KELAHIRANNYA
Dilahirkan di Makkah pada tahun 576 M. Enam tahun lebih muda dari Rasulullah s.a.w. Nama bapanya ‘Affan bin Ash bin Umayyah, satu keturunan dengan Rasulullah pada kakeknya ‘Abdimanaf, suku ‘Umayyah. Beliau seorang saudagar yang kaya-raya, dermawan dan sosiawan, disegani dan dihormati oleh kaumnya. Beliau termasuk salah seorang Islam angkatan pertama, salah seorang dari dasajana (sepuluh orang) yang telah terjamin masuk sorga.
Waktu kaum musyrikin mengganas menggangu kaum Muslimin, beliau hijrah ke negeri Habsyi bersama keluarganya.
Dilahirkan di Makkah pada tahun 576 M. Enam tahun lebih muda dari Rasulullah s.a.w. Nama bapanya ‘Affan bin Ash bin Umayyah, satu keturunan dengan Rasulullah pada kakeknya ‘Abdimanaf, suku ‘Umayyah. Beliau seorang saudagar yang kaya-raya, dermawan dan sosiawan, disegani dan dihormati oleh kaumnya. Beliau termasuk salah seorang Islam angkatan pertama, salah seorang dari dasajana (sepuluh orang) yang telah terjamin masuk sorga.
Waktu kaum musyrikin mengganas menggangu kaum Muslimin, beliau hijrah ke negeri Habsyi bersama keluarganya.
DILANTIK
Sudah tiga hari Khalifah ‘Umar meninggal. Orang-orang berkumpul di Mesjid. Di antaranya hadir para Shahabat besar yang ditunjuk oleh ‘Umar duduk dalam Panitia Pemilihan. Rapat dipimpin oleh ‘Abdurrahman bin ‘Auf, yang pada waktu itu ia memakai sorban wasiat pemberian Nabi dengan pedang di pinggang. Setelah ‘Abdurrahman naik mimbar, antara lain berkata : “Saya harap supaya kalian dapat memilih Ketua sebagai Kepala Negara. Saya yakin, bahwa kalian akan memilih dua orang Shahabat ini : ”’Ali atau ‘Utsman”.
Lalu ‘Abdurrahman mempersilakan ‘Ali tampil ke muka. Sambil dijabatnya tangan ‘Ali, ‘Abdurrahman berkata : “Bersediakah Saudara berbai’at setia kepadaku, dengan berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi, mengikuti jejak Abubakar dan Umarr ?“ Tidak” jawab ‘Ali, kecuali menurut tenaga kesanggupanku”. Lalu dilepasnya tangan ‘Ali. Kemudian ‘Utsman dipersilakan maju. Sambil dijabat tangan ‘Utsman, ‘Abdurrahman berkata : ”Maukah Saudara berbai’at kepadaku, untuk tetap berpegang kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi, menuruti jejak langkah Abubakar dan ‘Umar ?“
”Utsman menyatakan kesediaannya.
Abdurrahman menengadah ke atas, seraya katanya :
”Ya Tuhan, sebagaimana Kau dengar tadi, maka dengan ini aku serahkan tanggung jawabku kepada Utsman”.
Waktu rakyat berjejal-jejal membai’at ‘Utsman, ‘Abdurrahman duduk di atas mimbar sebagaimana dulu Nabi duduk ditingkatan atas. Sedang ‘Utsman duduk tingkatan bawah.
Setelah selesai pembai’atan Khalifah ‘Utsmanpun naik ke atas mimbar berpidato.
”Saudara-saudara sekalian! Lebih dahulu saya memanjatkan puja dan puji kepada Allah s.w.t. Kemudian marilah kita bersama-sama bertaqwa kepada Allah. Sebagaimana Tuhan telah memberitahu kepada kita bahwa hidup di dunia ini adalah foya-foya, bermewah-mewah dan saling memperbanyak harta dan anak. Negara yang paling indah di dunia ini, Negara yang rakyatnya mematuhi perintah Tuhan menjauhi larangannya. Saya telah diserahi tanggung-jawab yang amat berat. Maka saya mohon pertolongan kepada Allah agar diberi kesediaan dan kesanggupan. Sebab hanya Dialah satu-satunya yang bisa memberi taufiq untuk melakukan yang baik. Karena Dialah tempat aku mohon taufiq. Kepada-Nyalah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali.
KEDERMAWANAN
Sudah tiga hari Khalifah ‘Umar meninggal. Orang-orang berkumpul di Mesjid. Di antaranya hadir para Shahabat besar yang ditunjuk oleh ‘Umar duduk dalam Panitia Pemilihan. Rapat dipimpin oleh ‘Abdurrahman bin ‘Auf, yang pada waktu itu ia memakai sorban wasiat pemberian Nabi dengan pedang di pinggang. Setelah ‘Abdurrahman naik mimbar, antara lain berkata : “Saya harap supaya kalian dapat memilih Ketua sebagai Kepala Negara. Saya yakin, bahwa kalian akan memilih dua orang Shahabat ini : ”’Ali atau ‘Utsman”.
Lalu ‘Abdurrahman mempersilakan ‘Ali tampil ke muka. Sambil dijabatnya tangan ‘Ali, ‘Abdurrahman berkata : “Bersediakah Saudara berbai’at setia kepadaku, dengan berpegang teguh kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi, mengikuti jejak Abubakar dan Umarr ?“ Tidak” jawab ‘Ali, kecuali menurut tenaga kesanggupanku”. Lalu dilepasnya tangan ‘Ali. Kemudian ‘Utsman dipersilakan maju. Sambil dijabat tangan ‘Utsman, ‘Abdurrahman berkata : ”Maukah Saudara berbai’at kepadaku, untuk tetap berpegang kepada Kitabullah dan Sunnah Nabi, menuruti jejak langkah Abubakar dan ‘Umar ?“
”Utsman menyatakan kesediaannya.
Abdurrahman menengadah ke atas, seraya katanya :
”Ya Tuhan, sebagaimana Kau dengar tadi, maka dengan ini aku serahkan tanggung jawabku kepada Utsman”.
Waktu rakyat berjejal-jejal membai’at ‘Utsman, ‘Abdurrahman duduk di atas mimbar sebagaimana dulu Nabi duduk ditingkatan atas. Sedang ‘Utsman duduk tingkatan bawah.
Setelah selesai pembai’atan Khalifah ‘Utsmanpun naik ke atas mimbar berpidato.
”Saudara-saudara sekalian! Lebih dahulu saya memanjatkan puja dan puji kepada Allah s.w.t. Kemudian marilah kita bersama-sama bertaqwa kepada Allah. Sebagaimana Tuhan telah memberitahu kepada kita bahwa hidup di dunia ini adalah foya-foya, bermewah-mewah dan saling memperbanyak harta dan anak. Negara yang paling indah di dunia ini, Negara yang rakyatnya mematuhi perintah Tuhan menjauhi larangannya. Saya telah diserahi tanggung-jawab yang amat berat. Maka saya mohon pertolongan kepada Allah agar diberi kesediaan dan kesanggupan. Sebab hanya Dialah satu-satunya yang bisa memberi taufiq untuk melakukan yang baik. Karena Dialah tempat aku mohon taufiq. Kepada-Nyalah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku kembali.
KEDERMAWANAN
Beliau seorang saudagar besar, kaya raya, tetapi Sangat dermawan dan sosiawan. Perang Tabuk memerlukan anggaran belanja yang besar. Untuk keperluan ini, Utsman mendermakan 1000 ekor unta, 70 ekor kuda dan 10.000 dirham.
Di Madinah hanya ada satu-satunya mata-air, buat minum, kepunyaan seorang Yahudi. Air ini dijualnya kepada umum dengan harga satu mud gandum dengan satu qirbah air. Mata-air ini dibelinya oleh ‘Utsman dengan harga 20.000 dirham, lalu diwakafkannya, untuk keperluan umum.
Pada masa Khalifah ‘Utsman tanah Arab ditimpa kelaparan hebat kebetulan datanglah barang-barang impor ‘Utsman dari Sirya berupa gandum dan minyak, yang diangkut oleh 1000 ekor unta.
Beberapa pedagang datang kepada ‘Utsman hendak membeli. “Berapa tuan-tuan berani beli ?“, tanya ‘Utsman.
“Kami berani menambah 100% dari pokok”.
“Tetapi Tuhan berani menambah 10 ganda (1000%)”.
“Maukah tuan-tuan menambah sejumlah itu ?“
“Tidak mungkin”.
“Jika demikian, baiklah akan saya dermakan saja semua kepada rakyat yang sedang kelaparan”.
KERAMAH-TAMAHANNYA
Di Madinah hanya ada satu-satunya mata-air, buat minum, kepunyaan seorang Yahudi. Air ini dijualnya kepada umum dengan harga satu mud gandum dengan satu qirbah air. Mata-air ini dibelinya oleh ‘Utsman dengan harga 20.000 dirham, lalu diwakafkannya, untuk keperluan umum.
Pada masa Khalifah ‘Utsman tanah Arab ditimpa kelaparan hebat kebetulan datanglah barang-barang impor ‘Utsman dari Sirya berupa gandum dan minyak, yang diangkut oleh 1000 ekor unta.
Beberapa pedagang datang kepada ‘Utsman hendak membeli. “Berapa tuan-tuan berani beli ?“, tanya ‘Utsman.
“Kami berani menambah 100% dari pokok”.
“Tetapi Tuhan berani menambah 10 ganda (1000%)”.
“Maukah tuan-tuan menambah sejumlah itu ?“
“Tidak mungkin”.
“Jika demikian, baiklah akan saya dermakan saja semua kepada rakyat yang sedang kelaparan”.
KERAMAH-TAMAHANNYA
Ibnu ‘Asakir :
“Sekali saya melihat ‘Utsman sedang tidur di mesjid, berbantalkan bajunya. Kemudian datang seseorang, duduk di dekatnya. Tiada lama datang lagi seorang, dan seorang lagi. Demikianlah, duduklah beberapa orang di dekatnya, seolah-olah beliau seperti biasa saja. Ada orang bertanya kepada Hasan : ”Siapa orang yang suka bergadang malam-malam itu di masjid?”
”Menurut penglihatan saya orang itu adalah ‘Utsman bin ‘Affan”. Waktu itu beliau sebagai Kepala Negara, tetapi suka bergadang dan sholat malam di masjid, sehingga bekas batu-batu kerikil nampak pada dahinya. Kata orang : Itulah dia Amirul mu’minin kita. Bila beliau hendak sholat malam, beliau mengambil air wudlu sendiri. Ada yang berkata : “Mengapa tidak tuan suruh orang lain saja mengambilkan air?”
“Biarlah”, jawab beliau, “waktu malam buat mereka beristirahat.
FITNAH
Ibnu Saba, demikian nama seorang bangsa Yahudi yang pura-pura masuk Islam, bukan benar-benar hendak menganut ajaran-ajaran Islam sebagaimana mestinya. Tetapi dengan maksud untuk mengacau dan menggulingkan Pemerintahan Islam. Ia tidak suka melihat perkembangan-perkembangan yang telah dicapai oleh ummat Islam. Ia pura-pura membela ‘Ali. Dipropagandakannya bahwa ‘Ali adalah orang wasiat Nabi yang seharusnya dialah yang berhak menjadi Khalifah. Tetapi haknya itu telah dirampas oleh orang-orang yang gila kedudukan. Dianjurkannya supaya Muslimin berjuang mengembalikan hak tersebut kepada yang berhak.
Anjuran ini mendapat sambutan dari beberapa golongan ummat Islam. Tetapi dia diusir oleh Sa’id bin Waqqash dari Irak. Ia lari ke Sirya, dari Sirya ia diusir oleh Mu’awiah. Ia lari ke Mesir. Di sini ia mendapat sambutan yang semakin lama semakin kuat kedudukannya.
Di samping itu tmbul pula suatu cita-cita Hidup Baru yang dipelopori oleh seorang Sosialis Islam Radikal, yaitu Shahabat Abu Dzar Alghaffari. Tetapi bukan maksud Abu Dzar hendak menggulingkan Pemerintahan ‘Utsman tetapi sebaliknya malah ia sangat setia kepada Khalifah ‘Utsman. Sungguhpun ia ada di pihak oposisi, namun kritiknya secara sehat dan jujur. Hanya kenyataannya yang tidak disetujuinya : karena banyak penjabat-penjabat tinggi terutama di Sirya yang hidup mewah dan mendadak kaya raya, samasekali mereka tidak memperhatikan nasib rakyat.
Sekalipun orang Islam yang kaya raya itu pada membayar Zakat, namun oleh Abu Dzar dianggapnya belum cukup. Tetapi disamping itu, orang harus berusaha meringankan penderitaan orang terlantar dan membelanjakan hartanya untuk kepentingan-kepentingan umum di jalan Allah. Sekali Mu’awiyah ingin mengujinya. Dikirimnya uang 10.000 Dirham. Keesokan harinya uang itu diminta kembali, dengan salah alamat. Tetapi seterimanya uang itu sudah habis dibagi-bagikan oleh Abu Dzar kepada rakyat terutama kepada orang-orang miskin melarat.
Pengaruh Abu Dzar ini digunakan oleh Ibn Saba sebagai alat senjata yang ampuh untuk menggulingkan Pemerintahan ‘Utsman. Selain daripada golongan Abu Dzar, ada lagi beberapa golongan oposisi yang menentang siasat ‘Utsman dalam memecat beberapa pejabat baru dari familinya sendiri. Di antaranya ada beberapa orang Shababat Nabi seperti : Thalhah, Zubair, ’Ali dan Sa’ad, sehingga suasana Madinah semakin tegang adanya.
W A F A T
Demikianlah fitnah yang di tiup-tiupkan oleh Ibn Saba semakin meluas dan meresap dalam hati Akhirnya timbullah gerakan rahasia di bawah tanah. Dengan serentak Komplotan-komplotan pemberontak dari Bashrah, Kufah dan Mesir datang menuju Medinah pada waktu yang telah ditentukan, rupanya telah direncanakan lebih dulu. Mereka menuntut pemecatan para pejabat-pejabat tinggi terutama para Gubernur di daerah masing-masing. Atau kalau Khalifah tidak mau memecat mereka, supaya sendiri meletakkan jabatan, dan digantinya oleh yang lain.
Tuntutan mereka itu, diterima baik oleh Khalifah, yaitu dipecatnya beberapa pejabat tinggi sebagaimana mereka kehendaki. Dan Muhammad bin Abu Bakar diangkatnya menggantikan Gubernur Mesir sebagaimana usul mereka. Surat pengangkatanpun telah dibuat oleh ‘Utsman. Merekapun pulanglah bersama-sama Gubernurnya yang baru. Dalam perjalanan pulang, mereka bertemu dengan seorang sahaya ‘Utsman.
Sahaya ini diperiksa oleh mereka. Kedapatanlah satu surat yang dialamatkan kepada ‘Abdullah bin Sarah, Gubernur Mesir. Surat itu dicap dengan stempel Khalifah, yang bunyinya sebagai berikut : “Jika Muhammad bin Abu Bakar beserta kawan-kawannya telah tiba kembali di Mesir, tangkaplah mereka itu dan bunuhlah semua”.
Mereka pulang lägi ke Medinah Surat itu diperlihatkannya kepada Khalifah ‘Utsman, Khalifah bersumpah. Beliau tidak merasa sekali-kali menulis surat itu, atau menyuruh sahayanya. Beliau tidak tahu menahu tentang soal surat itu.
“Tidak mungkin jawab mereka. Masakan engkau tidak tahu sedangkan cap itu stempelmu sendiri, unta itu, untamu sendiri dan orang itu sahayamu sendiri”. Kaum pemberontak mengancam, supaya beliau meletakkan jabatan, atau menyerahkan si penulis surat itu kepada mereka.
Tetapi oleh karena Khalifah tidak merasa menulis, atau menyuruh, maka beliau tidak mengerti siapa sebenarnya yang berkhianat, atau itu hanya tipu muslihat kaum pemberontak saja? Lalu rumah ‘Utsman dikepung oleh kaum pemberontak.
Dilarangnya orang membawa air atau minuman ke Khalifah. Beberapa orang Shahabat datang akan turut melindungi jiwa beliau; tetapi ‘Utsman menolak. Kemudian kaum pemberontak menaiki rumah ”Utsma, waktu itu ‘Utsman sedang duduk bersila membaca Qur’an. Mereka masuk dalam kamar ’Utsman, lalu dibunuhnya ‘dengan kejam.
JASA DAN USAHANYA
Masa Pemerintahn Utsman, selain daripada tambah meluasnya daerah kekuasaan Islam, sebagai peluasan daerah di masa ‘Umar, adalah ‘Utsman sebagai pencipta pèrtama dalam sejarah Islam, yang menciptakan suatu Armada laut yang besar. Dengan demikian semakin kuat kedudukan ummat Islam di darat dan di laut.
Atas jasanya, beliau telah meresmikan ejaan bacaan Qur’an yang disusunnya menurut Qur’an Pusaka yang disimpan di rumah isteri Nabi. Dari Qur’an Pusaka kepada Zaid bin Tsabit, ‘Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ’Ash dan ‘Abdurrahman bin Harits, agar ditulis beberapa naskhah, yang kemudian dikirimkan ke Makkah, Damascus, Kufah dan Mesir.
Sampai sekarang Qur’an yang kita baca itu, adalah menurut teks Mushhaf ‘Utsman.
KATANYA YANG BERMUTU
“Sekali saya melihat ‘Utsman sedang tidur di mesjid, berbantalkan bajunya. Kemudian datang seseorang, duduk di dekatnya. Tiada lama datang lagi seorang, dan seorang lagi. Demikianlah, duduklah beberapa orang di dekatnya, seolah-olah beliau seperti biasa saja. Ada orang bertanya kepada Hasan : ”Siapa orang yang suka bergadang malam-malam itu di masjid?”
”Menurut penglihatan saya orang itu adalah ‘Utsman bin ‘Affan”. Waktu itu beliau sebagai Kepala Negara, tetapi suka bergadang dan sholat malam di masjid, sehingga bekas batu-batu kerikil nampak pada dahinya. Kata orang : Itulah dia Amirul mu’minin kita. Bila beliau hendak sholat malam, beliau mengambil air wudlu sendiri. Ada yang berkata : “Mengapa tidak tuan suruh orang lain saja mengambilkan air?”
“Biarlah”, jawab beliau, “waktu malam buat mereka beristirahat.
FITNAH
Ibnu Saba, demikian nama seorang bangsa Yahudi yang pura-pura masuk Islam, bukan benar-benar hendak menganut ajaran-ajaran Islam sebagaimana mestinya. Tetapi dengan maksud untuk mengacau dan menggulingkan Pemerintahan Islam. Ia tidak suka melihat perkembangan-perkembangan yang telah dicapai oleh ummat Islam. Ia pura-pura membela ‘Ali. Dipropagandakannya bahwa ‘Ali adalah orang wasiat Nabi yang seharusnya dialah yang berhak menjadi Khalifah. Tetapi haknya itu telah dirampas oleh orang-orang yang gila kedudukan. Dianjurkannya supaya Muslimin berjuang mengembalikan hak tersebut kepada yang berhak.
Anjuran ini mendapat sambutan dari beberapa golongan ummat Islam. Tetapi dia diusir oleh Sa’id bin Waqqash dari Irak. Ia lari ke Sirya, dari Sirya ia diusir oleh Mu’awiah. Ia lari ke Mesir. Di sini ia mendapat sambutan yang semakin lama semakin kuat kedudukannya.
Di samping itu tmbul pula suatu cita-cita Hidup Baru yang dipelopori oleh seorang Sosialis Islam Radikal, yaitu Shahabat Abu Dzar Alghaffari. Tetapi bukan maksud Abu Dzar hendak menggulingkan Pemerintahan ‘Utsman tetapi sebaliknya malah ia sangat setia kepada Khalifah ‘Utsman. Sungguhpun ia ada di pihak oposisi, namun kritiknya secara sehat dan jujur. Hanya kenyataannya yang tidak disetujuinya : karena banyak penjabat-penjabat tinggi terutama di Sirya yang hidup mewah dan mendadak kaya raya, samasekali mereka tidak memperhatikan nasib rakyat.
Sekalipun orang Islam yang kaya raya itu pada membayar Zakat, namun oleh Abu Dzar dianggapnya belum cukup. Tetapi disamping itu, orang harus berusaha meringankan penderitaan orang terlantar dan membelanjakan hartanya untuk kepentingan-kepentingan umum di jalan Allah. Sekali Mu’awiyah ingin mengujinya. Dikirimnya uang 10.000 Dirham. Keesokan harinya uang itu diminta kembali, dengan salah alamat. Tetapi seterimanya uang itu sudah habis dibagi-bagikan oleh Abu Dzar kepada rakyat terutama kepada orang-orang miskin melarat.
Pengaruh Abu Dzar ini digunakan oleh Ibn Saba sebagai alat senjata yang ampuh untuk menggulingkan Pemerintahan ‘Utsman. Selain daripada golongan Abu Dzar, ada lagi beberapa golongan oposisi yang menentang siasat ‘Utsman dalam memecat beberapa pejabat baru dari familinya sendiri. Di antaranya ada beberapa orang Shababat Nabi seperti : Thalhah, Zubair, ’Ali dan Sa’ad, sehingga suasana Madinah semakin tegang adanya.
W A F A T
Demikianlah fitnah yang di tiup-tiupkan oleh Ibn Saba semakin meluas dan meresap dalam hati Akhirnya timbullah gerakan rahasia di bawah tanah. Dengan serentak Komplotan-komplotan pemberontak dari Bashrah, Kufah dan Mesir datang menuju Medinah pada waktu yang telah ditentukan, rupanya telah direncanakan lebih dulu. Mereka menuntut pemecatan para pejabat-pejabat tinggi terutama para Gubernur di daerah masing-masing. Atau kalau Khalifah tidak mau memecat mereka, supaya sendiri meletakkan jabatan, dan digantinya oleh yang lain.
Tuntutan mereka itu, diterima baik oleh Khalifah, yaitu dipecatnya beberapa pejabat tinggi sebagaimana mereka kehendaki. Dan Muhammad bin Abu Bakar diangkatnya menggantikan Gubernur Mesir sebagaimana usul mereka. Surat pengangkatanpun telah dibuat oleh ‘Utsman. Merekapun pulanglah bersama-sama Gubernurnya yang baru. Dalam perjalanan pulang, mereka bertemu dengan seorang sahaya ‘Utsman.
Sahaya ini diperiksa oleh mereka. Kedapatanlah satu surat yang dialamatkan kepada ‘Abdullah bin Sarah, Gubernur Mesir. Surat itu dicap dengan stempel Khalifah, yang bunyinya sebagai berikut : “Jika Muhammad bin Abu Bakar beserta kawan-kawannya telah tiba kembali di Mesir, tangkaplah mereka itu dan bunuhlah semua”.
Mereka pulang lägi ke Medinah Surat itu diperlihatkannya kepada Khalifah ‘Utsman, Khalifah bersumpah. Beliau tidak merasa sekali-kali menulis surat itu, atau menyuruh sahayanya. Beliau tidak tahu menahu tentang soal surat itu.
“Tidak mungkin jawab mereka. Masakan engkau tidak tahu sedangkan cap itu stempelmu sendiri, unta itu, untamu sendiri dan orang itu sahayamu sendiri”. Kaum pemberontak mengancam, supaya beliau meletakkan jabatan, atau menyerahkan si penulis surat itu kepada mereka.
Tetapi oleh karena Khalifah tidak merasa menulis, atau menyuruh, maka beliau tidak mengerti siapa sebenarnya yang berkhianat, atau itu hanya tipu muslihat kaum pemberontak saja? Lalu rumah ‘Utsman dikepung oleh kaum pemberontak.
Dilarangnya orang membawa air atau minuman ke Khalifah. Beberapa orang Shahabat datang akan turut melindungi jiwa beliau; tetapi ‘Utsman menolak. Kemudian kaum pemberontak menaiki rumah ”Utsma, waktu itu ‘Utsman sedang duduk bersila membaca Qur’an. Mereka masuk dalam kamar ’Utsman, lalu dibunuhnya ‘dengan kejam.
JASA DAN USAHANYA
Masa Pemerintahn Utsman, selain daripada tambah meluasnya daerah kekuasaan Islam, sebagai peluasan daerah di masa ‘Umar, adalah ‘Utsman sebagai pencipta pèrtama dalam sejarah Islam, yang menciptakan suatu Armada laut yang besar. Dengan demikian semakin kuat kedudukan ummat Islam di darat dan di laut.
Atas jasanya, beliau telah meresmikan ejaan bacaan Qur’an yang disusunnya menurut Qur’an Pusaka yang disimpan di rumah isteri Nabi. Dari Qur’an Pusaka kepada Zaid bin Tsabit, ‘Abdullah bin Zubair, Sa’id bin ’Ash dan ‘Abdurrahman bin Harits, agar ditulis beberapa naskhah, yang kemudian dikirimkan ke Makkah, Damascus, Kufah dan Mesir.
Sampai sekarang Qur’an yang kita baca itu, adalah menurut teks Mushhaf ‘Utsman.
KATANYA YANG BERMUTU
- (Orang) lebih mudah tha’at kepada Pemerintah daripada tha’at kepada Qur’an.
- Memberi hadiah (suap) kepada pejabat yang sudah bebas tugas, sama halnya dengan memberi hadiah kepadanya sewaktu masih bertugas.
- Kamu sekalian lebih membütuhkan pemimpin yang banyak kerja, daripada pemimpin yang banyak bicara.
- Negará yang paling indah di dunia ini, ialah negara yang rakyatnya patuh kepada Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.
- Saya lebih suka mati dulu sebelum terjadi pertumpahan darah, daripada saya harus mati seudah terjadiriya pertumpahan darah antara kita sama kita.
----------------------------------------------
Empat Besar Sahabat-sahabat Rasulullah dan Imam Madzhab, M. Said, Penerbit PT. Alma’arif Bandung, cetakan ke-IV, halaman 46-54
Empat Besar Sahabat-sahabat Rasulullah dan Imam Madzhab, M. Said, Penerbit PT. Alma’arif Bandung, cetakan ke-IV, halaman 46-54
Tidak ada komentar:
Posting Komentar