"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Kamis, 03 Januari 2013

Berlindung di Balik Iron Dome

ANTARANEWS. Terlepas dari aspek politik dan kemanusiaan pada konflik Gaza pada pertengahan November ini, Israel memiliki sistem deteksi dan penangkalan serangan peluru kendali canggih. Namanya Iron Dome, buatan Rafael Adance Defense Systems, perusahaan persenjataan Israel. Mekanisme dan metode kerjanya sederhana saja sebetulnya: mendeteksi luncuran peluru kendali atau benda udara lain, menjejaki, dan memusnahkannya di udara sebelum masuk ke wilayah sendiri.
Sederhana sekali, namun cara menuju ke sana cukup rumit dan sekaligus membuktikan kejeniusan ilmuwan kesenjataan Israel sekaligus visi mereka dalam menangkal serangan-serangan ke negaranya. Sistem penangkal peluru kendali Iron Dome ini, menurut situs Rafael, didefinisikan sebagai Sistem Pertahanan Atas Serangan Roket Artileri Jarak Pendek.

Terdiri dari tiga subsistem utama, yaitu Pusat Kendali dan Manajemen Tempur, Radar Penjejak dan Deteksi, serta Unit Peluncuran Peluru Kendali. Masing-masing bisa bergerak di atas wahana bergerak, namun tidak bisa beroperasi secara mandiri karena saling terkait. Sebagai negara yang dikelilingi musuh, Israel sangat memerlukan sistem pertahanan aktif dan pasif dari banyak macam serangan ke negaranya.
Iron Dome bermula dari sistem pertahanan aktif bernama Spyder pada Maret 2011, yang diterapkan pertama kali di Kota Beersyeba. Saat itu, serangan roket-roket Grad (buatan Rusia, BM-21 atau M-21OF) yang diluncurkan dari Jalur Gaza. Klaim Israel saat itu, 400 roket Grad bisa dieliminasi secara sempurna.
Spyder diketahui bisa juga mengeliminasi pesawat tempur yang terbang hingga ketinggian 32.000 kaki dari permukaan laut dalam kecepatan supersonik. Berbalik sekali dengan kenyataan pada Perang Kedua Lebanon pada 2006 saat sekitar 4.000 peluru kendali Hizbullah mendarat di kota-kota Israel, yang kebanyakan adalah peluru kendali Katyusha (BM-13, BM-14, BM-21 hingga BM-30; juga buatan Rusia).
Sedangkan antara 2000 hingga 2008, lebih dari 4.000 roket dan 4.000 mortir menghancurkan banyak sasaran di kota-kota Israel, di antaranya Haifa, dan Hamas menjadi pihak yang meluncurkan paling banyak. Akan tetapi, tipe roket yang diluncurkan cukup berbeda, yaitu Qassam, satu tipe roket buatan sendiri yang jarak jangkaunya sampai 20 kilometer. Sudah cukup untuk menimbulkan teror bagi Israel.
Hingga akhirnya Menteri Pertahanan Israel (saat itu), Amir Peretz, pada 2007, memutuskan pengentasan jangka panjang atas serangan roket jarak pendek ini. Biaya yang diperlukan 210 juta dolar Amerika Serikat oleh Rafael atas sistem pertahanan aktif yang semula dinamai Anti Qassam.
Secara pokok, sistem peluru kendali Iron Dome memakai roket jarak pendek Tamir (buatan Israel), dan tembakan artileri anti serangan udara 155 milimeter yang menjangkau jarak hingga 70 kilometer. Mereka bekerja sama saling mengisi secara simultan dalam berbagai kondisi cuaca. Peluru kendali yang dipergunakan buatan asli Rafael seharga 90.000 dolar Amerika Serikat perunit atau 50 juta dolar Amerika Serikat perbaterai,  dengan sistem lengkap terdiri dari lima baterai berisi 15 tabung peluncur.
Pada Radar Penjejak dan Deteksi, subsistem ini dikembangkan oleh Elta yang juga perusahaan pertahanan Israel, sebagaimana Pusat Kendali dan Manajemen Tempur yang dikembangkan mPrest Systems. Khusus Tamir, dia dilengkapi sensor elektrooptik dan beberapa sistem kendali yang bisa mengubah-ubah jalur perlintasan peluru kendali musuh.
Iron Dome memiliki pola penggelaran khas, selalu memakai satu radar dan tiga unit peluncur peluru kendali Tamir, yang secara total menggotong 60 unit peluru kendali perbaterai itu. Rafael menyatakan, satu baterai mampu melindungi wilayah perkotaan Israel seluas 150 kilometer persegi sepanjang waktu tidak peduli hujan atau badai menerpa.
Berbeda dengan sistem yang dianut Raytheon dalam peluru kendali MIM-104 Patriot yang harganya jauh lebih mahal dan sistemnya lebih kompleks. Patriot memerlukan pembaruan data secara berkala sedangkan Iron Dome tidak demikian, selain jarak jangkauannya yang lebih jauh. Hingga saat ini, kota kuno dan bersejarah, Ashkelon, di Israel barat daya, menjadi salah satu target utama serangan roket Hamas walau sebagian besar bisa dibasmi Iron Dome.
---------
Editor: Ade Marboen

Tidak ada komentar:

Posting Komentar