"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Selasa, 10 November 2015

Lele

Note Trip, 28 Muharram 1437 H. Dalam perjalanan menggunakan BRT Trans Semarang II-009 dengan driver mbah Maksum dan PTA mbak Siti Mukozinah akhir september lalu. Kebetulan di jam-jam sepi penumpang, seorang bapak-bapak bercerita tentang hal yang katanya lagi banyak dibahas soal tidak diharamkannya lele,  yang coba dia paparkan dengan mengkombinasikan dalil-dalil dari agama lain selain Islam. Lalu  beliau menyimpulkan bahwa : Lele (disambiguasi) yang bersirip tapi bersisik tidak diharamkan bagi para penganut Al-Quran, Perjanjian Baru / Injil, dan Perjanjian Lama / Taurat
Karena rasa penasaranku aku mencoba browsing tentang hal itu dan berikut ini sebuah tulisan yang aku temukan dan mirip yang dipaparkan bapak tersebut : "Haramkah memakan menu makanan berbasis ikan lele (ikan yg bersirip tapi tidak bersisik)?
Menurut Taurat / Perjanjian Lama dalam Imamat 11 :
ayat 9 : Kamu boleh makan segala macam ikan yang bersirip dan bersisik.
ayat 10 : Binatang yang hidup di dalam air tetapi tidak bersirip dan tidak bersisik adalah haram, jadi tak boleh dimakan.

Menurut Al-Baqarah : ayat 4 sebagai berikut :
Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu (Muhammad) dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu (Taurat, Injil), serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.

Menurut Perjanjian Baru / Injil :
Matius 5 : 17 ; "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku (Jesus) datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.

Nasihat untuk diriku sendiri
Setiap kali menemukan paparan atau berjumpa dengan orang yang gemar memaparkan sesuatu lalu menyandingkan ayat-ayat Qur'an dengan kitab terdahulu  (taurat), aku selalu teringat firman Allah ta'ala dalam QS. al-Israa' (17) : 2 :

..... وَءَاتَيْنَا مُوسَى الْكِتٰبَ وَجَعَلْنٰهُ هُدًى لِّبَنِىٓ إِسْرٰٓءِيلَ
"Dan Kami memberikan kitab (Taurat) kepada Musa dan Kami jadikan kitab itu petunjuk bagi Bani Israil .... "

Tidak pantas bagiku mengambil rujukan lain, padahal al-Qur'an itu risalah yang dijamin Allah ta'ala QS. al-Hijr (15) : 9 ;

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحٰفِظُونَ
"Sesungguhnya Kami yang menurunkan al-Qur'an dan sesungguhnya Kami memeliharanya".

Allah ta'ala dengan tegas menyatakan bahwa Qur'an itu tidak ada keraguan di dalamnya dan petunjuk bagi orang bertakwa (QS. al-Baqarah (2) : 2) dan dengannya (al-Qur'an) Allah ta'ala berjanji mengeluarkan manusia dari kegelapan (QS. Ibraahiim (14) : 1).

Lalu masih pantaskah aku meragukan al-Qur'an dan mengambil kitab lain sebagai rujukan buat jadi orang yang bertakwa?
Yuk, sobat yang dimuliakan Allah ta'ala jangan bosan dan jangan putus berdo'a ;

رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau sesatkan hati kami sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan berilah kami rahmat dari sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia)". (QS. Ali 'Imraan (3) : 8).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar