USMAN BIN AFFAN
Kekerahatan Usman bin Affan dengan Rasulullah tidak sedekat mereka itu. Kakeknya, Abu al-As bin Umayyah bin Abdu-Syams bin Abdu-Manaf bin Qusai kakek Rasulullah yang kelima. Tetapi dia juga menantu Nabi yang menikah dengan putrinya Ruqayyah dan kemudian dengan Um Kulsum. Sebelum kerasulannya Rasulullah sudah menikahkan kedua putrinya dengan kedua anak pamannya, Abu Lahab. Sesudah ia menjadi Rasul permusuhan Abu Lahab begitu sengit kepadanya dan menyuruh kedua anaknya itu menceraikan kedua putri Nabi. Lalu Usman menikah dengan Ruqayyah dan ikut bersama-sama dalam dua kali hijrah ke Abisinia, dan tetap bersamanya sampai sesudah hijrah ke Medinah. Sebelum terjadi Perang Badr Ruqayyah jatuh sakil. Usman tidak ikut dalam perang itu dengan izin Rasulullah karena akan merawat istrinya. Tetapi Ruqayyah nenemui ajalnya juga. Oleh Rasulullah ia dinikahkan kepada Um Kulsum, adik Ruqayyah, yang tetap bersamanya sampai ia meninggal sebelum ayahnya. Rasulullah berkata : menghibur Usman : “Kalau kami punya tiga anak putri juga akan kami nikahkan kepada Anda.’’ Terjadi demikian ini karena Usman seorang laki-laki yang saleh, lemah-lembut, mudah bergaul dan murah hati. Rasulullah sangat mencintainya, mengenal jasanya, otaknya yang tajam dengan imannya yang sungguh-sungguh.
Bukan karena semenda Usman kepada Nabi itu saja yang membuat Muhammad dekat kepadanya dan menanamkan rasa cinta dalam hatinya, tetapi karena dia juga termasuk orang yang sudah lebih dulu dalam Islam. Ia tidak terpengaruh oleh persaingan golongannya Banu Umayyah terhadap Banu Hasyim. Bergabung ia ke dalam Islam telah menimbulkan kemarahan kabilahnya. Oleh pamannya, Hakam bin Abi al-As bin Umayyah ia diikatkan dan katanya : “Kau meninggalkan agama nenek moyangmu dan menganut agama baru? Tidak, aku samasekali tidak akan melepaskanmu sebelum kau meninggalkan apa yang kau lakukan sekarang!” Tetapi Usman menjawab : “Tidak, sekali-kali saya tidak akan melepaskan Islam dan tidak akan meninggalkannya.” Melihat kegigihannya mempertahankan kebenaran dan tetap berpegang teguh, tak ada jalan lain oleh pamannya ia dilepaskan.
Sesudah itu gangguan golongannya itu makin menjadi-jadi. Ia ikut dua kali hijrah ke Abisinia. Sesudah kemudian hijrah ke Medinah, tidak segan-segan ia mengeluarkan hartanya yang tidak sedikit untuk membantu Muslimin. Bahkan ia telah memberikan saham terbesar dalam menyiapkan pasukan ‘Usra ke Tabuk. Dia yang membeli Bi’ir Rumah dari orang Yahudi untuk tempat minum pasukan Muslimin dan orang dapat menimbanya seperti yang lain. Dalam peristiwa Hudaibiyah Rasulullah menugaskannya sebagai utusan kepada Quraisy. Sesudah lama belum kembali juga pihak Muslimin mengira ia sudah dibunuh. Rasulullah dan sahabat-sahabat mengadakan Ikrar Ridwan sebagai Ikrar setia, yang berarti siap memerangi Quraisy (lihat QS 48 : 18). Kemudian Nabi menepukkan sebelah tangannya pada yang sebelah lagi sebagai tanda ikrar kepada Usman seolah ia hadir dalam peristiwa itu. (lihat Sejarah Hidup Muhammad halaman 398-399)
Usman adalah juga salah seorang penulis wahyu. Sudah tentu, dengan begitu dekatnya kepada Rasulullah ia telah mendapat kehormatan dan kedudukan yang sangat mulia dalam hati kaum Muslimin.
------------------------------------------------
Usman bin Affan - Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh PT. Pustaka Litera AntarNusa, Cetakan Kedelapan, Juni 2010, halaman 17-18.
Kekerahatan Usman bin Affan dengan Rasulullah tidak sedekat mereka itu. Kakeknya, Abu al-As bin Umayyah bin Abdu-Syams bin Abdu-Manaf bin Qusai kakek Rasulullah yang kelima. Tetapi dia juga menantu Nabi yang menikah dengan putrinya Ruqayyah dan kemudian dengan Um Kulsum. Sebelum kerasulannya Rasulullah sudah menikahkan kedua putrinya dengan kedua anak pamannya, Abu Lahab. Sesudah ia menjadi Rasul permusuhan Abu Lahab begitu sengit kepadanya dan menyuruh kedua anaknya itu menceraikan kedua putri Nabi. Lalu Usman menikah dengan Ruqayyah dan ikut bersama-sama dalam dua kali hijrah ke Abisinia, dan tetap bersamanya sampai sesudah hijrah ke Medinah. Sebelum terjadi Perang Badr Ruqayyah jatuh sakil. Usman tidak ikut dalam perang itu dengan izin Rasulullah karena akan merawat istrinya. Tetapi Ruqayyah nenemui ajalnya juga. Oleh Rasulullah ia dinikahkan kepada Um Kulsum, adik Ruqayyah, yang tetap bersamanya sampai ia meninggal sebelum ayahnya. Rasulullah berkata : menghibur Usman : “Kalau kami punya tiga anak putri juga akan kami nikahkan kepada Anda.’’ Terjadi demikian ini karena Usman seorang laki-laki yang saleh, lemah-lembut, mudah bergaul dan murah hati. Rasulullah sangat mencintainya, mengenal jasanya, otaknya yang tajam dengan imannya yang sungguh-sungguh.
Bukan karena semenda Usman kepada Nabi itu saja yang membuat Muhammad dekat kepadanya dan menanamkan rasa cinta dalam hatinya, tetapi karena dia juga termasuk orang yang sudah lebih dulu dalam Islam. Ia tidak terpengaruh oleh persaingan golongannya Banu Umayyah terhadap Banu Hasyim. Bergabung ia ke dalam Islam telah menimbulkan kemarahan kabilahnya. Oleh pamannya, Hakam bin Abi al-As bin Umayyah ia diikatkan dan katanya : “Kau meninggalkan agama nenek moyangmu dan menganut agama baru? Tidak, aku samasekali tidak akan melepaskanmu sebelum kau meninggalkan apa yang kau lakukan sekarang!” Tetapi Usman menjawab : “Tidak, sekali-kali saya tidak akan melepaskan Islam dan tidak akan meninggalkannya.” Melihat kegigihannya mempertahankan kebenaran dan tetap berpegang teguh, tak ada jalan lain oleh pamannya ia dilepaskan.
Sesudah itu gangguan golongannya itu makin menjadi-jadi. Ia ikut dua kali hijrah ke Abisinia. Sesudah kemudian hijrah ke Medinah, tidak segan-segan ia mengeluarkan hartanya yang tidak sedikit untuk membantu Muslimin. Bahkan ia telah memberikan saham terbesar dalam menyiapkan pasukan ‘Usra ke Tabuk. Dia yang membeli Bi’ir Rumah dari orang Yahudi untuk tempat minum pasukan Muslimin dan orang dapat menimbanya seperti yang lain. Dalam peristiwa Hudaibiyah Rasulullah menugaskannya sebagai utusan kepada Quraisy. Sesudah lama belum kembali juga pihak Muslimin mengira ia sudah dibunuh. Rasulullah dan sahabat-sahabat mengadakan Ikrar Ridwan sebagai Ikrar setia, yang berarti siap memerangi Quraisy (lihat QS 48 : 18). Kemudian Nabi menepukkan sebelah tangannya pada yang sebelah lagi sebagai tanda ikrar kepada Usman seolah ia hadir dalam peristiwa itu. (lihat Sejarah Hidup Muhammad halaman 398-399)
Usman adalah juga salah seorang penulis wahyu. Sudah tentu, dengan begitu dekatnya kepada Rasulullah ia telah mendapat kehormatan dan kedudukan yang sangat mulia dalam hati kaum Muslimin.
------------------------------------------------
Usman bin Affan - Antara Kekhalifahan dengan Kerajaan, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh PT. Pustaka Litera AntarNusa, Cetakan Kedelapan, Juni 2010, halaman 17-18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar