Candi Pawon adalah nama sebuah candi, peninggalan Masa Klasik, yang terletak di Kabupaten Magelang. Poerbatjaraka berpendapat bahwa candi Pawon merupakan “upa angga” (bagian dari) Candi Borobudhur.
LOKASI
Letak Candi Pawon ini berada di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur, tepat berjarak 1750 meter dari Candi Borobudur ke arah timur dan 1150 m dari Candi Mendut ke arah barat. Atau tepatnya di Dusun Brojonalan Desa Wanurejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang enceng-encengan (basa Jawa) atau berseberangan dengan Masjid Al-Mujahidin.
SEJARAH
Nama Candi Pawon tidak dapat diketahui secara pasti asal-usulnya. Ahli epigrafi J.G. de Casparis menafsirkan bahwa Pawon berasal dari bahasa Jawa awu yang berarti 'abu', mendapat awalan pa- dan akhiran -an yang menunjukkan suatu tempat dan merupakan tempat penyimpanan abu jenazah Raja Indra (782 - 812 M), ayah Raja Samarrattungga dari Dinasti Syailendra. Dalam bahasa Jawa sehari-hari kata pawon berarti 'dapur', akan tetapi de Casparis mengartikannya sebagai “pawuan (perabuan)” atau tempat abu. Penduduk setempat juga menyebutkan Candi Pawon dengan nama Bajranalan. Kata ini mungkin berasal dari kata bahasa Sanskerta vajra = yang berarti 'halilintar' dan anala yang berarti 'api'.
Candi Pawon dipugar pada tahun 1903.
ARCA DAN ARSITEKTUR
Dalam ruangan di tubuh Candi Pawon, diperkirakan semula terdapat Arca Bodhhisatwa, sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Indra yang dianggap telah mencapai tataran Bodhisattva, maka dalam candi ditempatkan arca Bodhisatwva. Dalam Prasasti Karang Tengah disebutkan bahwa arca tersebut mengeluarkan wajra (sinar). Pernyataan tersebut menimbulkan dugaan bahwa arca Bodhisattwa tersebut dibuat dari perunggu.
Namun di dalam bilik candi ini kini sudah tidak ditemukan lagi arca sehingga sulit untuk mengidentifikasikannya lebih jauh. Suatu hal yang menarik dari Candi Pawon ini adalah ragam hiasnya. Dinding-dinding luar candi dihias dengan relief pohon hayati (kalpataru) yang diapit pundi-pundi dan kinara-kinari (mahluk setengah manusia setengah burung/ berkepala manusia berbadan burung).
Batur candi setinggi sekitar 1,5 m berdenah dasar persegi empat, namun tepinya dibuat berliku-liku membentuk 20 sudut. Dinding batur dihiasi pahatan dengan berbagai motif, seperti bunga dan sulur-suluran. Berbeda dengan candi Buddha pada umumnya, bentuk tubuh Candi Pawon ramping seperti candi Hindu.
Pintu masuk ke ruangan dalam tubuh candi terletak di sisi barat. Di atas ambang pintu terdapat hiasan Kalamakara tanpa rahang bawah.Tangga menuju selasar dilengkapi dengan pipi tangga dengan pahatan pada dinding luarnya. Hiasan kepala naga di pangkal pipi tangga sudah rusak. Ruangan dalam tubuh candi saat ini berada dalam keadaan kosong, namun pada lantai terlihat bekas yang menunjukkan bahwa tadinya terdapat arca di tempat tersebut.
Pada dinding bagian depan candi, di sebelah utara dan selatan pintu masuk, terdapat relung yang berisi pahatan yang menggambarkan Kuwera (Dewa Kekayaan) dalam posisi berdiri. Pahatan yang terdapat di selatan pintu sudah rusak sehingga tidak terlihat lagi wujud aslinya. Pahatan yang di utara pintu relatif masih utuh, hanya bagian kepala saja yang sudah hancur.
Pada dinding utara dan selatan candi terdapat relief yang sama, yaitu yang menggambarkan Kinara dan Kinari, sepasang burung berkepala manusia, berdiri mengapit pohon kalpataru yang tumbuh dalam sebuah jambangan. Di sekeliling pohon terletak beberapa pundi-pundi uang. Di langit tampak sepasang manusia yang sedang terbang. Di bagian atas dinding terdapat sepasang jendela kecil yang berfungsi sebagai ventilasi. Di antara kedua lubang ventilasi tersebut terdapat pahatan kumuda.
Atap candi berbentuk persegi bersusun dengan hiasan beberapa dagoba (kubah) kecil di masing-masing sisinya. Puncak atap dihiasi dengan sebuah dagoba yang lebih besar.
SEBAGAI OBYEK WISATA
Daya magnet wisatawan di Candi Pawon dan Candi Mendut berdasarkan Statistik Daerah Kabupaten Magelang 2011 yang dikeluarkan BPS Kabupaten Magelang pada tahun 2010 sanggup menarik wisatawan domestik sebesar 4.008 orang dan wisatawan mancanegara sebesar 49.567 orang, nomor tiga tujuan kunjungan di Kabupaten Magelang setelah Candi Borobudur dan Ketep Pass.
-------------------------------------
Wikipedia
Candi di Indonesia
BEBERAPA PATOKAN PERANCANGAN BANGUNAN CANDI, Parmono Atmadi, Proyek Pelita Pemugaran Candi Borobudur, Dep.Dik.Bud 1979. halaman 340
LOKASI
Letak Candi Pawon ini berada di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur, tepat berjarak 1750 meter dari Candi Borobudur ke arah timur dan 1150 m dari Candi Mendut ke arah barat. Atau tepatnya di Dusun Brojonalan Desa Wanurejo Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang enceng-encengan (basa Jawa) atau berseberangan dengan Masjid Al-Mujahidin.
SEJARAH
Nama Candi Pawon tidak dapat diketahui secara pasti asal-usulnya. Ahli epigrafi J.G. de Casparis menafsirkan bahwa Pawon berasal dari bahasa Jawa awu yang berarti 'abu', mendapat awalan pa- dan akhiran -an yang menunjukkan suatu tempat dan merupakan tempat penyimpanan abu jenazah Raja Indra (782 - 812 M), ayah Raja Samarrattungga dari Dinasti Syailendra. Dalam bahasa Jawa sehari-hari kata pawon berarti 'dapur', akan tetapi de Casparis mengartikannya sebagai “pawuan (perabuan)” atau tempat abu. Penduduk setempat juga menyebutkan Candi Pawon dengan nama Bajranalan. Kata ini mungkin berasal dari kata bahasa Sanskerta vajra = yang berarti 'halilintar' dan anala yang berarti 'api'.
Candi Pawon dipugar pada tahun 1903.
ARCA DAN ARSITEKTUR
Dalam ruangan di tubuh Candi Pawon, diperkirakan semula terdapat Arca Bodhhisatwa, sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Indra yang dianggap telah mencapai tataran Bodhisattva, maka dalam candi ditempatkan arca Bodhisatwva. Dalam Prasasti Karang Tengah disebutkan bahwa arca tersebut mengeluarkan wajra (sinar). Pernyataan tersebut menimbulkan dugaan bahwa arca Bodhisattwa tersebut dibuat dari perunggu.
Namun di dalam bilik candi ini kini sudah tidak ditemukan lagi arca sehingga sulit untuk mengidentifikasikannya lebih jauh. Suatu hal yang menarik dari Candi Pawon ini adalah ragam hiasnya. Dinding-dinding luar candi dihias dengan relief pohon hayati (kalpataru) yang diapit pundi-pundi dan kinara-kinari (mahluk setengah manusia setengah burung/ berkepala manusia berbadan burung).
Batur candi setinggi sekitar 1,5 m berdenah dasar persegi empat, namun tepinya dibuat berliku-liku membentuk 20 sudut. Dinding batur dihiasi pahatan dengan berbagai motif, seperti bunga dan sulur-suluran. Berbeda dengan candi Buddha pada umumnya, bentuk tubuh Candi Pawon ramping seperti candi Hindu.
Pintu masuk ke ruangan dalam tubuh candi terletak di sisi barat. Di atas ambang pintu terdapat hiasan Kalamakara tanpa rahang bawah.Tangga menuju selasar dilengkapi dengan pipi tangga dengan pahatan pada dinding luarnya. Hiasan kepala naga di pangkal pipi tangga sudah rusak. Ruangan dalam tubuh candi saat ini berada dalam keadaan kosong, namun pada lantai terlihat bekas yang menunjukkan bahwa tadinya terdapat arca di tempat tersebut.
Pada dinding bagian depan candi, di sebelah utara dan selatan pintu masuk, terdapat relung yang berisi pahatan yang menggambarkan Kuwera (Dewa Kekayaan) dalam posisi berdiri. Pahatan yang terdapat di selatan pintu sudah rusak sehingga tidak terlihat lagi wujud aslinya. Pahatan yang di utara pintu relatif masih utuh, hanya bagian kepala saja yang sudah hancur.
Pada dinding utara dan selatan candi terdapat relief yang sama, yaitu yang menggambarkan Kinara dan Kinari, sepasang burung berkepala manusia, berdiri mengapit pohon kalpataru yang tumbuh dalam sebuah jambangan. Di sekeliling pohon terletak beberapa pundi-pundi uang. Di langit tampak sepasang manusia yang sedang terbang. Di bagian atas dinding terdapat sepasang jendela kecil yang berfungsi sebagai ventilasi. Di antara kedua lubang ventilasi tersebut terdapat pahatan kumuda.
Atap candi berbentuk persegi bersusun dengan hiasan beberapa dagoba (kubah) kecil di masing-masing sisinya. Puncak atap dihiasi dengan sebuah dagoba yang lebih besar.
SEBAGAI OBYEK WISATA
Daya magnet wisatawan di Candi Pawon dan Candi Mendut berdasarkan Statistik Daerah Kabupaten Magelang 2011 yang dikeluarkan BPS Kabupaten Magelang pada tahun 2010 sanggup menarik wisatawan domestik sebesar 4.008 orang dan wisatawan mancanegara sebesar 49.567 orang, nomor tiga tujuan kunjungan di Kabupaten Magelang setelah Candi Borobudur dan Ketep Pass.
-------------------------------------
Wikipedia
Candi di Indonesia
BEBERAPA PATOKAN PERANCANGAN BANGUNAN CANDI, Parmono Atmadi, Proyek Pelita Pemugaran Candi Borobudur, Dep.Dik.Bud 1979. halaman 340
Tidak ada komentar:
Posting Komentar