Apa kiranya yang diperbuatnya? Mungkinkah pengorbanan yang dua puluh tahun itu akan hilang dalam sekejap mata begitu saja pada pagi buta itu? Ataukah Tuhan sudah menjauhinya dan sudah tidak lagi memberikan pertolongan? Tidak! Tidak! Ini tidak mungkin! Sebelum itu, sudah ada bangsa-bangsa yang sudah punah, golongan-golongan sudah tak ada lagi. Sebelum itu pun Muhammad sudah biasa bergumul dengan maut, dan kalau-kalau dalam mati membela agama Allah itu kemenangan akan ada. Dan apabila ajal itu sudah datang tidak akan dapat sedetik pun ditunda atau dimajukan.
Muhammad tetap tabah tiada bergerak di tempatnva. Beberapa orang dari kalangan Muhajirin, Anshar serta kerabat-kerabatnya tetap berada di sekelilingnya.
Dalam pada itu dipanggilnya orang-orang yang melarikan diri lewat di hadapannya itu seraya katanya :
“Hai orang-orang! Kamu mau ke mana? Mau ke mana?”
Tetapi, orang-orang yang sudah penuh ketakutan itu sudah tidak mendengar apa-apa lagi. Yang tergambar dalam mata mereka hanya Hawazin dan Thaqif yang kini sedang meluncur turun dari perkubuan di puncak-puncak gunung mengejar mereka. Dan gambaran mereka itu tidak salah. Pihak Hawazin sudah mulai turun dari tempat semula. didahului oleh seseorang di atas seekor unta berwarna merah, dan membawa sebuah bendera hitam yang dipancangkan pada sebilah tombak panjang. Setiap ia bertemu dengan pihak Muslimin ditetakkannya tombak itu kepada mereka, sementara pihak Hawazin. Thaqif dan sekutu-sekutunya terus meluncur turun dari belakang sambil terus menghantam.
Semangat baru timbul dalam hati Muhammad. Dengan bagalnya yang putih itu ia ingin menerjang sendiri ke tengah-tengah musuh yang sedang meluap-luap seperti banjir itu. Sesudah itu terserah kepada Tuhan. Akan tetapi Abu Sufyan bin Harith bin ‘Abd’l-Muttalib segera menahan kekang bagal itu dan dimintanya jangan dulu maju.
ABBAS MEMANGGIL-MANGGIL
Muhammad tetap tabah tiada bergerak di tempatnva. Beberapa orang dari kalangan Muhajirin, Anshar serta kerabat-kerabatnya tetap berada di sekelilingnya.
Dalam pada itu dipanggilnya orang-orang yang melarikan diri lewat di hadapannya itu seraya katanya :
“Hai orang-orang! Kamu mau ke mana? Mau ke mana?”
Tetapi, orang-orang yang sudah penuh ketakutan itu sudah tidak mendengar apa-apa lagi. Yang tergambar dalam mata mereka hanya Hawazin dan Thaqif yang kini sedang meluncur turun dari perkubuan di puncak-puncak gunung mengejar mereka. Dan gambaran mereka itu tidak salah. Pihak Hawazin sudah mulai turun dari tempat semula. didahului oleh seseorang di atas seekor unta berwarna merah, dan membawa sebuah bendera hitam yang dipancangkan pada sebilah tombak panjang. Setiap ia bertemu dengan pihak Muslimin ditetakkannya tombak itu kepada mereka, sementara pihak Hawazin. Thaqif dan sekutu-sekutunya terus meluncur turun dari belakang sambil terus menghantam.
Semangat baru timbul dalam hati Muhammad. Dengan bagalnya yang putih itu ia ingin menerjang sendiri ke tengah-tengah musuh yang sedang meluap-luap seperti banjir itu. Sesudah itu terserah kepada Tuhan. Akan tetapi Abu Sufyan bin Harith bin ‘Abd’l-Muttalib segera menahan kekang bagal itu dan dimintanya jangan dulu maju.
ABBAS MEMANGGIL-MANGGIL
Abbas bin Abd’l-Muttalib seorang laki-laki yang berperawakan besar dan lantang sekali suaranya. Ia berseru yang kira-kira akan dapat didengar oleh semua orang dari segenap penjuru : “Saudara-saudara dari kalangan Anshar yang telah memberikan tempat dan pertolongan! Saudara-saudara dari Muhajirin yang telah memberikan ikrar di bawah pohon! Marilah saudara-saudara, Muhammad masih hidup!”
Seruan demikian itu diulang-ulangnya oleh Abbas, sehingga suaranya bersipongang dan bergema ke segenap penjuru wadi. Di sinilah adanya mukjizat itu : Orang-orang ‘Aqaba mendengar nama Aqaba, teringat oleh mereka Muhammad, teringat akan janji dan kehormatan diri mereka.
Demikian juga orang-orang Muhajirin, begitu mendengar nama Muhajirin, teringat oleh mereka akan pengorbanan mereka selama ini, teringat akan kehormatan diri mereka. Mereka itu sudah mendengar dan mengetahui tentang ketenangan dan ketabahan hati Muhammad, di samping sejumlah kecil orang-orang Muhajirin dan Anshar, yang sama tabahnya seperti ketika Perang Uhud dulu — dalam menghadapi musuh yang begini besar. Dalam hati mereka kini terbayang betapa akibatnya kemenangan orang-orang musyrik itu terhadap agama Allah kelak sekiranya mereka ini sekarang gagal.
Seruan Abbas yang selama itu masih tetap berkumandang dalam telinga, hati mereka sekaligus tersentak karenanya. Ketika itulah mereka saling menyambut dari segenap penjuru : “Labbaika. Labbaika!”
Mereka semua kini kembali, dan bertempur lagi secara heroik sekali.
--------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 473-476.
Seruan demikian itu diulang-ulangnya oleh Abbas, sehingga suaranya bersipongang dan bergema ke segenap penjuru wadi. Di sinilah adanya mukjizat itu : Orang-orang ‘Aqaba mendengar nama Aqaba, teringat oleh mereka Muhammad, teringat akan janji dan kehormatan diri mereka.
Demikian juga orang-orang Muhajirin, begitu mendengar nama Muhajirin, teringat oleh mereka akan pengorbanan mereka selama ini, teringat akan kehormatan diri mereka. Mereka itu sudah mendengar dan mengetahui tentang ketenangan dan ketabahan hati Muhammad, di samping sejumlah kecil orang-orang Muhajirin dan Anshar, yang sama tabahnya seperti ketika Perang Uhud dulu — dalam menghadapi musuh yang begini besar. Dalam hati mereka kini terbayang betapa akibatnya kemenangan orang-orang musyrik itu terhadap agama Allah kelak sekiranya mereka ini sekarang gagal.
Seruan Abbas yang selama itu masih tetap berkumandang dalam telinga, hati mereka sekaligus tersentak karenanya. Ketika itulah mereka saling menyambut dari segenap penjuru : “Labbaika. Labbaika!”
Mereka semua kini kembali, dan bertempur lagi secara heroik sekali.
--------------------------------------
SEJARAH HIDUP MUHAMMAD, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Januari 1990, halaman 473-476.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar