"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Minggu, 20 Januari 2013

QURAISY MENGAMBIL JALAN IRAK KE SYAM

Apa yang harus dilakukan Quraisy dengan perdagangannya itu setelah ternyata Muhammad kini menguasai jalan tersebut?
Hidupnya Mekah dari perdagangan. Apabila jalan ke arab itu tidak ada, maka ini adalah bahaya yang tidak akan pernah dialami oleh kota lain. Sekarang Muhammad akan membuat blokade atas jalan itu, dan posisinya akan dihancurkan dari jiwa orang Arab
Dalam hal ini Shafwan bin Umayya berkata di hadapan orang-orang Ouraisy :
“Perdagangan kita sekarang telah dirusak oleh Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Tidak tahu lagi kita apa yang harus kita perbuat terhadap pengikut-pengikutnya itu, sementara mereka tidak pula mau meninggalkan pantai. Dan orang-orang pantai pun sudah pula mengadakan perjanjian perdamaian dengan mereka dan golongan awamnya juga sudah jadi pengikutnya. Tidak tahu di mana kita harus tinggal. Kalau kita tinggal saja di tempat kita ini, berarti kita akan makan modal sendiri, dan ini tidak akan bisa bertahan. Hidup kita di Mekah ini hanya bergantung pada perdagangan; musim panas ke Syam dan musim dingin ke Abisinia.”
Aswad bin Abd’l-Muttalib menjawab :
“Jalan ke pantai sudah dibelokkan. Ambil sajalah jalan lrak.’
Lalu ditunjukkannya kepada mereka itu Furat bin Hayyan dan kabilah Banu Bakr bin Wa’il supaya menjadi penunjuk jalan.
Teman-teman Muhammad tidak pernah menginjakkan kakinya ke jalan Irak”, kata Furat. “Jalan ini merupakan dataran tinggi dan padang pasir.”
Tetapi Shafwan tidak takut padang pasir. Selama perjalanan itu dalam musim dingin tidak seberapa mereka membutuhkan air. Untuk itu Shafwan sudah menyediakan perak dan barang lain seharga 100.000 dirham. Ketika Quraisy sedang sibuk mengatur perjalanan yang akan membawa perdagangannya itu, Nu’aim bin Mas’ud al-Asyja’i sedang berada di Mekah. Ia pulang kembali ke Medinah. Apa yang dibicarakan dan diperbuat Quraisy itu meluncur juga dari lidahnya dan sampai kepada salah seorang dari kalangan Islam. Orang yang belakangan ini cepat-cepat menyampaikan berita itu kepada Muhammad. Waktu itu juga Nabi menugaskan Zaid bin Haritha dengan seratus orang pasukan berkendaraan. Mereka mencegat perdagangan itu di Qarda, (sebelah pangkalan air di Najd). Orang-orang Ouraisy itu lari dan kafilah dagangnya dikuasai Muslimin. Ini merupakan rampasan berharga yang pertama sekali dikuasai oleh kaum Muslimin.
Kemudian Zaid dan anak buahnya kembali. Setelah yang seperlima dipisahkan oleh Muhammad sisanya dibagikan kepada yang lain. Selanjytnya Furat bin Hayyan dibawa, dan untuk keselamatannya kepadanya ditanyakan untuk masuk Islam, dan ini pun diterimanya.
Sesudah semua ini adakah Muhammad lalu merasa puas bahwa keadaan sudah stabil? Atau sudah terpesona oleh hari itu saja, lalu melupakan hari esoknya? Ataukah juga sudah terbayang olehnya. bahwa ketakutan kabilah-kabilah dan diperolehnya rampasan dari Ouraisy sudah menunjukkan, bahwa perintah Allah dan perintah Rasul-Nya sudah dapat diamankan dan tak perlu lagi dikuatirkan? Ataukah kepercayaannya akan pertolongan Tuhan itu berarti ia boleh berbuat sesuka hati, karena sudah mengetahui bahwa segala persoalan keputusannya berada di tangan Tuhan? Tidak! Memang benar, segala persoalan keputusannya di tangan Tuhan. Tetapi orang tidak akan mendapat perubahan dalam hukum Tuhan itu. Tak ada jalan lagi orang akan memhantah adanya naluri yang sudah ditanamkan Tuhan dalam dirinya. Ouraisy sebagai pemimpin orang Arab, tidak mungkin mereka akan surut dari tindakan membalas dendam. Kafilah Shafwan bin Umayya yang sudah dikuasai itu pun akan menambah hasrat mereka hendak membalas dendam, akan bertambah keras kehendak mereka mengadakan serangan kembali.
Dengan siasatnya yang sehat serta pandangannya yang jauh hal semacam itu oleh Muhammad tidak akan terabaikan. Jadi sudah tentu ia harus menambah kecintaan kaum Muslimin kepadanya, dan mempererat. pertalian. Kendatipun Islam sudah memberikan kebulatan tekad kepada mereka dan membuat mereka seperti sebuah bangunan yang kokoh, satu sama lain saling memperkuat, namun kebijaksanaan pimpinan terhadap mereka itu akan lebih lagi menguatkan kerjasama dan tekad mereka.
--------------------------------------------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 283-284.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar