Yunani adalah gambaran dan masyarakat terdahulu yang paling maju dan modern. Apabila kita mau menolehkan pandangan kita pada abad yang lampau maka kita akan mendapatkan bahwa kondisi wanita sudah sampai pada puncak kehinaan ditinjau dan segala aspek kehidupannya. Di dalam masyarakat, mereka tidak memiliki kedudukan atau status yang mulia. Bahkan ada keyakinan bahwa wanita adalah penyebab segala penderitaan dan musibah yang menimpa manusia. Dan wanita adalah makhluk yang paling rendah derajatnya. Kondisi mereka yang berada dalam puncak kehinaan, kerendahan dan kehilangan martabat tersebut menyebabkan mereka tidak berhak duduk di meja makan sebagaimana laki-laki, terlebih-lebih manakala ada tamu asing, maka kedudukan wanita adalah sebagai seorang budak dan pelayan.
Kemudian berubahlah opini penduduk Yunani, mereka hanyut dalam arus syahwat dan nafsu hewani, yang mana mereka memberikan kebebasan bagi wanita dalam hal seksual belaka. Mereka juga memberikan kebebasan penuh kepada mereka untuk menjadi pelacur. Oleh karena itu para pelacur dan pezina menempati kedudukan yang tinggi, hingga jadilah para pelacur itu sebagai kiblat masyarakat Yunani dan mereka mengitari para pelacur tersebut bahkan dibuatlah dongeng tentang mereka.
Disebabkan oleh hal itu pula mereka mengambil dewa “Kupid” sebagai tuhan yang menurut mereka ia adalah dewa cinta yang merupakan buah yang dihasilkan dari dewi yang berhubungan dengan tiga dewa padahal dia hanya memiliki satu suami saja. Kemudian dewi itu berhubungan dengan laki-laki dari manusia maka lahirlah ”Kupid” yang dianggap sebagai dewa cinta dari hasil hubungannya dengan manusia tersebut. Maka pada umumnya penduduk Yunani memandang bahwa ikatan suami istri itu bukanlah hal penting dan bukan pula suatu kehormatan. Karena itulah, seorang wanita menjadi murah dan mudah untuk dinikmati oleh masyarakat. Bahkan mereka mampu memilih siapakah laki-laki yang hendak menggaulinya secara terang- terangan tanpa ikatan perkawinan dan pernikahan. Begitulah, sejarah menjadi saksi bahwa Yunani telah jatuh kewibawaannya disebabkan karena kemerosotan tersebut. Dan tidak pernah bangkit lagi sejak peristiwa tersebut.
-----------
NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 15-16
Kemudian berubahlah opini penduduk Yunani, mereka hanyut dalam arus syahwat dan nafsu hewani, yang mana mereka memberikan kebebasan bagi wanita dalam hal seksual belaka. Mereka juga memberikan kebebasan penuh kepada mereka untuk menjadi pelacur. Oleh karena itu para pelacur dan pezina menempati kedudukan yang tinggi, hingga jadilah para pelacur itu sebagai kiblat masyarakat Yunani dan mereka mengitari para pelacur tersebut bahkan dibuatlah dongeng tentang mereka.
Disebabkan oleh hal itu pula mereka mengambil dewa “Kupid” sebagai tuhan yang menurut mereka ia adalah dewa cinta yang merupakan buah yang dihasilkan dari dewi yang berhubungan dengan tiga dewa padahal dia hanya memiliki satu suami saja. Kemudian dewi itu berhubungan dengan laki-laki dari manusia maka lahirlah ”Kupid” yang dianggap sebagai dewa cinta dari hasil hubungannya dengan manusia tersebut. Maka pada umumnya penduduk Yunani memandang bahwa ikatan suami istri itu bukanlah hal penting dan bukan pula suatu kehormatan. Karena itulah, seorang wanita menjadi murah dan mudah untuk dinikmati oleh masyarakat. Bahkan mereka mampu memilih siapakah laki-laki yang hendak menggaulinya secara terang- terangan tanpa ikatan perkawinan dan pernikahan. Begitulah, sejarah menjadi saksi bahwa Yunani telah jatuh kewibawaannya disebabkan karena kemerosotan tersebut. Dan tidak pernah bangkit lagi sejak peristiwa tersebut.
-----------
NISAA' HAULAR RASUL, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 15-16
Tidak ada komentar:
Posting Komentar