"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Jumat, 14 Februari 2014

Pengumpulan Qur’an Masa Pemerintahan Abu Bakr (4)

Ali bin Abi Talib dan Pengumpulan Qur’an
Sesudah Abu Bakr selesai dibaiat Ali bin Abi Talib masih tinggal di rumahnya. Hal ini dibicarakan orang kepada Abu Bakr. Ia menguntus orang kepadanya dengan mengatakan : “Engkau tidak senang dengan pengangkatanku ini lalu meninggalkan aku?!” Ali menjawab : “Bukan begitu, demi Allah. Tetapi aku melihat ada yang ditambah dalam Kitabullah. Dalam hati aku berkata bahwa aku tak akan mengenakan jubahku —kecuali waktu shalat— sebelum kukumpulkan.” *)

Yang Menyebabkan Abu Bakr Ragu
Sebenarnya bukan hanya Ali saja yang terus menekuni pengumpulan Qur’an setelah Rasulullah wafat. Bahkan yang lain juga banyak yang menekuni demikian. Mereka menerimanya dari sahabat-sahabat Nabi yang sudah mereka yakini. Abu Bakr memuji Ali bin Abi Talib atas usahanya mengumpulkan Qur’an, begitu juga Muslimin yang lain dipujinya atas usaha mereka mengumpulkan Qur’an. Menurut hematnya pekerjaan mereka itu sebagai pelipur lara bagi pendahulu-pendahulu mereka yang telah mengumpulkan Qur’an pada masa Rasulullah. Tak terlintas dalam pikiran hendak merintangi orang yang sudah mengerjakan pekerjaan mulia itu, dengan keyakinan bahwa Allah telah menurunkan Qur’an dan Dia pula yang menjaganya, dan bahwa tak ada dari kalangan Muslimin yang berniat hendak memasukkan hal-hal yang bukan dari Qur’an. Kalaupun ada yang berani, seperti dikatakan oleh Ali bin Abi Talib, menambah-nambah ke dalam Qur’an, muslihatnya itu oleh Allah akan dibelitkan kembali ke lehernya sendiri, dan kaum Muslimin sendiri yang saleh akan mengembalikan firman Allah itu ke tempat yang sebenarnya.
Itulah yang menyebabkan ia merasa ragu ketika Umar menawarkan pengumpulan Qur‘an. Pegangannya ialah tak akan melakukan apa pun yang tidak dikerjakan oleh Rasulullah dan tak akan meninggalkan apa pun yang pernah di lakukan oleh Rasulullah. Bahwa Rasulullah telah membiarkan penulisan Qur’an kepada kaum Muslimin, sebagian mereka menuliskannya dengan diimla oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam, dan sebagian lagi menyalin dari penulis-penulis ini dan dari mereka yang telah merekam Qur‘an dalam ingatan mereka. Di masa kekhalifahannya ia ingin segalanya berjalan seperti di masa Rasulullah. Sebagai khalifahnya ia ingin menahan diri untuk tidak berani melakukan hal-hal yang tak pernah dilakukan Rasulullah.

Argumentasi Umar Telah Membuka Hati Abu Bakr
Itulah alasan-alasan Abu Bakr dan Zaid bin Sabit Tetapi setelah Umar mengoreksi pendirian Khalifah itu ia pun tidak lagi bersikukuh. Kendati para sejarawan tidak menyebutkan secara rinci dialog antara kedua tokoh itu, namun apa yang disampaikan para narasumber tentang sejarah Qur’an cukup mengungkapkan kepada kita alasan Umar dan segala yang mendukungnya sehingga terlihat bagi kita kepuasan Abu Bakr dan Zaid bin Sabit mengenai semua itu.

Catatan :
*) Kata-kata Ali “Aku melihat ada yang ditambah dalam Kitabullah” dikutip oleh Suyuti dalam al-Itqan dengan mengacu pada sumbernya. Banyak penulis yang menyimpulkan mengenai Ali dengan mengatakan : Aku sudah bersumpah tak akan mengenakan jubah —kecuali waktu shalat— sebelum aku mengumpulkan Qur’an ini. menurut sumber Ibn Abi Dawud dalam al-Masahif, bahwa beberapa hari Abu Bakr mengutus orang kepada Ali dengan mengatakan : Abul-Hasan, tidak senangkah engkau pada pimpinanku? Dijawab : Bukan begitu, demi Allah. Tetapi aku sudah bersumpah tidak akan mengenakan jubah kecuali untuk shalat Jum’at. Kemudian ia membai’at dan setelah itu pulang. Ibn Abi Dawud menambahkan : Sampai mengumpulkan Qur’an, yakni sampai selesai menghafalnya. Dikatakan, orang yang sudah hafal Qur’an, sudah mengumpulkan Qur’an.
-------------------------
ABU BAKR AS-SIDDIQ, Muhammad Husain Haekal, diterbitkan oleh Litera Antar Nusa, Cetakan Keduabelas, Januari 2010, halaman 326-327.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar