"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Minggu, 09 Februari 2014

Rupawan Itu Seperti Khamar

Tentu sudah kita lihat bahwa dalam ijtihadnya amirulmukminin Umar bin Khattab terbilang orang paling keras dan tegas di samping apa yang sudah ketahui sikapnya yang begitu lemah lembut terhadap kaum dhuafa. Juga ketegasan sikapnya itu terhadap kaum “mualaf” dan terhadap mereka yang menjatuhkan talak tiga dengan satu ucapan, para peminum khamar, mereka yang banyak membawa-bawa sumber hadis dan terhadap pasukan Muslimin atas rampasan perang yang mereka peroleh di Irak dan Syam. Keadilannya yang begitu ketat sudah menjadi bawaannya dalam memutuskan perkara, dan dalam mempersamakan lawan berperkara di depan hukum sekalipun status mereka jauh berbeda di mata orang. Tongkat kecil yang dibawa-bawanya merupakan salah satu lambang ketegasannya itu, yang tak pernah ditinggalkannya meskipun dalam soal-soal yang tak ada hubungannya dengan tugas tanggung jawabnya.
Suatu malam dimasa pemerintahan amirulmukminin Umar bin Khattab mengadakan inspeksi, beliau mendengar suara perempuan bersenandung “Tak ada jalankah mendapatkan khamar yang dapat kuminum, ataukah jalan untuk bertemu dengan Nasr bin Hajjaj?”
Paginya beliau bertanya-tanya tentang siapa Nasr itu dan menyuruh orang mencarinya. Setelah orang tersebut dibawa ternyata memang berwajah tampan dan rambutnya indah sekali. Untuk menghilangkan kesan ketampanannya, amirulmukminin Umar bin Khattab memerintahkan memotong rambutnya, sesudah Nasr bin Hajjaj memotong rambutnya seperti yang diminta amirulmukminin, Nasr bin Hajjaj terlihat tampak makin tampan. Lalu ia diminta mengenakan serban, dan itu pun dilakukannya, tetapi bertambah tampan juga. “Tidak!”, kata amirulmukminin Umar bin Khattab, “Demi Allah, jangan ini terjadi di kota tempat aku berada!” Kemudian amirulmukminin Umar bin Khattab  memerintahkan Nasr bin Hajjaj ke tempat yang lebih baik buat dia dan ia dimintanya pergi ke Basrah. Nasr bin Hajjaj memang tidak berdosa sampai ia harus diasingkan jauh ke kota itu. Tetapi maksud amirulmukminin Umar bin Khattab, di kota Rasul ini jangan ada perempuan-perempuan yang tergoda karenanya.
Saat mengadakan inspeksi suatu malam selepas peristiwa tersebut diatas, amirulmukminin Umar bin Khattab mendengar perempuan-perempuan berkata : “Siapa di antara penduduk Medinah yang paling tampan?” Salah seorang dari mereka berkata : “Abu Zi’b” (nama orang, harfiah berarti “pak serigala”). Seperti peristiwa sebelumnya orang itu didatangkan dan dilihatkan kepada amirulmukminin Umar bin Khattab, laki-laki itu memang paling tampan. “Rupanya Anda ini menjadi serigala bagi perempuan-perempuan itu,” kata Umar kepadanya dua atau tiga kali. Dan Abu Zi’b pun dipindahkan dari Madinah, sambil berkata : “Kalau saya harus pergi juga tempatkan saya di tempat sepupu saya —maksudnya Nasr bin Hajjaj.” Amirulmukminin Umar bin Khattab pun memerintahkan orang itu dipindahkan ke tempat yang lebih baik buat dia, Basrah.
Sebenarnya amirulmukminin Umar bin Khattab bertindak begitu keras dan tegas karena ia ingin mengikis segala kelemahan yang ada dalam jiwa orang-orang Arab, yang memberi peluang berkuasanya hawa nafsu. Oleh karenanya, sangat besar sekali hasratnya hendak melawan faktor-faktor itu.

Peristiwa pun Berulang Kembali di 2013
Omar Burkan al-Gala
Pada kuartal pertama tahun 2013 lalu diberitakan tentang “Pria Tampan Diusir dari Arab”. Omar Borkan Al-Gala asal Uni Emirat Arab yang berprofesi sebagai fotografer fashion, model dan aktor, dialah pria tampan yang dikabarkan dideportasi oleh pemerintah Arab Saudi karena lelaki ini dinilai terlalu ganteng, saat ia dan dua orang temannya menghadiri acara Jenadrivah Heritage & Culture Festival di Riyadh. “Ketampanannya dikhawatirkan akan mengundang gairah di kalangan wanita.” Apalagi, wanita Arab Saudi dilarang keras berbicara dengan pria yang bukan kerabat. Dan dalam peraturan, kontak seksual dengan seorang pria di luar nikah dapat dihukum cambuk.
-------------------------
Pustaka :
Umar bin Khattab
, Sebuah Tela'ah Mendalam Tentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya
, Muhammad Husain Haekal,diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Februari 2011.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar