"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Selasa, 28 Januari 2014

SUNNAT MEMBERI SELAMAT TERHADAP SESUATU KEBAIKAN (4)

Abu Syumasah berkata : Saya menghadiri ketika Amru bin Al-’Ash akan wafat, ia menangis tersedu-sedu kemudian memalingkan mukanya ke arah dinding, sedang putranya memanggil YA ABATAAH, tidakkah Rasulullah s.a.w. telah memberi khabar gembira kepadamu akan mendapat ini dan itu? (pahala yang besar). Maka Amru lalu menghadapi anaknya dan berkata : Sebaik-baik yang kami sediakan yalah kalimat syahadat LA ILAHA ILLALLAII WA ANNA MUHAMMADAR RASULIJLLAH saya telah mengalami tiga tingkatan masa. Pertama saya telah membenci pada Rasulullah s.a.w. dan tiada keinginanku waktu itu melainkan mendapatkan kesempatan untuk membunuh Rasulullah s.a.w. andaikan saya mati waktu itu pasti saya ahli neraka. Kemudian setelah Allah memasukkan Islam kedalam hatiku, saya datang kepada Nabi s.a.w. berkata : Ulurkan tanganmu, saya akan berbai’at kepadamu, ketika Nabi mengulurkan tangannya saya tarik tanganku. Nabi bertanya : Mengapakah hai Amru? Jawabku : Saya minta syarat. Syarat apakah? Syarat harus diampunkan semua dosaku. Bersabda Nabi : Apakah kau tidak mengetahui bahwa Islam itu menghapuskan semua dosa yang sebelumnya. Dan hijrah itu juga menghapuskan dosa yang sebelumnya. Dan haji itu juga menghapuskan dosa yang sebelumnya. Dan pada suasana yang kedua ini tidak ada seorangpun yang lebih aku sanjung (mulyakan) atau saya kasih lebih dari Nabi s.a.w. hingga saya tidak berani mengangkat mataku di hadapannya karena hebatnya, karena itu andaikan orang bertanya kepadaku tentang sifat Nabi s.a.w. saya tidak sanggup menerangkannya, sebab saya tidak pernah berani melihat sepenuh mataku kepadanya. Andaikan saya mati ketika itu niscaya saya dapat mengharapkan sorga. Kemudian pada masa yang ketiga, kami memegang beberapa jabatan yang saya sendiri kini belum mengetahui bagaimana keadaanku. Karena itu jika saya mati jangan dilkuti oleh tangisan, dan jangan dihantar dengan api. Dan apabila kamu mengebumikan saya, maka tuangkanlah tanah kepadaku perlahan-lahan, kemudian sesudah itu kamu tinggal di sekitar kuburku sekadar seorang menyembelih ternak dan membagikan dagingnya, hingga saya dapat merasa senang dengan adanya kamu, dan sampai saya dapat mengetahui apakah jawabanku kepada pesuruh Tuhanku yang mengujiku itu. (HR. Muslim)
---------------------------------
Tarjamah RIADHUS SHALIHIN I, Salim Bahreisy, Penerbit PT Alma’arif Bandung, Cetakan keempat 1978, halaman 576-578.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar