"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Sabtu, 22 Februari 2014

Pengumpulan Qur’an Masa Pemerintahan Abu Bakr (8)

Mengapa Usman Menggabungkan Surah Anfal dengan Surah Bara‘ah
Pendapat bahwa Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyusun Qur’an semuanya atau sebagiannya dan menyerahkan hal itu kepada umat sesudahnya, memang banyak orang yang berpendapat demikian. Menurut suatu sumber Ibn Abbas berkata : “Aku mengatakan kepada Usman apa alasanmu mengambil Surah Anfal yang dari Masani (Surah yang dibaca berulang-ulang dan jumlah ayatnya di bawah Mi’un) dan Surah Bara’ah yang dari Mi‘un (Surah-surah dengan jumlah ayat lebih dari seratus atau sekitar itu) lalu keduanya kalian gabungkan dan tidak kalian tulis di antaranya Bismillahirrahmanirrahim dan kalian tempatkan pada surah-surah Tiwal (At-Tiwal atau as-Sab’ at-Tiwal yakni tujuh surah yang panjang : Baqarah, Ali Imran, Nisaa’, Ma’idah, An’am, A’raf, Anfal dan Bara’ah bersama-sama karena tidak dipisah dengan basmalah) yang tujuh?
Usman menjawab : Surah yang turun kepada Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam menurut jumlah itu. Jika ada wahyu turun ia memanggil orang untuk menuliskannya lalu dikatakan : letakkan ayat-ayat ini dalam surah yang menyebutkan ini dan itu. Surah Anfal termasuk surah yang mula-mula diwahyukan di Medinah. Sedang Bara’ah yang terakhir diwahyukan, dan kisah yang ada di dalamnya sejenis, dan kukira memang dari sana. Sampai Rasulullah wafat tidak dijelaskan kepada kita bahwa dari sana. Oleh karena itu keduanya kugabungkan dan tidak lagi kutulis Bismillahirrahmanirrahim di antaranya, dan keduanya kutempatkan dalam surah-surah Tiwal yang tujuh.”
Pendapat mengenai susunan surah-surah dalam mushaf itu sebenarnya di luar pembahasan bab ini, tetapi hal ini dikemukakan untuk lebih menjelaskan pendapat Qurtubi mengenai Zaid bin Sabit dan usahanya mengumpulkan Qur’an di masa Abu Bakr : “Zaid radiallahu ‘anhu, menyusun surah-surah itu belum teratur setelah dikerjakannya dengan begitu susah payah.”
Pada masa Abu Bakr sudah selesaikah tugas Zaid mengumpulkan Qur’an ataukah terus berlangsung beberapa waktu lagi sampai masa Umar? Masih ada perbedaan pendapat. Dengan bersumber pada Bukhari kita melihat bahwa lembaran-lembaran Qur’an yang dikumpulkan oleh Zaid itu ada pada Abu Bakr sampai Abu Bakr wafat, kemudian ada pada Umar sampai Umar pun wafat, kemudian di tangan Hafsah putri Umar, Ummulmukminin. Keterangan ini menunjukkan bahwa pengumpulan itu sudah selesai pada masa Abu Bakr. Beberapa narasumber berpendapat bahwa pekerjaan itu berlangsung beberapa waktu sampai masa Umar. Memang tidak mudah untuk memutuskan mana dari kedua sumber itu yang lebih sahih, kendati keduanya itu dapat dipadukan, bahwa sebagian besar pengumpulan itu diselesaikan oleh Zaid pada masa Abu Bakr dan lembaran-lembaran yang sudah selesai itu berada pada Khalifah Abu Bakr, dan setelah Abu Bakr wafat diambil oleh Umar, dan setelah Zaid selesai mengumpulkan sisanya. lembaran-lembaran itu ditambahkan ke dalam lembaran-lembaran pertama yang kemudian semuanya berada di tangan Umar. Lembaran-lernbaran itulah yang kemudian menjadi Mushaf al-Imam (Mushaf Usman) masa Usman dan yang kita baca sekarang, dan akan dibaca kaum Muslimin dan yang bukan Muslim sampai hari kiamat.

Abu Bakr yang Paling Berjasa dalam Pengumpulan Qur’an
“Semoga Allah memberi rahmat kepada Abu Bakr. Dia yang paling besar jasanya dalam mengumpulkan Qur’an,” demikian kata Ali bin Abi Talib, dan demikian pula akan dikatakan oleh setiap Muslim.
Sudah dapat dipastikan bahwa pengumpulan Qur’an itulah pekerjaan Abu Bakr yang terbesar, dan itulah pula yang telah memberi berkah terbanyak kepada Islam, kepada Muslimin dan segenap umat manusia.
Setelah masa Banu Umayyah Jazirah Arab lenyap, segala sarana kekuatan dan kehidupan pun makin mengerut. Kedaulatan Islam runtuh, kaum Muslimin di seluruh dunia tunduk kepada kekuasaan bukan Muslim. Kedaulatan ini sudah di lupakan orang, dan negeri-negerii Arab hampir dilupakan pula. Kalau bukan karena adanya kelembagaan haji, Semenanjung itu pasti hilang ke dalam perut bumi, dan yang hanya kalangan peneliti yang akan sampai ke sana. Tetapi Qur’an, Kitabullah yang mulia ini, akan tetap kekal sampai akhir zaman, Tak ada kepalsuan yang mendekatinya, dari depan dan dari belakang, diturunkan dari Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.

Pengumpulan Qur’an Pekerjaan Terbesar di Masa Abu Bakr
Hendaknya jangan ada anggapan bahwa Perang Riddah atau kedaulatan Islam terabaikan dari jasa Abu Bakr. Kedua soal ini sungguh luar biasa pentingnya. Salah satu pekerjaan itu saja sudah cukup untuk mengabadikan nama orang yang telah melaksanakannya. Andaikata pada kekhalifahannya Abu Bakr hanya menumpas kaum murtad saja, tentu orang semua akan melihat betapa besar dan agungnya tugas yang sudah diselesaikannya itu. Andaikata yang dikerjakannya itu tak lebih dari hanya meletakkan dasar-dasar kedaulatan Islam, niscaya kebesarannya dan kenangan abadi yang telah diukirnya sepanjang sejarah itu akan diakui semua orang. Apabila zamannya itu penuh dengan dua persoalan yang mencapai puncak keagungannya itu, kemudian ditambah dengan pengumpulan Qur’an —yang lebih kekal dan lebih agung dari keduanya— maka itulah karya abadi yang paling berarti, dan mendapat ridla Allah yang hanya diberikan kepada orang-orang yang tulus hati, pencinta kebenaran, yang imannya sudah begitu tinggi; Allah akan mempermudah setiap kebesaran bagi mereka, memberikan jalan yang benar kepada mereka.
Semoga Allah memberi rahmat kepada Abu Bakr, dengan pahala yang dilimpahkan kepadanya. Sungguh dia adalah salah seorang hamba-Nya yang tulus hati dan murni.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 339-342.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar