Sejarah telah membenarkan perkiraannya. Begitu ia berangkat kembali ke Medinah, Khalid bin’l-Walid — Jenderal Kavaleri kebanggaan Quraisy dan pahlawan perang Uhud itu — telah berdiri di tengah-tengah sidang masyarakatnya sendiri sambil berkata : “Sekarang nyata sudah bagi setiap orang yang berpikiran sehat, bahwa Muhammad bukan tukang sihir, juga bukan seorang penyair. Apa yang dikatakannya adalah firman Tuhan semesta alam ini. Setiap orang yang punya hati nurani berkewajiban menjadi pengikutnya.”
‘Ikrima bin Abi Jahl merasa ngeri sekali mendengar kata-katanya itu. “Khalid”, kata ‘Ikrima kemudian, “engkau telah bertukar agama.” (Bertukar agama (apostasi), shaba’a, harfiah berarti berputar ke, pindah dari, suatu agama kepada agama lain (N). Maksudnya berbalik menganut agama Islam. Menurut LA masih seakar dengan Sabianisma, suatu tuduhan yang populer di kalangan Quraisy). Selanjutnya terjadi percakapan antara mereka sebagai berikut :
Khalid — Aku tidak bertukar agama. tetapi aku mengikuti agama Islam.
‘Ikrima — Tak ada orang akan berkata begitu di kalangan Quraisy selain engkau.
Khalid — Mengapa?
‘Ikrima — Ya, sebab Muhammad sudah menjatuhkan derajat ayahmu ketika ia dilukai. Pamanmu dan sepupumu sudah dibunuhnya di Badr. Demi Allah, aku tidak akan masuk Islam dan tidak akan mengeluarkan kata-kata seperti kau itu. Khalid. Engkau tidak melihat Quraisy yang sudah berusaha hendak membunuhnya?
Khalid — Itu hanya semangat dan fanatisma jahiliah. Tetapi sekarang, setelah kebenaran itu bagiku sudah jelas, demi Allah aku mengikut agama Islam.
Setelah itu Khalid lalu mengutus pasukan kudanya kepada Nabi menyatakan dirinya masuk Islam dan mengakuinya.
Khalid menganut Islam ini beritanya kemudian sampai juga kepada Abu Sufyan. Khalid dipanggil.
“Benarkah apa yang kudengar tentang engkau’?” tanya Abu Sufyan. Setelah dijawab oleh Khalid, bahwa memang benar, Abu Sufyan marah-marah seraya katanya :
“Demi Latta dan ‘Uzza. Kalau aku sudah mengetahui apa yang kaukatakan benar, niscaya engkaulah yang akan kuhadapi, sehelum aku menghadapi Muhammad.”
“Dan memang itulah yang benar, apa pun yang akan terjadi.”
Terbawa oleh kemarahannya ketika itu juga Abu Sufyan maju hendak menyerangnya. Tetapi ‘Ikrima yang pada waktu itu turut hadir segera bertindak menghalanginya seraya berkata :
“Abu Sufyan. sabarlah. Seperti engkau, aku juga kuatir kelak akan mengatakan sesuatu seperti kata-kata Khalid itu, dan ikut ke dalam agamanya. Kamu akan membunuh Khalid karena pandangannya itu, padahal seluruh Quraisy sependapat dengan dia. Sungguh aku kuatir, jangan-jangan sebelum bertemu tahun depan seluruh penduduk Mekah sudah menjadi pengikutnya.”
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 438-439.
‘Ikrima bin Abi Jahl merasa ngeri sekali mendengar kata-katanya itu. “Khalid”, kata ‘Ikrima kemudian, “engkau telah bertukar agama.” (Bertukar agama (apostasi), shaba’a, harfiah berarti berputar ke, pindah dari, suatu agama kepada agama lain (N). Maksudnya berbalik menganut agama Islam. Menurut LA masih seakar dengan Sabianisma, suatu tuduhan yang populer di kalangan Quraisy). Selanjutnya terjadi percakapan antara mereka sebagai berikut :
Khalid — Aku tidak bertukar agama. tetapi aku mengikuti agama Islam.
‘Ikrima — Tak ada orang akan berkata begitu di kalangan Quraisy selain engkau.
Khalid — Mengapa?
‘Ikrima — Ya, sebab Muhammad sudah menjatuhkan derajat ayahmu ketika ia dilukai. Pamanmu dan sepupumu sudah dibunuhnya di Badr. Demi Allah, aku tidak akan masuk Islam dan tidak akan mengeluarkan kata-kata seperti kau itu. Khalid. Engkau tidak melihat Quraisy yang sudah berusaha hendak membunuhnya?
Khalid — Itu hanya semangat dan fanatisma jahiliah. Tetapi sekarang, setelah kebenaran itu bagiku sudah jelas, demi Allah aku mengikut agama Islam.
Setelah itu Khalid lalu mengutus pasukan kudanya kepada Nabi menyatakan dirinya masuk Islam dan mengakuinya.
Khalid menganut Islam ini beritanya kemudian sampai juga kepada Abu Sufyan. Khalid dipanggil.
“Benarkah apa yang kudengar tentang engkau’?” tanya Abu Sufyan. Setelah dijawab oleh Khalid, bahwa memang benar, Abu Sufyan marah-marah seraya katanya :
“Demi Latta dan ‘Uzza. Kalau aku sudah mengetahui apa yang kaukatakan benar, niscaya engkaulah yang akan kuhadapi, sehelum aku menghadapi Muhammad.”
“Dan memang itulah yang benar, apa pun yang akan terjadi.”
Terbawa oleh kemarahannya ketika itu juga Abu Sufyan maju hendak menyerangnya. Tetapi ‘Ikrima yang pada waktu itu turut hadir segera bertindak menghalanginya seraya berkata :
“Abu Sufyan. sabarlah. Seperti engkau, aku juga kuatir kelak akan mengatakan sesuatu seperti kata-kata Khalid itu, dan ikut ke dalam agamanya. Kamu akan membunuh Khalid karena pandangannya itu, padahal seluruh Quraisy sependapat dengan dia. Sungguh aku kuatir, jangan-jangan sebelum bertemu tahun depan seluruh penduduk Mekah sudah menjadi pengikutnya.”
----------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 438-439.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar