatangi aku didekat kakiku sambil berkata kepadaku seperti tadi, sampai tiga kali. Adapun yang ketiga kalinya ia mengatakan: “Katakanlah, tidak ada Tuhan”. Aku lalu menjawab : “Aku tak akan mengatakan”. Iblis itu sepontan membanting mangkuk diatas bumi, dan ia mengambilnya lagi lalu ia lari. Adapun saya tetap menolak ajakan iblis itu, sambil saya katakan: Aku tak akan mengikuti kamu semua. Saya terus membaca syahadat.
Artinya:
“Aku bersaksi tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba Allah dan utusanNya”.

Dari riwayat tersebut, diriwayatkan pula dari Manshur bin ‘Amman katanya: “Jika kematian seorang hamba sudah dekat, maka hal ihwalnya dibagi dalam lima hal yaitu :
  1. Harta bendanya untuk ahli waris.
  2. Nyawanya bagi Malaikat Maut.
  3. Dagingnya untuk sindat.
  4. Tulangnya untuk debu, dan
  5. Segala kebaikannya buat para musuh.
Adapun syetan bermaksud akan merusak imannya seorang hamba. Kemudian Manshur berkata : “Seumpama ahli waris itu memilih harta dengan adil, itu memang wajar. Jika malaikat maut itu memilih nyawa, itu memang wajar. Jika sindat itu memilih daging itu juga wajar. Begitu pula seumpama musuhnya memilih kebaikannya itupun wajar. Cuma jangan sekali-kali dipilih atau dihilangkan imannya dikala mati. Sebab hilangnya iman berarti berpisah dari Agama. Adapun pisahnya ruh dan tubuh adalah lain dengan pisahnya Tuhan. Sebab berpisahnya ruh itu bagi seseorang tak akan mengetahui sesudahnya. Maka alangkah meruginya pisahnya IMAN".
------------
BERITA GHAIB dan ALAM AKHERAT, M. Ali Chasan Umar, Penerbit CV. Toha Putra Semarang, Cetakan pertama 1978, halaman 40-44

Tidak ada komentar:

Posting Komentar