"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Rabu, 15 Januari 2014

Di Sebuah Sumber Mata Air

TIME TUNNEL. Sepertinya pagi hari aku sudah tersesat disebuah tempat terpencil ditengah padang pasir, untunglah rerimbunan pepohonan semacam nyiur dan sebuah sumber mata air cukup menyejukkan gerahku.
Kulihat sesosok insan tengah tertidur dan kuperhatikan wajahnya terdapat bekas lebam-membiru. Dan ketika tersadar kusapa beliau : “Selamat pagi, wahai kawan seperjalanan!”. “Alaikassalam, wahai sahabat”, ujar beliau. “Bolehkah kiranya saya Bantu mengompres lebammu kawan?”, tanyaku. “Bolehlah jika tidak memberatkanmu sahabat”, jawab beliau.
Dan bagai sahabat lama yang baru bertemu kembali beliau menceritakan bahwa beliau bernama Jundub bin Janadah dari Ghifar; suatu kabilah atau suku yang tak ada taranya dalam soal menempuh jarak dan tak kenal waktu kala melakukan perjalanan. Beliau baru saja melakukan perjalanan dari Mekah hendak kembali ke Ghifar.
Beliau menceritakan baru saja menemui seorang mulia bernama Muhammad  ﷺ untuk mendengarkan keterangan dan menyatakan iman kepadanya, meskipun pada awalnya sulit menemukan persembunyiannya kala itu sebab kaum Quraisy memusuhinya dan perintah dakwah masih berjalan sembunyi-sembunyi.
Suatu hari sebelum kepulangannya ke Ghifar beliau menuju ke Masjidil Haram dan menyeru sekeras-kerasnya, “Asyhadu alla ‘illaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar-Rasulullah” dan sontak seketika itu orang-orang Quraisy mengepung dan memukulinya hingga rubuh pingsan. Untunglah Abbas bin Abdul Muttalib menolong dan melindunginya. Selang beberapa hari kemudian setelah sembuh memar-lebamnya kembali beliau menghina sejadi-jadinya berhala Usaf dan Na-ilah saat dua orang wanita sedang mengelilingi dan memuja-muja berhala tersebut. Dan seperti kejadian sebelumnya orang-orang pun memukulinya hingga tak sadarkan diri.
Sepertinya beliau adalah seorang radikal dan revolusioner, watak dan tabi’atnya menentang kebatilan seperti watak umum suku beliau.
Akhirnya setelah cukup sehat, Rasulullah untuk yang kedua kalinya memerintahkan beliau untuk menahan diri dan kembali ke Ghifar sampai nanti Allah perintahkan Islam lahir terang-terangan sambil memandanginya naik-turun tak putus ta’jub memikirkan tabi’at orang-orang Ghifar lalu bersabda : “Sesungguhnya Allah memberi petunjuk kepada siapa yang disukai-Nya….!”.
-----------
Inspirasi : Rijal Haolar Rasul (Karakteristik Perihidup 60 Shahabat Rasulullah), Khalid Muhammad Khalid, Penerbit : CV. Penerbit Diponegoro Cetakan keduapuluh 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar