Dimulainya Tahun Hijri oleh Umar
Kepentingan utama ini, yang telah mengilhami Umar dengan terbentuknya persatuan Arab di bawah naungan Islam, itulah yang mengilhaminya untuk menjadikan hijrah Rasulullah sebagai permulaan kalender Arab. Selama ini yang mereka gunakan kadang tahun gajah dan peristiwa-peristiwa besar lainnya dalam sejarah peperangan orang-orang Arab. Kalau tahun-tahun itu semua mengacu kepada tahun jahiliah, Islam sudah menghapus segala yang sebelumnya. Umar berpendapat bahwa hijrah Nabi ke Yasrib itu merupakan suatu peristiwa besar dalam sejarah Islam masa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wassalam, sebab dengan hijrah inilah permulaan pertolongan Allah kepada Rasul-Nya dan agama-Nya diperkuat. Persatuan Arab itu justru menjadi kuat karena pilihan yang telah membawa sukses ini, dan lebih sukses lagi karena ini terjadi pada tahun keenam belas Hijri, tatkala tokoh-tokoh Muslimin berangkat membawa kemenangan di daerah-daerah Kisra dan di daerah-daerah Kaisar, menyerbu Mada’in dan menerobos terus sampai ke Iwan (Balairung) Agung, membebaskan Baitulmukadas dan membangan Masjidilaqsa di samping gereja Anastasis. Sesudah Umar membandingkan kalender ini dengan kalender-kalender Persia dan Rumani, ternyata kalender ini lebih cemerlang; kalender ini telah menerjemahkan suatu peristiwa terbesar dalam sejarah dunia.
Sudah tentu dipilihnya kalender ini merupakan Ilham yang sukses. Atas dasar itulah Umar menjalankan kebijakannya dalam menghadapi berbagai macam persoalan negara yang dalam perkembangannya yang berubah-ubah begitu cepat, dengan selalu mencari yang dipandangnya lebih baik dan lebih praktis untuk mencapai tujuan.
Kepribadian Umar dan Perkembangan yang Cepat di Semenanjung
Wajar sekali apabila dalam kebijakannya ini Umar berpegang pada kepribadian dan ilhamnya yang meletup-letup, mengingat negara ini dalam pertumbuhannya yang mula-mula serta peperangan di Irak dan di Syam sangat memerlukan kehati-hatian dan kewaspadaan yang luar biasa. Andaikata apa yang dihadapi Umar waktu itu terjadi pada zaman kita sekarang atau vaktu yang lain, niscaya masalah-masalah peperangan itu diserahkan kepada orang yang dapat dipercaya, yang memegang kekuasaan untuk mengatur strategi perang dan mempunyai kemampuan memikul tanggung jawab. Kita sudah melihat bagaimana Umar mampu menyelesaikan soal persatuan di kalangan Arab itu dan memberikan kebebasan kepada mereka, dan dalam waktu yang sama juga ia mampu memikul tanggung jawab perang. Dengan penuh kesadaran dan sangat berhati-hati apa yang dapat dilakukannya dengan bekerja keras itu, ia mengatur seluk-beluk pasukan dan perjalanannya sampai ke soal yang sekecil-kecilnya, maju atau mundurnya dalam pertempuran. Sampai-sampai ia ikut bersama panglima pasukan mengatur strategi perang, malah dialah yang sering ikut menentukan. Bila pendudukan sudah selesai dialah yang merencanakan politik yang berlaku di negeri-negeri yang dibebaskan itu serta menggambarkan bagaimana harus mengerjakan pembangunan kembali.
Dalam menghadapi semua peristiwa itu mampukah Umar memulai pemerintahannya dengan menyusun suatu sistem organisasi yang cukup terperinci, yang akan berlaku untuk seluruh kawasan Arab, ataukah akan mengambil sistem pemerintahan Persia yang umum berlaku di Irak, atau sistem pemerintahan Bizantium yang sudah berjalan di Syam untuk diterapkan di Semenanjung Arab? Saya kira hal ini tak pernah terlintas dalam pikirannya. Dan segi bentuk, Semenanjung mi samasekali berbeda dan Irak dan Syam. Kebiasaan hidup orang-orang Arab tidak sesuai dengan sistem sentralisasi cara Persia dan pengorganisasian cara Rumawi. Itu pun, kalau peperangan tidak membuatnya begitu sibuk dan betul-betul memeras tenaganya, apa yang harus dilakukan sementara pasukannya sejak mula-mula dalam pemerintahan, pasukannva di Irak memang sudah menghadapi posisi yang begitu berat dan di Syam harus berhadapan dengan angkatan bersenjata Rumawi. yang jumlah dan perlengkapannya beberapa kali jauh lebih besar! Buat dia cukup kalau ia sudah dapat menghimpun Semenanjung dan warganya dalam satu kesatuan Arab Islam yang merdeka, yang akan dapat menambah harga diri, dan dengan demikian akan bertambah kuat dalam melakukan tugas pembebasan. Biarlah pengorganisasian kembali diserahkan kepada waktu yang akan dengan mudah membuatnya lebih matang dalam batas-batas ketentuan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.
-------------------------
Umar bin Khattab, Sebuah Tela'ah Mendalam Tentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya, Muhammad Husain Haekal,diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Februari 2011, halaman 597-598.
Kepentingan utama ini, yang telah mengilhami Umar dengan terbentuknya persatuan Arab di bawah naungan Islam, itulah yang mengilhaminya untuk menjadikan hijrah Rasulullah sebagai permulaan kalender Arab. Selama ini yang mereka gunakan kadang tahun gajah dan peristiwa-peristiwa besar lainnya dalam sejarah peperangan orang-orang Arab. Kalau tahun-tahun itu semua mengacu kepada tahun jahiliah, Islam sudah menghapus segala yang sebelumnya. Umar berpendapat bahwa hijrah Nabi ke Yasrib itu merupakan suatu peristiwa besar dalam sejarah Islam masa Rasulullah sallallahu ‘alaihi wassalam, sebab dengan hijrah inilah permulaan pertolongan Allah kepada Rasul-Nya dan agama-Nya diperkuat. Persatuan Arab itu justru menjadi kuat karena pilihan yang telah membawa sukses ini, dan lebih sukses lagi karena ini terjadi pada tahun keenam belas Hijri, tatkala tokoh-tokoh Muslimin berangkat membawa kemenangan di daerah-daerah Kisra dan di daerah-daerah Kaisar, menyerbu Mada’in dan menerobos terus sampai ke Iwan (Balairung) Agung, membebaskan Baitulmukadas dan membangan Masjidilaqsa di samping gereja Anastasis. Sesudah Umar membandingkan kalender ini dengan kalender-kalender Persia dan Rumani, ternyata kalender ini lebih cemerlang; kalender ini telah menerjemahkan suatu peristiwa terbesar dalam sejarah dunia.
Sudah tentu dipilihnya kalender ini merupakan Ilham yang sukses. Atas dasar itulah Umar menjalankan kebijakannya dalam menghadapi berbagai macam persoalan negara yang dalam perkembangannya yang berubah-ubah begitu cepat, dengan selalu mencari yang dipandangnya lebih baik dan lebih praktis untuk mencapai tujuan.
Kepribadian Umar dan Perkembangan yang Cepat di Semenanjung
Wajar sekali apabila dalam kebijakannya ini Umar berpegang pada kepribadian dan ilhamnya yang meletup-letup, mengingat negara ini dalam pertumbuhannya yang mula-mula serta peperangan di Irak dan di Syam sangat memerlukan kehati-hatian dan kewaspadaan yang luar biasa. Andaikata apa yang dihadapi Umar waktu itu terjadi pada zaman kita sekarang atau vaktu yang lain, niscaya masalah-masalah peperangan itu diserahkan kepada orang yang dapat dipercaya, yang memegang kekuasaan untuk mengatur strategi perang dan mempunyai kemampuan memikul tanggung jawab. Kita sudah melihat bagaimana Umar mampu menyelesaikan soal persatuan di kalangan Arab itu dan memberikan kebebasan kepada mereka, dan dalam waktu yang sama juga ia mampu memikul tanggung jawab perang. Dengan penuh kesadaran dan sangat berhati-hati apa yang dapat dilakukannya dengan bekerja keras itu, ia mengatur seluk-beluk pasukan dan perjalanannya sampai ke soal yang sekecil-kecilnya, maju atau mundurnya dalam pertempuran. Sampai-sampai ia ikut bersama panglima pasukan mengatur strategi perang, malah dialah yang sering ikut menentukan. Bila pendudukan sudah selesai dialah yang merencanakan politik yang berlaku di negeri-negeri yang dibebaskan itu serta menggambarkan bagaimana harus mengerjakan pembangunan kembali.
Dalam menghadapi semua peristiwa itu mampukah Umar memulai pemerintahannya dengan menyusun suatu sistem organisasi yang cukup terperinci, yang akan berlaku untuk seluruh kawasan Arab, ataukah akan mengambil sistem pemerintahan Persia yang umum berlaku di Irak, atau sistem pemerintahan Bizantium yang sudah berjalan di Syam untuk diterapkan di Semenanjung Arab? Saya kira hal ini tak pernah terlintas dalam pikirannya. Dan segi bentuk, Semenanjung mi samasekali berbeda dan Irak dan Syam. Kebiasaan hidup orang-orang Arab tidak sesuai dengan sistem sentralisasi cara Persia dan pengorganisasian cara Rumawi. Itu pun, kalau peperangan tidak membuatnya begitu sibuk dan betul-betul memeras tenaganya, apa yang harus dilakukan sementara pasukannya sejak mula-mula dalam pemerintahan, pasukannva di Irak memang sudah menghadapi posisi yang begitu berat dan di Syam harus berhadapan dengan angkatan bersenjata Rumawi. yang jumlah dan perlengkapannya beberapa kali jauh lebih besar! Buat dia cukup kalau ia sudah dapat menghimpun Semenanjung dan warganya dalam satu kesatuan Arab Islam yang merdeka, yang akan dapat menambah harga diri, dan dengan demikian akan bertambah kuat dalam melakukan tugas pembebasan. Biarlah pengorganisasian kembali diserahkan kepada waktu yang akan dengan mudah membuatnya lebih matang dalam batas-batas ketentuan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah.
-------------------------
Umar bin Khattab, Sebuah Tela'ah Mendalam Tentang Pertumbuhan Islam dan Kedaulatannya, Muhammad Husain Haekal,diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Kesebelas, Februari 2011, halaman 597-598.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar