"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Senin, 10 Februari 2014

Pengumpulan Qur’an Masa Pemerintahan Abu Bakr (2)

Dialog antara Abu Bakr; Umar dan Zaid bin Sabit
Karena hal ini belum terpikirkan oleh Abu Bakr, mendengar kata-kata Umar itu ia bertanya : “Bagaimana aku akan melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam?”
Ketika itu lalu terjadi dialog panjang antara kedua tokoh ini, yang tidak disebutkan secara terinci oleh para sejarawan. Tetapi setelah dialog itu Abu Bakr puas dengan pendapat Umar. Kemudian ia memanggil Zaid bin Sabit. Mengenai Zaid bin Sabit ini Bukhari menyebutkan bahwa dia berkata : “Abu Bakr menceritakan kepadaku mengenai pembunuhan di Yamamah di depan Umar. Kata Abu Bakr kepadaku : ‘Umar mengatakan kepadaku bahwa pembunuhan yang terjadi dalam perang Yamamah sudah makin memuncak. Aku khawatir akan bertambah banyak penghafal Qur’an yang akan terbunuh di beberapa tempat sehingga Qur’an akan banyak yang hilang, kecuali jika kita himpun. Aku ingin mengusulkan supaya Qur’an dihimpun.’ Kata Abu Bakr : Aku berkata kepada Umar : Bagaimana aku akan melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam?’ Lalu katanya : ‘Itu sungguh bagus.’ Sementara ia terus meminta aku mempertimbangkan, akhirnya Allah membukakan hatiku dan aku sependapat dengan Umar. Kata Zaid lagi “Umar yang juga hadir duduk tidak berbicara. Lalu kata Abu Bakr kepadaku : ‘Engkau masih muda, cerdas dan kami tidak meragukan kau. Engkau penulis wahyu untuk Rasulullah (Sallallahu ‘alaihi wasallam). Jadi sekarang lacaklah Qur’an itu dan kumpulkan. Demi Allah, andaikata aku diberi tugas memindahkan salah satu gunung tidaklah akan lebih berat bagiku daripada aku disuruh mengumpulkan Qur’an ini.’ Aku berkata : “Bagaimana kalian berdua akan melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah (Sallallahu ‘alaihi wasallam)?” Lalu kata Abu Bakr : ‘Itu sungguh bagus.’ Aku masih tetap meminta pendapatnya hingga akhirnya Allah membukakan hatiku seperti juga telah membukukan hati Abu Bakr dan Umar. Aku berdiri. Aku mulai melacak dan mengumpulkan Qur’an dari lempengan-lempengan, dan tulang-tulang bahu, kepingan-kepingan pelepah pohon kurma dan dari hafalan orang. sampai berhasil aku menemukan dua ayat dari Surah Taubah pada Khuzaimah Ansari yang tak dapat kuperoleh dari yang lain :
“Sekarang sudah datang seorang rasul dari golonganmu sendiri; terasa pedih hatinya bahwa kamu dalam penderitaan, sangat prihatin ia terhadap kamu, penuh kasih sayang kepada orang-orang beriman. Tetapi bila mereka mangelak juga, katakanlah : “Allah sudah cukup bagiku; tiada tuhan selain Dia; kepada-Nya aku bertawakal, — Dialah Pemilik Singgasana Yang Agung.” (Qur’an (9) : 128-129).
Selelah lembaran-lembaran itu kucatat ke dalam beberapa jilid aku masih harus mencari satu ayat dari Surah Ahzab. Aku mendengar Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam pernah membacanya, dan ini hanya ada pada Khuzaimah Ansari yang diminta oleh Rasulullah menyaksikannya dengan dua orang saksi :
“Di antara kaum mukmin ada orang yang telah menepati janjinya kepada Allah; diantara mereka ada yang telah menemui ajalnya, ada yang masih menunggu. Tetapi sedikit pun mereka tidak mengubah janji.” (Qur’an (33) : 23). Lalu kumasukkan ke dalam Surah itu. Itulah lembaran-lembaran Qur ‘an yang sudah dihimpun yang ada di tangan Abu Bakr sampai dia wafat, kemudian di tangan Umar sampai dia pun wafat. Setelah itu di tangan Hafsah bint Umar.”
Demikian keterangan Zaid bin Sabit seperti diceritakan oleh Bukhari. Sumber-sumber itu sepakat tentang keabsahannya. Qurtubi menyebutkan bahwa Zaid menghimpun Qur’an itu dengan surah-surah yang belum berurutan sesudah begitu susah payah bekerja. Setelah dihimpun lembaran-lembaran itu disimpan di tempat Abu Bakr, kemudian di tempat Umar, setelah itu di tempat Hafsah Ummulmukminin.
Ada sebuah sumber menyebutkan bahwa Umar bin Khattab-lah yang pertama menghimpun Qur’an dalam satu jilid. Soalnya pernah suatu hari ia menanyakan sebuah ayat dari Qur’an lalu dikatakan bahwa ayat tersebut ada pada si polan tetapi dia sudah terbunuh di Yamamah. “Inna lillahi,” kata Umar. Lalu ia menyuruh supaya Qur’an dikumpulkan. Tetapi sumber-sumber yang mutawatir, menolak pendapat itu dengan mengatakan Umar yang pertama kali berpendapat mengenai penghimpunan Qur’an sebab dia yang menyarankannya kepada Abu Bakr dan dapat pula meyakinkannya. Tetapi penghimpunannya sudah selesai pada masa Abu Bakr. Dan ini yang sahih. Yang memperkuat hal ini ialah apa yang diceritakan tentang Ali bin Abi Talib ketika mengatakan : “Semoga Allah memberi rahmat kepada Abu Bakr. Dia yang paling besar jasanya dalam mengumpulkan Qur’an. Dialah yang pertama kali menghimpun menjadi dua loh.” Sejumlah besar sahabat Rasulullah secara berturut-turut memberikan kesaksian demikian.
Mereka yang berpendapat bahwa Umar yang pertama kali menghimpun Qur‘an menyebutkan bahwa ketika ia akan mengumpulkan ia berdiri di hadapan orang banyak mengatakan : “Barang siapa pernah menerima suatu pelajaran (Qur’an) dari Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bawalah kepada kami.” Mereka yang pernah menerima pelajaran itu menuliskannya di atas lembaran-lembaran, di kepingan-kepingan tanah liat dan di kepingan-kepingan pelepah pohon kurma. Umar tak pernah mau menerimanya dan siapa pun tanpa ada dua orang saksi. Ketika ia terbunuh pengumpulan itu masih menjadi tugasnya. Kemudian tampil Usman bin Affan. Dia pun mengatakan dan mengerjakan seperti apa yang sudah dikatakan dan dikerjakan Umar. Dia juga mempercayakan kepada Zaid bin Sabit untuk menghimpun Qur’an, dengan menambahkan beberapa orang penghafal Qur’an seraya mengatakan kepada mereka : “Kalau berselisih, tulislah menurut dialek Mudar, sebab Qur’an diturunkan kepada orang dari Mudar.”

Sudahkah Ayat-ayat yang Dikumpulkan pada Masa Rasulullah dalam Bentuk Surah?
Kesepakatan yang sangat kuat menyebutkan bahwa Abu Bakr-lah yang memerintahkan untuk mengumpulkan Qur’an setelah terjadi dialog dengan Umar. Sebelum menguraikan lebih terinci mengenai pengumpulan Qur’an ini, baiklah kita berhenti sejenak pada kata-kata Abu Bakr : “Bagaimana aku akan melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam?”
Wahyu Qur’an turun kepada Rasulullah selama dua puluh tiga tahun, sejak Allah mengutusnya sebagai Nabi ketika ia di Mekah sampai wafatnya waktu ia di Medinah. Kadang wahyu turun dalam bentuk beberapa ayat, kadang dalam bentuk Surah penuh. Dan wahyu pertama yang turun : “Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan. Menciptakan manusia dari segumpal darah beku. Bacalah dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan kepada manusia (menggunakan) pena, Mengajar kepada manusia apa yang tak ia ketahui. (Quran. (96) : 1 – 5).
Kelanjutan ayat dalam Surah ini seperti yang kita baca dalam Qur’an dewasa ini, turunnya kemudian sesudah itu, sesudah wahyu yang lain. Adakah kata-kata Abu Bakr dan kemudian kata-kata Zaid bin Sabit yang dimaksud “Bagaimana aku akan melakukan sesuatu yang tidak dilakukan oleh Rasulullah?” itu bahwa setelah Rasulullah wafat Qur’an tetap tidak dikumpulkan dalam bentuk surah dan tidak disusun dalam bentuk kitab; lalu ayat-ayat yang turun satu-satu itu tidak dirangkai dengan yang lain seperti yang kita lihat sekarang, yang sudah diatur dan disusun dalam sebuah kitab?
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 318-321.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar