"Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji". (QS. al-Buruj (85) : 8)

Minggu, 29 September 2013

ASY-SYIFA’ BINTI AL-HARITS

Beliau adalah Asy-Syifa’ binti Abdullah bin Abdi Syams bin Khalaf bin Sadad bin Abdullah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka’ab Al-Qurasyiyah Al-Adawiyah.
Asy-Syifa’ masuk Islam sebelum hijrahnya Nabi dan beliau termasuk Muhajirah angkatan pertama dan termasuk wanita yang. berbai’at kepada Rasulullah s.a.w. Beliau pulalah yang disebutkan dalam firman Allah : “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatupun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Mumtahanah : 12).

Asy-Syifa’ termasuk wanita yang cerdas dan utama, beliau adalah seorang ulama di antara ulama’ di dalam Islam dan tanah yang subur bagi ilmu dan iman.
Asy-Syifa’ menikah dengan Abu Hatsmah. bin Hudzaifah bin Adi dan Allah memberikan rezeki kepada beliau seorang anak yang bernama Sulaiman bin Abi Hatsmah. Asy-syifa’ dikenal sebagai guru dalam membaca dan menulis sebelum datangnya Islam sehingga tatkala beliau masuk Islam beliau tetap memberikan pengajaran kepada wanita-wanita muslimah dengan mengharapkan ganjaran dan pahala, oleh karena itulah beliau disebut sebagai “guru wanita pertama di dalam Islam.” Di antara wanita yang dididik oleh Asy-Syifa’ adalah Hafshah binti Umar bin Khaththab ‘ istri dari Rasulullah s.a.w.
Telah diriwayatkan dalam sebuah hadits bahwa Rasulullah s.a.w. meminta kepada Asy-Syifa’ untuk mengajarkan kepada Hafshah tentang menulis dan sebagian ruqyah (pengobatan dengan do‘a-do’a). Asy-Syifa’ berkata : Suatu ketika Rasulullah s.a.w. masuk sedangkan saya berada di samping Hafshah, beliau bersabda : “Mengapa tidak engkau ajarkan kepadanya ruqyah sebagaimana engkau ajarkan kepadanya menulis.”
Sebagaimana telah dimaklumi bahwa Asy-Syifa’ adalah ahli ruqyah di masa jahiliyah, maka tatkala Islam dan berhijrah beliau berkata kepada Rasulullah s.a.w., “Aku adalah ahli ruqyah di masa jahiliyah dan aku ingin memperlihatkannya kepada anda. “Maka Nabi bersabda : “Perlihatkanlah kepadaku.”  Asy-Syifa’ berkata : “Maka aku perlihatkan cara meruqyah kepada beliau yakni meruqyah penyakit bisul.” Lalu Rasulullah bersabda : “Meruqyahlah dengan cara tersebut dan ajarkanlah hal itu kepada Hafshah.“
Di antara yang termasuk ruqyah adalah do’a :
“ Ya Allah Tuhan manusia, Yang maha menghilangkan penyakit, sembuhkanlah karena Engkau Maha Penyembuh, tiada yang dapat menyembuhkan selain Engkau, sembuh yang tidak terjangkiti penyakit lagi.”
Inilah Asy-Syifa’ telah mendapatkan bimbingan yang, banyak dari Rasulullah mengistimewakan baginya sebuah rumah di Madinah dan beliau tinggal bersama putranya yakni Sulaiman. Terkadang Rasululah s.a.w. mengunjunginya dan tidur siang di  sana.
Sungguh Asy-Syifa’ sangat mencintai Rasulullah s.a.w. sebagaimana kaum mukminin dan mukminat yang lain, beliau belajar dari hadits-hadits Rasulullah yang banyak tentang urusan dien dan dunia. Beliau juga turut menyebarkan Islam dan memberikan nasehat kepada khalayak dan tidak kenal lelah untuk menjelaskan kesalahan-kesalahan. Di antara yang meriwayatkan hadits dari beliau adalah putranya yaitu Sulaiman dan cucu-cucunya, hamba sahayanya yaitu Abu Ishak dan Hafshah Ummul Mukminin serta yang lain-lain.
Umar bin Khaththab r.a sangat mendahulukan pendapat beliau, menjaganya dan mengutamakannya dan terkadang beliau mempercayakan kepadanya dalam urusan pasar.
Begitu pula sebaliknya, Asy-Syifa’ juga menghormati Umar, beliau memandangnya sebagai seorang muslim yang shadiq, memiliki suri tauladan yang baik dan memperbaiki, bertakwa dan berbuat adil. Suatu ketika Asy-Syifa’ melihat ada rombongan pemudi yang sedang berjalan lamban dan berbicara dengan suara lirih, beliau bertanya, “Apa ini?” Mereka menjawab, “itu adalah ahli ibadah Beliau berkata : “Demi Allah Umar adalah orang yang apabila berbicara suaranya terdengar jelas, bila berjalan melangkah dengan cepat, dan bila memukul mematikan.”
Asy-Syifa’ menjalani sisa-sisa hidupnya setelah wafatnya Rasulullah s.a.w. dengan menghormati dan menghargai pemerintahan Islam hingga beliau wafat pada tahun 20 Hijriyah.
Semoga Allah merahmati Asy-Syifa’ binti Abdullah, sungguh beliau telah mendahului umatnya dengan segala macam kebaikan dengan ilmu dan dien yang telah dikaruniakan kepada beliau agar beliau menjadi uswah hasanah bagi setiap gadis di dalam Islam, sehingga beliau tidak kikir untuk mencurahkan segala yang dimilikinya baik ilmu ataupun yang lainnya demi membela akidahnya mengharap ridha Allah Azza wa Jalla.
-----------------------------------------------
NISAA' HAULAR RASUL
, Mahmud Mahdi Al Istanbuli dan Musthafa Abu An Nashr Asy Syalabi (Para Penulis), MENGENAL SHAHABIAH NABI S.A.W. (Edisi Indonesia), Abu Umar Abdullah Asy Syarif (Penterjemah), At-Tibyan Solo, halaman 204 – 207

Tidak ada komentar:

Posting Komentar